Anda di halaman 1dari 3

2.

2 Ciri-ciri atau Karakteristik Mikroalga

a. Cyanophyta

Cyanophyta merupakan mikroalga yang memiliki sel tunggal atau berbentuk


benang dengan struktur tubuh yang masih sederhana dan bersifat autotrof.
Dinding sel dari Cyanophyta mengandung pektin, hemiselulosa dan selulosa
yang kadang-kadang berupa lendir. Cyanophyta berukuran 0,6 µm-30 µm dan
ukuran filamennya memiliki kisaran diameter tubuh yaitu 0,4 µm-45 µm bahkan
sampai ukuran 100 µm. Cyanophyta yang berbentuk benang biasanya terlihat
dapat melakukan gerakan seperti meluncur pada alas yang basah. Namun,
Cyanophyta pada umumnya tidak dapat bergerak karena tidak memiliki bulu
cambuk untuk dapat membuat Cyanophyta bergerak (Tjitrosoepomo, 1989).

b. Chlorophyta

Chlorophyta adalah kelompok alga yang paling banyak ditemukan. Ciri khas
dari Chlorophyta adalah warna tubuh sel yang mengandung pigmen warna
klorofil. Chlorophyta merupakan organisme prokariotik. Mikroalga ini memiliki
kloroplas tipe klorofil-a dan klorofil-b, memiliki pigmen tambahan berupa karotin
dan komponen dinding selnya adalah selulosa (Kasrina, et al. 2012).
Kebanyakan Chlorophyta merupakan mikroalga yang bersifat autotrof. Autotrof
merupakan kemampuan yang dimiliki untuk mensintesis makanannya secara
sendiri dengan bantuan sinar matahari (Soeprapto, 2009).

c. Chrysophyta

Chrysophyta digolongkan ke dalam 3 kelas, yaitu Bacillariophyceae,


Xantophyceae, dan Chrysophyceae. Chrysophyta mempunyai ciri-ciri antara lain
dinding sel diperkuat dengan bahan silikat, berflagel yang tidak sama panjangnya
dan tidak sama bentuknya. Sel terdiri dari 2 bagian, tutup (epiteka) dan wadah
(hipoteka). Pigmen terdiri dari karotin dan xanthofil yang berwarna kuning.
(Ambarawati, et al. 2014)

d. Bacillariophyta

Bacillariophyta merupakan divisi yang muncul di setiap stasiun, sering


ditemukan, danmemiliki jumlah individu terbanyak. Mikroalga dari kelompok
Bacillariophyta mempunyai kemampuan untuk menempel pada substrat dan
yang paling sering mendominasi di sungai sebagai plankton dan perifiton dengan
kelimpahan yang sangat tinggi, kecuali di sungai berlumpur. Kemampuan
beradaptasi. Bacillariophyta terhadap arus yang kuat karena kelompok ini
memiliki alat penempel pada substrat berupa tangkai bergelatin (Harmoko, et al.
2019). Selain itu, Bacillariophyta juga memiliki sitoplasma yang mengandung
polisakarida yang mampu mengeluarkan cairan perekat untuk menempel pada
substrat. Kemampuan Bacillariophyta menempel pada substrat juga dapat
mendukung kepadatan relatifnya yang tinggi (Purba et al., 2015).

Daftar Pustaka

Ambarwati, R., Widyastuti, E., & Widyartini, D. S. (2014). Kelimpahan


chrysophyta pada media budidaya ikan nila yang diberi pakan fermentasi
dengan penambahan tepung kulit ubi kayu dan probiotik. Scripta
Biologica, 1(1), 68-72.

Harmoko, H., Lokaria, E., & Anggraini, R. (2019). Keanekaragaman mikroalga di


air terjun sando, Kota Lubuklinggau, Sumatra Selatan. Limnotek: perairan
darat tropis di Indonesia, 26(2).

Kasrina, Irawati, S & Jayanti, W. E. (2012). Ragam jenis mikroalga di air rawa
kelurahan bentiring permai kota bengkulu sebagai alternatif sumber
belajar biologi sma. Exacta, 10(1), 36-44.

Purba SYI, Izmiarti, Solfiyeni. 2015. Komunitas algae epilitik sebagai indikator
biologis di sungai batang ombilin, Sumatera Barat. Jurnal Biologi
Universitas Andalas. 4(2):138–144

Soeprapto, H. (2009). Manfaat cahaya bagi algae khususnya Chlorophyta. PENA


Akuatika, 1(1), 14-18.
Tjitrosoepomo, G. (1989). Taksonomi tumbuhan: Schizophyta, Thallophyta,
Bryophyta, Pteridophyta. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
309 hlm.

Anda mungkin juga menyukai