Anda di halaman 1dari 5

Nama / NIM : Ahmad Zubaid / 1608086074

Prodi / Kelas : Pendidikan Biologi 8 B


Kloter / Kelompok :1/4

ACARA 2
TERMOREGULASI

A. Hasil Kegiatan
Tabel 1.1 Respirasi
No. Perlakuan Toples Terbuka Toples Tertutup
1. Berat ikan 7,45 7,38
2. Do Awal 0,42 0,42
3. Gerakan operculum
a. Menit ke-3 109 224
b. Menit ke-9 160 207
c. Menit ke-12 188 190
d. Menit ke-15 220 223
4. Do Akhir 0,40 0,40
Hasil akhir 0,0026 0,0027

Tabel 2.2 Termoregulasi


No. Perlakuan Penurunan O2 (+ 3o) Kenaikan O2 (- 3o)
1. Berat ikan 7,38 7,45
2. Suhu kamar air 27oC 26oC
3. Gerakan operculum
a. Suhu kamar 1 (3 27oC 26oC
x pengulangan @ 203, 190, 154 252, 224, 237
1 menit)
b. Suhu kamar 2 (3 30oC 23oC
x pengulangan @ 217, 219, 203 91, 107, 116
1 menit)
c. Suhu kamar 3 (3 33oC 20oC
x pengulangan @ 194, 206, 129 114, 95, 78
1 menit)
B. Pembahasan
Termoregulasi merupaka proses yang terjadi pada hewan untuk
mengatur suhu tubuh hingga tetap konstan. Hewan yang mampu
mempertahankan tubuhnya tanpa dipengaruhi oleh lnigkungan diesbut
homoiterm, sedangkan hewan yang dipengaruhi oleh suhu lingkungan
disebut poikiloterm.
Suhu merupakan salah satu faktor pendukung yang berpengaruh
bagi aktivitas hewan dan tumbuhan. Suhu tubuh adalah besaran yang
dinyatakan panas atau dinginnya tubuh. Ada beberapa faktor yang harus
dipertahankan agar suhu tubuh hewan tetap konstan, yaitu pertama
perubahan suhu tubuh dapat mempengaruhi konvormasi protein dan
enzim. Apabila perubahan suhu tubuh berpengaruh terhadap kecepatan
reaksi metabolisme di dalam sel. Kedua perubahan suhu tubuh
berpengaruh terhadap energi yang dimiliki setiap molekul zat, sehingga
pengingkatan suhu tubuh akan memberikan energi yang lebih besar ke
partikel zat.
Respirasi merupakan suatu proses pertukaran O2 dengan CO2 yang
terjadi didalam tubuh hewan. Sedangkan repirasi pada ikan memliki tujuan
untuk mengambil oksigen yang terlarut dalam air yang kemudian,
dialirkan melewati ingsang. Ikan tidak mampu hidup lebih dari beberapa
menit di luar air. Fungsi dari ingsang pada ikan adalah mengatur
keseimbangan asam basa, mengatur regulasi ion dan menyaring makanan.
Ikan mas (Cyorinus carpio) termasuk kedalam golongan omnivore,
dengan kecenderungan memakan organisme bentik, seperti insekta air,
larva insekta, cacing, molusca, dan zooplankton.
Klasifikasi ikan mas sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Cordata
Kelas : Pisces
Ordo : Cypriniformes
Famili : Cripinidae
Genus : Cyprinus
Spesies : Cyprinus Carpio sp.
Pada praktikum kali ini respirasi pada ikan mas dilakukan dengan
dua perlakuan, yaitu dengan media tertutup dan media terbuka. Pada gelas
beker yang terbuka, ikan akan berespirasi dengan normal. Karena selain
memperoleh O2 dari dalam air juga akan mendapatkan O2 dari lingkungan
elsternalnya. Dan CO2 yang dikeluarkan ikan pun akan terlepas ke
lingkungan.
Sedangkan pada gelas beker yang tertutup, terlihat jumlah
gerakan operkulumnya lebih banyak dibandingkan pada gelas beker yang
terbuka. Hal ini tidak sesuai dengan Teori, karena pada gelas beker
tertutup harusnya tidak ada fentilasi untuk membuang gas CO2, sehingga
gas CO2 akan terkurung didalam gelas beker. Sehingga jumlah CO2 akan
semakin banyak dan jumlah O2 akan semakin sedikit. Hal ini sesuai
dengan (Campbell, 2004)
Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh hasil bahwa suhu
lingkungan mempengaruhi metabolisme pada tubuh ikan. Pada perlakuan
kontrol terlihat perubahan gerakan operkulum tiap menitnya. Pada
percobaan ini, walaupun frekuensi gerakan operkulum berubah dari menit
satu ke menit kedua, tetapi perubahannya sangat sedikit maka dapat
dikatakan konstan. Apabila dikaitkan dengan aktivitas metabolisme dalam
tubuh, maka ketika ikan berada pada suhu normal aktivitas metabolisme
ikan tersebut juga normal sehingga respirasi berjalan dengan baik.
Pada suhu normal molekul air bergerak secara normal dan
kandungan oksigen (O2) terlarut juga dalam keadaan normal (seimbang).
Ikan mas beradaptasi dengan lingkungan yang memiliki kandungan
oksigen (O2) yang cukup sehingga respirasi ikan mas berjalan dengan
normal pula ditandai dengan frekuensi gerakan operkulum ikan tersebut.
Ada dua perlakuan yang di amati pada praktikum kali ini yaitu:
Perlakuan Pertama, suhu air dinaikkan dari 27oC , 30oC dan 33oC
dengan tiga kali pengulangan di setiap menitnya .Dalam hal ini gerakan
operkulum ikan semakin meningkat jumlahnya. Gerakan operkulum ikan
mas dari menit pertama menit ketiga mengalami perubahan, tetapi hanya
sedikit sehingga dapat dianggap konstan. Gerakan operkulum yang lebih
cepat pada saat suhu dinaikkan pada suhu 33oC dibandingkan dengan
gerakan operkulum pada suhu normal, hal ini terjadi karena aktivitas
metabolisme dalam tubuh ikan meningkat, maka respirasinya pun berjalan
dengan cepat karena kebutuhan oksigennya meningkat. Selain itu pada
suhu yang tinggi, gerakan molekul airnya cenderung lebih cepat sehingga
kandungan oksigen (O2) terlarutnya rendah. Hal tersebut akan membuat
ikan cenderung beradaptasi dengan lingkungan yang memiliki kandungan
oksigen (O2) rendah. Sehingga ikan mas akan berusaha untuk tetap
memenuhi kebutuhan oksigen, yaitu dengan bernapas lebih cepat ditandai
dengan semakin cepatnya gerakan operkulum pada ikan mas.
Perlakuan kedua, , suhu air diturunkan dari 26oC , 23oC dan 20oC
dengan tiga kali pengulangan di setiap menitnya. Gerakan operkulum
melambat pada saat suhu 20oC . Hal ini terjadi karena aktivitas
metabolisme dalam tubuh ikan lambat, maka respirasinya pun berjalan
dengan lambat karena kebutuhan O2 menurun. Selain itu pada suhu yang
rendah, gerakan molekul airnya lambat sehingga kandungan oksigen (O2)
terlarutnya tinggi. Hal tersebut akan membuat ikan cenderung beradaptasi
dengan lingkungan yang memiliki kandungan oksigen (O2) terlarut tinggi.
Sehingga dengan bernapas lambat pun, ikan mas tersebut masih dapat
memenuhi kebutuhan oksigen.
C. Kesimpulan
Beradasarkan hasil pengamatan, dapat disimpulkan bahwa Ikan mas
akan berusaha menyeimbangkan tubuhnya jika terjadi perbedaan salinitas
air dengan tubuhnya. Hal ini dapat dilihat dari perubahan tingkah laku ikan
yang bergerak kepermukaan dan jumlah gerakan operkulum yang semakin
cepat. Ikan mas juga akan melakukan termoregulasi ketika berada pada
suhu yang berbeda. Pada suhu dingin, gerakan operkulum ikan mas
semakin rendah. Hal ini terjadi karena aktivitas metabolisme dalam tubuh
ikan lambat, maka respirasinya pun berjalan dengan lambat karena
kebutuhan O2 menurun. Sedangkan pada suhu tinggi, gerakan operkulum
ikan akan semakin cepat dan tingkah laku ikan menjadi sangat agresif.
Gerakan operkulum yang lebih cepat dibandingkan dengan gerakan
operkulum pada suhu normal terjadi karena aktivitas metabolisme dalam
tubuh ikan meningkat, maka respirasinya pun berjalan dengan cepat
karena kebutuhan oksigennya meningkat. Ikan mas akan berespirasi
normal pada gelas beker terbuka karena hasil repirasi berupa gas CO2
akan keluar kelingkungan sehingga tidak menumpuk didalam gelas beker.

D. Daftar Pustaka

Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta: PT Kanisius


Campbell, N. A., Reece, J. B. 2004. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Heltonika, B. (2014). Pengaruh Salinitas Terhadap Penetasan Telur Ikan
Jambal Siam (Pangasius hypohthalmus). Jurnal Akuakultur Rawa
Indonesia, 2(1), 13-23.
Fitria, A. S. (2012). Analisis Kelulushidupan dan pertumbuhan benih ikan
nila larasati (Oreochromis niloticus) F5 D30-D70 pada berbagai
salinitas Praktikum Fisiologi Hewan (2019) Journal of
Aquaculture Management and Technology, 1(1), 18-34

Anda mungkin juga menyukai