Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

SISTEM REPRODUKSI HAMSTER DAN TIKUS PUTIH BETINA DEWASA

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah Embriologi

Dosen : 1. Sumiyati Saadah, M. Si

2. Epa Paujiah, M. Si

Oleh;

Ihya Ulumuddin Sya’bani

1152060041

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

2018
Judul Praktikum : Sistem Reproduksi Betina

Tanggal Praktikum : 07 Maret 2018

Tujuan Praktikum : Mempelajari Anatomi Sistem Reproduksi Betina baik bagian


Eksternal maupun internal, siklus estrus, serta indeks
gonadosomatik (GSI) pada tikus dan hamster betina.

A. Landasan Teori
Fertilisasi internal memerlukan perilaku kooperatif, yanag mengarah ke
kopulasi. Pada beberapa kasus, perilaku seksual yang tidak karakteristik (sesuai karakter
atau ciri) dihilangkan oleh seleksi alam secara langsung, sebagai contoh, laba-laba
betina akan memakan jantan jika sinyal-sinyal reproduksi spesifik tidak diikuti selama
perkawinan. Fertilisasi internal juga memerlukan system roproduksi yang canggih,
termasuk organ kopulasi yang mengirimkan sperma dan reseptakel atau penyangga
untuk penimpanannya dan pengangkutannya menuju telur yang matang (Campbell dkk.,
2003).
Tikus putih (Rattus norvegicus) merupakan hewan yang digunakan dalam
percobaan laboratorium. Tikus putih yang digunakan untuk percobaan laboratorium
yang dikenal ada tiga macam galur yaitu Sprague Dawley, Long Evans dan Wistar
(Akbar, 2010: 5). Tikus putih yang menjadi bahan percobaan adalah tikus putih yang
berjenis kelamin betina, untuk melihat sistem reproduksi bagian eksterna dan internanya
serta menetukan GSI dan membuat preparasi apusan vagina.
Sistem Reproduksi pada hewan betina juga terdiri dari kelenjar kelamin, saluran
reproduksi dan kelenjar asesorius. Pada tikus atau mencit terdapat sepasang ovarim dan
oviduct, satu uterus bikomu, satu serviks, satu vagina, kelenjar klitoris, dan kitoris.
Klitoris yang dilengkapi orifisium klitoride dan bagian vagina yang disebut vulva dapat
terlihat dan luar, sedang yang lainnya terdapat pada bagian internal tubuh dan untuk
mengetahuinya perlu pembedahan. Salah satu yang membedakan sistem reproduksi
betina dari jantan adalah pada hewan sub primata seperti tikus atau mencit adalah
adanya siklus estrus pada betina (Tim Pengajar, 2017 : 19).
Sistem reproduksi pada tikus betina tidak jauh berbeda dengan reproduksi tikus
jantan pada umunya, yaitu terdiri dari kelenjar kelamin, saluran reproduksi dan kelenjar
asesoris. Kelenjar kelamin betina terdapat pada ovarium. Saluran reproduksi pada
mamalia terbagi kedalam tiga bagian, yaitu: oviduct, uterus, vagina (Supripto, 1994:
173). Selain itu, kelenjar aksesoris yang terdapat pada tikus betina tidak jauh berbeda
dengan tikus jantan yang sudah dijelaskan pada praktikum pertama.
Organ reproduksi betina, organ reproduksi primer, ovaria, menghasilkan
ovarium dan hormon-hormon kelamin betina. Organ-organ sekunder atau saluran
reproduksi terdiri dari tuba fallopi (oviduct), uterus, cervix, vagina dan vulva. Secara
anatomik alat reproduksi betina terdiri dari gonad atau ovarium, saluran-saluran
reproduksi, dan alat kelamin luar (Partodiharjo,1992 : 112).
Pada kemauan menerima hewan jantan terbatas selama masa yang disebut estrus
atau birahi. Selama estrus, hewan-hewan betina secara fisiologis dan psikologis
dipersiapkan untuk menerima hewan-hewan jantan, dan perubahan-perubahan struktural
terjadi di dalam organ-organ assesori seks betina (Adnan, 2006 : 43).
Tikus putih (Rattus norvegicus) termasuk hewan poliestrus. Artinya, dalam
periode satu tahun terjadi siklus reproduksi yang berulang-ulang. Daur estrus kedua
jenis hewan ini dibedakan menjadi lima fase yaitu proestrus, estrus, metestrus I,
metestrus II dan diestrus. Siklus estrus tikus berlangsung dalam 6 hari. Meskipun
pemilihan waktu siklus dapat dipengaruhi oleh faktor- faktor eksteroseptif seperti
cahaya, suhu, status nutrisi dan hubungan sosial. Setiap fase dari daur estrus dapat
dikenali melalui pemeriksaan apus vagina. Melalui apus vagina dapat dipelajari
berbagai tingkat diferensiasi sel epitel vagina yang secara tidak langsung mencerminkan
perubahan fungsional ovarium. (Akbar, 2010: 10). Oleh karena itu, praktikum ini akan
mempelajari anatomi sistem reproduksi baik ekterna maupun interna, siklus estrus, serta
indeks gonadosomatik (GSI) pada tikus betina.
Perubahan fisiologi yang utama terjadi pada ovarium dan direflesikan dalam
bentuk perubahan-perubahan yang terjadi pada vagina dibawah pengaruh hormon
ovarium, estrogen dan progesteron. Siklus reproduksi terdiri dari siklus estrus dan siklus
menstruasi. Siklus ovarium merupakan ovulasi pada hewan tipe spontan vs induksi
siklus endometrium. Sedangkan siklus vagina merupakan adalah bagian dari vaginal
smear (Niam, 1995).
Siklus estrus ini dikontrol oleh hormon estrogen. Reseptor hormon estrogen
tidak hanya di oviduktus, tetapi juga pada hati. Reseptor hormon estrogen pada
oviduktus berfungsi untuk mensintesis protein telur. Reseptor hormon estrogen pada
hati berfungsi mensintesis vitelogen (Rugh, 1962).
Siklus estrus dapat dibagi dalam beberapa tahap yaitu tahap diestrus, proestrus,
estur, dana metestrus. Tahap-tahap siklus dapat ditentukan dengan melihat gambaran
sitologi apusan vagina. Pada saat estrus, vgina memperlihatkan sel-sel epitel yang
menanduk. Apusan vagina biasanya dibuat pada hewan-hewan laboratorium,
umpamanya mencit dan tikus, sebelum hewan jantan dan betina disatukan, penyatuan
sebaiknya dilakukan pada saat estrus awal. Pada saat estrus, vulva hewan betina
biasanya merah dan bengkak. Adanya sumbat vagina setelah penyatuan menandakan
bahwa kopulasi telah berlangsung, dan hari itu ditentukan sebagai hari kehamilan yang
ke nol (Adnan, 2006 dalam Iman, 2011).

B. Alat dan Bahan


Alat
No Alat Jumlah
Alat Bedah (gunting, skalpel, jarum,
1 1 paket
baki)
Timbangan mekanik merk Sartorius
2 1 buah
311g
3 Timbangan elektronik berskala mg 1 buah
4 Pipet tetes 1 buah
5 Kaca objek 1 buah
6 Mikroskop 1 buah
7 Bowl eksikator 1 buah
8 Pembakar Bunsen atau lampu spirtus 1 buah

Bahan

No Bahan Jumlah

1 Tikus putih (Rattus norvegicus) 1 ekor


betina

2 Kloroform teknis 10 mL 1 buah

3 Kapas 1 pak

4 NaCl fisiolos (0,9 %) 50 mL Secukupnya

5 Zat warna metilen blue 10 mL Secukupnya


C. Langkah Kerja
a) Bagian Eksternal

Timbanglah tikus dengan timbangan mekanik,


kemudian bius dengan kloroform.

Amati bagian reproduksi eksternal hamster.

Amati kelenjar susu hamster di bagian ventrolateral


mengikuti alur garis dari ketiak hingga lipatan paha.
c
Gambarlah sistem reproduksi eksternal
hamster betina yang ilengkapi garis susu.

b) Bagian Internal

Hamster di bedah pada bagian perut hingga


tampak situs viserum.
Bagian hepar, lambung, dan usus diangkat.
agar organ reproduksi bagian internal dapat
terlihat jelas.
Organ reproduksi bagian internal, meliputi ovarium, oviduct,
uterus, dan lainnya diamati.
c
Organ ekskresi berupa hati, ginjal, ureter, uretra,
dan vesika urinaria di amati.
c

Organ reproduksi internal dan organ ekskresi di gambar.

c) Penentuan GSI
Sepasang ovarium haster ditimbang,
menggunakan satuan mg.

Hasil penimbangan ovarium dicatat

Nilai GSI di hitung dengan cara berat total ovarium dibagi


dengan berat badan hamster kemudian dikalikan 100.
c

Hasil pengamatan di tulis.


c

d) Preparasi Apusan Vagina

Hamster betina yang telah di bius diambil

Pipet yang berisi NaCl 5 mL dimasukkan ke


dalam lubang vagina hamster.
Semprotkan NaCl, dan pipet di kocok di dalam vagina hamster
sampai di dapati cairan keruh.
c Cairan keruh dari dalam vagina hamster di sedot
oleh pipet
c
Cairan keruh vagina hamster di simpan di kaca
objek
c
Cairan keruh vagina hamster pada kaca objek
ditetesi metilene blue sebanyak satu tetes
c
Cairan keruh vagina pada kaca objek dikeringkan
di sekita api pada bunsen.
c
Setelah kering diamati di bawah mikroskop
elektron.
c

ciri-ciri hasil dari apusan vagina di amati.


No Gambar Dokumentasi Gambar Literatur Keterangan
1 Bagian eksterna dari
reproduksi betina
meliputi:
Klitoris dengan lubang
yang disebut orisifium
klitoride (muara uretra
tempat keluar urin),
vulva (organ
kopulatoris) dan kelenjar
Bagian Eksterna Sumber: susu.
http://farm3.static.flickr.
com/2402/2455260102_
a6daa080f8_o.jpg
2 Ginjal: organ eksresi.
Urinary Bladder
(Kandung Kemih).
Ovarium: pabrik
penghasil telur & hormon
Kelamin.
Oviduct: penghubung
antara ovarium dengan
uterus.
Uterus: penerimaan
ovum yang dibuahi.
Sumber: Vagina: tempat
(Kurniati, 2015: 110) penumpahan semen dari
Bagian Interna
individu jantan.
3 Ovarium: tempat
berkembangnya folikel
telur, yaitu folikel
primer, folikel sekunder,
folikel tersier, folikel de
Sumber: Graaf, korpus rubrum,
https://www.google.co.i korpus luteum dan
d/imgres? 20:54 korpus albikan.
Ovarium 21/02/2016
D. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel. 2 Sistem Reproduksi Hamster Betina


- Bagian Eksternal
No Gambar Keterangan
1. Lubang vagina, berada di
atas anus, berfungsi sebagai jalan
masuknya penis jantan, untuk
kopulasi. Lubang vagina hamster
sangat kecil dan seperti ada yang
menutupi, karena hamster sedang
hamil
Klitoris, berupa tonjolan
kecil terletak di sebelah atas lubang
vagina, berfungsi sebagai organ
erektil. Kelenjar susu/mamae,
berjumlah delapan. Berfungsi untuk
menyusui anaknya.
- Baginan Internal
No Gambar Keterangan
1 Gambar keseluruhan dari sistem
reproduksi hamster betina, nampak
ada sepasang ovarium, sepasang
tuba falovi (oviduct), dan uterus.
Selain itu, karena sedang hamil
dalam uterus terdapat fetus dan
adanya plasenta.

Gambar keseluruhan
2 Ovarium berjumlah sepasang yaitu
kiri dan kanan, berfungsi sebagai
tempat pebentukan ovum
(oogenesis). Terletak di perut bagian
bawah (sekitar pinggang).
3 Ovarium berjumlah sepasang yaitu
kiri dan kanan, berfungsi sebagai
tempat pebentukan ovum
(oogenesis). Terletak di perut bagian
bawah (sekitar pinggang).

4 Uterus, berada di tengah, temapat


perkembangan janin. Pada Hamster
ini, uterus telah berisi fetus.
Sehingga tidak terlihat dengan jelas.

5 Hamster yang hamil terdapat fetus


(janin) terlihat seperti kantung-
kantung bulat. Pada setiap kantung
terdapat plasenta yang berfungsi
sebagai penyalur makanan dari ibu
kepada calon anak (fetus).

Tabel. 3 Organ Eksresi Hamster Betina


No Gambar Keterangan
1 Terdapat di bawah rongga dada,
berwarna merah hati, terdiri atas
beberapa lobus. Berfungsi untuk
menetralkan racun, dan
mekekskresikan zat warna dan
garam empedu.
Hati
2 Terletak di bawah hati. Terdapat
sepasang, yaitu kiri dan kanan.
Berbentuk seperti kacang merah.
Pada hamster yang diamati, ginjal
berwarna pucat. Fungsi ginjal
utamanya untuk membentuk urin.

Ginjal
3 Merupakan saluran panjang
berjumlah sepasang ysng
menghubungkan ginjal dengan
kandung kemih.

Ureter
4 Kandung kemih, terletak I perut,
berfungsi untuk menampung urine.

Kandung Kemih

Perhitungan nilai GSI


Berat total ovarium Hamster : 0,00615 mg
Berat tubuh hewan Hamster : 1,33700 mg
Berat total ovarium
GSI = x 100%
Berat badan hewan
0,00615 mg
= x 100%
1,33700 mg
= 0,459%
Berat total ovarium Tikus putih : 0,0035 mg
Berat tubuh hewan Tikus putih : 4,1044 mg
Berat total ovarium
GSI = x 100%
B erat badan hewan
0,0035 mg
= x 100%
4,1044 mg
= 0,085%

Tabel. 4 Gambar sitologi apusan vagina Hamster dan Tikus putih

Apusan vagina Hamster Apusan vagina Tikus Putih Gambar Literatur


(Estrus) (Proestrus)

Pembahasan
Anatomi Sistem Reproduksi Betina
Bagian Eksterna
Pada tabel hasil pengamatan terlihat anatomi sistem reproduksi betina bagian
eksterna yang meliputi: kelenjar susu, klitoris, dan vulva. Pada saat pengamatan terlihat
kelenjar susu pada bagian ventrolateral mengikuti alur garis dari ketiak hingga lipatan
paha terdapat lebih dari 3 pasang kelenjar susu yang ditemukan. Kelenjar susu meski
bukan bagian dari sistem reproduksi, perlu diketahui fungsinya sebagai penyedia air
susu. Diperkuat dengan teori menyatakan bahwa kelenjar susu merupakan pelengkap
pada organ reproduksi betina (Pearce, 2000: 265). Fungsi dari kelenjar susu untuk
memberi makan (berbentuk air susu) dan penangkal awal bayi baru lahir (Yatim, 2000:
105).
Pada saat pengamatan terlihat klitoris yang terletak sebelah anterior vulva.
Pada klitoris juga terdapat lubang yang disebut orisifium klitoride yang berfungsi
sebagai muara uretra tempat keluar urin. Bedasarkan bentuknya yang menonjol keluar
dan fungsinya sebagai pengeluaran urin juga, klitoris mirip dengan penis pada bagian
ekterna reproduksi jantan. Teori mengatakan bahwa klitoris merupakan sebuah jaringan
erektil yang serupa dengan penis. Letaknya anterior dalam vastibula (Pearce, 2000:
257).
Pada saat pengamatan terlihat vulva terletak diantara klitoris (berdekatan) dan
lubang anus. Vulva merupakan bagian vagina yang tampak dari luar, terletak sebelah
anterior lubang anus, berfungsi sebagai tempat penis sewaktu kopulasi dan tempat
keluar fetus sewaktu melahirkan (Pengajar, 2016: 20)
Bagian Interna
Pada tabel hasil pengamatan terlihat anatomi sistem reproduksi betina bagian
interna yang meliputi: ovarium, oviduct, uterus, dan vagina. Selain itu terdapat juga
organ-organ pada sistem eksresi yang mulai dari ginjal, ureter, vesikula urinaria, hingga
uretra.
Vagina adalah ruangan berdinding tebal yang membentuk saluran kelahiran
yang dilalui bayi saat lahir; dan juga merupakan tempat singgah bagi sperma selama
koopulasi (Campbell dkk., 2003).
Vagina terlihat saat pengamatan berupa saluran yang terletak berdekatan
dengan organ reproduksi bagian luar. Vagina merupakan suatu saluran musculo
membranosa yang menghubungkan uterus dengan vulva, terletak antara kandung
kencing dan rectum (Sastrawinata, 1983: 49). Selain itu juga pada saat pengamatan
terdapat organ-organ pada sistem eksresi yang mulai dari ginjal, ureter, vesikula
urinaria, hingga uretra.
Pada saat pengamatan terlihat sepasang ovarium (kiri dan kanan) seperti
kumpulan dari buah anggur yang bersatu, berwarna merah, dan terbungkus selaput.
Ovarium diselaputi oleh selapis sel-sel yang berasal dari lapisan peritoneum yang
kemudian berubah menjadi bentuk kubus (Yatim, 1994: 65).
Gonad perempuan, ovarium (ovary), berada di dalam rongga abdomen,
manggantung, dan bertaut melalui mesentrium ke uterus. Masingpmasing ovarium
terbungkus dalam kapsul pelindung yang keras dan mengandung banyak folikel. Folikel
terdiri atas satu sel telur yang dikelilingi oleh satu atau lebih lapisan sel-sel folikel, yang
memberikan makanan dan melindungi sel telur yang berkembang. Keseluruhan dari
400.000 folikel yang dimiliki oleh seorang perempuan sudah terbentuk sebelum
kelahirannya. Dari jumlah tersebut, hanya beberapa ratus folikel yang membebaskan sel
telur selama tahun-tahun reproduksi perempuan. Mulai pada masa pubertas dan terus
berlangsung sampai menopause, umumnya sebuah folikel matang dan membebaskan sel
telurnya setiap satu siklus menstruasi. Sel-sel folikel juga menghasilkan hormone seks
utama perempuan, yaitu estrogen. Sel telur itu didorong dari folikel dalam proses
ovulasi. Jairngan folikel sisanya kemudiantmbuh di dalam ovarium untuk membentuk
massa padat yang disebut sebagai korpus luteum (corpus luteum). Korpus luteum
mensekresikan tambahan estrogen dan progesterone, yaitu hormone yang
mempertahanakan dinding uterus selama kehamilan. Jika sel telur tidak dibuahi, korpus
luteum akan lisis, dan sebuah folikel baru akan mengalami pematangan selama siklus
berikutnya (Campbell dkk., 2003).
Oviduct saat pengamatan terletak berdekatan dengan ovarium dan bersambung
dengan uterus. Saluran ini terdapat sepasang dan merupakan penghubung antara
ovarium dengan uterus. Oviduk terdiri dari bagian interstisialis, bagian ismika, bagian
ampularis dan infundibulum yang berfimbria. Oviduk berfungsi pada saat ovulasi
dimana ovum disapu ke dalam ujung oviduk yang berfimbria. Fungsi lain dari oviduk
adalah kapasitasi sperma, fertilisasi, dan pembelahan embrio yang terjadi dibagian
ampula. Pengangkutan sperma ke tempat fertilisasi dan pengangkutan ovum ke uterus
diatur oleh kontraksi muskuler yang dikoordinir oleh hormon ovarial, estrogen dan
progesteron (Akbar, 2010: 8).
Uterus tikus putih betina pada saat pengamatan terlihat bercabang dan
memanjang. Hal ini menimbulkan hasil keturunan yang dihasilkan banyak hingga dapat
mencapai 15 ekor dalam satu melahirkan, akan tetapi rata-rata tikus melahirkan sampai
pada 9 ekor. Diperkuat dengan teori bahwa uterus tikus tidak termasuk tipe bikornu
yang berarti sebuah uterus dengan dua tanduk uterus yang panjang dan bersatu pada
badan uterus yang pendek. Implantasi embrio dan pertumbuhan fetus biasanya terjadi
pada kedua tanduk uterus (Pengajar, 2016: 21).
Histology ovarium adalah pengamatan sayatan ovarium di bawah mikroskop
cahaya. Preparat yang digunakan adalah preparat awetan yang telah disediakan di
laboratorium, dengan teknik pewarnaan tertentu.
Dari hasil pengamatan tersebut didapatkan bahwa ovarium pada hamster
berada pada fase estrus sedangkan pada tikus putih berada pada fase proestrus. Siklus
estrus dapat dibagi dalam beberapa tahap yaitu tahap diestrus, proestrus, estur, dana
metestrus. Tahap-tahap siklus dapat ditentukan dengan melihat gambaran sitologi
apusan vagina. Pada saat estrus, vgina memperlihatkan sel-sel epitel yang menanduk.
Apusan vagina biasanya dibuat pada hewan-hewan laboratorium, umpamanya mencit
dan tikus, sebelum hewan jantan dan betina disatukan, penyatuan sebaiknya dilakukan
pada saat estrus awal. Pada saat estrus, vulva hewan betina biasanya merah dan
bengkak. Adanya sumbat vagina setelah penyatuan menandakan bahwa kopulasi telah
berlangsung, dan hari itu ditentukan sebagai hari kehamilan yang ke nol (Adnan, 2006
dalam Iman, 2011).
Dari pengamatan ovarium dan uterus hamster didapatkan ciri-ciri
1) Ovarium tipis, dan letaknya lebih bawah daripada tikus
2) Ovarium berwarna merah muda pucat
3) Uterus tidak nampak dengan jelas karena terisi fetus.
Dari pengamatan ovarium dan uterus tikus putih didapatkan ciri-ciri
1) Ovarium ebih tebal dibanding ovarium hamster
2) Berwarna merah muda
3) Uterus nampak dengan sangat jelas dan cukup membengkak
Dari hasil pengamatan di atas yang disampaikan dalam bentuk gambar, maka
dapat diperhatikan bahwa sel-sel yang terdapat pada gambar berbentuk agak pipih
dengan tepi tidak teratur dan sel-selnya memiliki inti sel. Selain itu pada preparat
tersebut juga tidak ditemukan adanya epitel. Begitu juga dengan leukosit yang tidak
ditemukan keberadaannya. Dari ciri-ciri tersebut maka dapat diketahui bahwa hamster
betina yang kami amati sedang berada pada fase estrus.
Preparat apus vagina fase estrus ditandai dengan terbentuknya cornified cell
(sel menanduk) sebagai gambaran banyaknya mitosis yang terjadi di dalam mukosa
vagina. Menjelang estrus berakhir, lumen vagina membentuk sel-sel menanduk dengan
inti berdegenerasi (Effendi, 2015:13).
Pada hewan betina, gonadotrophin releasing hormone (GnRH) disekresikan
dari hipothalamus merangsang pelepasan lutenising hormone (LH) and follicle
stimulating hormone (FSH) dari pituitari anterior. FSH and LH disekresikan dengan
taraf yang berbeda pada periode siklus estrus. Pada awal siklus (fase follicular), FSH
merangsang perkembangan folikel-folikel, salah satu diantaranya berkembang cepat
menjadi folikel de Graff (GF). Folikel de Graaf mensekresikan hormon estradiol
(Andria, 2012: 7)
Dari pengamatan ovarium dan uterus didapatkan ciri-ciri:
Estrus adalah fase yang ditandai oleh penerimaan pejantan oleh hewan betina
untuk berkopulasi, fase ini berlangsung selama 12 jam. Folikel de graaf membesar dan
menjadi matang serta ovum mengalami perubahan-perubahan kearah pematangan. Pada
fase ini pengaruh kadar estrogen meningkat sehingga aktivitas hewan menjadi tinggi,
telinganya selalu bergerak-gerak dan punggung lordosis. Ovulasi hanya terjadi pada
fase ini dan terjadi menjelang akhir siklus estrus. Pada preparat apus vagina ditandai
dengan menghilangnya leukosit dan epitel berinti, yang ada hanya epitel bertanduk
dengan bentuk tidak beraturan dan berukuran besar (Akbar, 2010: 11).
Ovariektomi merupakan operasi pengangkatan satu atau kedua ovarium dari
rongga abdomen dengan tujuan sterilisasi tumor ovari. Tubektomi adalah menutup
saluran indung telur (tuba fallopi) (Yatim, 1994: 114). Hal ini bertujuan agar sel telur
tidak bisa memasuki rahim untuk dibuahi. Superovulasi adalah suatu perlakuan terhadap
induk (donor) untuk mendapatkan ova lebih banyak dari biasanya dengan memberikan
hormon-hormon tertentu dari luar tubuh. Hormon yang sering digunakan adalah Follicle
Stimulating Hormone (FSH) dan Pregnant Mare’s Serum Gonadotropin (PMSG).
Hormon yang umum digunakan untuk menginduksi superovulasi pada sapi adalah FSH
yang berasal dari hipofisis, sebagai salah satu upaya meningkatkan efisiensi reproduksi,
terutama terhadap hewan yang secara alami tergolong beranak tunggal.
Proses terjadinya perubahan sel-sel epitel vagina dibawah pengaruh FSH,
selusin atau lebih folikel ovari tumbuh dengan cepat; dengan demikian periode ini
merupakan periode yang didominasi oleh kadar estrogen yang tinggi. Salah satu fungsi
estrogen dapat dilihat pada uterus yang mengalami perbesaran progesif dan
mengembung lantaran akumulasi cairan lumen (Turner & Bagnara 1976). Tingginya
kadar estrogen ini akan menekan sekresi FSH dan sebaliknya merupakan umpan balik
positif terhadap LH sehingga terjadi lonjakan LH yang sangat tinggi (LH surge) sesaat
sebelum ovulasi. Ovulasi terjadi selama estrus dan didahului oleh perubahan histologik
di dalam folikel yang menunjukkan adanya luteinisasi awal. Cairan lumen di dalam
uterus banyak yang hilang sebelum ovulasi. Sel-sel menanduk didalam preparat apus
vagina dipakai sebagai petunjuk estrus. Sel-sel menanduk ini merupakan gambaran
banyaknya mitosis yang terjadi di dalam mukosa vagina, lapisan permukaannya menjadi
squmosa. Menjelang estrus berakhir, di dalam lumen vagina terdapat massa seperti keju
terdiri atas sel-sel menanduk dengan inti berdegenerasi (Putra, 2009: 19-20).

E. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, dapat ditarik beberapa kesimpulan
pada setiap bagiannya, diantaranya:
Anatomi Sistem Reproduksi Betina
Pada sistem reproduksi tikus putih (Rattus norvegicus) betiana bagian eksterna
terdiri dari beberapa organ penting diantaranya: kelenjar susu, klitoris, dan vulva.
Pada sistem reproduksi tikus putih (Rattus norvegicus) betiana bagian interna
terdiri dari beberapa organ penting diantaranya: ovarium, saluran reproduksi (oviduct,
uterus dan vagina), dan beberapa kelenjar asesoris. Selain itu terdapat juga organ-organ
pada sistem eksresi yang mulai dari ginjal, ureter, vesikula urinaria, hingga uretra.
Penetuan GSI
Perhitungan Nilai GSI menghasilkan angka 0,085%.
Preparasi Apusan Vagina
Preparat apus vagina fase estrus ditandai dengan terbentuknya cornified cell
(sel menanduk) sebagai gambaran banyaknya mitosis yang terjadi di dalam mukosa
vagina. Menjelang estrus berakhir, lumen vagina membentuk sel-sel menanduk dengan
inti berdegenerasi (Effendi, 2015:13).

F. Pertanyaan Dan Jawaban

1. Organ mana yang berhubungan dengan istilah ovariektomi dan tubektomi, serta
superevolusi. Terangkan apakah tujuan teknik reproduksi tersebut!
Jawaban :
 Ovariektomi adalah organnya yaitu ovarium adapun tujuannya yaitu untuk
mengendalikan penyakit reproduksi.
 Tubektomi ialah organya yaitu tuba pallaofi (saluran telur) adapun tujuan yaitu
untuk menghentikan proses fertilisasi secara permanen.
 Supervolusi ialah organnya yaitu ovum (sel telur) adapun tujuan dari teknik
super ovulasi ini yaitu untuk meningkatkan jumlah ovulasi.
2. Bagaimana proses terjadinya perubahan sel-sel epitel vagina dengan
menjelaskan kerja hormon reproduksi yang berkaitan !
Jawaban :
Proses terjadinya perubahan sel epitel pada vagina yaitu :
 Fase proestrus yaitu periode pertumbuhan polikel dan dihasilkan banyak
estrogen, estrogen ini merangsang pertumbuhan selluler pada alat kelamin
tambahan terutama vagina dan ovarium.
 Fase estrus yaitu klimaks fase folikel pada fase inilah betina siap menerima
jantan, dan pada fase inipula terjadi ovulasi, pada waktu ini terjadi birahi,
tidak dibuahi maka terjadi haid, pada masa inilah terjadi fase luterus corpus
luteum dalam ovarium giat menghasilkan progeteron, pada fase ini juga
terdapat sel-sel epitel menariduk.
 Fase diestrus yaitu pada fase ini terdapat sel epitel biasa dan banyak leukosit,
pada fase ini jika tidak terjadi kehamilan, ovarium dan alat kelamin tambahan
mengalami perubahan berangsur kembali kepeda suasana istirafiat, dan
tenang.

G. DAFTAR PUSTAKA
Adnan, 2006. Reproduksi dan Embriologi. Makassar: Jurusan Biologi FMIPA
Universitas Negeri Makassar.
Tim pengajar. 2017. Penuntun Praktikum Embriologi. Bandung : UIN Bandung

Adriyan Permana Putra. 2009. Efektivitas Pemberian Kedelai Pada Tikus Putih (Rattus
novergicus) Bunting Dan Menyusui Terhadap Pertumbuhan Dan Kinerja
Reproduksi Anak Tikus Betina. Bogor: IPB.

Campbell, N. A., J. B. Reece, L. G. Mitchell. 2003. Biologi Edisi Kelima Jilid 3.


Jakarta: Erlangga.
Iman, Cikha Farahdiba. 2011. Vaginal Smear. http:// www.biosains.edu.com [diakses
pada tanggal 14 Maret 2018, pukul 14.00 WIB]
Niam, B. 1995. Diktat Kuliah Struktur dan Perkembangan Hewan II. Purwokerto:
Unsoed.
Partodiharjo S, 1980. Ilmu Reproduksi Hewan. Jakarta:.Mutiara.
Budhi Akbar. 2010. Tumbuhan dengan Kandungan Senyawa Aktif yang Berpotensi
sebagai Bahan Antifertilitas. Jakarta: Adabia Press.
E. Mulyati Effendi, dkk. 2015. AKTIVITAS ESTROGENIK EKSTRAK ETANOL 70%
HERBA KEMANGI (Ocimum americanum L.) PADA TIKUS PUTIH BETINA
(Rattus norvegicus) PRE-MENOPAUSE. Jurnal Fitofarmaka. Vol. 5 No. 1 Juni
2015. ISSN: 2087-9164. Pakuan: Program Studi Farmasi FMIPA Universitas
Pakuan.
Evelyn C. Pearce. 2000. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT.
Gramedia.
L. F. M Vanzutphen, V Baumans. A. C Beynen. 1993. Principles of Laboratory Animal
Science. Amsterdam: Elsevier.
Sulaiman Sastrawinata. 1983. Obstetri Fisiologi. Bandung: Fakultas Kedokteran
Universitas Padjadjaran.
Supripto. 1994. Struktur Hewan. Bandung: Biologi ITB.
Tuti Kurniati. 2015. Zoologi Vertebrata. Bandung: UIN Sunan Gunung Djati.
Wildan Yatim. 1994. Reproduksi dan Embriologi. Bandung: Tarsito.
Yulianti Andria. 2012. PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN PEGAGAN
(Centella asiatica (L) URBAN) TERHADAP KADAR HORMON ESTRADIOL
DAN KADAR HORMON PROGESTERON TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus)
BETINA. Program Studi Ilmu Biomedik.

Anda mungkin juga menyukai