Anda di halaman 1dari 16

Laporan Praktikum

“KEANEKARAGAMAN HEWAN II”

Judul Praktikum : Identifikasi Katak


Semester/ Prodi : III/ Pendidikan Biologi
cc
Kelas/Kelompok : C/7
Koordinator : Regina Valentine Aydalina S.Pd., M.Sc
Asisten : 1.Windi Oktaviani Pakune S.Pd
2. Moh. Iqbal R. Danial
Anggota Kelompok 1. Tiska Rasyid
2. Nirman Gani
3. Sri Wirdayanti Andup
4. Ulvan Anwar

Nilai Paraf

KEANEKARAGAMAN HEWAN II”

Judul Praktikum : Identifikasi Ikan


Semester/ Prodi : III/ Pendidikan Biologi
Kelas/Kelompok : C/7
Koordinator LABORATORIUM
: Regina Valentine Aydalina S.Pd., M.Sc JURUSAN BIOLOGI
Asisten : 1.Windi Oktaviani FAKULTAS
Pakune S.Pd MATEMATIKA DAN IPA
2. Moh. Iqbal R. Danial
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
Anggota Kelompok 1. Tiska
2019

1
PRAKTIKUM II
A. Judul
Identifikasi Katak (Rana sp.) dan Kodok (Bufo sp.)
B. Tujuan
1. Untuk mengamati morfologi anura melaui obervsi pada Rana sp. Dan Bufo
sp.
2. Menyatakan hasil obervasi melalui kunci identifikasi
C. Dasar teori
Amphibia adalah vertebrata yang secara tipikal dapat hidup baik dalam air
tawar (tak ada yang di air laut) dan di darat. Sebagian besar mengalami
metamorfosis dari berudu (akuatis dan bernapas dengan insang) ke dewasa
(ampfibius dan bernapas dengan paru-paru),namun beberapa jenis amfhibia tetap
mempunyai insang selama hidupnya. Jenis-jenis yang sekarang ada tidak
mempunyai sisik luar, kulit biasanya tipis dan basah (Kimball, 1999).
Amphibi merupakan perintis vertebrata daratan. Paru-paru dan tulang
anggota tubuh, yang mereka warisi dari moyang krosopterigia, memberikan
sarana untuk lokomosi dan bernapas di udara. Atrium kedua dalam jantung
memungkinkan darah yang mengandung oksigen langsung kembali ke dalamnya
untuk dipompa ke seluruh badan dengan tekanan yang penuh. Sementara
percampuran darah yang mengandung oksigen dengan darah yang kurang
mengandung oksigen terjadi dalam vertikel tunggal, jantung yang beruang tiga itu
agaknya memberikan peningkatan yang berarti dalam efisiensi peredaran dan
dengan demikian meningkatkan kemampuan untuk mengatasi lingkungan daratan
yang keras dan lebih banyak berubah-ubah (Campbell, 1999).
Amphibia umumnya didefinisikan sebagai kata hewan bertulang belakang
yang hidup didua alam, yakni di air dan di laut. Amphibia bertelur di air atau
menyimpan telur di tempat lembab dan basah. Ketika menetes, larvanya dikatakan
berudu yang hidup di air atau ditempat basah tersebut dan bernafas dengn insang.
Setelah beberapa lama berudu kemudian berubah bentuk menjadi katak dewasa
yang umumnya hidup di darat atau ditempat yang lebih kering dan bernafas
dengan paru-paru (Djuanda, 1982).

2
Amphibia adalah vertebrata yang secara tipikal dapat hidup baik dalam air
tawar dan di darat. Sebagian besar mengalami metamofosis dari berudu (aquatis
dan bernapas dengan insang) ke dewasa (amphibius dan bernapas dengan paru-
paru), namun beberapa jenis amphibius tetap memilki insang selama hidupnya.
Jenis-jenis sekarang tidak memiliki sisik luar, kulit biasanya tipis dan basah.
Tubuh amphibia khususnya katak terdiri dari kepala, badan, dan leher yang belum
tampak jelas. Sebagian kulit, kecuali pada tempat-tempat tertentu terlepas dari
otot yang ada dalamnya, sehingga bagian dalam tubuhnya berupa rongga-rongga
yang berisi cairan limpa subkutan (Djuanda, 1982).
Katak merupakan hewan Amphibi yang mana kelompok hewan ini fase
daur hidupnya berlangsung di air dan di darat. Amphibi merupakan kelompok
vertebrata yang pertama keluar dari kehidupan dalam air. Amphibi mempunyai
kulit yang selalu basah dan berkelenjar, berjari 4-5 atau lebih sadikit, tidak
bersirip. Mata mempunyai kelopak yang dapat digerakkan, mata juga mempunyai
selaput yang menutupi mata pada saat berada dalam air (disebut membran
miktans).Pada mulut terdapat gigi dan lidah yang dapat dijulurkan. Pada saat
masih kecil (berudu) bernapas dengan insang. Setelah dewasa bernapas dengan
menggunakan paru-paru dan kulit. Suhu tubuh berubah-ubah sesuai dengan
keadaan lingkungan atau poikioterm. Rana cancarivora (Graven horst /katak
sawah) memiliki kulit berwarna hijau, bercak hitam. Kadang-kadang pada bagian
punggungnya bergaris cokelat muda. Habitat ditemukan di sawah dan saluran
irigasi sekitar sawah (Arie, 1999).
Klasifikasi:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Amphibi
Ordo : Anura
Famili : Ranidae
Genus : Rana
Spesies : Rana sp
Katak merupakan salah satu kelas amphibi yang memiliki panjang mulai
dari 3,5 cm sampai dengan 90 cm. Amphibi merupakan vertebrata yang hidup di
dua alam, yaitu di darat dan di air (Pratiwi, 2006).

3
Katak mempunyai mata berukuran besar, dengan pupil mata horisontal dan
vertikal. Pada beberapa jenis katak, pupil matanya berbentuk berlian atau segi
empat, yang khas bagi masing-masing kelompok (Kerinci, 2011). Pada
kebanyakan jenis, binatang betina lebih besar daripada yang jantan. Ukuran katak
dan kodok di Indonesia bervariasi dari yang terkecil hanya 10 mm, dengan berat
hanya satu atau dua gram sampai jenis yang mencapai 280 mm dengan berat lebih
dari 1500 gram (Iskandar, 1998).
Kodok dalam bahasa inggrisnya frog dan katak/bangkong toad termasuk
dalam bangsa Anura dan merupakan hewan amfibi yang paling dikenal orang di
Indonesia. Meski mirip, katak dan kodok berbeda dari ciri katak yang memiliki
kulit tipis dan halus, tubuh ramping, dan kaki yang lebih kurus dan panjang.
Kodok memiliki tubuh yang lebih pendek dan gemuk dengan kulit kasar dan
tertutup bintil-bintil. Warna katak bervariasi, dari hijau, coklat, hitam, merah,
oranye, kuning dan putih. Ukuran SVL (Snout Vent Length) Anura berkisar dari
1-35 cm, tetapi kebanyakan berkisar antara 2-12 cm.
Goin. et al (1978), memasukan sistematika Bufo melanostictus (kodok) kedalam
susunan klasifikasi sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chardata
Class : Amphibia
Ordo : Anura
Familia : Bufonidae
Genus : Bufo
Species : Bufo melanostictu
Ordo Caudata merupakan satu-satunya Ordo yang tidak terdapat di
Indonesia. Ordo Gymnophiona (diantaranya genus Cecilia) jarang di temukan di
Indonesia. Cecilia pernah ditemukan di Banten yang berbentuk seperti cacing
dengan kepala dan mata yang tampak jelas dan mudah di kelirukan dengan cacing.
Ordo Anura merupakan Ordo yang paling banyak di temukan di Indonesia, yang
termasuk dalam Ordo ini adalah katak dan kodok. Di Indonesia sampai saat ini
telah di temukan sekitar 10 (sepuluh) familia, 6 (enam) familia di antaranya

4
terdapat di Jawa. Familia-familia dari Ordo Anura yang ada di Indonesia adalah:
Bombinataridae (Discoglossidae), Megapridae (Pelobatidae), Bufonidae,
Lymnodynastidae, Myobatrachidae, Mycrohylidae, Pelodrydae, Ranidae,
Rhacophoridae dan Pipidae (Iskandar, 1998 ).

5
D. Alat dan Bahan
a. Alat b. Bahan
1. Jarum penusuk 1. Rana sp. Dan Bufo sp yang masih hidup
2. Steroform 2. Zat pembius berupa chloroform
3. Milimeter blok 3. Tissue
4. Bejana pembius
5. Mistar
. 6. Camera

6
E. Prosedur kerja
1. Menyiapkan semua peralatan yang akan digunakan.
2. Melakukan pembiusan dengan menggunakan cairan chloroform
3. Meletakkan katak/kodok di atas millimeter blok
4.Menusukkan dengan jarum penusuk dibagian ujung jari tungkai depan dan
tungkai belakang
5. Mengambil gambar di bagian dorsal, ventral dan lateral
6.Mengamati bagian morfologi tubuhnya, melakukan pengukuran panjanng
bagian-bagian tubuhnya dari bagian anterior sampai posterior

7
F. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Ciri Morfologi

Katak Kodok

Gambar 1. Tubuh bagian dorsal

Katak kodok

Gambar 2. Tubuh bagian ventral


Katak Kodok

Terdiri dari 4 jari

Gambar 3. Tungkai depan


kodok

8
Katak

Berselaput

Terdiri dari 5
jari

Tidak berselaput

Gambar 4. Tungkai belakang

1 Keterangan
1 1. Moncong
2 2. Mata
2
3 3. Lipatan supratimpanun
4 4. Timpanun
3

Gambar 5. Bagian kepala Rana


Keterangan
1
1. Moncong
2. Mata
2 3. Supraorbital ridge
4. Paratoid gland
3

Gambar 6. Bagian kepala Bufo

9
2. Hasil perhitungan

1 1. Panjang moncong = 1,5 cm


2
2. Panjang kepala= 2 cm

5 3 3. Lebar kepala= 2,3 cm


3
4. Panjang kaki belakang=
8cm
5. Panjang badan= 6 cm
7 6. Panjang paha =2,5 cm
6
7. Panjang tungkai= 3,5 cm

Gambar 7. Hasil perhitungan katak

3 1 1. Panjang moncong = 1,3


cm
2. Lebar kepala= 1,3 cm
4 3. Panjang kepala = 4 cm
2 6 4. Panjang badan = 6 cm
5. Panjang kaki belakang= 7
cm
7 6. Panjang paha= 2 cm
5 7. Panjang tungkai= 7 cm

Gambar 8. Hasil Perhitungan kodok


Berdasarkan hasil pengamatan morfologgi rana dan bufo sama-sama
memiliki tungkai depan dengan 4 jari sedangkan tungkai belakang dengan 5 jari.
Hal ini sesuai dengan pernnyataan Holmes (1988) kaki depan atau lengan katak
terdiri dari lengan atas (brancium) , antebracium, manus, digiti 4 buah buah satu
yang mengecil. Ukuran dari rana dan bufo juga berbeda. Bufo berukuran lebih
besar dari rana. Rana memiliki tungkai kaki belakang yang panjang dan bufo.
Kaki depan terdiri atas lengan atas (brancium), lengan bawah (antebrancium),
tangan (manus) dan jari-jari (digit). Menurut Holnes (1988) digiti pada katak

10
jantan menebal pada saat musim kawin. Tiap kaki belakang mempunyai femur
(thigh), crus (shark), atau kaki bawah, per (angle) dan manus serta 5 buah digiti
yang berselaput renang.
Bufo di bagian ventral memiliki sisik serta mempunyai gendang suara
sengkan pada bufo seluruh tubuh terdapat kelenjar yang menghasilkan lendir.
Pada kepala bufo dan rana nampak pula adanya perbedaan. Pada bagian kepaala
bufo terdapat lipatan supratimpanun dan timpanun sebagai alat pendengaran. Pada
kepala rana, terdapat supraorbital ridge dan paratoid gland. Dibagian belakang
mata dari rana dan bufo terdapat membran tymfani yag berfungsi untuk menerima
tekannan suara.rana cancivora memiliki kulit berwarna hijau, bercak hitam.
Kadang-kadang pada punggungnya bergaris coklat muda. Habitat di temukan di
sawah dan saluran irigasi sekitar sawah (Arie, 1999)
Kemampuan beradaptasi tinggi karena merupakan hewan berdarah tinggi
yang suhu tubuhnya selalu mengikuti suhu sekelilingnya. Ciri khhas dari kodok
adalah adanya gendang telinga sebelah belakang matanaya pada kudua sisi
kepalanya. Binatang ini berbadan agak unik yaitu pendek, bermata besar dengan
tungkai belakang panjang (Susanto, 1994).
Pada badan bufo, badannya bulat, pada rana lebih langsing, pada bufo
punggung hampir rata, tanpa penonjolan, pada rana ada penonjolan pada tempat
pesendian antara columna vetebralis dengan gelang panggul. Pada ujung posterior
terdapat lubang kloaka. Untuk anggota gerak tungkai depan lebih pendek,
dibedakan atas humerus, radio, ulna, karpus dan dilengkapi dengan 4 buah jari.
tungkai belakang lebih panjang. Diantara jari-jari pada umumnya terdapat selaput
tipis yang ukuran lebarnya tergantung dari jenisnya. Pada sisi ventral jari-jari
kadang-kadang dilengkapi dengan tuberculum suarticulare. Pada metatarsa
luaratutau tuberculum metatarsal dalam (Schaums, 1989).

11
G. Kunci identifikasi
a. Kodok
1. Kunci Identifikasi Famili
1a. Tubuh seperti cacing, tanpa tungkai……..ICHTYOPHIIDAE
1b. Tubuh memiliki empat tungkai, kepala jelas .................................................. 2
2a. Kulit kasar, ditutup oleh “kulit-kulit” besar…….BUFONIDAE
2b. Kulit sebagian besar mengkerut, umumnya licin ............................................ 3
Hasil identifikasi : 1b, 2a
1. Kunci identifikasi untuk genus dan species Bufo
1a. Tubuh relative besar, mencapai 120 mm, kulit sangat
berkerut/keriput, umumnya memiliki sepasang “paratoi
glands”…………………………………………..…BUFO (2)
1b. Tubuh umumnya tidak lebih besar dari 50 mm, tidak ada “paratoid
glands” yang jelas……………LEPTOPHRYNE (5)
2a. Warna hitam atau hitam keabuan, ditutupi oleh “kutil-kutil”, parotoid
kecil, tubuh lebih besar, mencapai 120 mm…Bufo aster
2b. Warna cokelat keabuan atau coklat kemerahan……………...3
Hasil identifikasi : 1a, 2a
b. Katak
1. Kunci Identifikasi Famili
1a. Tubuh seperti cacing, tanpa tungkai……..ICHTYOPHIIDAE
1b. Tubuh memiliki empat tungkai, kepala jelas ......................................... 2
2a. Kulit kasar, ditutup oleh “kulit-kulit” besar…….BUFONIDAE
2b. Kulit sebagian besar mengkerut, umumnya licin .................................. 3
3a. Tungkai relative pendek ......................................................................... 4
3b. Tungkai relative panjang ....................................................................... 5
5a. Tubuh ramping, ujung jari umumnya meluas dan rata dengan lekukan
tipis melingkar memisahkan bagian atas dengan bagian bawah cakram
............................................................................................................ 6
5b. Tubuh gemuk, ujung jari tidak meluas atau jika meluas tidak rata dan
tanpa lekukan tipis melingkar ............................................................ 7

12
6a. Warna bagian belakang biasanya berbeda dengan bagian samping,
sepasang lipatan “dorso-lateral”, jari tungkai depan dan belakang
dengan ujung jari yang meluas dan rata, mata tidak terlalu besar,
moncong relative tajam, biasanya tidak
“arboreal”…………………………………………RANIDAE
6b. Tubuh ramping, mata relative besar, moncong pendek, tungkai depan
dan belakang dengan ujung jari rata dan lebar, tanpa lipatan “dorso-
lateral”, dan “arboreal” ....................................................................... 9
Hasil identifikasi : 1b, 2b, 3b, 5a, 6a
2. Kunci untuk spesies Rani
1a. Ujung jari meluas, sebuah lekuk tipis melingkar memisahkan bagian atas
dari bagian bawah…………………RANINAE (2)
1b. Jari dengan atau tanpa ujung jari yang meluas, tapi tanpa lekuk tipis
melingkar………………………DICROGLOSSIDAE (7)
7a. Tubuh kecil, tidak lebih dari 65 mm, rahang bawah tanpa “taring” ...... 8
7b. Tubuh melebihi 70 mm, dengan atau tanpa “taring” pada rahang bawah
............................................................................................................ 10
10a. Kulit licin dan keriput/berkerut, jari tungkai dengan ujung jari kecil,
membulat meluas, tanpa lekuk tipis melingkar, jantan dengan “taring”
pada rahang…….....…LIMNONECTES (11)
10b. Kulit tertutup dengan kutil-kutil memanjang, kulit relative licin, jari
tanpa ujung yang meluas, sepasang lipatan di bagian leher pada jantan,
tanpa “taring” pada rahang
bawah……………………………………FEJERVARYA (12)
12a Tubuh relative besar menjacapai 80-100 mm, selaput umumnya penuh
pada jari keempat metatarsal dengan 2 kutil, kehijauan atau keabuan
dengan bintik gelap……………………………………Fejevarya
cancrivora
12b. Tubuh umumnya tidak lebih dari 70 mm, selaput umumnya tidak
penuh pada ruas terakhir jari keempat, metatarsal dengan 1 kutil,
kepala lebih pendek………………………………….13

13
13a. Tubuh pada ukuran medium, jantan sekitar 50 mm, betina mencapai 60
mm, kehijauan dengan bintik
gela.........................................................Fejevarya limnocharis
13b. Tubuh kecil, jantan mencapai 40 mm, betina mencapai 50 mm,
kecoklatan atau kehijauan dengan bintik hitam yang
simetris…………......…………………Fejevarya new spesies
Hasil identifikasi: 1b, 7b, 11b, 12b, 13a

14
H. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan morfologi daapat di simpulkan bahwa morfologi
katak memiliki kulit yang selalu basah apabila berada di luar air kulit di lengkapi
dengan kelenjar-kelnjar yang menghasilkan lendir untuk mempertahankan
keadaan agar selalu basah. Katak memiliki tungkai depan dan tungkai belakang.
Tungkai depan teridir atas lengan atas, lengan bawah, tangan, dan jari-jari. Pada
tungkai belakang terdiri atas paha, betis, dan jari-jari. Pada kodok memiliki kulit
yang kering, kasar. Keriput, dan tidak berlendir. Pada bagian ventral terdapat
sisik. Jumlah tungkai kodok sama dengan katak. Kodok memiliki badan yang
lebih besar dari kataksedangkan katak ramping. Katak memiliki kaki yang lebih
panjang.

15
DAFTAR PUSTAKA
Arie, Usri. 1999. Pembibitan Danperbesaran Bullfrog. Jakarta: Penebar Swadaya.
Campbell.Neil A.1999. Biologi edisi kelima jilid 2. Jakarta: Erlangga.
D.A Pratiwi, dkk. 2006. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Holmes, S.J. 1988. The Biologi Of The Frog. New York: The Mac Millan.
Djuanda, T. 1982. Pengantar Anatomi Perbandingan Vertebrata I. Bandung:
amico.
Iskandar DT dan Tjan KN. 1996. The Amphibians and Reptiles of Sulawesi with
Notes on The Distribution and Chromosomal Number of Frog. In
Kitchener DJ and Suyanto A (eds), Proceedings of The First
International Conference on Eastern Indonesia-Australia
Verterbratae Fauna, Indonesia.
Kimball, J,W. 1999. Biologi edisi kelima jilid 3. Jakarta: Erlangga.
Schaums. 1989. Tss Biologi Ed. 2. Jakarta: Erlangga.
Suswanto, Heru. 1994. Budidaya Kodok Unggul. Jakarta: Penebar Swadaya

Anda mungkin juga menyukai