Anda di halaman 1dari 5

Laporan Praktikum Ekologi Tumbuhan 2018 ( Rosot Karbon ) – Kelompok 3 1

Analisa Rosot Karbon di Area PPLH Seloliman,


Trawas, Kabupaten Mojokerto
A.W. Shofiati, E.H. Umayasari, F.D. Ariyanti, F.N. Shabrina, G.R. Sabiyla, M.R. Widyaatmaja,
R. Widyaningsih, F.K. Muzakki, M. Muryono, I. Desmawati
Departemen Biologi, Fakultas Ilmu Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia
e-mail: nonox_itb@icloud.com

Abstrak - Karbon merupakan suatu unsur yang diserap dari Karbon merupakan suatu unsur yang diserap dari atmosfer
atmosfer melalui proses fotosintesis dan disimpan dalam bentuk melalui proses fotosintesis dan disimpan dalam bentuk
biomassa. Tanaman menyerap CO2 dari atmosfer kemudian biomassa. Tingkat penyerapan karbon di hutan dipengaruhi
disimpan dalam bentuk biomassa tumbuhan dan dilepaskan oleh berbagai faktor, antara lain iklim, topografi,
dalam bentuk gas O2 ke atmosfer melalui proses fotosintesis.
karakteristik lahan, umur dan kerapatan vegetasi, komposisi
Hutan yang sedang tumbuh atau masih muda akan berfungsi
sangat baik sebagai carbon stock. Proses penimbunan karbon
jenis serta kualitas tempat tumbuh [2]. Tanaman menyerap
(C) dalam tubuh tumbuhan hidup dinamakan proses sekuestrasi CO2 dari atmosfer kemudian disimpan dalam bentuk
(C-sequestration). Pengukuran jumlah C yang disimpan dalam biomassa tumbuhan dan dilepaskan dalam bentuk gas O2 ke
tubuh tanaman hidup (biomassa) pada suatu lahan dapat atmosfer melalui proses fotosintesis. Hutan yang sedang
menggambarkan CO2 di atmosfer yang diserap oleh tanaman. tumbuh atau masih muda akan berfungsi sangat baik sebagai
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan carbon stock, karena vegetasinya secara cepat menyerap gas
melakukan pengukuran diameter batang (DBH) pohon dan CO2 pada proses fotosintesis dalam rangka tumbuh dan
tihang di kawasan PPLH Seloliman Mojokerto, serta melakukan berkembangnya vegetasi. Pohon-pohon muda tumbuh lebih
perhitungan biomassa tanaman tanpa melakukan perusakan
cepat dan menyerap lebih banyak CO2 daripada pohon-pohon
(metode non-destructive) dengan persamaan allometrik.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, memahami, dan
tua. Pohon-pohon tua paling sedikit mengikat CO2, tetapi
mampu menerapkan prinsip pengukuran rosot karbon suatu lebih banyak menyimpan karbon dalam biomassanya [2].
vegetasi atau komunitas flora. Hasil analisa rosot karbon pada Proses penimbunan karbon (C) dalam tubuh tumbuhan
area PPLH Seloliman, Trawas, Kabupaten Mojokerto hidup dinamakan proses sekuestrasi (C-sequestration).
menunjukkan nilai rosot karbon tertinggi pada transek 3 yaitu Dengan demikian mengukur jumlah C yang disimpan dalam
sebesar 80632,71168 kg dan nilai terendah pada transek 2 yaitu tubuh tanaman hidup (biomassa) pada suatu lahan dapat
sebesar 5061,790689 kg serta total keseluruhan nilai rosot menggambarkan CO2 di atmosfer yang diserap oleh tanaman.
karbon pada seluruh transek yaitu 348560.6524 kg. Sedangkan pengukuran C yang masih tersimpan dalam
bagian tumbuhan yang telah mati (nekromassa) secara tidak
Kata Kunci - Allometrik, Biomassa, Diameter at Breast Height
langsung menggambarkan CO2 yang tidak dilepaskan ke
(DBH), Metode Non-Destructive, Rosot karbon.
udara melalui pembakaran [3]. Tumbuhan akan mengurangi
karbon di atmosfer melalui proses fotosintesis dan
menyimpannya dalam jaringan tumbuhan sampai waktunya
I. PENDAHULUAN
karbon tersebut tersikluskan kembali ke atmosfer, karbon
utan merupakan tempat penyimpanan dan peng-emisi
H karbon. Di permukaan bumi ini, kurang lebih terdapat
90 % biomassa yang terdapat dalam hutan yang
tersebut menempati salah satu dari sejumlah kantong atau
kolam karbon. Semua komponen penyusun vegetasi baik
pohon, semak, liana, dan epifit merupakan bagian dari
berbentuk kayu, dahan, daun, akar dan sampah hutan
biomassa diatas permukaan tanah. Di bawah permukaan
(serasah), hewan, dan jasad renik. Biomassa ini merupakan
tanah terdapat akar tumbuhan yang dapat menyimpan karbon
tempat penyimpanan karbon yang disebut rosot karbon
selain tanah itu sendiri [3]. Karbon dapat tersimpan dalam
(carbon sink) [1]. Biomassa hutan memiliki kandungan
karbon yang cukup potensial. Hampir 50% dari biomassa kantong atau kolam (pool) karbon dalam periode yang lama
vegetasi hutan tersusun atas unsur karbon. Unsur tersebut atau hanya sebentar. Peningkatan jumlah karbon yang
dapat dilepas ke atmosfer dalam bentuk karbon dioksida tersimpan dalam kantung karbon ini mewakili jumlah karbon
(CO2) apabila hutan dibakar, sehingga jumlahnya bisa yang terserap dari atmosfer. Suatu inventarisasi karbon hutan
meningkat secara drastis di atmosfer dan menjadi masalah akan memperhitungkan 4 kantong karbon, yaitu: biomassa
atas permukaan (above ground), biomassa bawah permukaan,
lingkungan global. Oleh karena itu, pengukuran terhadap
bahan organik mati dan karbon organik tanah [3]. Penelitian
biomassa sangat dibutuhkan untuk mengetahui berapa besar
jumlah karbon yang tersimpan di dalam hutan [2]. ini bertujuan untuk mengetahui, memahami, dan mampu
Laporan Praktikum Ekologi Tumbuhan 2018 ( Rosot Karbon ) – Kelompok 3 2

menerapkan prinsip pengukuran rosot karbon suatu vegetasi


atau komunitas flora.

II. METODOLOGI

A. Waktu dan Tempat


Penelitian ini dilakukan pada tanggal 28 April 2018 di
area hutan PPLH Seloliman, Trawas, Kabupaten Mojokerto
pukul 08.00-11.00 WIB, dengan titik koordinat garis lintang Gambar 3. Pengambilan Transek dan Kuadrannya
07° 36’337”S dan garis bujur 112° 35’173”E.
Data yang telah diperoleh berupa diameter kemudian
dihitung dan dianalisis dengan perangkat lunak Microsoft
d c Office Excel. Data DBH dan nama spesies tersebut akan
a digunakan untuk menghitung dan menganalisis kandungan
b simpanan karbon dengan beberapa tahapan. Tahap pertama
a
a adalah perhitungan biomassa dari pohon atau tihang tersebut
a dari data diameter yang didapatkan. Untuk pohon atau tihang
bercabang, biomassa dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Gambar 1. Lokasi Pengambilan Data Rosot Karbon di PPLH Untuk pohon yang tidak memiliki cabang digunakan rumus:
Seloliman. dengan (a) kuadran 1, (b) kuadran 2, (c) kuadran
3, dan (d) kuadran 4 Dimana:
Y = Biomassa Pohon
B. Alat dan Bahan p = Massa Jenis Pohon
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini D = Diameter Setinggi Dada
adalah meteran lapangan, meteran jahit, tali tampar, tali Setelah dilakukan perhitungan biomassa, kemudian
rafia, alat tulis, dan GPS. dilakukan perhitungan simpanan karbon dengan persamaan:
C. Prosedur Kerja Dimana:
Metode pengukuran rosot karbon yang digunakan adalah C = Simpanan Karbon
non-destructive, yaitu metode yang dilakukan tanpa merusak
Y = Biomassa Total
objek yang diukur. Proses pengambilan data dimulai dengan
0,46 = Kandungan Karbon Vegetasi [4]
menentukan lokasi kemudian lokasi di tag menggunakan
GPS dan ditentukan geoposisinya. Kemudian transek dibagi
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
menjadi 4 bagian kuadran dengan luas 20x20 meter tanpa
jarak antar-kuadran. Tiap kuadran dilakukan perhitungan A.Fungsi Perlakuan
diameter pohon dengan luas plot 20x20 meter dan tihang Metode pengukuran rosot karbon yang digunakan adalah
dengan luas plot 10x10 meter. Diameter pohon akan dihitung non-destructive, yaitu metode yang dilakukan tanpa merusak
diatas tinggi dada (diameter at breast height/DBH) apabila objek yang diukur. Penelitian ini hanya mengukur kandungan
diameter pohon atau tihang memiliki tinggi 1,3 meter diatas karbon yang ada dipermukaan tanah pada tegakan tingkat
permukaan tanah. tihang dan pohon atau disebut above biomass [5].
Pengukuran atas pohon-pohon kecil berdiameter kurang dari
5 cm pada ketinggian diatas dada (DBH) sulit utuk dilakukan
dan jumlah karbon yang terkandung dalam pohon tersebut
dianggap tidak cukup signifikan untuk mengubah hasil
pengelompokan secara drastis atau tidak sebanding dengan
waktu dan tenaga yang diperlukan untuk melakukan aktivitas
tumbuhan tersebut [6]. Penggunaan plot bujur sangkar atau
persegi panjang merupakan bentuk plot yang relatif dan
sering digunakan untuk analisa hutan di Indonesia.
Kelemahan bentuk plot ini adalah, semakin luas plot yang
diukur, maka semakin panjang batas plot yang harus dibuat
dengan penggunaan ukuran plot 10x10 meter untuk kategori
tihang dan 20x20 meter untuk kategori pohon yang
digunakan untuk menjamin tingkat akurasi yang lebih baik
Gambar 2. Cara Pengukuran di Atas Dada 130 cm (DBH) [4]. Penetuan lokasi plot menitikberatkan pada lokasi yang
memiliki tingkat keragaman yang tinggi atau dengan
Laporan Praktikum Ekologi Tumbuhan 2018 ( Rosot Karbon ) – Kelompok 3 3

menggunakan metode Purposive Random Sampling, hal ini dan 8 tegakan kategori tihang, diperoleh hasil nilai Y total
diperlukan sebagai tingkat keakuratan data dalam adalah 117495,5307 kg. Berdasarkan hasil perhitungan, nilai
pengambilan contoh sampel [7]. Simpanan karbon yang biomassa spesies T. nudiflora merupakan nilai biomassa
dihitung dalam praktikum ini adalah bagian hidup dari pohon tertinggi di transek 3. Hal tersebut disebabkan karena spesies
atau disebut sebagai biomassa (Y), untuk mengurangi T. nudiflora memiliki nilai massa jenis yang terbesar diantara
tindakan perusakan selama pengukuran, maka dilakukan spesies lain yaitu 0,380 gr/cm3. Massa jenis berbanding lurus
pengukuran tidak langsung (metode non-destructive), dimana dengan simpanan karbon sehingga nilai simpanan karbon
tanaman-tanaman yang diukur telah diketahui rumus spesies T. nudiflora juga besar [15]. Faktor lain yang
allometriknya [8]. Persamaan allometrik yang digunakan menentukan besarnya biomassa adalah usia tegakan, jenis
untuk pendugaan kandungan biomassa atau karbon spesies, dan tempat tumbuh [16]. Umur tegakan berpengaruh
merupakan hubungan antara salah satu parameter pohon, terhadap biomasa karena umur tegakan mempengaruhi
misalnya diameter atau tinggi, dengan jumlah total biomassa volume batang dan berat jenis kayu tegakan. Semakin tua
karbon yang terkandung dalam pohon tersebut [1]. Simpanan umur tegakan maka volume dan berat jenis kayu tegakan
karbon (C) (kg per tahun) dapat diestimasi dengan semakin meningkat [17].
mengalikan biomassa pohon (Y : kg) dengan kandungan Jenis spesies akan menentukan kemampuan spesies
karbon vegetasi secara umum yaitu (0,46) [9]. Parameter untuk berkembang, seperti spesies dikotil akan lebih mudah
yang digunakan dalam perhitungan allometrik adalah nama mengalami pertambahan ukuran diameter, percabangan, dan
jenis spesies pohon dan diameter batang, diameter yang kebutuhan nutrisi dibanding spesies monokotil, sehingga
dimaksud adalah diameter setinggi dada (DBH) [7]. Fungsi jenis spesies juga menentukan biomassa tegakan tumbuh [16].
perlakuan diperlukannya DBH (Diameter at Breast Height) Tempat tumbuh suatu tegakan menentukan jumlah nutrisi
atau setinggi ± 1,3 m dari permukaan tanah) dikarenakan yang dimanfaatkan untuk pembentukan biomassa [16].
DBH merupakan salah satu komponen dalam perhitungan Tempat tumbuh akan menentukan kadar nutrisi yang tersedia
biomassa pohon, peningkatan DBH mengindikasikan dalam tanah, intensitas cahaya, suhu, dan kelembapan [16].
peningkatan biomassa pohon, dimana biomassa yang besar Perhitungan nilai Y atau biomassa spesies F. variegata
berkorelasi positif dengan ukuran lingkar batang [10]. menggunakan persamaan allometrik Y= 0,11 ρ D2,62 [9] yang
Tumbuhan menyerap gas asam arang (CO2) dari udara berjumlah 17 tegakan yang terdiri atas 10 tegakan kategori
melaui proses fotosintesis, yang selanjutnya diubah menjadi pohon dan 7 tegakan kategori tihang, diperoleh hasil nilai Y
karbohidrat dan disebar ke seluruh tubuh tanaman, dan total adalah 48313,94339 kg. F. variegata walaupun ukuran
akhirnya ditimbun di dalam tubuh tanaman. Proses diameter besar dan jumlahnya cukup mendominasi kawasan
penimbunan karbon (C) dalam tubuh tanaman hidup tetapi memiliki berat jenis kayu yang cenderung rendah yaitu
dinamakan proses penyerapan karbon (C-sequestration). Oleh 0,31 g/cm3, sehingga dapat mengakibatkan nilai biomassa
karena itu, mengukur jumlah karbon yang disimpan dalam spesies F. variegata lebih rendah dibanding spesies T.
tubuh tanaman hidup (biomassa) dapat menggambarkan nudiflora [9]. Hal ini disebabkan karena biomassa
banyaknya CO2 di atmosfer yang diserap oleh tanaman dipengaruhi oleh massa jenis. Massa jenis berbanding lurus
tersebut [10]. dengan simpanan karbon, apabila massa jenis suatu tegakan
bernilai besar maka simpanan karbon tegakan tersebut akan
B. Nilai Y Tiap Spesies
bernilai besar pula [12].
Nilai Y merupakan nilai yang menunjukkan besar Perhitungan nilai Y atau biomassa spesies A. elasticus
biomassa suatu tegakan [11]. Pengukuran nilai biomassa menggunakan persamaan allometrik Y= 0,118 D 2,53 [9] yang
bertujuan untuk mengetahui simpanan karbon pada biomassa berjumlah 7 tegakan yang terdiri atas 4 tegakan kategori
tegakan. Biomassa yang dihitung adalah bagian hidup pohon pohon dan 3 tegakan kategori tihang, diperoleh hasil nilai Y
meliputi batang, akar, dan daun [12]. Nilai simpanan karbon total adalah 2954,745806 kg. Berdasarkan hasil perhitungan,
ditentukan dengan pengukuran bimassa pohon. Karbon yang nilai biomassa spesies A. elasticus tergolong rendah, hal ini
tersimpan merupakan 47 % dari biomassa pohon yang diukur disebabkan karena A. elasticus merupakan jenis pohon yang
[13], sehingga simpanan karbon berkorelasi positif dengan tidak bercabang sehingga tidak memiliki nilai massa jenis
besar biomassa yang berarti semakin besar simpanan (ρ), sebab nilai massa jenis suatu tegakan mempengaruhi
biomassa maka simpanan karbon akan semakin tinggi [14]. nilai biomassa, yang mana keduanya berbanding lurus [11].
Berdasarkan hasil pengamatan pada Transek 3 Selain itu, sedikitnya tegakan dan rendahnya ukuran diameter
diperoleh beberapa spesies, diantaranya Tetrameles nudiflora, tegakan mempengaruhi nilai biomassa spesies A. elasticus
Ficus variegata, dan Hibiscus macrophyllus termasuk dalam [9].
tegakan kategori pohon dan tihang yang bercabang. Perhitungan nilai Y atau biomassa spesies H.
Artocarpus elasticus, Bambusa vulgaris, dan Musa macrophyllus menggunakan persamaan allometrik Y = 0,11
paradisiaca termasuk dalam kategori tegakan pohon dan ρ D2,62 [9] yang berjumlah 7 tegakan yang terdiri atas 4
tihang yang tidak bercabang. tegakan dengan kategori pohon dan 3 tegakan dengan
Perhitungan nilai Y atau biomassa spesies T. nudiflora kategori tihang, diperoleh hasil nilai Y total adalah
menggunakan persamaan allometrik Y = 0,11 ρ D2,62 [9] yang 6225,263131 kg. H. macrophyllus memiliki massa jenis
berjumlah 13 tegakan terdiri atas 5 tegakan kategori pohon pohon yang lebih besar dibanding spesies F. variegata, yaitu
Laporan Praktikum Ekologi Tumbuhan 2018 ( Rosot Karbon ) – Kelompok 3 4

sebesar 0,32 gr/cm3, namun dikarenakan sedikitnya jumlah


tegakan spesies H. macrophyllus pada transek 3, sehingga
nilai biomassanya juga kecil [9]. Hal ini didukung dengan
pernyataan [17] bahwa biomassa tegakan secara geometrik
memiliki hubungan yang bersifat sejajar dengan diameter
tegakan, berat jenis kayu, dan tinggi tegakan.
Perhitungan nilai Y atau biomassa spesies B. vulgaris
menggunakan persamaan allometrik Y= 0,118 D 2,53 [9] yang
berjumlah 2 tegakan kategori tihang, diperoleh hasil nilai Y
total adalah 61,81246461 kg. Pada transek 3 B. vulgaris,
memiliki nilai biomassa terkecil. Hal ini disebabkan pada
transek 3, jumlah spesies B. vulgaris memiliki tegakan paling
sedikit dan hanya terdapat tegakan kategori pancang yang
diameternya kecil. Sedikitnya tegakan dan rendahnya ukuran Gambar 1. Grafik total rosot karbon seluruh transek di PPLH,
diameter tegakan mempengaruhi nilai biomassa spesies [18]. Seloliman, Kab. Mojokerto
Perhitungan nilai Y atau biomassa spesies M.
paradisiaca menggunakan persamaan allometrik Y = 0,118 Berdasarkan grafik dan tabel diatas diperoleh bahwa total
D 2,53 [9] yang berjumlah 5 tegakan kategori tihang, diperoleh rosot karbon di kawasan PPLH Seloliman, Trawas,
hasil nilai Y total adalah 237,2081362 kg. Berdasarkan hasil Kabupaten Mojokerto adalah 348560.6524 kg. Nilai rosot
yang diperoleh, nilai Y spesies M. Paradisiaca termasuk karbon tertinggi terdapat pada transek 3, yaitu sebesar
dalam rendah, hal ini disebabkan karena jumlah tegakan 80632.71168 kg, sedangkan nilai rosot karbon terendah
yang sedikit pada area [15] dan diameter tegakan yang terdapat pada transek 2, yaitu 7782.076. Tegakan pada
rendah sehingga menyebabkan biomassa spesies M. transek 3 terdapat 6 spesies tegakan dengan jumlah tegakan
paradisiaca bernilai rendah [9]. Area tumbuh spesies M. paling banyak, salah satunya adalah T. nudiflora yang
paradisiaca memiliki jarak yang berdekatan, hal ini memiliki diameter yang besar dan jumlah tegakan paling
menyebabkan kerapatan tegakan semakin tinggi [17]. Faktor banyak yaitu terdapat 17 tegakan, sehingga total nilai
lain yang dapat mempengaruhi ukuran diameter tegakan biomassa spesies T. nudiflora sebesar 117492,552099042 kg.
adalah kerapatan dan intensitas cahaya matahari yang masuk Selain itu, nilai massa jenis T. nudiflora cukup besar yaitu
ke dalam tegakan. Kerapatan tegakan akan mempengaruhi 0,380 gr/cm3 dan memiliki diameter yang paling besar
cahaya yang masuk ke dalam vegetasi. Tegakan yang dibanding spesies lain pada semua transek. Sehingga
memperoleh sedikit cahaya matahari akan mengalami menyumbang nilai simpanan karbon yang besar pula. Hal ini
pertumbuhan yang lambat sehingga memiliki diameter sesuai dengan literatur yang meyatakan bahwa massa jenis
batang yang kecil. Selain itu, intensitas cahaya juga akan dan diameter tegakan berbanding lurus dengan simpanan
memberikan pengaruh terhadap pembesaran dan diferensiasi karbon [15].
sel seperti pertumbuhan tinggi, ukuran daun serta struktur Transek 2 memiliki rosot karbon paling rendah, yang
dari daun dan batang [17]. terdapat 6 spesies dan 17 tegakan. Antiderma qoriaceum dan
Erythrina variegate hanya terdapat masing-masing satu
C. Grafik Total Karbon tegakan sehingga jumlah tegakan lebih sedikit dari transek
Tabel 1. Nilai C Total Seluruh Transek lainnya. Pada transek 2 tidak terdapat spesies dengan
C Total Per diameter yang besar sehingga tidak ada spesies yang
No Kelompok Transek C Total mendominasi dan menyumbang rosot karbon yang besar.
Kelompok
Karbon yang tersimpan pada suatu komunitas hutan juga
1 Kelompok 1 1 42555,422 dipengaruhi oleh diameter dan berat jenis tanaman.
2 Kelompok 2 2 5061,791 Perbedaan jumlah karbon yang tersimpan pada transek 3 dan
3 Kelompok 3 3 80631,342 transek 2 dapat disebabkan karena perbedaan kerapatan pada
setiap lokasi. Jumlah pohon setiap spesies digunakan untuk
4 Kelompok 4 4 62866,240
mengetahui tingkat kerapatan [19], jumlah spesies pada
5 Kelompok 5 5 7782,076 transek 3 lebih banyak dibanding transek 2, sehingga
348559,28
6 Kelompok 6 6 77139,168 kerapatan transek 3 lebih tinggi dibanding transek 2. Suatu
sistem komunitas hutan yang terdiri dari jenis-jenis pohon
7 Kelompok 7 7 23251,882
dengan nilai kerapatan kayu tinggi maka biomassanya akan
8 Kelompok 8 8 16452,295 lebih tinggi bila dibandingkan dengan komunitas hutan yang
9 Kelompok 9 9 19095,414 mempunyai jenis-jenis pohon dengan nilai kerapatan kayu
10 10 13723,652 rendah [7]. Perbedaan tingkat penyerapan karbon oleh
Kelompok 10
tumbuhan salah satunya juga dikarenakan oleh umur
tumbuhan. Diameter batang akan bertambah seiring dengan
bertambahnya umur tumbuhan sehingga karbon yang dapat
Laporan Praktikum Ekologi Tumbuhan 2018 ( Rosot Karbon ) – Kelompok 3 5

ditimbun dalam tubuh tumbuhan juga semakin besar [19]. [4] S. Manuri, C.A.S Putra dan A.D Saputra. Tehnik Pendugaan Cadangan
Karbon Hutan. Palembang : Merang REDD Pilot Project, German
Diameter tegakan pada transek 3 memiliki rata-rata diameter International Cooperation – GIZ .(2011).
yang lebih besar dibanding transek 2, sehingga nilai [5] http://www.unfcc.int. Measurement for Estimation of Carbon Stocks in
simpanan karbon transek 3 lebih besar dibanding transek 2 . Afforestation and Reforestation Project Activites under the Clean
Development Mechanism. A Field Manual [Online].(2015).
Selain itu, kondisi lingkungan dengan curah hujan yang
[6] Golden Agri-Resources and PT SMART Tbk. Laporan Penelitian Hutan
cukup serta kesuburan juga mempengaruhi tingkat ber-stok Karbon Tinggi Pendefinisian dan Identifikasi Wilayah Hutan ber-
penyerapan karbon yang semakin tinggi [19]. stok Karbon Tinggi Untuk Kemungkinan Konservasi. The Forest Trust
and Greenpeace. (2012).
[7] Pebriandini, E. Sribudiani, dan Mukhammadun. Estimation of the Carbon
Potential in the Above Ground at the Stand Level Poles and Trees in
IV. KESIMPULAN Sentajo Protect Forest. Jurnal Media-neliti. Vol. 1 : 1-13 (2013).
[8] K. Hairiah, A. Ekadinata, R. R. Sari, dan S. Rahayu. Pengukuran
Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa Cadangan Karbon dari Tingkat Lahan ke Bentang Lahan Edisi Kedua.
total cadangan karbon yang terdapat pada area PPLH Bogor : World Agrofostery Centre.(2011).
Seloliman, Trawas, Kabupaten Mojokerto adalah [9] Trimanto. Analisis Vegetasi dan Estimasi Biomassa Stok Karbon Pohon
pada Tujuh Hutan Gunung, Suaka Alam Pulau Bawean Jawa Timur.
348560.6524 kg. Rosot karbon dan biomassa suatu tanaman Berita Biologi. Vol 13 (3) : 321-332. (2014).
dipengaruhi oleh diameter batang, massa jenis atau kerapatan [10] C. H. Stevanus dan Sahuri. Potensi Peningkatan Penyerapan Karbon di
kayu, serta jumlah tegakan. Pada transek 3 spesies Tetrameles Perkebunan Karet Sembawa, Sumatera Selatan. Jurnal Widyariset. Vol.
17 (3) : 363-371. (2014).
nudiflora memiliki total rosot karbon tertinggi yaitu sebesar [11] D.I.Forrester, I.H.H. Taucher, P. Annighoefer, I. Barbeito, H. Pretzsch,
117495.5 kg dikarenakan spesies ini memiliki diameter R.o Ruiz-Peinado, H. Stark, G. Vacchiano, T. Zlatanovi, T. Chakraborty,
batang yang besar, massa jenis yang besar yaitu 0.380 gr/cm 3, S. Saha, G. W. Sileshi. Generalized Biomass and Leaf Area Allometric
Equations for European Tree Species Incorporating Stand Structure,
serta terdapat 13 tegakan. Sedangkan total rosot karbon
Tree Age and Climate. Journal of Forest and Ecology Management. Vol.
terendah yaitu pada spesies Bambusa vulgaris yaitu sebesar 396 : 160-175. (2017).
61.81246 kg sebab diameter batang kecil dan hanya memiliki [12] P. A. Marziliano, G. Menguzzato, V. Coletta. Evaluating Carbon Stock
2 tegakan. Analisa rosot karbon di area PPLH Seloliman, Changes in Forest and Related Uncertainity. Journal of Sustainability.
Vol. 9 : 1-11. (2017).
Trawas, Kab.Mojokerto hasil rosot karbon tertinggi terdapat [13] Badan Standarisasi Nasional. Pengukuran dan perhitungan cadangan
pada transek 3 dimana transek tersebut terdapat spesies karbon, pengukuran lapangan untuk penaksiran cadangan karbon hutan
pohon dengan diameter besar dan kerapatan yang besar, (ground based forest carbon accounting). Jakarta : BSN. (2011).
[14] Yastori, Chairul, Syamsuardi, Mansyurdin, T. Maideliza.
sedangkan nilai rosot karbon terendah terdapat pada transek Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Dan Pendugaan Cadangan Karbon
2 dikarenakan pada transek ini tidak terdapat spesies dengan Di Atas Permukaan Tanah Di Kawasan Hutan Bukit Barisan
diameter yang besar sehingga tidak ada spesies yang Bagian Barat Kota Padang. Jurnal Metamorfosa. Vol. 3 (2) : 65-73.
(2016).
mendominasi dan menyumbang rosot karbon yang besar. [15] S.Wahyuni, Chairul dan Ardinis Arbain. Estimasi Cadangan Karbon di
Atas Permukaan Tanah dan Keankeragaman Jenis Tumbuhan di Hutan
LAMPIRAN Bukit Tangah Pulau Area Produksi PT.Kencana Sawit Indonesia (KSI)
Lampiran yang disertakan dalam laporan ini adalah data Solok Selatan. Jurnal Biologika. Vol. 2 (1). 18-26. (2013).
[16] A.N. Ganeshamrthy, V. Ravindra, R. Venugopalan, M. Mathiazhagan, R.
analisa rosot karbon pada transek 3 di PPLH Seloliman, M. Bhat. Biomass Distribution and Development of Allometric Equations
Trawas, Kabupaten Mojokerto. for Non-Destructive Estimation of Carbon Sequestration in Grafted
Mango Trees. Journal of Agricultural Science. Vol. 8 (8) : 201-211.
(2016).
UCAPAN TERIMA KASIH [17] Z. Uthbah, E. Sudiana, E. Yani. Analisis Biomasa dan Cadangan Karbon
pada Berbagai Umur Tegakan Damar (Agathis Dammara (Lamb.) Rich.)
Kami dari seluruh praktikan Ekologi Tumbuhan kelompok di Kph Banyumas Timur. Scripta Biologica. Vol. 4 (2) : 119-124. (2017).
3 mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampu Bapak [18] Danu, Kurniawati P. Putri, dan Dede J. Sudrajat. Effect Of Media And
Growth Regulators On The Propagation of Nyawai (Ficus variegata
Kamal dan Bapak Muryono, seluruh asisten Praktikum blume) Shoot Cutting. Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan. Vol. 11 (1) :
Ekologi Hewan 2018, teman-teman angkatan 2016, serta 169-177. (2014).
orang-orang yang telah membantu dan memberikan [19] E. Kartini, L. Syaufina, dan I. Mansur. Karakteristik Vegetasi dan
Cadangan Karbon Pada Lahan Tambang di Gunung Pongkor, Bogor, Jawa
dukungan selama proses praktikum hingga penulisan laporan Barat. Jurnal Silvikultur Tropika. Vol. 7 (2) : 86-94 (2016).
ini.

DAFTAR PUSTAKA
[1] A. Yamani, Studi Kandungan Karbon pada Hutan Alam Sekunder
di Hutan Pendidikan Mandiangin Fakultas Kehutanan Unlam. Jurnal
Hutan Tropis.Vol. 1(1). (2013).
[2] Istomo, N. dan E. Farida, Potensi Simpanan Karbon di Atas Permukaan
Tanah Tegakan Acacia Nilotica L. (Willd) ex. Del. di Taman Nasional
Baluran, Jawa Timur, Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan
Lingkungan, Vol. 7( 2). (2017).
[3] H. Purnobasuki, Pemanfaatan Hutan Mangrove Sebagai Penyimpan
Karbon, Jurnal Buletin PSL Universitas Surabaya, Vol. 28.(2014).

Anda mungkin juga menyukai