Anda di halaman 1dari 14

Laporan Praktikum

FISIOLOGI HEWAN
ANALISIS ENZIM PENCERNAAN

Disusun oleh
Nama : Zahrah Nabila Rifa’i
NIM : 18106040038
Kelompok : 8 (DEPALAN)
Asisten : -

LABORATORIUM BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2020
ANALISIS ENZIM PENCERNAAN
I. TUJUAN
1. Membandingkan aktivitas berbagai enzim pencernaan pada berbagai organ di
saluran pencernaan.
II. DASAR TEORI
Pencernaan adalah penghancuran bahan makanan (mekanis/enzimatis, kimia) dari
bentuk komplek (molekul besar) menjadi sederhana (bahan penyusun) dalam saluran
cerna. Tujuan dari pencernaan itu sendiri adalah untuk mengubah bahan komplek
menjadi sederhana. Dan kegunaanya adalah unuk mempermudah penyerapan oleh vili
usus. Bahan makanan yang diubah menjadi energi melalui pencernaan adalah
karbohidrat, lemak, protein. Sedangkan yang langsung diserap berupa vitamin,
mineral, hormon, air(Campbell,2004).
Proses pencernaan mekanik adalah proses perubahan molekul kompleks menjadi
molekul sederhana secara mekanis yang dibantu oleh alat gerak pencernaan.proses ini
bertujuan untuk membantu mempermudah proses pencernaan kimiawi, proses ini
dilakukan secara sadar dengan keinginan kita(Kistinnah,2009).
Pencernaan kimiawi adalah proses perubahan senyawa organik yang ada dalam
bahan makanan dari bentuk yang komplek menjadi molekul sederhana dengan
bantuan enzim. Protein, lemak dan polisakarida yang merupakan senyawa organik
dasar yang ditemukan pada makanan, akan mengalami pencernaan kimiawi yang
dibantu oleh enzim tertentu untuk mengiris bentuk polimer senyawa tersebut menjadi
bentuk monomer, sebelum dapat digunakan sebagai sumber energi atau bahan baku
untuk sintesis molekul lain, proses ini dilakukan secara tidak sadar diluar keinginan
kita(Kistinnah,2009).
Sistem pencernaan pada manusia tersusun atas beberapa organ dan kelenjar
aksesoris yang saling terhubung. Sistem ini terdiri atas organ mulut – kerongkongan
(esofagus) – lambung (ventriculus) – usus halus (intestinum) – usus besar
(kolon)– rectum- anus. Kelenjar yang terdapat pada sistem pencernaan adalah kelenjar
air liur, pankreas, dan empedu(Kistinnah,2009).
Menurut (Hutahalung,2004) definisi karbohidrat secara umum adalah senyawa
organik yang mengandung karbon dan hidrogen, pada umumnya unsur hidrogen dan
oksigen dalam komposisinya menghasilkan H2O.senyawa ini dikelompokkan menjadi
tiga golongan yaitu monosakarida (glukosa dan fruktosa), disakarida (sukrosa dan
maltosa) dan polisakarida (amilum, glikogen dan selulosa). Semua jenis karbohidrat
diserap dalam bentuk monosakarida, proses penyerapan ini terjadi di usus halus.
Glukosa dan galaktosa memasuki aliran darah dengan jalan transfer aktif, sedangkan
fruktosa dengan jalan difusi. Dari tiga golongan tersebut dicerna oleh sistem
pencernaan secara bertahap.
Rongga mulut makanan dikunyah dengan bercampur air ludah. Air ludah
mengandung enzim amilase yang berfungsi mengurai karbohidrat menjadi glukosa.
Namun jika pengunyahan dilakukan lebih lama enzim amilase akan mengubah
karbohidrat langsung menjadi maltosa, amilase akan bekerja optimal pada pH ludah
yang netral.Setelah itu karbohidrat kemudian ditelan masuk dan melewati
tenggorokan (esofagus). Proses pencernaan karbohidrat tidak terjadi. Dari
tenggorokan, karbohidrat langsung diterima lambung untuk diolah dan bercampur
dengan asam lambung (HCl) yang bersifat korosif dan membentuk chymus.
Selanjutnya usus halus pada usus 12 Jari (Duodenum) Chymus dicerna. Proses
pencernaan karbohidrat dalam usus 12 jari dilakukan secara kimiawi menggunakan
enzim amilopsin atau enzim amilase yang dihasilkan dari getah pankreas. Enzim ini
memecah amilum yang belum sempat terurai sempurna di rongga mulut untuk
menjadi disakarida. Setelah melalui usus 12 jari, dilanjut oleh usus kosong (jejunum).
Di dalam organ ini, disakarida dipecah menjadi monosakarida dengan bantuan
enzim-enzim disakaridase (maltase, laktase, dan sukrase) yang terdapat pada getah
usus halus hasil sekresi dinding-dindingnya. Selanjutnya monosakarida-monosakarida
hasil penguraian enzim disakaridase kemudian diserap oleh dinding ileum atau usus
penyerap. Serapan monosakarida ini lalu diabsorpsi dan diangkut sistem sirkulasi
darah lewat vena porta dan disalurkan ke seluruh tubuh menjadi energi yang siap
digunakan(Hutahalung,2004).
Protein tersusun dari molekul-molekul yang disebut asam amino. Di dalam tubuh
mamalia asam amino terbagi menjadi dua bagian yaitu asam amino esensial dan non
esensial. Asam amino esensial ialah asam amino yang tidak dapat disintesis oleh
tubuh. Asam amino esensial dapat disintesis oleh tubuh namun tetap diperlukan
asupan dari makanan untuk menjaga keseimbangan asam amino tersebut di dalam
tubuh (Burnama, 2011).
Pencernaan protein dimulai di dalam lambung, protein yang tertampung akan
bereaksi dengan enzim pepsin berasal dari getah lambung. Penguraian rangkaian
protein dalam lambung secara biokimia akan menstimulasi pepsin pasif menjadi
pepsin aktif. Enzim pepsin memecah ikatan protein menjadi gugus yang lebih
sederhana, yaitu pepton dan proteosa. Polipeptida pendek yang dihasilkan dari reaksi
enzim pepsin dan protein kemudian akan bercampur dengan enzim protease (erepsin)
di dalam usus halus. Protease berasal dari pankreas yang disalurkan ke usus halus
melalui dinding membran. Protease mengandung beberapa prekursor yang antara lain
prokarboksipeptidase, kimotripsinogen, tripsinogen, proelastase, dan collagenase.
Masing-masing prekursor protease ini akan menghidrolisis polipeptida menjadi jenis
asam amino yang berbeda-beda. Setelah protein berhasil diurai menjadi asam amino,
selanjutnya jonjot usus yang terdapat pada dinding usus penyerapan (ileum) akan
menyerap asam amino yang dihasilkan dari proses pencernaan protein untuk
dikirimkan melalui aliran darah ke seluruh sel-sel di tubuh kita(Burnama,2011).
Lemak merupakan sumber nutrisi yang disimpan dari tubuh dan berasal dari
makanan yang dikonsumsi. Proses pencernaan lemak yang sebenarnya terjadi di usus
halus. Menyadari bahwa suatu zat hanya dapat dicerna jika terlarut dalam air,
sedangkan lemak atau minyak tidak bisa bercampur dengan air, maka untuk dapat
mencerna bahan satu ini proses emulsifikasi lemak mutlak diperlukan. Proses
emulsifikasi sendiri terjadi ketika lemak masuk ke usus dua belas jari, secara biologis
akan membuat kantung empedu menghasilkan cairannya. Cairan yang disekresikan
hepatosit hati ini adalah zat yang mampu mengemulsikan lemak dan merubah
ukurannya menjadi 300 kali lebih kecil dari ukuran semula. Dengan bantuan enzim
lipase dari pankreas, emulsi lemak kemudian dihidrolisis menjadi asam lemak dan
gliserol. Keduanya akan bereaksi dengan garam empedu untuk kemudian
menghasilkan butir-butir lemak (micel) yang siap diabsorpsi oleh usus kosong
(jejunum) dan usus penyerapan (ileum).Secara difusi pasif, butir-butir lemak akan
diserap oleh membran mukosa di dinding usus kosong dan usus penyerapan.
Butir-butir lemak ini kemudian dibawa dan disalurkan melalui aliran darah ke seluruh
tubuh (Rochman, 2009).
III. METODE KERJA
1. Alat dan Bahan
Praktikum kali ini menggunakan alat tabung reaksi, botol warna gelap, tutup
mortar, pestle, gelas piala, pembakar spiritus, penjepit kayu, pipet tetes, rak tabung
reaksi, gelas ukur 10 ml, corong kaca, dan alat bedah. Sedangkan menggunakan bahan
berupa ikan mas/nila (300- 350 g/ekor), akuades, toluen, putih telur, minyak goreng,
gliserin 50%, reagen biuret, reagen benedict, korek api, kertas saring, kertas karbon.
2. Cara Kerja
 Pembuatan ekstrak usus
Ikan dibedah pada bagian perutnya dan dipisahkan usus dari organ lainnya
secara hati-hati. Diambil usus halus dengan cara memotongnya dari bagian akhir
lambung hingga awal usus besar. Diambil kantung empedunya dengan hati-hati dan
jangan sampai pecah. Usus halus dibuka dengan cara menyayatnya secara
longitudinal. Usus tersebut dibersihkan dengan akuades, kemudian dimasukkan ke
dalam mortar. Dimbil 20 ml gliserin 50% dan dimasukkan ke dalam mortar, usus nya
dibersihkan. Diambil 4-5 tetes toluen, dihaluskan kembali. Setelah halus, usus dibagi
ke dalam dua botol. Ditutup botol rapat-rapat dan botol dibungkus dengan kertas
karbon. Diberi label. Disimpan ekstrak usus tersebut dalam ruang gelap selama 7 hari.
 Tes pengaruh empedu terhadap lemak
Disediakan dua tabung reaksi. Diberi label kedua tabung A dan B.
Dituangkan isi kantung empedu ke dalam tabung A dengan menggunting sedikit
permukaannya. Empedu tersebut diencerkan dengan akuades sehingga volumenya
menjadi 2 ml. Dimasukkan 2 ml akuades ke dalam tabung B, sebagai kontrol.
Kemudian ditambahkan ke dalam kedua tabung tersebut masing-masing 2 ml minyak
goreng. Dikocok keduanya kuat-kuat dan dibiarkan selama 5-10 menit. Diamati apa
yang terjadi pada kedua larutan dalam tabung tersebut. Dibandingkan besarnya
gumpalan lemak dalam masing-masing tabung.
 Analisis enzim pencernaan di lambung
Diambil cairan lambung dengan cara menyayat lambung. Dilakukan tes
pembuktian adanya proteinase.
 Tes pembuktian adanya amilase
Disediakan dua tabung reaksi dan beri label A dan B. Dituangkan reagen
benedict ke dalam tabung tersebut masing-masing 2 ml. Disiapkan dua tabung lain
dan beri label C dan D. Dimasukkan larutan kanji matang encer masing-masing 2 ml
ke dalam tabung C dan D. Untuk tabung C ditambahkan 1 ml ekstrak usus sedangkan
tabung D ditambahkan 1 ml akuades. Kedua tabung tersebut digoyang selama 5-10
menit. Diteteskan sebanyak 5 tetes larutan dalam tabung C ke tabung A, dan larutan
dalam tabung D ke tabung B. Dipanaskan tabung A dan B selama 5 menit dan diamati
perubahan warna yang terjadi pada larutan tabung A dan B.
 Tes pembuktian adanya proteinase
Disiapkan dua tabung reaksi dan berilah label A dan B. Dimasukkan kedalam
tabung masing-masing 1 ml putih telur yang sudah diencerkan. Kedua tabung tersebut
dipanaskan hingga mendidih. Kedua tabung tersebut didinginkan, setelah dingin
dimasukkan 1 ml ekstrak usus ke dalam tabung A dan 1 ml akuades untuk tabung B.
Didiamkan 5-10 menit. Diteteskan masing masing 5 tetes reagen biuret ke dalam
tabung A dan B. Diamati perubahan warna yang terjadi pada masing-masing tabung.
 Analisis enzim pencernaan pada saliva
Diambil saliva. 2) Lakukan tes pembuktian adanya amylase

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Uji empedu terhadap lemak
Perlakuan Perlakuan Empedu Kontrol

cairan empedu 1 ml + akuades 1


+ -
ml + minyak goreng 2 ml

Tabel 1. Hasil uji empedu terhadap lemak


Ket: - = tidak terbentuk emulsi lemak
+ = tebentuk emulsi lemak
Dari praktikum kali ini dapat dilihat hasil dari uji empedu terhadap lemak yaitu
pada tabung A sebagai kontrol dengan hasil tidak terjadi emulsi lemak ditandai
dengan adanya lapisan diatas lemak dan dibawah air dengan air dan minyak tidak bisa
tercampur. Sedangkan pada tabung B sebagai perlakuan empedu dengan hasil
terbentuknya emulsi lemak dengan ditandai bahwa minyak dan air dapat terjadi
sehingga tidak menyebabkan munculnya lapisan yang lain.
Menurut (Campbell 2004), hati melakukan berbagai fungsi penting dalam tubuh,
termasuk produksi empedu (bile), suatu campuran zat-zat yang disimpan dalam
kantung empedu sampai diperlukan. Empedu tidak mengandung enzim pencernaan,
tetapi mengandung garam empedu, yang bertindak sebagai deterjen dan membantu
dalam pencernaan dan penyerapan lemak. Empedu juga mengandung pigmen yang merupakan
hasil sampingan kerusakan sel darah merah dalam hati. Menurut (Fujaya 1999)
menjelaskan bahwa garam empedu berperan melarutkan lemak dalam air, yakni dengan cara
membuat stabil emulsi lemak yang berasal dari makanan dan bila garam empedu bergabung
dengan kolestero, gliserid, dan asam lemak, maka akan terbentuk micel yang dapat
diserap oleh dinding usus. Karena itu kekurangan cairan empedu dapat menurunkan
pencernaan lemak dan kekurangan vitamin-vitamin yang hanya larut dalam lemak ,
seperti vitamin A, D, E, dan K.
2. Uji proteinase pada lambung dan usus
Perlakuan Perlakuan Ekstrak Usus Kontrol
putih telur 1 ml
+ ekstrak usus 1
ml +akuades 1 + -
ml + cairan
biuret 5 tetes
Tabel 2. Hasil uji proteinase menggunakan ekstrak usus
Ket: - = proteinase negatif (tidak terjadi perubahan warna ungu)
+ = proteinase positif (terjadi perubahan warna ungu)

Perlakuan Perlakuan Lambung Kontrol


putih telur 1 ml
+ ekstrak
lambung 1 ml +
+ -
akuades 1 ml +
cairan biuret 5
tetes
Tabel 3. Hasil uji proteinase menggunakan ekstrak lambung
Ket: - = proteinase negatif (tidak terjadi perubahan warna ungu)
+ = proteinase positif (terjadi perubahan warna ungu)

Pada praktikum uji proteinase kali ini dalam dilihat bahwa usus dan lambung
memiliki hasil posistif mengandung enzim proteinase dengan ditandainya perubahan
warna ungu pada sampel usus dan lambung. Sedangkan pada kontrol usus dan
lambung mengasilkan hasil negatif atau tidak mengandung enzim proteinase yang
berarti tidak terjadi perubahan warna pada uji. Hal ini dapat disimpulkan bahwa usus
dan lambung mengandung enzim proteinase yang dapat memecah protein albumin
menjadi asam amino.
Pada percobaan kali ini usus dan lambung mengandung enzim proteinase yaitu
berubahnya warna menjadi ungu saat ditetesi larutan biuret. Hal ini sesuai dengan
literatur. Enzim protease adalah enzim yang berperan dalam proses pencernaan
protein dalam tubuh. Protease akan menghidrolisis ikatan peptida yang disebut
proteinase atau peptidase yang bekerja terhadap protein atau polipeptida. Sumber
proteinase secara menyeluruh adalah pada organ lambung, usus dan hati. Uji protein
dapat dilakukan dengan uji biuret diamana dapat mendeteksi kehadiran ikatan peptida
dalam suasana basa. Perubahan warna ungu menunjukkan bahwa uji mengandung
ikatan protein(Rao, 1998).
Di lambung, protein yang tertampung akan bereaksi dengan enzim pepsin yang
berasal dari getah lambung. Enzim pepsin sendiri hanya akan terbentuk jika asam
lambung (HCl) menemukan protein dan melakukan penguraian rangkaiannya.
Penguraian rangkaian protein dalam lambung secara biokimia akan menstimulasi
pepsin pasif menjadi pepsin aktif. Enzim pepsin memecah ikatan protein menjadi
gugus yang lebih sederhana, yaitu pepton dan proteosa. Kedua gugus ini merupakan
polipeptida pendek. Polipeptida pendek yang dihasilkan kemudian akan bercampur
dengan enzim protease (erepsin) di dalam usus halus. Protease berasal dari pankreas
yang disalurkan ke usus halus melalui dinding membran. Protease mengandung
beberapa prekursor yang antara lain prokarboksipeptidase, kimotripsinogen,
tripsinogen, proelastase, dan collagenase. Masing-masing prekursor protease ini akan
menghidrolisis polipeptida menjadi jenis asam amino berbeda (Burnama, 2011).
3. Uji amilase pada ekstrak usus dan saliva.
Perlakuan Perlakuan Saliva Kontrol
larutan benedict
2 ml + larutan
kanji 2 ml + + -
cairan saliva 1
ml
Tabel 4. Hasil uji amilase menggunakan saliva
Ket: - = negatif (tidak terdapat endapan merah bata)
+ = positif ( terdapat endapan merah bata)
Perlakuan Perlakuan Ekstrak Usus Kontrol
larutan benedict
2 ml + larutan
kanji 2 ml+
+ -
ekstrak usus 1
ml + akuades 1
ml
Tabel 5. Hasil uji amilase menggunakan ekstrak usus
Ket: - = negatif (tidak terdapat endapan merah bata)
+ = positif ( terdapat endapan merah bata )
Pada uji amilase diperoleh hasil dari esktrak usus dan saliva menghasilkan positif
mengandung amilase karena terjadinya endapan merah bata ketika ditambahkan
reagen enedict. Sedangkan pada larutan kontrol menghasilkan negatif atau tidak
mengandung amilase dengan ditandainya tidak adanya perubahan pada larutan.
Pada percobaan ini hasil dari ekstrak usus dan saliva mengandung amilase yang
ditandai dengan terbentuknya endapan merah bata setelah ditetesi oleh benedict.hal
ini sesuai dengan literaturyang ada. Ion Cu2+ akan mereduksi menjadi CU+ dan
mengendap dengan endapan berwarna merah bata. Hal ini menunjukkan adanya
gugus karbonil yang diuraikan oleh amilase dari saliva dan usus (Fox,2008).
Amilase adalah enzim yang berfungsi memecah zat tepung dan polisakarida
lainnya menjadi monosakarida, bentuk gula yang dapat diserap tubuh. karbohidrat
mengalami proses pencernaan secara kimiawi (enzimatis) di dalam mulut dan usus
halus. Di mulut, karbohidrat akan dipecah oleh enzim amilase yang dihasilkan oleh
saliva melalui pemutusan ikatan glikosidik. Di usus halus pada usus 12 Jari
(Duodenum) Chymus dicerna. Proses pencernaan karbohidrat dalam usus 12 jari
dilakukan secara kimiawi menggunakan enzim amilopsin atau enzim amilase yang
dihasilkan dari getah pankreas. Enzim ini memecah amilum yang belum sempat
terurai sempurna di rongga mulut untuk menjadi disakarida. Setelah melalui usus 12
jari, dilanjut oleh usus kosong (jejunum). Di dalam organ ini, disakarida dipecah
menjadi monosakarida dengan bantuan enzim-enzim disakaridase (maltase, laktase,
dan sukrase) yang terdapat pada getah usus halus hasil sekresi dinding-dindingnya.
Selanjutnya monosakarida-monosakarida hasil penguraian enzim disakaridase
kemudian diserap oleh dinding ileum atau usus penyerap. Serapan monosakarida ini
lalu diabsorpsi dan diangkut sistem sirkulasi darah lewat vena porta dan disalurkan ke
seluruh tubuh menjadi energi yang siap digunakan(Hutahalung, 2004).
V. KESIMPULAN
1. Uji empedu menghasilkan emulsi lemak yang ditandai dengan kompleksi lemak
dimana minyak dapat tercampur dengan empedu hal ini berfungsi sebagai penyerapan
lemak pada sistem pencernaan.
2. Uji proteinase pada ekstrak usus dan lambung yang keduanya menghasilkan
perubahan warna ungu ketika diberi reagen biuret yang membuktikan ekstrak usus
dan lambung mengandung enzim proteinase yang berfungsi untuk memecah protein
menjadi asam amino.
3. Uji amilase pada ekstrak usus dan saliva yang keduanya menghasilkan endapan
berwarna merah bata ketika diberi reagen benedict, hal ini membuktikan bahwa
ekstrak usus dan saliva mengandung enzim amilase yang berfungsi untuk memecah
karbohidrat.
VI. DAFTAR PUSTAKA
Bevalender, G dan Judith, A.R. (1988). Dasar-dasar Histologi. Jakarta : Erlangga.
Burnama, Fitra Jaya. (2011). Metaolisme Protein dan Asam Nukleat. Banda Aceh :
Universitas Syiah Kuala.
Campbell, N.A dkk. (2004). Biologi Edisi Kelima Jilid-3. Jakarta : Erlangga.
Ferraro V, Cruz IB, Jorge RF, Malcata FX, Pintado ME, Castro PML. 2010.
Valorisation of natural extracts from marine source focused on marine
by-products. Int J Food 43:2221-2233.
Fox, S.I. (2008). Human Physiology Tenth Edition. New York: McGraw-Hill.
Fujaya, Y. (1999). Fisiologi Ikan, Dasar Pengembangan Teknik Perikanan. Jakarta :
Rineka Cipta.
Hutahalung, Halomoan. (2004). Karbohidrat. Sumatera Utara : Universitas Sumatera
Utara.
Kistinnah, Idun dan Endang Sri Lesatari. (2009). Biologi Mahluk Hidup dan
Lingkungannya. Jakarta : Pusat Perbukuan Pendidikan Nasional.
Rao, M.B., A.M. Tanksale, M.S. Ghatge, and V.V. Deshpande. 1998. Molecular and
Biotechnological Aspects of Microbial Proteases. Microbiology and
Molecular Biology Reviews, September 1998. p. 597— 635. 62(3):
1,092—2,172.
Rochman, Siti Nur. (2009). Biologi. Jakarta : Pusat Perbukuan Pendidikan Nasional.

VII. LAMPIRAN
1. Hasil Data Percobaan Analisis Enzim Pencernaan
a. Uji empedu terhadap lemak
Gambar 1. Hasil uji empedu terhadap lemak

Ket: A = kontrol
B = perlakuan menggunakan empedu
Perlakuan Perlakuan Empedu Kontrol
cairan empedu
1 ml + akuades
+ -
1 ml + minyak
goreng 2 ml
Tabel 1. Hasil uji empedu terhadap lemak
Ket: - = tidak terbentuk emulsi lemak
+ = tebentuk emulsi lemak

b. Uji proteinase pada lambung dan usus


1. Uji proteinase ektrak usus
Gambar 2. Hasil uji proteinase menggunakan ekstrak usus
Ket :
A = kontrol
B = perlakuan
menggunakan
ekstrak usus

Perlakuan Perlakuan Ekstrak Usus Kontrol


putih telur 1 ml
+ ekstrak usus 1
ml +akuades 1 + -
ml + cairan
biuret 5 tetes
Tabel 2. Hasil uji proteinase menggunakan ekstrak usus
Ket: - = proteinase negatif (tidak terjadi perubahan warna ungu)
+ = proteinase positif (terjadi perubahan warna ungu)
2. Uji proteinase lambung
Gambar 3. Hasil uji proteinase mengguankan ekstrak lambung

Ket:
A= Perlakuan menggunakan ekstrak
lambung

Perlakuan Perlakuan Lambung Kontrol


putih telur 1 ml
+ ekstrak
lambung 1 ml +
- -
akuades 1 ml +
cairan biuret 5
tetes
Tabel 3. Hasil uji proteinase menggunakan ekstrak lambung
Ket: - = proteinase negatif (tidak terjadi perubahan warna ungu)
+ = proteinase positif (terjadi perubahan warna ungu)
c. Uji amilase pada saliva dan usus
1.Uji amilase pada saliva
Gambar 4. Hasil uji amilase menggunakan saliva

Ket :
A = kontrol
B = perlakuan
menggunakan saliva

Perlakuan Perlakuan Saliva Kontrol


larutan benedict
2 ml + larutan
kanji 2 ml + + -
cairan saliva 1
ml
Tabel 4. Hasil uji amilase menggunakan saliva
Ket: - = negatif (tidak terdapat endapan merah bata)
+ = positif ( terdapat endapan merah bata)

2.Uji amilase pada ekstrak usus

Gambar 4. Hasil uji amilase menggunakan ekstrak usus

Ket: A = kontrol
B = perlakuan menggunakan ekstrak usus
Perlakuan Perlakuan Ekstrak Usus Kontrol
larutan benedict
2 ml + larutan
kanji 2 ml+
+ -
ekstrak usus 1
ml + akuades 1
ml
Tabel 5. Hasil uji amilase menggunakan ekstrak usus
Ket: - = negatif (tidak terdapat endapan merah bata)
+ = positif ( terdapat endapan merah bata

Anda mungkin juga menyukai