Suripta (1998), pada lingkungan yang dingin, katak akan menyesuaikan diri
pada keadaan panas maka katak akan meningkatkan suhu tubuhnya. Menurut
Sumanto (1996), sebagian besar enzim mempunyai suhu optimum yang sama
dengan suhu normal sel organisme tersebut. Suhu optimum enzim pada hewan
poikiloterm di daerah dingin biasanya lebih rendah daripada enzim pada hewan
Menurut hasil pengamatan yang kami dapat, suhu katak dalam keadaan
normal sebesar 270C, setelah direndam air es sebesar 250C dan setelah direndam
air hangat sebesar 300C. Hal ini sesuai dengan literatur yang mengatakan bahwa
suhu tubuh pada katak adalah poikiloterm karena pada lingkungan dingin dia
menurunkan suhu tubuh pada keadaan dingin dan meningkatkan suhu tubuh pada
keadaan panas.
keong dan serangga, suhu tubuhnya dapat lebih mendekati suhu udara lingkungan.
Input radiasi panas dari matahari atau sumber lain mungkin meningkatkan suhu
tubuh di atas suhu lingkungan, dan penguapan air melalui kulit dan organ-organ
Menurut Soewolo (2000), adaptasi terhadap suhu yang panas pada hewan
melalui kulit bagi hewan yang berkulit lembab (cacing dan katak) atau dengan
saluran pernafasan, bagi hewan yang kulitnya tebal dan kedap air (reptil dan
insekta), mengubah mesin metaboliknya agar bisa bekerja pada suhu tinggi (kadal
konsentrasi osmotik, titik beku cairan tubuh dapat diturunkan hingga dibawah
0oC. Zat terlarut gula, seperti fruktosa atau derivatnya, dan gliserol (bermanfaat
untuk melindungi membran dan enzim dari denaturasi akibat suhu yang sangat
dingin, contoh : lalat dari Alaska, Rhabdophaga strobiloides, yang dapat bertahan
sejumlah monomer yang tersusun atas tripeptida yang terikat pada derivat
galaktosamin.
Soewolo. 2000. Pengantar Fisiologi Hewan. Departemen Pendidikan Nasional.
Jakarta.