Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN

(Porifera)

OLEH :

NAMA : Nabilatul FN
NIM : 1903155544
KELAS : Biologi A
KELOMPOK :4
ASISTEN : Hartina Putri

LABORATORIUM ZOOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2020
GAMBAR SPESIMEN 1 ( Leucosolenia sp ) KETERANGAN:
1. Osculum
2. Ostium, Pore
3. Cabang
4. Tunas

1. Osculum
2. Spicule
3. Porocyte
4. Choanocyte
5. Amoebacyte
6. Spongocoel
7. Ostium

KLASIFIKASI:
Kingdom : Animalia
Phylum : Porifera
Class : Calcarea
Order : Leucosolenida
Family : Leucosoleniidae
Genus : Leucosolenia
Species : Leucosolenia sp
Ukuran tubuh Leucosolenia sp dapat mencapai tinggi 9 cm dan
lebar 1 m. Bentuk tubuh tidak beraturan dengan pola sangat
sederhana, seperti kumpulan jambanagan kecil yang berhubungan
satu sama lain, pada bagian pangkalnya, hidup dilaut menempel
pada batu karang dibawah batas air surut terendah. Di dalam setiap
individu yang berbentuk seperti jambangan tersebut terdapat
rongga yang disebut spongocoel atau atrium. Pada permukaan
tubuh terdapat lubang-lubang atau pori-pori (asal nama porifra),
yang merupakan lubang air masuk ke spongocoel, untuk akhirnya
keluar melalui osculum. Warna tubuh adalah putih kekuningan
sampai abu-abu ketika masih hidup. Struktur tubuh tergolong rapuh
karena tubuhnya yang tipis (Agustina,2014 )
Tubuh Leucosolenia sp terdiri dari tiga lapisan: a. Pinacocyte
atau Pinacoderm, seperti epidermis berfungsi untuk melindungi
tubuh bagian dalam. b. Mesohyl atau Mesoglea, terdiri dari zat
semacam agar, mengandung bahan tulang dan sel amebocyte.
Mesohyl ini mempunyai banyak fungsi antara lain untuk
pengangkut dan cadangan makanan, membuang partikel sisa
metabolisme, membuat spikul, serat sponge dan membuat sel
reproduktif. c. Choanocyte, yang melapisi rongga atrium atau spongocoel. Sistem kanal
Gambar 1. Leucosolenia sp
(Sumber gambar: Agustina,2014 dan Jonesa, 2016 adalah asconoid, dimana asconoid merupakan bentuk yang paling primitif, meneyerupai
vas bunga atau jambangan kecil. Pori-pori atau lubang merupakan saluran pada sel
porocyte yang berbentuk tabung, memanjang dari permukan tubuh sampai spongocoel. Air masuk membawa oksigen dan makanan dan keluar membuang
sampah. Tipe ini tidak ada yang besar karena getaran flagela tidak mampu mendorong air dari spongocoel keluar melalui osculum (Agustina,2014).
Hewan ini mempunyai sel dengan bentuk khusus yang disebut koanosit yang berfungsi untuk mencerna makanan karena berlangsung didalam sel. Maka
disebut pencernaan intrasel, air dan makanan yang larut didalamnya diambil oleh hewan tersebut masuk melalui lubang ostrum kemudian masuk kerongga tubuh.
Setelah makanan diserap air yang berlebihan dikeluarkan melalui lubang yang disebut oskulum. Porifera mempunyai kemampuan melakukan regenerasi yang
tinggi. Bagian tubuh sponge yang terpotong atu rusak, akan menglami regenerasi menjadi utuh kembali. Kemampuan melakukan regenerasi ada batasnya,
misalnya potongan sponge leuconoid harus lebih besar dari 0,4 mm dan mempunyai beberapa sel choanocyte supaya mampu melakukan regenerasi menjadi
sponge baru yang kecil. Porifera berkembang biak secara aseksual maupun seksual. Reproduksi aseksual terjadi dengan cara pembentukan tunas (budding) atau
pembentukan sekelompok sel esensial, terutama amebocyte, kemudian dilepaskan. Beeberapa jenis sponge laut mambentuk gemmule, yaitu tunas internal.
Gemmule terbentuk dari sekumpulan archeocyte berisi cadangan makanan dikelilingi amebocyte yang membentuk lapisan luar yang keras. Di daerah tropis,
gemmule terbentuk sepanjang tahun terutam menjelang musim kemarau. Di daerah bermusim empat, pembentukan gemmule terutama pada musim gugur untuk
mempertahankan diri menghadapi musim dingin, ketika tubuh sponge induk hancur. Bila musim semi tiba, sel archeocyte mengalir keluar dari gemmule,
membungkus sebagian cangkang dan melakukan diferensiasi manjadi berbagai tipe yang diperlukan untuk tumbuh menjadi sponge kecil. Reproduksi seksual
terjadi baik pada sponge yang hermaprodit maupun diocious. Kebanyakan porifera adalah hermaprodit, namun sel telur dan sperma diproduksi pada waktu yang
berbeda. Sperma dan sel telur dihasilakan oleh amebocyte, sumber lain mengatakan bahwa sperma juga dapat terbentuk dari choanocyte. Sperma keluar dari
tubuh induk melalui osculum bersama dengan aliran air. Dalam spongocoel, sperma akan masuk ke choanocyte atau amebocyte. Sel amebocyte berfungsi sebagai
pembawa sperma menuju sel telur dalam mesohyl. Kemudian amebocyte beserta sperma melebur dengan sel telur, terjadilah pembuahan (Jonesa, 2016).
Leucosolenia sp hidup di laut di perairan jernih, dangkal dan menempel di substrat cenderung tumbuh di sublittoral dangkal, di mana tempat tersebut adalalah
sedimen campuran antara lumpur dan batu horisontal, sering setengah terkubur dalam lumpur. Saat pantai surut beberapa spesies hewan ini dapat ditemukan
terkubur diantara lumpur dan bebatuan kecil. Rentan geografis: Arctic; Laut Utara dan pantai Atlantik Eropa; Mediterania, Afrika Selatan, Chile (Jonesa, 2016).
GAMBAR SPESIMEN 2 ( Clathrina sp ) KETERANGAN:
1. closed in contracted part of colony
2. closed osculum
3. osculum
4. sphincter of osculum
5. deiverticulata
6. diverticulata new oscula arise
7. diverticulta

KLASIFIKASI:
Kingdom : Animalia
Phylum : Porifera
Class : Calcarea
Order : Clathrinida
Family : Clathrinidae
Genus : Clathrina
Species : Clathrina sp
Clathrina sp merupakan satu-satunya spons yang memiliki
spikula yang terdiri dari Kalsium karbonat. Spikula ini tidak
memiliki kanal aksial yang berongga Clathrina sp adalah satu-
satunya kelas yang menunjukkan tiga tipe bentuk dari tubuh
spons itu yaitu asconoid, syconoid dan leuconoid. tidak
memiliki kanal berongga seperti spons lainnya, namun memiliki
kerangka yang berstruktur seperti sarang lebah yang
membuatnya lebih kuat dari spons lainnya. Koloi muda sering
mengerut tipis tetapi yang dewasa akan lunak.Biasanya
berwarna putih, abu-abu, mawar pucat, oranye, atau kuning
belerang.Permukaan seperti tabung yang halus dan lembut
Berbentuk seperti jaringan tiga dimensi yang berdinding tipis
anastomosis, yang tidak ada cabang bebas yang tegak
(Encyclopaedia Britannica, 2018 ).
Reproduksi terjadi secara aseksual dengan tunas dan secara
seksual. Berkembangnya telur yang dibuahi terjadi di dalam
spons. Stadium larva memiliki sel-sel flagel di bagian luar,
sering dengan spikula. Clathrina sp muda terbentuk dari mesotil
indukan, dan menjadi larva yang berenang bebas, tetapi tidak
lebih dari dua hari. Spons memiliki sel amoeboid yang berbeda
di mesotil. Acheocytes adalah sel-sel besar dengan inti besar.
Sel-sel ini bersifat totipoten, yang berarti mereka dapat
Gambar 2. Clathrina sp
berkembang menjadi tipe sel apa pun. Sclerocytes, juga terdapat di mesotil, mengumpulkan kalsium untuk
(Sumber gambar:
menghasilkan spikula. Tiga sclerocytes akan berfusi membentuk spikula di ruang interselular ( Picton, B.E &
Encyclopaedia Britannica, 2018
Morrow, C.C. ,2016).
Picton, B.E & Morrow, C.C. ,2016
Habitat sponge Clathrina sp sebagian besar pada laut yang bersuhu hangat, sponge Calcarea biasannya ditemukan
di perairan dangkal yang terlindungi dan memiliki kedalaman kurang dari 100 m. Pada daerah tropis Calcarea berasosiasi dengan terumbu karang. Sponge
Calcarea dapat ditemukan di seluruh daerah lautan, khususnya pada daerah laut yang memiliki suhu hangat ( Encyclopaedia Britannica, 2018 ).
GAMBAR SPESIMEN 2 (Sycon sp) KETERANGAN:
1. oscular fringe
2. osculum
3. dermal ostium
4. incurent canals
5. prosopyles
6. radial canals
7. spongocoel
8. apopyles
9. measenchyme
10. pinacoderm
11. choanoderm
12. spicules
13. substratum

KLASIFIKASI:
Kingdom : Animalia
Phylum : Porifera
Class: Calcarea
Ordo : Leucosolenida
Family : Sycettidae
Genus : Scyon
Species : Sycon sp
Morfologi Berbentuk vas kecil dengan panjang
2,5-8 cm Dasar dari Sycon melekat dengan substrat
padat Berwarna abu-abu atau cokelat terang Saluran
air bertipe sikonoid Di iklim sedang panjangnya dapat
mencapi 50 cm dan diameter 3 cm.Sistem reproduksi
spesies ini berkembang secara aseksual yaitu dengan
cara pembentukan tunas (Van Soest, dkk. 2019).
Spesies ini terdapat di air laut mulai batas pasang
surut yang mana spesies ini dapat digunakan sebagai
spons mandi, sebagai kerangka dan porifera hiasan.
Zat kimia yang dihasilkan dapat digunakan sebangai
bahan obat penyakit kanker (Agarwal, V.K. 2020 )

Gambar 2. Sycon sp
(Sumber gambar:
Van Soest, dkk. 2019 dan Agarwal, V.K. 2020).
GAMBAR SPESIMEN 2 (Euplectella sp ) KETERANGAN:
1. oscular sieve plate
2. parietal gaps
3. lacework gaps spicules
4. root tufts
KLASIFIKASI:
Kingdom : Animalia
Phyllum : Porifera
Classis : Hexactinellidae
Ordo : Hexasterophora
Familia : Euplectellidae
Genus : Euplectella
Species : Euplectella sp

Struktur tubuh Euplectella sp terdiri atas dua lapisan yaitu epidermis danendodermis. Epidermis (lapisan luar) terdiri atas sel-sel epithelium berbentuk pipih
(pinakosit).Endodermis terdiri atas sel berflagela yang berfungsi mencerna makanan dan bercorong yangdisebut sel leher atau koanosit. Di antara kedua lapisan
itu terdapat bahan gelatin yang disebutmesoglea. Mesoglea
terdiri atas beberapa macam sel, yakni:
a. Sel amebosit Sel yang bertugas mengangkut zat makanan dan
zat sisa metabolisme dari satu sel ke selyang lain. 
b. Sel skleroblasSel yang fungsinya membentuk spikula yang
bisa terbuat dari zat kapur, kersik, atausponging.
c.Porosit Berfungsi membuka dan menutup pori.
d.Arkeosit Sel amebosit embrional yang tumpul dan dapat
membentuk sel-sel reproduktif. (Agarwal,2016)
Euplectella sp dapat berkembang biak secara vegetatif
dan generatif. Secaravegetatif, perkembangbiakan dilakukan
dengan membentuk kuncup dalam koloni. Kuncupmuncul dari
pangkal kaki. Kuncup makin membesar sehingga jika terbentuk
beberapa kuncup,akan membentuk sebuah koloni. Selain itu,
potongan tubuhnya yang terlepas akan mudahtumbuh menjadi
individu baru. Euplectella sp termasuk hewan yang
hermafrodit (berkelamin ganda). Hasil pembuahan berupa zigot
yang akan berkembang menjadi larva bersilia. Karena bersilia,
larvadapat bergerak bebas dan akhirnya akan menempel pada
Gambar 2. Euplectella sp )
tempat tertentu dan kemudian tumbuhmenjadi individu baru
(Sumber gambar: (Agarwal,2016 )
(Bumblebe, 2019).
(Bumblebe, 2019).
Euplectella aspergillum adalah spons hexactinellid dalam filum
Porifera yang hidup di lautdalam. Spons kaca relatif jarang dan
sebagian besar ditemukan di kedalaman 100-4500
meter,meskipun spesies Oopsacas minuta telah ditemukan di perairan dangkal, sementara yang lainditemukan jauh lebih dalam. Spons ini ditemukan di semua
samudra dunia, meskipunmereka sangat umum di perairan Antartika. Euplectella sp dapat digunakan sebagai alat pembersih karena tubuhnya berstruktur spons
dan mengandung silica. Dapat berpotensi jugasebagai hiasan diruangan dengan diawetkan didalam pot bunga (Bumblebe, 2019).
GAMBAR SPESIMEN 2 (Hyalonema sp ) KETERANGAN:
1. gastral cone
2. ostia
3. body
4. sybiotic polyps
5. root spicules

KLASIFIKASI:
Kingdom :Animalia
Filum :Porifera
Kelas :Hexactinelida
Ordo :Amphidiscophora
Famili :Hyalonematidae
Genus : Hyalonema
Spesies : Hyalonema sp
Morfologi pada Hyalonema ukuran tubuhnya sangat
bervariasi ,dari sebesar kacang polong sampai setinggi 90 cm
dan lebar 1 m . Di dalam setiapindividu yang berbentuk
seperti jambangan tersebut terdapat rongga yang disebut
spongocoel atau atrium Pada permukaan tubuh terapat lubang-
lubang atau pori- pori yang merupakan lubang air masuk
spongocoel, untuk akhirnya keluar melalui
osculum( Budiyanto , 2018 ).
Tubuh Hyalonema abyssale terdiri dari 3 lapisan, yaitu
a)pinacocyte atau pinacoderm seperti epidermis berfungsi
untuk melindungi tubuh bagian dalam.Bagian sel pinacocyte
dapat berkontraksi atau berkerut, sehingga seluruh
tubuhhewan dapat sedikit membesar dan mengecil;
b)Mesohyl atau Mesoglea terdiridari zat semacam agar
(gelatinous protein matrix), mengandug bahan tulang dan
mamebocyte
c) Choanocyte yang melapisi rongga atrium atau spongocoel.
( Budiyanto , 2018 ).
Gamet spons muncul dari koanosit atau amoebosit Telur
menetap didalam mesohil, namun sperma diangkut keluar dari
spons oleh aliran air.Fertilisasi silang dihasilkan dari beberapa
sperma yang ditarik ke dalam individu-individu di sekitarnya.
Fertilisasi terjadi di dalam mesohil, tempat zigot berkembang
dari spons 3.induk.
Gambar Setelah
Hyalonema sp menetap
) di substrat yang cocok, larva berkembang menjadi dewasa yang sesil (menetap pada suatu tempat tanpamengadakan
perpindahan (Agus 2016).
(Sumber gambar: Budiyanto , 2018 dan Agus 2016.
Hidup di laut dalam, dapat ditemukan di pantai perairan Andaman India.(Elvira Pricilla Ayu. 2016)Spons dari kelas ini belum banyak dikenal, karena sulit
mendapatkan danhanya terdapat di laut dalam kurang dari 500 m. Tipe syconoid, bentuk tubuh silindris, datar atau bertangkai, di laut padakedalaman 90 cm
sampai 5.000 m (Agus,2016).
GAMBAR SPESIMEN 2 (Spongilla sp) KETERANGAN:
1. Stick
2. Oscula

KLASIFIKASI:
Kingdom : Animalia
Phylum : Porifera
Kelas : Demospongiae
Ordo : Dictioceractida
Famili : Dicticeractidaceae
Genus : Spongilla
Species : Spongilla sp
Spongilla sp diklasifikasikan dalam filum Porifera, dari kata
Latin yang berarti “memiliki pori - pori.” Pori -pori ini
memungkinkan pergerakan air ke dalam tubuh spons seperti
kantung’. Porifera harus memompa air melalui tubuh mereka
untuk makan. Karena porifera tinggal menetap atausesil, yang
berarti mereka tidak bisa bergerak, mereka menyaring air untuk
mendapatkan makanan mereka. Mereka, oleh karena itu, yang
dikenal sebagai filter feeder atau penyaring makanan. Filter
feeder harusmenyaring air untuk memisahkan organisme dan
nutrisi yang mereka inginmakan dari bagian-bagian yang tidak
ingin mereka makan.Secara internal, mereka tidak memiliki
otak, perut, atau organlainnya. Hal ini karena porifera
berkembang jauh lebih awal dari hewanlain. Bahkan, porifera
tidak memiliki jaringan yang sebenarnya.Sebaliknya, tubuh
mereka terdiri dari sel-sel khusus (tingkat-organisasisel) yang
melakukan pekerjaan tertentu. Sel-sel porifera melakukan
berbagai fungsi tubuh dan tampak lebih independen satu sama
laindaripada sel-sel hewan lainnya. Sebagai contoh, beberapa
sel mengontrol aliran air, masuk dan keluar dari porifera,
dengan meningkatkan atau menurunkan ukuran pori-pori
(Britannica, 2018 ).
Beberapa ilmuwan percaya bahwa Spongilla dapat digunakan
sebagai indikator pencemaran perairan. Menurut sebuah
penelitian, Spongilla spmerupakan makanan bagi sebagian besar sumber daya pelagis. Berdasarkan penelitian
Gambar 2. Spongilla sp
tersebut, dapat di anggap bahwa Spongilla lacustris juga merupakan bagian dari jaring-jaring makanan hewan
(Sumber gambar:
pelagis (Picton, B.E & Morrow, C.C. ,2016)
Encyclopaedia Britannica, 2018
Berbeda dari porifera pada umumnya yang hidup di air laut, genus Spongilla hidup di air tawar dengan arus yang
Picton, B.E & Morrow, C.C. ,2016
tenang dan beberapa mampu hidup di arus yang lumayan kuat. Habitatnya tersebut membuat genus Spongilla
dikenal dengan sebutan Freshwater sponges. Mereka hidup menempel di kayu dan bebatuan di dalam perairan tawar. Spongilla yang telah dewasa akan hidup
sesil hingga akhir hidupnya Spongilla umumnya terdapat pada wilayah dengan empat musim atau sub tropis, karena proses reproduksi aseksualnya membuat ia
beradaptasi dengan berbagai musim (musim panas, musim dingin, dan musim semi). Spongilla lacustris dan sebagian besar spesies spons air tawar lainnya hidup
dan tersebar di Amerika utara, Eropa, dan Asia (Picton, B.E & Morrow, C.C. ,2016 ).
GAMBAR SPESIMEN 2 ( Euspongia sp ) KETERANGAN:
1. Osculum
2. Dermal pores
3. Subdermal cavity
4. Current canals
5. Flagellated chambers
6. Ostium
7. Opening of current canals

KLASIFIKASI:
Kingdom : Animalia
Filum : Porifera
Kelas : Demospongiae
Ordo : Dictyoceratida
Famili : Spongiidae
Genus : Spongia
Spesies : Euspongia sp
Hewan ini bertubuh lunak, tidak mempunyai rangka,
walaupun ada hanya terdiri dari serabut-serabut spongin dari zat
kersik. Spongin adalah zat mirip dengan keratin rambut dan
bulu serta berbentuk kolagen. Jenis hewan ini tidak memiliki
bentuk tetap dan oskulanya menyebar pada setiap permukaan
tubuhnya. Tipe saluran airnya leucon. Sponnya berwarna hitam
dan berbentuk besar. Picton, ( B.E & Morrow, C.C. ,2016)
Pada permukaan tubuh terdapat lubang atau pori-pori yang
merupakan lubang masuknya air ke spongocoel, untuk akhirnya
keluar melalui oskulum. Euspongia bereproduksi secara
aseksual dengan melepaskan fragmen dari diri mereka sendiri
atau dengan pembentukan tunas (budding). Makanannya adalah
bakteri dan plankton. Makanan yang masuk ke tubuhnya dalam
bentuk cairan sehingga porifera disebut juga sebagai pemakan
cairan..Hewan ini hidup di air laut dan air tawar. Euspongia sp
berada di laut pada kedalaman tertentu yang masih dapat
ditembus cahaya. Hidupnya melekat dikarang dan merupakan
koloni (Britannica, 2018 )

Gambar 2. Euspongia sp
(Sumber gambar:
Encyclopaedia Britannica, 2018
Picton, B.E & Morrow, C.C. ,2016
DAFTAR PUSTAKA
Baliao, D.D. 2017. Mud crab “Limango” production in brackishwater pond with Milkfish. SEAFDEC Aquaculture Departement. 9p.

Bastiawan, D., A. Rukyani, P. Taufik dan A. Poernomo. 2018. Penanggulangan Hama dan Penyakit Pada Usaha Budidaya Ikan dan Udang.
Puslitbang Perikanan, Badan Litbang Pertanian, Departemen Pertanian. 30 hal.

Benson, H. 2017. Microbiological Application Laboratory Manual in General Microbiology Eight Edition. Pasadena City Colloge. 478p.

Blomsterberg, M. and H. Glenner. 2016. Growth and molting in epizoic pedunculate barnacles genus Octolasmis (Crustacea: Thecostraca:
Cirripedia: Thoracica). Department of Zoomorphology, Zoological Institute, University of Copenhagen, DK 2100, Denmark.

Budiraharjo, R. Basuki dan Suwarsono. 2018. Studi tentang Biaya, Penerimaan dan Pemasaran Kepiting Bakau (Scylla serrata Forskal) di
Sefera Duahan Jawa Tengah. Jurnal Penelitian Perikanan Laut. Jakarta. 41 hal.

Butar-Butar, H. 2017. Keterkaitan Kelimpahan Kepiting Bakau (Scylla spp.) Dengan Ketersediaan Makanan Alami Di Kawasan Hutan
Mangrove.Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Cholik, F. 2018. Review of mud crab culture research in Indonesia. ACIAR Proceedings No.78. Proceedings of An International Scientific
Forum Held In Darwin, Australia, 21–24 April 1997. Canberra. Australia: 14-20.

Cholik, F. dan A. Hanafi. 2016. A Review Of The Status Of The Mud Crab (Scylla sp.) Fishery and Culture in Indonesia. In C.A.Angell
(ed).The Mud Crab.A Report On The Seminar Converence in Surat Thani, Thailand Bay Of Bengal Programme. Madras : India.

Darwis. 2015 Kajian Parasit pada Kepiting Bakau (Scylla serrata) di Wilayah Perairan Hutan Bakau Tarakan Kalimantan Timur. Thesis. Sain
Veteriner. Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Hal 9.

Anda mungkin juga menyukai