- Eka
Oleh :
Kelas/Smst : A/V
BANDUNG
2016
SISTEM REPRODUKSI (Rattus norvegicus) BETINA DEWASA
Ismail Fadlurrohman
Program Studi Pendidikan, Jurusan Pendidikan MIPA, Fakultas Tarbiyah Dan
Keguruasn, Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung
Jln. A.H. Nasution No. 105 Bandung
e-mail: ismailfadlurrohman665@gmail.com
I. PENDAHULUAN
1.1. Landasan Teori
Sistem reproduksi pada hewan betina juga terdiri dari kelenjar kelamin, saluran
reproduksi, dan kelenjar asesoris. Pada tikus atau mencit terdapat sepasang ovarium
dan oviduct. Satu uterus bikomu, satu serviks, vagina, kelenjar klitoris dan klitoris.
Klitoris yang diengkapi orifisium klitoridae dan bagian vagina yang disebut vulva
dapat terlihat dari luar, sedangkan yang lainnya terdapat pada bagian interna tubuh
dan untuk mengetahuinya perlu pembedahan (Tim Pengajar. 2017: 19).
Biologi reproduksi merupakan topik penting dalam penelitian biomedis.
Gangguan fungsi reproduksi menjadi salah satu permasalahan mendasar baik pada
manusia maupun hewan. Keberadaan hewan model (hewan coba) sangat dibutuhkan
untuk menjawab permasalahan-permasalahan tersebut melalui penelitian in vivo.
Tikus (Rattus norvegicus) albino atau yang dikenal sebagai tikus putih adalah
hewan yang paling sering digunakan sebagai model dalam penelitian biomedis. Oleh
karena dapat mewakili sistem biologis mammal, maka hewan ini tepat untuk
dijadikan sebagai hewan coba dalam kajian praklinik. Salah satu galur yang paling
banyak digunakan adalah tikus Wistar yang mulai dikembangbiakkan di Wistar
Institute sejak 1906 (Fitria, dkk. 2015 : 29).
Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa perbedaan morfofisiologi organ
reproduksi dapat digunakan sebagai karakter pembeda antara spesies hewan seperti
bakulum, morfometri spermatozoa atau struktur duri penis (penile spine). Perbedaan
karakter organ reproduksi tersebut mencerminkan peran sebagai
pemisah/penghalang pada proses perkawinan antar spesies dan mempunyai potensi
untuk digunakan sebagai karakter identifikasi dalam studi taksonomi (Phadmacanty,
2014 : 84).
Sistem reproduksi pada tikus betina tidak jauh berbeda dengan reproduksi tikus
jantan pada umunya, yaitu terdiri dari kelenjar kelamin, saluran reproduksi dan
kelenjar asesoris. Kelenjar kelamin betina terdapat pada ovarium. Saluran reproduksi
pada mamalia terbagi kedalam tiga bagian, yaitu: oviduct, uterus, vagina (Supripto,
1994: 173). Selain itu, kelenjar aksesoris yang terdapat pada tikus betina tidak jauh
berbeda dengan tikus jantan yang sudah dijelaskan pada praktikum pertama.
Pada kemauan menerima hewan jantan terbatas selama masa yang disebut estrus
atau birahi. Selama estrus, hewan-hewan betina secara fisiologis dan psikologis
dipersiapkan untuk menerima hewan-hewan jantan, dan perubahan-perubahan
struktural terjadi di dalam organ-organ assesori seks betina (Adnan, 2006 : 43).
Tikus putih (Rattus norvegicus) termasuk hewan poliestrus. Artinya, dalam
periode satu tahun terjadi siklus reproduksi yang berulang-ulang. Daur estrus kedua
jenis hewan ini dibedakan menjadi lima fase yaitu proestrus, estrus, metestrus I,
metestrus II dan diestrus. Siklus estrus tikus berlangsung dalam 6 hari. Meskipun
pemilihan waktu siklus dapat dipengaruhi oleh faktor- faktor eksteroseptif seperti
cahaya, suhu, status nutrisi dan hubungan sosial. Setiap fase dari daur estrus dapat
dikenali melalui pemeriksaan apus vagina. Melalui apus vagina dapat dipelajari
berbagai tingkat diferensiasi sel epitel vagina yang secara tidak langsung
mencerminkan perubahan fungsional ovarium. (Akbar, 2010: 10).
Pada beberapa mamalia siklus reproduksi disebut juga sebagai siklus estrus.
Estrus atau birahi adalah suatu periode secara psikologis maupun fisiologis yang
bersedia menerima pejantan untuk berkopulasi. Periode atau masa dari permulaan
periode birahi ke periode birahi berikutnya disebut dengan siklus estrus. Siklus
estrus adalah siklus seksual pada mamalia bukan primate yang tidak menstruasi.
Siklus estrus merupakan cerminan dari berbagai aktivitas yang saling berkaitan
antara hipotalamus, hipofisis, dan ovarium. Selama siklus estrus terjadi berbagai
perubahan baik pada organ reproduksi maupun pada perubahan tingkah laku seksual
(Akbar, 2010 : 10).
Perubahan penampilan ovarium dapat diukur secara kuantitatif pada tiap
stadium estrus. Berat total ovarium yang ditimbang dan dibandingkan dengan berat
badannya menghasilkan suatu besaran yang disebut indeks gonadosomatik atau GSI
(gonad somatic index). Bagaimana nilai GSI dengan siklus estrus akan terlihat dari
hasil praktikum (Tim Pengajar. 2017: 19).
1.2. Tujuan Praktikum : - Mengamati, mempelajari dan menggambarkan sperma hamster
/marmut beserta bagian-bagiannya.
- Menggambarkan kelainan pada sperma.
- Membedakan kelainan pada beberapa jenis hewan.
- Membuat apusan sperma.
Diskusikan :
Sumber:
http://farm3.static.flickr.com/2402/
2455260102_a6daa080f8_o.jpg
Ovarium: Tempat
berkembangnya folikel
telur, yaitu folikel primer,
folikel sekunder, folikel
tersier, folikel de Graaf,
korpus rubrum, korpus
Sumber: luteum dan korpus albikan.
https://www.google.co.id/img
res? 20:54 18/03/2017
Anatomi Sistem Reproduksi Betina :
Bagian Eksterna
Pada tabel hasil pengamatan terlihat anatomi sistem reproduksi betina bagian
eksterna yang meliputi: kelenjar susu, klitoris, dan vulva. Pada saat pengamatan terlihat
kelenjar susu pada bagian ventrolateral mengikuti alur garis dari ketiak hingga lipatan
paha terdapat lebih dari 3 pasang kelenjar susu yang ditemukan. Kelenjar susu meski
bukan bagian dari sistem reproduksi, perlu diketahui fungsinya sebagai penyedia air susu.
Diperkuat dengan teori menyatakan bahwa kelenjar susu merupakan pelengkap pada
organ reproduksi betina (Pearce, 2000: 265). Fungsi dari kelenjar susu untuk memberi
makan (berbentuk air susu) dan penangkal awal bayi baru lahir (Yatim, 2000: 105).
Pada saat pengamatan terlihat klitoris yang terletak sebelah anterior vulva. Pada
klitoris juga terdapat lubang yang disebut orisifium klitoride yang berfungsi sebagai
muara uretra tempat keluar urin. Bedasarkan bentuknya yang menonjol keluar dan
fungsinya sebagai pengeluaran urin juga, klitoris mirip dengan penis pada bagian ekterna
reproduksi jantan. Teori mengatakan bahwa klitoris merupakan sebuah jaringan erektil
yang serupa dengan penis. Letaknya anterior dalam vastibula (Pearce, 2000: 257).
Pada saat pengamatan terlihat vulva terletak diantara klitoris (berdekatan) dan
lubang anus. Vulva merupakan bagian vagina yang tampak dari luar, terletak sebelah
anterior lubang anus, berfungsi sebagai tempat penis sewaktu kopulasi dan tempat keluar
fetus sewaktu melahirkan (Tim Pengajar, 2017: 20)
Bagian Interna
Pada tabel hasil pengamatan terlihat anatomi sistem reproduksi betina bagian interna
yang meliputi: ovarium, oviduct, uterus, dan vagina. Selain itu terdapat juga organ-organ
pada sistem eksresi yang mulai dari ginjal, ureter, vesikula urinaria, hingga uretra.
Pada saat pengamatan terlihat sepasang ovarium (kiri dan kanan) seperti kumpulan dari
buah anggur yang bersatu, berwarna merah, dan terbungkus selaput. Ovarium diselaputi
oleh selapis sel-sel yang berasal dari lapisan peritoneum yang kemudian berubah menjadi
bentuk kubus (Yatim, 1994: 65).
Oviduct saat pengamatan terletak berdekatan dengan ovarium dan bersambung
dengan uterus. Saluran ini terdapat sepasang dan merupakan penghubung antara ovarium
dengan uterus. Oviduct terdiri dari bagian interstisialis, bagian ismika, bagian ampularis
dan infundibulum yang berfimbria. Oviduk berfungsi pada saat ovulasi dimana ovum
disapu ke dalam ujung oviduk yang berfimbria. Fungsi lain dari oviduk adalah kapasitasi
sperma, fertilisasi, dan pembelahan embrio yang terjadi dibagian ampula. Pengangkutan
sperma ke tempat fertilisasi dan pengangkutan ovum ke uterus diatur oleh kontraksi
muskuler yang dikoordinir oleh hormon ovarial, estrogen dan progesteron (Akbar, 2010:
8).
Uterus tikus putih betina pada saat pengamatan terlihat bercabang dan memanjang.
Hal ini menimbulkan hasil keturunan yang dihasilkan banyak hingga dapat mencapai 15
ekor dalam satu melahirkan, akan tetapi rata-rata tikus melahirkan sampai pada 9 ekor.
Diperkuat dengan teori bahwa uterus tikus tidak termasuk tipe bikornu yang berarti
sebuah uterus dengan dua tanduk uterus yang panjang dan bersatu pada badan uterus
yang pendek. Implantasi embrio dan pertumbuhan fetus biasanya terjadi pada kedua
tanduk uterus (Tim Pengajar, 2017: 21).
Vagina terlihat saat pengamatan berupa saluran yang terletak berdekatan dengan
organ reproduksi bagian luar. Vagina merupakan suatu saluran musculo membranosa
yang menghubungkan uterus dengan vulva, terletak antara kandung kencing dan rectum
(Sastrawinata, 1983: 49). Selain itu juga pada saat pengamatan terdapat organ-organ pada
sistem eksresi yang mulai dari ginjal, ureter, vesikula urinaria, hingga uretra.
Penetuan GSI
Berat total ovarium 116 mg
Berat badan hewan 100.000 mg
Berat total ovarium 116 mg
GSI = x 100% = x 100% = 0,116%
Berat badan hewan 100000 mg
Sumber: (Vanzutphen et
Pembesaran : 100 m al. 1993)
Dari hasil pengamatan di atas yang disampaikan dalam bentuk gambar, maka dapat
diperhatikan bahwa sel-sel yang terdapat pada gambar berbentuk agak pipih dengan tepi
tidak teratur dan sel-selnya memiliki inti sel. Selain itu pada preparat tersebut juga sel
epitel berukuran kecil bulat. Begitu juga dengan leukosit yang tidak ditemukan
keberadaannya, dengan beberapa epitel menanduk. Dari ciri-ciri tersebut maka dapat
diketahui bahwa mencit betina yang kami amati sedang berada pada fase proestrus.
Namun pada sel menanduk terdapat bintik-bintik menyerupai inti sel. Hal ini dikarenakan
perbesaran yang kami gunakan dalam pengamatan kurang maksimal serta dalam
membersihkan kaca obyek dan penutupnya, kami hanya mnggunakan tisu yang dibasahi
dengan air tanpa menggunakan alkohol. Sehingga sel tampak kurang jelas dan terdapat
bintik-bintik kotoran yang dikira adalah inti sel. Padahal seharusnya itu adalah sel
menanduk tanpa inti sel. Pada saat mengambil apusan vagina mencit betina, vagina
berwarna merah dan membengkak dan ukuran uterus maksimal. Hal ini menunjukkan
bahwa mencit betina memasuki tahap Proestrus.
Pada fase proestrus ukuran uterus mencapai ukuran maksimal, sama halnya dengan
tikus yang kami amati, lalu pada sitologis apusan vagina terlihat bahwa fase pada
ovarium sesuai dengan literatur yaitu sel epitel yang berukuran kecil bulat dan berinti
(Tim Pengajar. 2017: 22). Dari pengamatan ovarium dan uterus didapatkan ciri-ciri: Sel-
sel epitel menanduk; vulva merah dan membengkak dan ukuran uterus maksimal;. Fase
Proestrus adalah fase sebelum estrus yaitu periode dimana folikel ovarium tumbuh
menjadi folikel de graaf dibawah pengaruh FSH.
Ovariektomi merupakan operasi pengangkatan satu atau kedua ovarium dari rongga
abdomen dengan tujuan sterilisasi tumor ovari. Tubektomi adalah menutup saluran
indung telur (tuba fallopi) (Yatim, 1994: 114). Hal ini bertujuan agar sel telur tidak bisa
memasuki rahim untuk dibuahi. Superovulasi adalah suatu perlakuan terhadap induk
(donor) untuk mendapatkan ova lebih banyak dari biasanya dengan memberikan hormon-
hormon tertentu dari luar tubuh. Hormon yang sering digunakan adalah Follicle
Stimulating Hormone (FSH) dan Pregnant Mares Serum Gonadotropin (PMSG).
Hormon yang umum digunakan untuk menginduksi superovulasi pada sapi adalah FSH
yang berasal dari hipofisis, sebagai salah satu upaya meningkatkan efisiensi reproduksi,
terutama terhadap hewan yang secara alami tergolong beranak tunggal.
Proses terjadinya perubahan sel-sel epitel vagina dibawah pengaruh FSH, selusin
atau lebih folikel ovari tumbuh dengan cepat; dengan demikian periode ini merupakan
periode yang didominasi oleh kadar estrogen yang tinggi. Salah satu fungsi estrogen
dapat dilihat pada uterus yang mengalami perbesaran progesif dan mengembung lantaran
akumulasi cairan lumen (Turner & Bagnara 1976). Tingginya kadar estrogen ini akan
menekan sekresi FSH dan sebaliknya merupakan umpan balik positif terhadap LH
sehingga terjadi lonjakan LH yang sangat tinggi (LH surge) sesaat sebelum ovulasi.
Ovulasi terjadi selama estrus dan didahului oleh perubahan histologik di dalam folikel
yang menunjukkan adanya luteinisasi awal. Cairan lumen di dalam uterus banyak yang
hilang sebelum ovulasi. Sel-sel menanduk didalam preparat apus vagina dipakai sebagai
petunjuk estrus. Sel-sel menanduk ini merupakan gambaran banyaknya mitosis yang
terjadi di dalam mukosa vagina, lapisan permukaannya menjadi squmosa. Menjelang
estrus berakhir, di dalam lumen vagina terdapat massa seperti keju terdiri atas sel-sel
menanduk dengan inti berdegenerasi (Putra, 2009: 19-20).
(TUGAS IV-5)
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, dapat ditarik beberapa kesimpulan pada
setiap bagiannya, diantaranya:
Anatomi Sistem Reproduksi Betina
Pada sistem reproduksi tikus putih (Rattus norvegicus) betina bagian eksterna
terdiri dari beberapa organ penting diantaranya: kelenjar susu, klitoris, dan vulva.
Pada sistem reproduksi tikus putih (Rattus norvegicus) betina bagian interna
terdiri dari beberapa organ penting diantaranya: ovarium, saluran reproduksi
(oviduct, uterus dan vagina), dan beberapa kelenjar asesoris. Selain itu terdapat
juga organ-organ pada sistem eksresi yang mulai dari ginjal, ureter, vesikula
urinaria, hingga uretra.
Penetuan GSI
Perhitungan Nilai GSI menghasilkan angka 0,116%.
Preparasi Apusan Vagina
Preparat apusan vagina fase Proestrus ditandai banyaknya sel apitel berukuran
kecil bulat dan berinti atau bentuk peralihan dari ciri tersebut, tanpa atau dengan
kehadiran beberapa leukosit tanpa atau dengan beberapa epitel menanduk (Tim
Pengajar, 2017:22).
V. DAFTAR PUSTAKA
Tim pengajar. 2017. Penuntun Praktikum Embriologi. Bandung : Tim pengajar.
FITRIA et al. 2015. Profil Reproduksi Jantan Tikus (Rattus norvegicus Berkenhout,
1769) Galur Wistar Stadia Muda, Pradewasa, dan Dewasa. JURNAL BIOLOGI
PAPUA. No. 01. Vol. 07 Hal. 2936. Yogyakarta : UGM.
Phadmacanty, Ni Luh Putu Rischa dan Wirdateti. 2014. Pengamatan Histologi, Anatomi
Organ Reproduksi Jantan Pada Kukang (Nycticebus coucang). Zoo Indonesia. No.
02. Vol. 23. Hal. 84-91. Bogor : LIPI.
Supripto. 1994. Struktur Hewan. Bandung: Biologi ITB.
Akbar, Budhi. 2010. Tumbuhan dengan Kandungan Senyawa Aktif yang Berpotensi
Sebagai Bahan Antifertilitas. Jakarta : Adabia Press.
Adnan, 2006. Reproduksi dan Embriologi. Makassar: Jurusan Biologi FMIPA
Universitas Negeri Makassar.
E. Mulyati Effendi, dkk. 2015. AKTIVITAS ESTROGENIK EKSTRAK ETANOL 70%
HERBA KEMANGI (Ocimum americanum L.) PADA TIKUS PUTIH BETINA
(Rattus norvegicus) PRE-MENOPAUSE. Jurnal Fitofarmaka. Vol. 5 No. 1 Juni
2015. ISSN: 2087-9164. Pakuan: Program Studi Farmasi FMIPA Universitas
Pakuan.
Tuti Kurniati. 2015. Zoologi Vertebrata. Bandung: UIN Sunan Gunung Djati.
Sulaiman Sastrawinata. 1983. Obstetri Fisiologi. Bandung: Fakultas Kedokteran
Universitas Padjadjaran.
L. F. M Vanzutphen, V Baumans. A. C Beynen. 1993. Principles of Laboratory Animal
Science. Amsterdam: Elsevier.
Wildan Yatim. 1994. Reproduksi dan Embriologi. Bandung: Tarsito.
Evelyn C. Pearce. 2000. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT. Gramedia.
Adriyan Permana Putra. 2009. Efektivitas Pemberian Kedelai Pada Tikus Putih (Rattus
novergicus) Bunting Dan Menyusui Terhadap Pertumbuhan Dan Kinerja
Reproduksi Anak Tikus Betina. Bogor: IPB.