Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH GENETIKA

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Genetika

Oleh :

Nama : Nabilatul FN

Kelas : Biologi A

NIM : 1903155544

Dosen Pengmpu : Dr. Herman, M.Sc

PROGAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS RIAU

2020
KATA PENGANTAR

Dengan nama allah yang maha pengasih lagi maha penyayang. Segala puji bagi Allah
subhanallaahu wata’ala, pemilik semesta alam raya ini. Sholawat dan salam kepada Nabi
Muhammad sholallaahu ‘alaihi wassalam. Puji syukur kami ucapkan ke hadirat Allah SWT.
karena atas rahmat, karunia serta kasih sayangNya saya dapat menyelesaikan makalah mengenai
Genetika ini dengan sebaik mungkin. Sholawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi
terakhir, penutup para Nabi sekaligus satu-satunya uswatun hasanah kita, Nabi Muhammad
SAW. tidak lupa pula saya ucapkan terima kasih kepada bapak Dr. Herman, M.Sc sebagai
dosen mata kuliah Genetika.
Makalah ini berisi materi mengenai Genetika untuk memenuhi tugas mata kuliah wajib
Genetika, Dihibrid, Trihibrid, Perluasan hukum mendel, Kromosom sex, Miosis dan mitosis,
Interaksi dan keanekaragaman genetik. Dalam penulisan makalah ini, saya menyadari masih
banyak terdapat kesalahan dan kekeliruan, baik yang berkenaan dengan materi pembahasan
maupun dengan teknik pengetikan, walaupun demikian, inilah usaha maksimal saya sebagai
penulis usahakan. Semoga dalam makalah ini para pembaca dapat menambah wawasan ilmu
pengetahuan dan diharapkan kritik yang membangun dari para pembaca guna memperbaiki
kesalahan sebagaimana mestinya.

Kerubung Jaya, 16 Januari 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................1
A. Latar Belakang ............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................2
C. Tujuan...........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................3
A. Dihibrid........................................................................................................................3
B. Trihibrid........................................................................................................................6
C. Perluasan Hukum Mendel...........................................................................................9
D. Kromosom Sex.............................................................................................................14
E. Mitosis dan Meisosis....................................................................................................18
F. Interaksi dan Keanekaragaman Genetik......................................................................24
BAB II PENUTUP......................................................................................................................31
A. Kesimpulan...................................................................................................................31
B. Saran.............................................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................32

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Genetika merupakan cabang ilmu dari biologi yang mencoba menjelaskan persamaan dan
perbedaan sifat yang diturunkan pada makhluk hidup. Selain itu, genetika juga mencoba
menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan apa yang diturunkan atau diwariskan dari induk
kepada turunan nya, bagaimana mekanisme materi genetika itu diturunkan, dan bagaimana peran
materi genetika tersebu. Genetika adalah cabang ilmu biologi yang mempelajari seluk beluk dan
mekanisme alih informasi hayati/ pewarisan sifat berupa sifat keturunan/ hereditas yang
diwarisakan dari generasi ke generasi serta variasi yang mungkin timbul didalamnya dan dapat
terjadi pada organisme maupun suborganisme (seperti virus dan prion). Unit hereditas yang
dipindahkan dari satu generasi ke generasi berikutnya disebut gen (Effendi, 2020).
Dalam tiap sel terdapat faktor pembawa sifat keturunan, materi, genetis atau substasi genetis
seperti sel tulang, sel darah, sel gamet, dan lain-lain yang terdapat dalam inti sel/ nucleus
(tepatnya dalam kromosom yang mengandung gen). Gen adalah unit terkecil bahan sifat
keturunan yang dapat menumbuhkan dan mengatur jenis karakter fisik (morfologi, anatomi,
fisiologi) dan psikis (pemalu, pemarah, penakut) suatu mahluk. Gen atau faktor keturunan
merupakan substansi hereditas yang terdiri dari senyawa kimia tertentu, menentukan sifat
tertentu dan berperan penting dalam mengatur pengaturan sifat keturunan. Besar gen
diperkirakan 4-50 µ. Istilah gen pertama kali diperkenalkan oleh W. Johansen (1909), sebagai
pengganti istilah faktor keturunan atau elemen yang dikemukakan oleh Gregor Mendel
(Afriando, 2016).
Konsep Genetika berkembang dari ilmu yang membahas tentang bagaimana sifat diturunkan
menjadi lebih luas lagi yakni ilmu yang mempelajari tentang materi genetik. Secara luas genetika
membahas: 1) struktur materi genetik, meliputi: gen, kromosom, DNA, RNA, plasmid, episom,
dan elemen tranposabel, 2) reproduksi materi genetik, meliputi: reproduksi sel, replikasi DNA,
reverse transcription, rolling circle replication, cytoplasmic inheritance, dan Mendelian
inheritance, 3) kerja materi genetik, meliputi: ruang lingkup materi genetik, transkripsi,
modifikasi pasca transkripsi, kode genetik, translasi, konsep one gene one enzyme, interaksi
kerja gen, kontrol kerja gen pada prokariotik, kontrol kerja gen pada eukariotik, kontrol genetik
terhadap respon imun, kontrol genetik terhadap pembelahan sel, ekspresi kelamin, perubahan
materi genetik, 4) perubahan materi genetik, meliputi: mutasi, dan rekombinasi, 5) genetika
dalam populasi, dan 6) perekayasaan materi genetik (Effendi, 2020).

1
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah :
1. Bagaimana hasil dari persilangan Dihibrid dan Trihibrid ?
2. Apa saja yang termasuk dari perluasan hukum mendel ?
3. Apa saja dan bagaimana struktur kromosom pada manusia ?
4. Bagaimana proses terjadinya Mitosisi dan Meiosis ?
5. Bagaimana dan Apa saja Interaksi dan keberagaman genetik ?
C. Tujuan
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah :
1. Mengidentifikasi dan memahami persilangan Dihibrid dari persilangan antar individu
dengan 2 sifat yang bedadan persilangan trihibrid segregasi alel dan penyusunan kembali
secara acak Hukum Mendel I dan II dapat diterapkan pada 3 pasang sifat.
2. Mengidentifikasi dan memahami struktur kromosom pada manusia dan Ukuran
Kromosom dan Kariotipenya.
3. Mengidentifikasi dan memahami proses terjadinya Mitosisi dan Meiosis?
4. Mengidentifikasi dan memahami dari perluasan hukum mendel ?
5. Mengidentifikasi dan memahami Interaksi dan keberagaman genetik ?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Dihibrid

Persilangan dihibrid adalah persilangan yang melibatkan dua sifat beda pada dua individu
sejenis. Persilangan ini menunjang hukum Perpaduan Bebas Mendel yang berisi “segregasi
suatu pasangan gen tidak bergantung kepada segregasi pasangan gen lainnya, sehingga di
dalam gamet-gamet yang terbentuk akan terjadi pemilihan kombinasi gen-gen secara
bebas”.Gen-gen yang berlainan akan bersegregasi secara bebas dan menghasilkan empat macam
fenotip dengan perbandingan 9:3:3:1 (Johnson, 1983).
F1 bergenotip AaBb pada proses pembentukan gamet alel A dapat bebas memilih B atau b,
dan alel a bebas memilih B atau b. Perpaduan bebas ini mengakibatkan terbentuknya gamet AB,
Ab, aB, dan ab dengan fekuensi yang samayaitu masing-maing 0,25. Perpaduan bebas alel-alel
dalam pembentukan gamet dan penggabungan bebas gamet dalam perkawinan berakibat pada
kasus alel dominan-resesif F2 memiliki fenotipe dengan perbandingan 9:3:3:1. Bukti kebenaran
hukum ini dengan uji silang antara F1 terhadap tetua resesif menghasilkan turunan dengan
perbandingan 1:1:1:1 (Campbell, 2002)
Dihibrid atau Dihibridisasi ialah suatu persilangan (pembastaran) dengan dua sifat beda.
Untuk membuktikan hokum Mendel II yang terkenal dengan prinsip berpasangan secara bebas,
Mendel melakukan experiment dengan membastarkan tanaman Pisum sativum bergalur murni
dengan memperhatikan dua sifat beda, yaitu biji bulat berwarna kuning dengan galur murni
berbiji kisut berwarna hijau. Gen B (bulat) dominan terhadap b (kisut) , dan K (kuning) dominan
terhadap k (hijau). Mendel menganggap bahwa gen-gen pembawa sifat ini berpisah secara bebas
terhadap sesamanya sewaktu terjadi pembentukan gamet (Ferdinand, 2007) .
Perbandingan fenotip yang ditentukan pada persilangan mono hibrid dan dihibrid pada
dasarnya hanya perbandingan teoritis. Perbandingan tersebut tidak sama persis tetapi mendekati
angka tersebut. Suatu data dikatakan baik jika hasil percobaan mendekati nilai teoritis, artinya
tidak ada faktor-faktor lain yang mengganggu. Namun bila nilai observasi jauh dari jumlah yang
diharapkan, artinya terdapat faktor lain diluar sifat genetis. Hal tersebutlah yang menyebabkan
penyimpangan-penyimpangan (Yatim, 1996).
a. Contoh Persilangan Dihibrid dengan Dua Sifat Beda
Persilangan dihibrid adalah persilangan dengan memperhatikan dua sifat yang berbeda.
Misalnya, ercis berbiji bulat berwarna kuning (BBKK) disilangkan dengan ercis berbiji
keriputberwarnahijau (bbkk).Karena sifat bulat dan kuning dominan terhadap sifat keriput dan

3
hijau, maka turunan pertama semuanya berbiji bulat kuning heterozigot (BbKk).Jika sesama F1
ini disilangkan, akan diperoleh 16 kombinasi genotipe dan 4 macam fenotipe. Untuk lebih
jelasnya perhatikan diagram berikut ini : (Ferdinand, 2007) .

Sumber (Ferdinand, 2007) Gambar 1. Persilangan Dihibrid dengan Dua Sifat Beda
Dari diagram tersebut dapat dilihat bahwa ada 4 macam fenotipe pada F2 yaitu:

Sumber (Ferdinand, 2007) Gambar 2. Tabel Hasil fenotipe pada F2


Dengan demikian perbandingan fenotipe F2 pada persilangan dihibrid tersebut adalah bulat
kuning: bulat hijau: keriput kuning : keriput hijau = 9 : 3 : 3 : 1. Jika dari persilangan tersebut
dihasilkan 1600 keturunan, maka kemungkinan diperoleh ercis berbiji bulat warna kuning ialah:
9/16 × 1600 = 900 pohon.
Dalam persilangan monohibrid diketahui bahwa gamet yang terbentuk pada P2 ada 2 macam,
sementara itu pada persilangan dihibrid yang terbentuk pada P2 ada 4 macam, untuk persilangan
trihibrid ada 8 macam, bila persilangan dengan n sifat beda akan diperoleh 2n macam
gamet.Untuk menentukan macam gamet yang terbentuk dapat digunakan diagram garpu,
misalnya: AaBb, macam gametnya adalah :

Sumber (Ferdinand, 2007) Gambar 3. Diagram garpu


4
b. Modifikasi Modifikasi Persilangan Dihibrid Interaksi Gen yang Bersifat Epistasis

Sumber Bagus et al., 2018 Gambar 4. Alur biosintesis pigmen yang mengatur warna labu serta
pengaruh masing-masing alel terhadap jalur biosintesis pigmen.
Terdapat 3 warna pada labu yaitu warna putih, hijau, dan kuning. Pernbentukan pigmen
pada buah labu rneiibatkan dua enzirn yang berbeda (Gambar 3.6). Gen pertarna rnengkode
protein yang rnengatur aktivitas dari enzirn I, aiel dorninan W rnengkode protein yang dapat
rnengharnbat kerja dari enzirn I sedangkan aiel resesif w tidak rnengkode protein tersebut. Gen
kedua rnengkode enzirn II, aiel dorninan Y rnengkode enzirn II sedangkan aiel resesif y tidak
rnengkode enzirn tersebut. Labu putih akan rnuncul apabila Iabu rnerniiiki aiel W pada gen
pertarna tanpa rnenghiraukan alel dari gen kedua apakah dorninan Y atau resesif. Pada kondisi
ini aiel dorninan W dari gen pertarna dikatakan epistasis dorninan terhadap aiel dorninan Y dari
gen kedua penyusun rnahkota bunga (Bagus et al., 2018).
Aiel dorninan B pada gen kedua rnenyebabkan pH sitoplasrna basa scdangkan aiel resesif
b dari gen tersebut rnenyebabkan pH sitoplasrna asarn. Antosianin berwarna ungu pada pH basa
dan rnerah pada pH asarn. Bunga baru akan berwarna ketika antosianin terbentuk yaitu ketika
turnbuhan rnerniliki alel dorninan A pada gen pertarna. Apabila tanarnan hornozigot resesif (aa)
pada gen pertarna rnaka turnbuhan tidak dapat rnensintesis antosianin sehingga bunga akan
berwarna putih. Pewarisan warna bunga ini rnenunjukkan adanya peristiwa epistasis resesif,
karena pada fenotip aaB- bunga berwarna putih yang artinya aiel resesif dari gen pertarna
rnenutupi ekspresi aiel dorninan dari gen kedua (Bagus et al., 2018).

Sumber Bagus et al., 2018

5
Turnbuhan berbunga rnerah galur rnurni (AAbb) disilangkan dengan turnbuhan berbunga
putih galur rnurni (aaBB) rnenghasilkan Fl turnbuhan berbunga ungu (Gambar 3.9). Persilangan
sesarna Fl rnenghasilkan keturunan dengan perbandingan 9 turnbuhan berbunga ungu: 3
turnbuhan berbunga rnerah: 4 turnbuhan berbunga putih. Ernpat turnbuhan berbunga putih terdiri
dari 3 tanarnan dengan genotip aaB- dan 1 tanarnan dengan genotip aabb. Albinisrne pada
cangkang siput disebabkan oleh ketidakrnarnpuan sel-sel cangkang untuk rnenghasilkan pigrnen
warna coklat. Untuk menghasilkan pigrnen coklat, sel-sel penyusun cangkang dua enzirn yang
dikode oleh dua gen yang berbeda (Gambar 3.10). Alel dorninan A dari gen pertarna rnengkode
enzirn yang rnengubah substrat pigrnen rnenjadi produk interrnediet yang tidak berwarna dan
aiel dorninan B dari gen kedua mengkode enzirn yang rnengubah produk interrnediet menjadi
pigmen berwarna coklat (Bagus et al., 2018).
Siput akan memiliki cangkang bcrwarna coklat jika Persilangan dua siput bercangkang
albino galur mumi (aaBB dan AAbb) menghasilkan Fl siput bercangkang coklat (Gambar 3.11).
Persilangan sesama Fl menghasilkan keturunan dengan perbandingan 9 siput bercangkang coklat
dan 7 siput bercangkang albino. Tujuh siput bercangkang albino terdiri dari 3 siput dengan
genotip aaB-, 3 siput dengan genotip A-bb, dan 1 siput dengan genotip aabb (Bagus et al.,
2018).

Sumber Bagus et al., 2018


B. Trihibrid
Mendel menunjukkan bahwa segregasi alel dan penyusunan kembali secara acak (Hukum
Mendel I dan II) dapat diterapkan pada 3 pasang sifat. Persilangan yang dilakukan antar 2
individu dengan 3 sifat beda disebut trihybrid cross atau three-factor cross . Dapat menggunakan
Punnett Square, Forked-line method atau segitiga Pascal untuk melihat generasi F2 (Bagus et
al., 2018).
1. 1 x 33 = 27 = 27 kombinasi dengan 3 macam gen dominan
6
2. 3 x 32 = 27 = 27 kombinasi dengan 2 macam gen dominan
3. 3 x 31 = 9 = 9 kombinasi dengan 1 macam gen dominan
4. 1 x 30 = 1 = 1 tanpa gen domina.

Sumber (Bagus et al., 2018) Gambar 4. Persilangan Trihibrida

Sumber (Bagus et al., 2018) Gambar 5. Punnet-Square

Sumber (Bagus et al., 2018) Gambar 6. Punnet-Square Forked-Line Method

Sumber (Bagus et al., 2018) Gambar 7. Segitiga Pascal

7
. Dengan pengetahuan proses meiotik, maka kita dimungkinkan untuk merapatkan
(menyimpulkan) bahwa bagi hibrida dengan n-pasang gen maka dimungkinkan adanya
kombinasi-kombinasi gen dalam gamet sebanyak 2n. Manusia memiliki 23 pasang kromosom,
setiap pasang disangka mengandung ratusan, kalau tidak dapat disebut ribuan, pasang gen. Jika
seseorang adalah heterozigot bagi hanya satu pasang gen saja pada setiap pasang kromosom,
maka kombinasi genetis yang bisa ada dalam gamet-gamet adalah 2²³, atau lebih dari 8 juta.
Sebab itu tidak mengherankan bahwa kecuali kembar dua identik, kembar tiga identik, dan
seterusnya tidak ada 2 orang yang genetis sama. Hal penting yang akan dikemukakan di sini
ialah semua orang harus mempunyai lokus-lokus yang menentukan sifat-sifat yang
menggolongkan kita sebagai anggota-anggota spesies kita : lokus bagi berdiri tegak, tangan-
tangan untuk memegang, dan sebagainya. Namun demikian, setiap dari kita adalah unik,
disebabkan kombinasi yang berbeda-beda dari berbagai alela yang diwariskan dari orang tua
kita (Bagus et al., 2018).
Perkawinan trihibrid adalah perkawinan dengan memperhatikan 3 sifat beda. Misalnya, pada
tanaman kapri:
1. T = gen untuk tanaman tinggi
2. t = gen untuk tanaman pendek
3. K = gen untuk warna kuning pada biji
4. k = gen untuk warna hijau pada biji
5. U = gen untuk warna bunga ungu
6. u = gen untuk warna bunga putih

P: ♀ TTKKUU x ♂ ttkkuu
(tinggi, buah kuning, (pendek, buah hijau, Bunga ungu)
bunga putih)

Gamet: T, K,U t, k, u F1 : TtKkUu

tinggi, buah kuning, bunga ungu

Induk dari tanaman trihibrid F1 masing-masing akan membentuk 23 gamet,


yaitu 8 gamet. Gamet-gamet tersebut adalah TKU, TKu, tKU, Tku, tKu, tkU dan tku.
Penyerbukan sendiri dari tanaman trihibrid F1 akan menghasilkan tanaman F2 dengan
(2n)2 = (23)2 = 64 kombinasi. Perbandingan kombinasi genotip dapat dicari dengan
bantuan segitiga pascal.
1 1 untuk perkawinan monohybrid
1 2 1 untuk perkawinan dihibrid
1 3 3 1 untuk perkawinan trihibrid
1 4 6 4 1 untuk perkawinan tetrahibrid Angka tetap

8
Angka yang menunjukkan banyaknya gen dominan
1 x 33 3 x 32 3 x 31 1 x 30

Angka sesuai dengan hukum segitiga pascal (Bagus et al., 2018).

Pada penyilangan dengan tiga sifat beda disebut trihibrid. Apabila masing-masing induk
galur murni disilangkan, maka akan dihasilkan gamet F1 sebanyak 8 macam, sehingga jumlah
macam genotipe F2 = 27 macam. Jumlah kemungkinan fenotipe F2 = 8 macam. Perbandingan
fenotipe F2 = 27: 9: 9: 9: 3: 3: 3: 1.Kesimpulan Untuk mencari jumlah macam gamet
kemungkinan genotipe dan kemungkinan fenotipe pada F2 dapat dilihat pada tabel berikut
(Bagus et al., 2018).

C. Perluasan Hukum Mendel


Percobaan Mendel mengatakan bahwa pada sebuah lokus terletak sepasang gen yang saling
pengaruh-mempengaruhi terhadap suatu sifat. Namun kenyataannya suatu sifat ternyata dapat
dipengaruhi oleh lebih dari satu pasang gen dan bahkan suatu pasangan gen dapat saling
pengaruh-mempengaruhi pasangan gen yang lain. Kejadian-kejadian ini merupakan perluasan
dari Hukum Mendel (Wartomo, 1998).
a. Allel Multipel atau Alel Ganda
Pada keadaan normal, biasanya suatu lokus ditempati oleh salah satu dari sepasang alel,
misalnya oleh gen A atau gen a sebagai pasangannya. Tetapi ada suatu kejadian, satu lokus dapat
ditempati oleh beberapa macam alel. Dalam kasus multi alel, gen A mempunyai beberapa
macam bentuk, misalnya gen A1, A2, dan A3, yang kesemuanya dapat saling berpasangan dan
menduduki lokus tersebut. Peristiwa satu lokus dapat ditempati oleh berbagai macam alel,
disebut alel ganda atau multi alel (Wartomo, 1998).
Salah satu kejadian multi alel pada hewan adalah pada pewarnaan kelinci dan kucing. Warna
kulit kelinci dientukan oleh gen c, akan tetapi pada penelitian lebih lanjut diketahui bahwa gen c
ini bersifat multi alel. Disamping adanya gen C sebagai pasangannya yang menyebabkan kelinci
berwarna sempurna (abu-abu bercampur kekuning-kuningan dan coklat), ternyata telah dikenal
adanya gen cch yang menyebabkan kelinci berwarna abu-abu muda tanpa adanya warna kuning
9
dan coklat, dan gen ch yang menyebabkan warna yang sangat khas (Wartomo, 1998).
Contoh lain dari adanya multi alel yang paling bagus pada manusia, yaitu dalam
penggolongan darah ABO yang ditemukan oleh Dr. Landsteiner pada tahun 1900. Golongan
darah pada manusia dapat dibedakan menjadi A, B, AB, dan O. Penggolongan darah tersebut
berdasarkan pada ada tidaknya antigen yang menggumpalkan darah(aglutinogen) dan antibodi
(pelawan antigen (aglutinin)) dalam darah Gen hadir dalam lebih dari dua bentuk alel Contoh :
golongan darah ABO (Istamar et al., 2007).

Sumber (Istamar et al., 2007) Gambar 9. Penggolongan darah sistem ABO


b. Interaksi gen dan Epistatis
Interaksi gen adalah kemungkinan adanya saling pengaruh antara dua pasang gen yang
terletak dalam alel yang berbeda. Dimisalkan gen A akan menyebabkan fenotip A, sedang B
akan menimbulkan fenotip B. Ada kemungkinan, bahwa apabila suatu individu memiliki kedua
gen tersebut diatas dalam keadaan tertentu, akan timbul fenotip yang lain sama sekali, yaitu
fenotip C. Kejadian inilah yang disebut adanya interaksi antara gen A dan gen B. Contoh paling
khas adalah bentuk jengger pada ayam. Ada 2 pasang gen yang mempengaruhi bentuk jengger,
yaitu, gen R yang menyebabkan jengger rose dan gen P yang menyebabkan bentuk pea. Contoh
interaksi lain yang baik adalah bahwa pasangan gen kedua dapat menghambat ekspresi gen lain
yang bukan pasangannya, disebut sebagai epistatis (Wartomo, 1998).

Sumber (Istamar et al., 2007) Gambar 10. Epitasis pada tikus.

10
Gen-gen dari satu individu tidak dapat terisolasi dari satu gen dengan gen yang lainnya,
tetapi terisolasi dengan lingkungan di sekelilingnya. Dengan demikian, interaksi antara gen akan
terjadi. Bateson dan Punnett melakukan percobaan klasik yang menunjukkan interaksi genetik.
Mereka menganalisis tiga jenis ayam sisir diketahui ada pada waktu itu: (Wartomo, 1998).
Varietas Ayam Fenotipe < /TH>

Wyandotte Mawar Sisir

Brahmas Pea Sisir

Leghorns Single Sisir

Hasil F1 berbeda dengan kedua orang tua dan dua fenotipe yang baru tidak tampak dari
keluarga yang muncul di F2. Petunjuk pertama adalah F2 rasio. Kita telah melihat rasio ini
sebelum saat F1 dari salib dihibrid adalah selfed (atau intermated). Pengamatan ini menunjukkan
bahwa dua gen dapat mengontrol fenotipe alelnya. interaksi gen dan genotipe tersebut ditentukan
dengan melakukan uji silang yang sesuai. Serangkaian percobaan menunjukkan
bahwa fenotipe dan genotipe mengendalikan berbagai alel adalah sebagai berikut. (Wartomo,
1998).
Fenotipe Genotipe Frekuensi

Buah kenari R_P_ 9 / 16

Mawar R_pp 3 / 16

Kacang rrP_ 3 / 16

Tunggal Rrpp 1 / 16

Ia kemudian menunjukkan bahwa genotipe orang tua awal adalah:


Rose = RRpp
Pea = rrPP Perkembangan setiap ekspresi individu dari semua gen yang merupakan bagian
dari pembuatan genetik adalah jelas. Oleh karena itu, bukan merupakan kesimpulan tak terduga
bahwa lebih dari satu gen dapat bertanggung jawab atas ekspresi fenotipe tunggal. Epistasis
Interaksi antara dua atau lebih gen untuk mengendalikan fenotipe tunggal Interaksi dari dua gen
yang mengontrol jenis alel mengenali dan mengakui 9:3:3:1. Interaksi genetik lainnya telah
diidentifikasi karena hasil persilangan dua didihibrid menghasilkan rasio Mendel diubah. Semua
hasil adalah modifikasi dari rasio 9:3:3:1 (Wartomo, 1998).

11
c. Kodominan
Penggolongan darah secara lain pada manusia adalah penggolongan darah secara M, N,
dan MN yang dikendalikan oleh 2 alel LM dan LN. Individu golongan darah M menghasilkan
anti serum M, golongan darah N menghasilkan antiserum N sedang golongan darah MN
menghasilkan kedua antiserum. Dengan demikian bahwa individu dengan alel heterozigot LM
dan LN memiliki sifat yang dimiliki oleh kedua sifat homozigotnya. Keadaan demikian disebut
kodominan, selain itu juga kodominansi merupakan suatu situasi fenotipik dimana kedua alel di
ekspresikan di dalam heterozigot (Campbell et al, 2004).
 Alel dominan dan resesif tidak selalu terjadi
 Untuk beberapa alel terjadi pola penurunan sifat dimana tidak ada alel yang dominan
atau resesif. Kedua sifat alel akan muncul pada keturunannya
 Contoh : golongan darah M,N & MN

Sumber (Wartomo, 1998) Gambar 10. Kodominan


d. Poligen atau Gen Ganda
Suatu fenotip tidak begitu mudah dibedakan dengan fenotip lainnya. Sebagai contoh
misalnya warna bunga, antara warna merah sampai putih mungkin masih dapat dibedakan
adanya beberapa fenotip antara tinggi tubuh pada manusia, atau besar kecilnya ukuran telur
ayam, kesemuanya ini tidak dikenal adanya ukuran yang seragam. Yule adalah orang pertama
yang pada tahun 1906 menduga bahwa adanya perbedaan yang kecil tersebut mungkin
disebabkan oleh karena adanya beberapa gen yang mempunyai pengaruh terhadap satu sifat,
tetapi setiap gen hanya mempunyai pengaruh yang sangat kecil. Beberapa gen yang yang
mempunyai pengaruh terhadap sifat yang sama tetapi memiliki pengaruh yang kecil terhadap
sifat tersebut, disebut sebagai poligen (Wartomo, 1998).
Pewarnaan Kulit dan Bulu Pada Hewan
Pada hewan dikenal adanya berbagai macam corak warna kulit dan bulu. Dikenal adanya warna
hitam sampai putih dengan berbagai macam derajat pewarnaan atau intensitas warna. Pada
ternak dikenal beraneka ragam corak dan warna yang berbeda-beda. Namun ada ternak atau
hewan yang memiliki baik pola maupun warna yang seragam. Adanya perbedaan berbagai
macam corak pewarnaan pada hewan disebabkan karena dalam hal pewarnaan kulit dan bulu
hewan, berbagai gen telah berperan aktif. Gen-gen yang mempengaruhi pewarnaan, yaitu, gen
12
penentu pola berbintik-bintik atau tidak, kombinasi warna, intensitas warna, dan pemudaran.
Pewarnaan kulit pada hewan banyak dipelajari pada Rodensia, misalnya tikus, marmut, dan
kelinci (Wartomo, 1998).

Sumber (Wartomo, 1998) Gambar 11. Pewarisan Poligenik


e. Pleiotropi
Kemampuan sebuah gen tunggal untuk menghasilkan efek fenotipik ganda Contoh : alel yg
bertanggung jawab thp beberapa penyakit herediter pada manusia, penyakit sel sabit (sickle cell)
Dan menyebabkan gejala-gejala ganda.

Sumber (Wartomo, 1998) Gambar 12. Pleiotropi Individu yang homozigot untuk alel sel sabit.
f. Sex Linked
 Sex-limited inheritance (Warisan terbatas jenis kelamin ) Fenotip spesifik hanya ada
pada satu jenis kelamin tertentu Contoh : Sapi jantan tidak memproduksi susu
 Sex-influenced inheritance (Warisan yang dipengaruhi jenis kelamin) Jenis kelamin
mempengaruhi ekspresi fenotip tapi tidak hanya ada pada satu jenis kelamin. Contoh :
Bulu ayam jantan lebih panjang dan kruwel sedangkan bulu ayam betina lebih pendek dan
lebih bulat.
g. Dominan Inkomplit
F1 mempunyai penampakan yang berbeda di antara kedua varietas induknya.

13
Sumber (Wartomo, 1998) Gambar 13. Dominan Inkomplit.
D. Kromosom Sex
Kromosom adalah struktur nukleoprotein yang membawa informasi genetik. Struktur ini
terletak di dalam inti sel dan berkumpul membentuk genom. Pada organisme terdapat dua
macam kromosom, yaitu kromosom seks (gonosom) yang menentukan jenis kelamin dan
kromosom tubuh (autosom) yang tidak menentukan jenis kelamin. Kromosom memiliki dua
fungsi utama, yakni untuk memastikan DNA terpisah dalam porsi yang sama pada setiap
pembelahan sel dan untuk menjaga integritas dan ketepatan replikasi genom pada setiap siklus
sel. Elemen yang bertanggung jawab terhadap proses ini adalah sentromer, telomer, dan unit
replikasi (Campbell et al, 2004).
Kromosom X dan Y telah diketahui sebagai kromosom seks karena perannya yang sangat
penting dalam penentuan jenis kelamin. Penentuan jenis kelamin, yang tergantung pada
komplemen kromosom seks pada embrio, didahului dengan tahapan molekuler yang
mengarahkan pertumbuhan sel benih, migrasinya ke rigi urogenital, dan pembentukan testis,
dengan keberadaan kromosom Y (46,XY) atau ovarium dengan ketiadaan kromosom Y dan
keberadaan kromosom X (46,XX) (Campbell et al, 2004).

Sumber (Istamar et al., 2007). Gambar 14 Peta genetik pada kromosom Y. Gen spesifik pada
kromosom Y pada sebelah kiri, sedangkan gen yang homolog dengan kromosom X pada sebelah
kanan

14
Kromosom Y
Kromosom Y lebih kecil dari pada kromosom X dan membawa sedikit gen yang memiliki
peran fungsional yang pentingKromosom Y terdiri dari kurang lebih 58 juta pasang basa dan
merupakan 2 % dari total DNA dalam sel. Kromosom Y diperkirakan terdiri dari antara 70
hingga 200 gen. Kromosom Y terdiri dari beberapa regio yang berbeda. Meliputi regio
pseudoautosomal pada bagian distal lengan panjang dan pendek, PAR1 and PAR2.Regio
heterokromatik pada lengan panjang dan regio di antara PAR1 dan PAR2, yang disebut dengan
MSY (Male Spesific Region) (Campbell et al, 2004).
Regio ini mengandung beberapa gen yang diekspresikan pada banyak organ dan beberapa
yang hanya diekspresikan pada testis. Gen SRY yang merupakan penentu jenis kelamin laki-
kaki, berlokasi pada lengan pendek dari kromosom Y regio MSY. Gen ini memegang peranan
kunci dalam perkembangan testis.14 Gen lain pada lengan panjang kromosom Y diketahui
penting dalam mengatur spermatogenesis yaitu gen-gen AZF (Azoospermia Factor) antara lain
DAZ, RBMY, USP9Y dan HSFY1. Keberadaan kromosom Y yang utuh menjadikan jenis
kelamin laki-laki, berapapun jumlah kromosom X yang ada (Campbell et al, 2004).
Ketiadaan kromosom Y menghasilkan perkembangan wanita. Pada beberapa kelainan
mutasi pada gen SRY ditemukan pada disgenesis gonad murni di mana memunculkan fenotip
wanita namun dengan kariotip 46,XY. Pada orang yang mengalami kelainan tersebut terdapat
streak gonad bilateral dengan struktur duktus Mulleri yang masih dipertahankan, tuba fallopi
serta uterus. Pada kelainan dengan translokasi gen SRY pada kromosom X selama meiosis
paternal menjelaskan perkembangan testis pada 90% laki-laki dengan kariotip XX.5 Kelainan
pada gen-gen azoospermia factor (AZF) dapat mengakibatkan infertilitas pada pria. Keberadaan
kromosom Y pada pasien dengan sindrom Turner merupakan faktor risiko perkembangan
gonadoblastoma. Hal ini diduga karena adanya lokus yang rentan terhadap gonadoblastoma
(GBY) (Campbell et al, 2004).
Kromosom X
Kromosom X terdiri dari 155 juta pasang basa dan merupakan 5% dari total DNA dalam
genom manusia.3,9 Pria memiliki satu kromosom X dan satu kromosom Y sedangkan wanita
memiliki dua kromosom X. pada awal perkembangkan embrio pada wanita, salah satu dari
kromosom secara acak dan menetap diinaktivasi dalam sel somatik. Fenomena ini disebut
inaktivasi kromosom X atau lionisasi. Proses inaktivasi kromosom X terjadi secara acak pada sel
tubuh dan diatur oleh gen XIST (X-inactive-specific transcript) yang berada di pusat inaktivasi X
(XIC) pada pita Xq13. Suatu kelainan dapat terjadi pada proses inaktivasi tersebut, yaitu skewed
X-inactivation, di mana proses yang seharusnya terjadi acak, menjadi tidak acak namun nyaris
seragam hanya pada salah satu kromosom X untuk hampir semua sel tubuh (Campbell et al,
15
2004).
Struktur gen pada kromosom X, terlihat beberapa gen yang menjadi landmark, XIST
(Xinactive-specific transcript), FMR1 dan regio PAR1 yang mengandung gen SHOX. xv Proses
ini mengakibatkan terjadinya peningkatan risiko terjadinya kanker pada wanitaMirip dengan
kromosom Y, pada kromosom X terdapat regio pseudoautosomal yang mengandung gen-gen
yang lolos dari inaktivasi X. Salah satu gen yang terletak pada regio pseudoautosomal tepatnya
pada PAR 1 adalah gen SHOX. SHOX merupakan gen yang terdapat pada kromosom X dan
kromosom Y. SHOX berperan dalam ekspresi protein yang mengatur aktivitas gen lain,
menghasilkan protein yang dikenal sebagai faktor transkripsi. SHOX berperan selama
perkembangan embrio untuk mengontrol pembentukan struktur tubuh. Secara spesifik protein
SHOX peranannya penting dalam perkembangan tulang, terutama dalam pertumbuhan dan
maturasi tulang lengan dan tungkai (Campbell et al, 2004).
Penemuan gen ini memberikan pandangan baru mengenai kondisi perawakan pendek dan
kondisi skeletal pada sindrom Turner maupun perawakan tinggi pada kelebihan jumlah atau
supernumerary kromosom seks. Ada sejumlah gen pada kromosom X yang mempengaruhi
intelejensi. Pada mutasi yang terjadi pada kromosom X yaitu pada gen MRX berkaitan dengan
retardasi mental terpaut kromosom X.21 Gen FMR1 pada lengan panjang kromosom X, berperan
dalam memberikan instruksi dalam produksi protein yang disebut fragile X mental retardation ,
atau FMRP. Protein ini bermanfaat dalam perkembangan dan plastisitas sinaps sel syaraf yang
penting dalam proses belajar serta memori. Kelainan yang terjadi seperti pada sindrom Fragile X
menimbulkan gangguan perkembangan meliputi kesulitan belajar dan gangguan kognitif.
Kelainan lain yang berhubungan dengan FMR1 adalah kegagalan ovarium dini (premature
ovarian failure) berupa amenorrhea yang berkaitan dengan pengingkatan kadar serum
gonadotropin sebelum usia 40 tahun. Gen lain yang berkaitan dengan kondisi kegagalan ovarium
dini antara lain gen POF pada Xq21.1-q21.2 dan DIAPH2 pada Xq21.33 (Campbell et al, 2004).
Ukuran Kromosom dan Kariotipe
Kromosom pada makhluk hidup biasanya ditemukan dalam keadaan berpasang-pasangan,
oleh karena itu disebut diploid. Kromosom diploid dipertahankan dari generasi ke generasi
dengan pemebelahan mitosis (pembelahan yang menghasilkan dua anak yang bersifat sama
dengan induknya). Kromosom yang berpasangan (kromosom homolog) memiliki bentuk,
ukuran, dan komposisi yang sama. Pada manusia setiap sel somatik berjumlah 46 (kecuali sel
sperma dan ovum, karena memiliki set tunggal kromosom) kromosom atau 23 pasang. Empat
puluh enam kromosom manusia ini merupakan dua set kromosom yang terdiri dari
masingmasing 23 kromosom, yaitu satu set maternal (dari ibu) dan satu set paternal (dari ayah).

16
Sumber (Istamar et al., 2007). Gambar 15. . Kromosom manusia yang terdiri dari 22
pasang autosom 1 pasang gonosom.
Setiap kromosom manusia mengandung rata-rata 100 juta pasang DNA.Sel yang memiliki
jumlah komplemen yang lengkap disebut diploid (2n). Sel germinal (ovarium/sperm) disebut
juga dengan sel haploid (1n) karena hanya satu dari jumlah pasangan kromosom homolog yang
tampak. Saat fertilisasi, jumlah kromosom akan kembali berbentuk diploid (2n) hal ini terjadi
akibat penggabungan dari kedua inti sel germ. Setiap ikatan kromosom paling tidak mengandung
5-10 juta pasang DNA dan memiliki pola ikatan yang unik dalam setiap untaiannya. Ikatan
kromosom juga digunakan untuk menilai hubungan kariotipe antar spesies yang memiliki tingkat
kekerabatan yang cukup dekat. Contohnya hubungan kekerabatan antara manusia dan primata
lainnya (Campbell et al, 2004).
Struktur dan Tipe Kromosom
Kromosom dibentuk dari DNA yang berikatan dengan beberapa protein histon. Dari ikatan
ini dihasilkan nukleosom, yang memiliki ukuran panjang sekitar 10 nm. Kemudian nukleosom
akan membentuk lilitan-lilitan yang sangat banyak yang menjadi penyusun dari kromatid (lengan
kromosom), satu lengan kromosom ini kirakira memiliki lebar 700 nm. Berikut adalah
penjelasan dari bagian-bagian kromosom Campbell et al, 2004).
 Kromatid
Kromatid merupakan bagian lengan kromosom yang terikat satu sama lainnya, 2
kromatid kembar ini diikat oleh sentromer. Nama jamak dari kromatid adalah kromonema.
Kromonema biasanya terlihat pada pembelahan sel masa profase dan kadang – kadang interfase
(Campbell et al, 2004).
 Sentromer
Pada kromosom terdapat satu daerah yang tidak mengandung gen (informasi genetik),
daerah ini dinamakan sentromer. Pada masa pembelahan, sentromer merupakan struktur yang
sangat penting, di bagian inilah lengan kromosom (kromatid) saling melekat satu sama lain pada

17
masing-masing bagian kutub pembelahan. Bagian dari kromosom yang melekat pada sentromer
dikenal dengan istilah ‘kinetokor’ (Campbell et al, 2004).
 Kromomer
Kromomer adalah struktur berbentuk manik-manik yang merupakan akumulasi dari
materi kromatid yang kadang-kadang terlihat pada pembelahan masa interfase. Pada kromosom
yang telah mengalami pembelahan berkali-kali, biasanya kromomer ini sangat jelas terlihat
(Campbell et al, 2004).
 Telomer
Telomer adalah bagian berisi DNA pada kromosom, fungsinya untuk menjaga stabilitas
ujung kromosom agar DNA nya tidak terurai (Campbell et al, 2004).
Apabila dibedakan berdasarkan letak sentromer pada lengan kromatid, maka akan ada 4
tipe kromosom.
 Talosentrik, yaitu kromosom yang sentromer nya terletak di ujung kromosom.
 Metasentrik, yaitu kromosom yang sentromer nya terletak di tengah kromatid sehingga
secara relatif membagi kromatid menjadi dua bagian.
 Submetasentrik adalah kromosom yang letak sentromernya mendekati bagian tengah,
namun tidak pada bagian tengah, sehingga kromatid nya terlihat sedikit panjang sebelah.
 Akrosentrik, yaitu kromosom yang letak sentromer nya berada diantara tengah dan ujung
lengan kromatid.
E. Mitosis dan Meiosis
Mitosis adalah proses yang menghasilkan dua sel anak yang identik. Mitosis
mempertahankan pasangan kromosom yang sama melalui pembelahan inti dari sel somatik
secara berturut-turut. Proses ini terjadi secara bersama-sama dengan pembelahan sitoplasma dan
bahan-bahan di uar inti sel Dalam arti sempit, mitosis tidak berhubungan dengan replikasi DNA
dan kromosom, karena kejadian yang terakhir ini berlansung selama periode 5 interfase. Akan
tetapi mitosis adalah penunjang pokok untuk aplikasi kromosom, berhubung mitosis itu
memastikan bahwa masing-masing sel anak mendapat satu saudara dari masing-masing
pasangan kromatid dan dengan demikian juga seperangkap kromosom lengkap
(Adisoemarto,2015).
Pembelahan sel dapat dikatakan sebagai suatu proses yang menyangkut terbentuknya sel-sel
nanak baru dari induknya. Pada sel somatis (sel jaringan tubuh), akan terjadi suatu pembelahan
sel induk menjadi dua sel anak yang komponen-komponennya sama dan identik dengan sel
induk. Peristiwa pembelahan sel somatis semacam ini disebut sebagai mitosis. Mitosis adalah
pembelahan sel dimana berlansung pembelahan dan pembagian nukleus berserta
kromosomkromosom yang terdapat didalamnya. Mitosis adalah pembelahan nuclear ditambah
18
sitokinesis dan menghasilkan dua sel anak yang identik selama selama profase, prometafase,
metafase, anafase dan telofase. Interfase sering dimasukkan dalam diskusi mitosis. Tetapi
interfase secara teknis bukan bagian dari mitosis melainkan meliputi tahap G1, S dan G2 dari
siklus sel (Adisoemarto,2015).

Mitosis hanya satu bagian dari siklus sel. Sebenarnya fase mitotik (M), ynag mencakup
mitosis dan siktokinetis, biasanya merupakan bagian tesingkat dari siklus sel tersebut.
Pembelahan sel mitotik yang berurutan bergantian dengan interfase yang jauh lebih lama, yang
sering kali meliputi 90% dari siklus ini. Selama interfase inilah sel tumbuh dan menyalin sel
kromosom dalam persiapan untuk pembelahan sel. Interfase dapat dibagi menjadi subfase: fase
G1 (gap pertama), fase S dan fase G2 (gap kedua). Selama ketiga subfase ini, sel tumbuh dengan
menghasilkan protein dan organel dalam sitoplasma(Adisoemarto,2015).

Kromosom diduplikasi hanya selama fase S (sintesis DNA). Dengan demikian, suatu sel
tumbuh (G1) terus tumbuh begitu sel tersebut sudah menyalin kromosomnya (S), dan tumbuh
lagi sampai sel tersebut menyelesaikan persiapannya untuk pembelahan sel (G2) dan membelah
(M). Sel anak dapat megurangi siklus ini. Sel yang membelah mengungkapkan dinamika mitosis
sebagai salah satu rangkaian perubahan (Adisoemarto,2015).

Setiap makhluk hidup mempunyai siklus dalam hidupnya. Siklus sel adalah kegiatan yang
terjadi dari satu pembelahan sel kepembelahan berikutnya. Siklus sel sendiri meliputi
pertambahan massa, duplikasi bahn genetis yang dikenal sebagai interfase dan pembelahan sel.
Apabila sel sedang tidak dalam proses membelah diri, kromosom-kromosom tidak tampak
dengan bantuan mikroskop cahaya). Pada banyak sel, termasuk bawang, satu atau lebih dari
kromosom itu mempunyai nukleolus. Hal ini dapat diamati dengan mikroskop biasa. Keadaan
yang amat lembut ini  pada kromosom selama masa antara pembelahan sel tidak seharusnya
menggambarkannya. Mereka justru aktif dalam sintesis RNA dan sejenak sebelum pembelahan
sel berikutnya,  juga sistesis DNA. Sebenarnya kandungan DNA menjadi dua kali diantara
pembelahan- pembelahan sel (Adisoemarto,2015).

Siklus sel meliputi pertambahan massa, duplikasi bahan genetis yang dikenal sebagai
interfase dan pembelahan sel. Interfase meliputi 3 tahap, yaitu G1 (periode pertumbuhan), S
(sintesis), dan G2 (persiapan pembelahan). Sedangkan pembelahan sel sendiri terdiri dari dua
tahap, yaitu mitosis dan kariokinesis. Tahap kariokinesis disebut juga siklus kromosom dan
sitokinesis disebut juga siklus sitoplasma (Adisoemarto,2015).

Interfase

19
Fase ini merupakan fase antara yang merupakan periode antara mitosis yang satu dengan
yang lainnya. Interfase bukan fase istirahat, karena justru pada fase ini metabolisme sel giat
dilakukan. Meskipun tingkah laku kromosom tidak tampak karena terbentuk benang-benang
kromatin yang halus, sel anak yang baru terbentuk itu sudah melakukan metabolisme. Sel perlu
tumbuh dan melakukan berbagai sintesis sebelum memasuki prosespembelahan berikutnya.
Mula-mula sel mengalami pertumbuhansekunder. Interfase merupakan periode diantara dua
mitosis yang  berurutan dan terdiri atas tiga fase yaitu G1, S, dan G2 (Adisoemarto,2015).

Tahap G1 (Periode Pertumbuhan)

Tahap pertama adalah G1. Pada tahap G1 sel anakan akan tumbuh menjadi dewasa. Pada
tahap ini terjadi sintesis protein, karbohidrat. Lipid, inisiasi replikasi DNA, duplikasi organela.
Tahap G1 ini berlangsung paling lama. Tahap kedua adalah fase S dimana terjadi replikasi DNA
dan sintesis satu set lengkap protein kromosomal histon dan non histon. Selain itu, juga terjadi
diplikasi kromosom. Fase ini terjadi selama 9 jam. Tahap ketiga adalah fase G2 dimana sel mulai
mempersiapkan diri untk membelah. Fase ini terjadi sekitar 2 jam (Adisoemarto,2015).

Tahap S (Sintesis)

Pada tahap S (sintesis) sel akan mengalami replikasi DNA dan akan terjadi duplikasi
kromosom, serta terjadi sintesis satu sel lengkap protein kromosomal kiston dan non kiston juga
replikasi kromosom, sehingga pada akhir dari fase ini terbentuk sister chromatids yang memiliki
sentromer bersama (Adisoemarto,2015).

Tahap G2 (Persiapan Pembelahan)

Pada tahap ini sel sudah mempersiapkan diri untuk melakukan pembelahan. Pada fase ini
terjadi sintesis protein – protein yang dibutuhkan pada fase mitosis, seperti sub unit benang
gelendong, pertumbuhan organel – organel dan makromolekul lainnya (mitokondria, plastid,
ribosom, plastid) (Adisoemarto,2015).

Mitosis

Mitosis adalah pembelahan duplikasi dimana sel memproduksi dirinya sendiri dengan
jumlah kromosom sel anak sama dengan jumlah kromosom sel induk. Fase mitosis diawali
dengan aktivasi MPF (Mitosis Promoting Factor) yang memicu proses fosforilasi protein dan
diakhiri dengan fosforilasi. Fosforilasi ini akan menyebabkan  perubahan-perubahan morfologi
sel misalnya kondensasi kromatin berubah menjadi kromosom dan menghilangnya selubung

20
nukkleus. Mikrotubulla sama artinya dengan gelendong pembelahan. Mikrotubula berperan
dalam mengatur letak kromosom selama  proses pembelahan (Adisoemarto,2015).

Fase kariokinesis (mitosis) meliputi 4 tahap, yaitu profase, metafase, anafase, dan telofase

a. Profase
Pada tahap profase, kromosom tampak sebagai benang-benang halus yang kadang-kadang
saling melilit satu sama lain dan ternetang secara maksimalsehingga kromomer tampak jelas.
Kemudian kromosom akan memendekdan menebal sehingga kromomer terletak begitu dekat
satu sama lain. Tiapbagian dari kromosom ganda itu disebut kromatid yang dihubungkan
olehkinetokor sehingga kromosom tetap tunggal sampai metafase. Padapermulaan profase
sentriol bergerak ke sisi yang berlawanan dan terbentukbenang-benang gelendong (spindel).
Pada akhir profase sentriol berada dikutub-kutub yang berlawanan, serta gelendong-gelendong
mengatur diriuntuk menjadi penghubung antara sentriol dan kinetokor. Anak intimenyusut dan
akhinya menghilang demikian juga dengan selaput inti (Adisoemarto,2015).

b. Metafase
Peristiwa yang paling penting dalam metafase adalah orientasi kromosom pada bidang
ekuator sel. Kadang-kadang peralihan di antara profase danmerafase disebut prometafase, yang
waktunya sangat singkat. Pada awalmetafase, membran nukleus hilang dan kromosom mula-
mula sepertitampak tidak teratur. Setelah itu, benang-benang spindel masuk ke dalamdaerah
pusat sel, sedangkan mikrotubulusnya merentang di antara keduakutub sel. Kromosom melekat
dengan kinetokornya pada bidang ekuatorsel (Adisoemarto,2015).

Benang-benang spindel yang berhubungan dengan kromosom dinamaibenang-benang


spindel kromosom, sedangkan benang-benang spindelyang lain merentang secara kontinu dari
kutub ke kutub. Seluruh benangspindel membentuk gambaran seperti sangkar burung pada
daerahnukleus. Pada sel hewan dan tumbuhan yang tingkatannya lebih rendahspindel tersebut
mempunyai sentriol dan aster. Adanya sentriol sebenarnyatidak mutlak dalam pembentukan
spindel sebab jika sentriol tersebutsengaja dihancurkan dengan sinar laser, mitosis tetap saja
berlangsung (Adisoemarto,2015).

c. Anafase
Proses pembagian kromatid di daerah ekuator dilanjutkan denganmembawa semua
kromosom itu ke kutub sel masing-masing. Dengandemikian, ciri penting dari anafase adalah
adanya satu kromatid (berisi satu set kromosom) yang sedang bergerak menuju ke kutub masing-
masing. Sebagaimana diuraikan sebelumnya, yang menyebabkankromosom itu bergerak adalah

21
benang-benang spindel. Jumlah kromosomyang menuju ke kutubya ng satu sama dengan yang
menuju ke kutub yanglain. Jadi, jika sel induk memiliki 2n kromosom, setiap sel anak akan
memeroleh 2n kromosom (Crowder, L.V. 2018).
d. Telofase
Pada tahap telofase, kromosom-kromosom anakan itu akan menggumpaldi dekat kutub
masing-masing. Setelah terbentuk membran inti, kromosomakan memanjang sehingga akan
tampak seperti benang-benang kromatinyang tidak teratur. Pada saat yang hampir bersamaan,
akan terjadipembelahan sitoplasma yang diikuti dengan pembentukan membran sel(dinding sel)
pada bekas bidang ekuatorial. Pada sel hewan membran selterbentuk dengan terjadinya lakukan
pada daerah bidang ekuatorial.Lekukan ini menjadi semakin dalam sehingga ujung-ujungnya
akanbersatu sehingga terbentuk dua sel anakan (Crowder, L.V. 2018).
Sitokinesis

Sitokinesis adalah proses pembelahan sitoplasma yang ditandai dengan pelekukan  pada
sel. Pelekukan terjadi di tengah  bidang pembelahan sel karena aktivitas cincin kontraktil.
Pelekukan itu menyebabkan mikrotubula kutub menjadi timpang tindih tersebut membentuk mid
body yang berfungsi sebagai tambahan dua sel anakan. Selanjutnya cincin kontraktil akhirnya
menghilang dengan terurai menjadi komponen-komponen penyusunnya. Dan akhirnya selubung
inti dan nukleolus terbentuk lengkap. Hal ini menandakan selesainya  proses pembelahan sel
(Susetyoadi, 2016).
Pada sel tumbuhan terjadi sintesis keping sel diantara dua anak sel untuk membentuk dinding
sel. Materi dinding sel yang dibawa oleh vesikula berkumpul membentuk pelat sel yang nantinya
akan membesar hingga membran disekelilingnya bergabung dengan membran plasma
disekeliling sel. Dua sel anak terbentuk dengan membran plasmanya masing-masing. Sementara
itu dinding sel baru telah terbentuk diantranya (Susetyoadi,. 2016).

Sumber (Istamar et al., 2007). Gambar 16. Proses Mitosis

22
Meiosis
Meiosis merupakan pembelahan sel yang spesifik karena berlangsung di waktu pembentukan
gamet-gamet saja. Pada pembelahan ini kromosom diparoh dari keadaan diploid (2n) menjadi
haploid (n). Pada proses fertilisasi terjadilah persatuan gamet-gamet haploid, sehingga
terciptalah zigot yang diploid. Keterangan genetik memisah secara teratur ke dalam gamet-
gamet. Dalam keturunan akan tercampur keterangan genetik yang berasal dari masing-masing
induk (Susetyoadi, 2016).
 Profase I Perbedaan penting antara mitosis dan meiosis terutama pada profase. Profase 1
dibedakan menjadi beberapa stadia yaitu:
a. Leptonema Kromatin dari inti sel induk nampak seperti benang-benang panjang yang
halus dan melingkar-lingkar.
b. Zygonema Benang-benang kromatin berubah bentuknya dan menjadi batang-batang
kromosom. Masing-masing kromosom mencari pasangannya sendiri yang sama dan
sebangun atau yang serupa (kromosom homolog). Proses berpasangan ini disebut
sinapsis.
c. Pachynema Benang-benang kromosom menjadi lebih tebal dan jelas. Tiap benang
tampak dobel. Masing-masing kromosom dari sepasang kromosom homolog terdiri
dari dua kromatid. Pada profase mitosis, kromosom-kromosom terpisah dan tidak
saling berhubungan. Dalam profase I meiosis, kromosom-kromosom homolog
berpasangan sebagai bivalen, dan inilah yang dijumpai sebagai haploid. Pachynema
merupakan stadia yang sangat penting yaitu pindah silang (crossing over). Proses ini
akan nampak jelas pada fase berikutnya.
d. Diplonema Fase ini ditandai dengan mulai memisahnya kromatid-kromatid yang
semula berpasangan membentuk bivalen. Memisahnya kromatid-kromatid paling kuat
terjadi pada bagian sentromer. Akan tetapi bagian-bagian tertentu dari kromosom
homolog tetap berdekatan dan bagian ini disebut kiasma, karena pada tiap kiasma
kromatid kromatid-kromatid yang yang menjauhkan diri itun tampak bersilang. Di
tempat persilangan (kiasma) itu kromatid-kromatid tak serupa (nonsister chromatids)
putus. Ujung-ujung dari kromatid yang putus tadi bersambungan secara resiprok.
Proses penukaran segmen-segmen kromatid tak serupa dari pasangan kromosom
homolog beserta gen-gen yang berangkai secara resiprok dinamakan pindah silang.
e. Diakinesis Kromosom-kromosom menjadi lebih pendek. Stadium ini diakhiri dengan
menghilangnya membran inti, nukleolus, dan terbentuknya spindel
(Adisoemarto,2015).

23
 Metafase I Pasangan-pasangan kromosom homolog berada di bidang ekuator.
 Anafase I Kromosom homolog yang mengadakan sinapsis mulai bergerak untuk berpisah.
Tiap kromosom masih tersusun atas dua kromatid yang masih berhubungan pada daerah
sentromer.
 Telofase I. Kromosom-kromosom tiba di kutub spindel. Membran inti dan nukleolus
terbentuk lagi.
Meiosis II terdiri dari beberapa stadia seperti pada mitosis.
Tahapan profase II kadang-kadang tidak ditemukan, dimana setelah telofase I dilanjutkan
pembelahan kedua yang terlihat dengan munculnya benang gelendong yang menarik kromatid
pada sentromernya ke dua kutub yang berbeda. Akibat tarikan serat yang seimbang kromosom
akan terletak pada bidang ekuator (metafase II), dan tarikan yang berlawanan itu kemudian akan
menyebabkan dua kromatid bersaudara berpisah dan bergerak ke arah yang berlawanan, hal ini
merupakan anafase II. Pada tahap akhir, yaitu telofase II, kromosom berkumpul pada kutub-
kutub yang berbeda, dan membran inti muncul membungkus kelompok kromosom tersebut. Pada
saat ini kromosom yang terdapat pada setiap kelompok sudah bukan gabungan kromatid lagi.
Setelah melewati dua kali pembelahan maka dari satu sel akan dihasilkan empat sel dengan
masing-masing sel mengandung kromosom separuh jumlah sel awal. Kelompok empat sel yang
dihasilkan dari satu sel melalui meiosis disebut tetrad (Adisoemarto,2015).
F. Interaksi dan Keanekaragaman Genetik.
Dalam proses pewarisan sifat secara bebas (genetika mendel), tidak semua penampakan
karakter pada keturunan dapat dipisahkan menjadi kelas-kelas sifat/karakter yang jelas. hal ini
dikenal dengan keragaman nisbah genetik. penyebabnya, adanya interaksi gen. inter-aksi gen
adalah pengaruh satu alel terhadap alel lain pada lokus yang sama dan atau pengaruh satu alel
pada satu lokus terhadap alel pada lokus yang lain. ekspresi atau penampakan gen atau fenotipe
suatu individu adalah hasil inter-aksi antara faktor genotipe dan lingkungan (Susetyoadi, 2016).
Tipe-tipe interkasi gen
a. Inter-aksi alelik (intra-alel) yakni inter-aksi antar alel pada lokus yang sama. Misalnya,
alel dominan menutup pengaruh alel yang resisif (Susetyoadi, 2016).
b. Inter-aksi non alelik (inter-alel atau epistasi) yakni inter-aksi antar alel pada lokus yang
berbeda, dimana pengaruh suatu gen pada suatu lokus terhadap penampakan gen pada
lokus yang lain (Susetyoadi,2016).
Hal ini terjadi dalam 2 kemungkinan: adanya interaksi antar kedua alel, atau adanya tekanan
(supressi) terhadap ekspresi gen lain. Misalnya, ada dua alel yang berpisah secara bebas, namun
masih ada interaksi.

24
Interkasi gen alelik
Akibat interaksi alelik:
1 Sifat dominan tidak lengkap: kedua alel (dominan dan resesif) sama-sama berperan
pada sifat turunannya. Contoh bunga pukul empat.
2 Sifat kodominansi: kedua alel menghasilkan produk (enzim) berbeda yang kerja
berlainan dan dapat diketahui pada turunan yg heterosigot. Contoh: golongan darah
manusia.
3 Sifat alel ganda: adanya 3 atau lebih bentuk alel dari suatu gen pada satu lokus
tertentu. Contoh: alel ABO pada golongan darah dan warna bulu kelinci.
4 Sifat iso-alel atau alel iso dominan: dua alel yang menghasilkan produk (enzim)
hampir sama (isoenzyme) yang kerja hampir sama hanya tanggapannya berbeda
terhadap keadaan lingkungan (pH dan suhu). Contoh: sifat mata putih pada lalat
buah.
5 Sifat gen lethal: kedua alel menghasilkan suatu produk atau tidak ada produk yang
dihasilkan, dan menghalangi suatu individu untuk berkembang baik atau
menyebabkan kematian. Contoh: alel dominan Y letal pada tikus untuk warna bulu
kuning (Susetyoadi, 2016).
Interkasi gen non-alelik
Akibat interaksi non-alelik:
1 Sifat ko-epistatik: dua gen yang bukan alelnya (pada lokus berbeda) kerjanya
berlainan pada sifat turunannya. Contoh persilangan ayam berjengger.
2 Sifat semi-epistatik : dua gen yang bukan alelnya (pada lokus berbeda) kerjanya
saling menambah (komutatif) untuk menimbulkan suatu sifat turunannya. Contoh
bentuk buah pada squash.
3 Sifat iso-epistatik atau epistatik dominan ganda: dua gen yang bukan alelnya
(pada lokus berbeda) berperan sama dan mengatur sifat yang sama yakni salah satu
dapat mengganti yang lain.
4 Sifat epistatik dominan: dua pasang gen dominan lengkap mengatur sifat yang
sama, tetapi satu alel dominan pada satu lokus dapat menghasilkan fenotipe tertentu,
tidak bergantung gen pada lokus lain apakah dominan atau resesif.
5 Sifat epistatik resesif: dua pasang gen dominan lengkap, tetapi resesif pada satu
lokus lalu menekan penampakan alel pada lokus lain.
6 Sifat epistatik resesif ganda: fenotipe yang sama dihasilkan oleh kedua genotype
homosigot resisif atau dua gen resesif bersifat epistatik terhadap alel dominan.
7 Sifat epistatik dominan dan resesif: satu gen dominan pada satu lokus dan
25
homosigot resesif pada lokus lain bersifat epistatik yakni bila terdapat salah satu gen
itu akan mencegah penampakan hasil akhir gen (Susetyoadi, 2016).
Inter-aksi genotype dan lingkungan
Pertumbuhan dan perkembangan suatu biota sangat dipengaruhi oleh keadaan
lingkungannya dan juga interaksi antar gen.
Tingkatan inter-aksi gentopite dan lingkungan
Ekspresi gen akibat tingkatan interaksi dikelompokkan atas dua tingkatan:
1 Penetrasi: proporsi individu yang menampakan fenotipe yang diharapkan.
2 Ekspresitivitas: derajat penampakan dari suatu gen yang nampak pada individu bersifat
tidak proporsional.
Keanekaragaman Genetik
Keanekaragaman genetik merupakan variasi genetik dalam satu spesies baik di antara
populasi-populasi yang terpisah secara geografik maupun di antara individu-individu dalam satu
populasi. Individu dalam satu populasi memiliki perbedaan genetik antara satu dengan lainnya.
Variasi genetik timbul karena setiap individu mempunyai bentuk-bentuk gen yang khas. Variasi
genetik bertambah ketika keturunan menerima kombinasi unik gen dan kromosom dari induknya
melalui rekombinasi gen yang terjadi melalui reproduksi seksual. Proses inilah yang
meningkatkan potensi variasi genetik dengan mengatur ulang alela secara acak sehingga timbul
kombinasi yang berbeda-beda menyatakan keragaman genetik merupakan suatu variasi di dalam
populasi yang terjadi akibat adanya keragaman di antara individu yang menjadi anggota
populasi. Genetik dapat dijadikan kunci konservasi karena berperan penting dalam
mempertahankan populasi dan pemulihan dari kerusakan. Oleh karena itu, informasi mengenai
keragaman genetik membantu dalam proses pengelolaan kawasan perlindungan laut secara
berkelanjutan (Adisoemarto,2015).
Keanekaragaman Genetik suatu spesies di suatu kawasan atau tempat dapat diukur dengan
berbagai cara, seperti:
1 Perbedaan warna dari sebuah spesies seperti burung Pipit Rosella, Jagung dan durian
pada berbagai bambar ini.
2 tehnik pengukuran DNA untuk memahami variasinya.
3 dapat juga dilihat dari karakter dan sifat dari suatu spesies.
Keanekaragaman genetik mengacu pada variasi genetika di dalam spesies. Ini meliputi
variasi genetika antara populasi yang berbeda dari spesies yang sama. Contohnya  seperti empat
varietas rosella pipi putih (Platycercus eximius) di Australia pada gambar ini. Burung pipit
Rosella Putih ini mengekspresikan variasi genetiknya dalam  kombinasi warna yang berbeda

26
antara satu sama lainnya. Perbedaan ini berhubungan juga dengan letak dan kondisi alam di
masing-masing tempat (Adisoemarto,2015).

Sumber : https://yamewa.files.wordpress.com/2014/01/kupu-kupu.png
Keragaman genetik sangat penting untuk kelangsungan hidup populasi. Kehilangan variasi
di dalam gen akan menghilangkan variasi dalam proses, pola dan sifat-sifat tersebut. Dalam
jangka pendek, rendahnya tingkat keragaman dapat menyebabkan depresi perkawinan sedarah,
meningkatkan kemungkinan populasi musnah atau mengurangi kebugaran populasi. Dalam
jangka panjang, kekurangan keragaman genetik akan mengurangi kemampuan populasi
beradaptasi terhadap perubahan kondisi lingkungan dan menanggapi tekanan seleksi alam. Selain
itu, sekali materi genetik unik hilang dari spesies tidak dapat kembali, bahkan melalui proses
mutasi (Adisoemarto,2015).
Keragaman genetik dapat hilang melalui efek founder, kemacetan (bottleneck) populasi,
pergeseran genetik, dan seleksi. Tingkat di mana keragaman genetik hilang akan tergantung pada
ukuran populasi dan tingkat isolasi; kecil, populasi terisolasi dapat kehilangan keragaman
genetik dalam beberapa generasi, sedangkan yang besar, populasi yang terus-menerus tidak
kehilangan sejumlah besar keragaman selama ribuan tahun. Dalam populasi kecil di mana
pergeseran genetik yang paling cepat, fiksasi alel umum akan mengakibatkan penurunan
keragaman genetik. Konservasi keragaman genetik merupakan aspek penting dari manajemen
spesies terancam dan hampir punah (Adisoemarto,2015).
Ada tiga prinsip dalam melakukan konservasi keragaman sumberdaya genetik yaitu:
konservasi sumberdaya dengan tiga tingkatan yaitu ekosistem, jenis, dan genetik; dan konservasi
dengan tiga pilar; perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan jenis mahluk hidup
serta ekosistemnya, serta pemanfaatan berkelanjutan dan pembagian keuntungan. Konservasi
keragaman genetik dapat diimplementasikan dalam dua program; ex situ (di luar habitat alami)
dan in situ (di dalam habitat alami). Konservasi dilakukan pada tingkat rumpun, strain atau galur,
dengan mempertimbangkan perannya dalam budaya dan sejarah, keilmuan dan perekonomian.
Oleh karena itu didalam definisi metoda konservasi terlihat bahwa disamping untuk
mempertahankan keragaman genetik, juga bertujuan pengembangan pemuliaan, pengelolaan
terhadap ekosistem dan penggunaannya untuk memenuhi kebutuhan pangan dan pertanian secara
berkelanjutan(Adisoemarto,2015).

27
Berdasarkan uraian tersebut maka untuk kondisi Indonesia, maka paling tidak ada 3 macam
strategi, dimana di Indonesia pada umumnya berkaitan dengan suatu wilayah tertentu dimana
rumpun atau strain itu berada. Strategi konservasi tersebut meliputi konservasi yang berkaitan
dengan budaya dan sejarah, sebagai sumber bibit yang digunakan secara berkelanjutan, serta
karena populasinya terancam(Adisoemarto,2015).
Perluasan keragaman genetik
Perluasan keragaman genetik dilakukan apabila karakter/kombinasi karakter yang
dikehendaki tidak tersedia.perluasan keragaman genetik dapat dilakukan dengan cara:
1 introduksirekayasa
2 genetika
3 hibridisasi
4 fusi protoplas
5 mutasi
6 variasi somaklonal
7 poliploidisasi
8 koleksi plasma nutfah
Penanganan varietas introduksi :
1. Bahan tetua (sumber gen)
Introduksi : mendatangkan tanaman dari tempat yang berbeda (antar kota, antar negara, antar
lembaga)Penanganan varietas introduksi :
a. Bahan tetua (sumber gen)
b. Koleksi
c. Bahan seleksi
d. Langsung digunakan sebagai varietas barukoleksi Plasma nutfah
2. Bahan Tetua
Pengujian Seleksi koleksi plasma nutfah seleksi bahan tetua hibridisasi seleksi varietas
baru pengujian langsung digunakansebagai varitas baru koleksi plasma nutfah Hibridisasi :
persilangan buatan yang dilakukan antar tanaman dalam satu spesies, antar spesies dalam satu
genus, antar genus atau kerabat liarnya tujuan : mendapatkan kombinasi genetik (sifat) yang
diinginkan dari dua atau lebih tetua. Hibridisasi tahapan hibridisasi:Pemilihan
tetuaemaskulasipenyerbukan/polinasi dan pembungkusan bungapelabelanekstraksi (pemisahan
biji dari buah) (Adisoemarto,2015).
Tergantung pada sifat unggul yang diinginkan, kualitatif atau kuantitatif.Sifat kualitatif:Gen
sederhana (monogenik), perbedaan fenotip = perbedaan gen pengendali, pengaruh lingkungan
kecil sehingga lebih mudah diseleksi. Diperlukan cukup 1 tetua. Sifat kuantitatif: Gen kompleks
28
(poligenik),pengaruh lingkungan besar sehingga seleksi tidak mudah dilakukan. Diperlukan lebih
banyak tetua sebagai sumber gen (Adisoemarto,2015).
Emaskulasi : pengambilan kepala sari dari tetua betina untuk mencegah penyerbukan oleh
polen sendiri atau polen asing yang tidak dikehendaki.Perlu mengetahui biologi bunga
(morfologi dan saat anthesis)
Cara emaskulasi :
a. Mekanis
b. Fisik
c. Kimia
 Emaskulasi dan penyerbukan Pengumpulan polenperlu mengetahui fertilitas dan viabilitas
polenb. Kesiapan stigma (kepala putik) menerima polen (receptivitas stigma).perlu mengetahui
kompatibilitas polen-stigma. Pembungkusan bunga betina dilakukan sebelum/setelah emaskulasi,
menghindari polinator lain (serangga)Catatan : pembungkusan bunga kadang perlu dilakukan
pada bunga jantan untuk menghindari tercemarnya polen dengan polen yang lain. Pelabelan label
meliputi : nama tetua, tanda X yang melambangkan persilangan, tanggal Mutasiperubahan
genetik yang terjadi pada gen (mutasi gen) atau kromosom (mutasi kromosom)Terjadi secara
alami (spontan) atau buatanmutagen:
1. Fisik : radiasi (sinar X, sinar gamma, sinar neutron)
2. Kimia : (ethylene amine, diethyl sulfate, dimethyl sulfate, N-nitrosoethyl urea, N-
nitrosomethyl urea, methal sulfonate, diepoxy butane, ethyleneoxide)
Contoh tanaman hasil mutasi Sorghum dan Jeruk. Poliploidisasi perubahan pada jumlah
kromosom (trisomik= 2n+1) atau penggandaan set kromosom (x) (triploid =3X, tetraploid
=4X)Allopoliploidi : hasil persilangan antar tanaman berbeda genom,Contoh : Semangka 3X
tanpa biji, berasal dari persilangan semangka 2X dengan 4xautopoliploidi: Penggandaan
langsung dengan menggunakan kolkhisin contoh : semangka 2X 4X Contoh tanaman hasil
poliploidisasi Induksi poliploidi pisang secara in vitro telah menghasilkan  beberapa tanaman
pisang tetraploid (Mas Madu)  dengan daun jatuh, berbeda dibanding yang diploid dengan daun
ke atas.  Ploidi sudah dikonfirmasi dengan flow cytometer.
Contoh Hasil Keanekaragman tingkat Genetik adalah :
a. variasi dalam spesies ayam (Gallus gallus) yang meliputi ayam cemani (berwarna
hitam), ayam bangkok putih, ayam arab, dan ayam kampung.
b. tanaman bunga mawar putih dengan bunga mawar merah yang memiliki perbedaan,
yaitu berbeda dari segi warna bunga
c. pada spesies kucing terdapat variasi seperti kucing Anggora yang berbulu panjang, serta
kucing Siam dan kucing Bali yang berbulu pendek
29
d. perbedaan warna pada ikan koi.
e. penampakan buah jeruk lemon, nipis, pontianak yang berbeda.
f. tanaman bunga sepatu putih, bunga kembang sepatu merah, dan kembang sepatu merah
muda yang memiliki perbedaan, yaitu berbeda dari segi warna bunga
g. Perbedaan bulu pada anjing. Daerah panas Daerah dingin
h. perbedaan warna kuning, merah, atau ungu pada biji jagung.
i. Perbedaan warna dan bentuk anggrek
j. Perbedaan warna bunga sakura

Sumber : https://www.slideshare.net/wijining/contoh-keanekaragaman-tingkat-gen.

30
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah adalah :
1. Persilangan dihibrid adalah persilangan yang melibatkan dua sifat beda pada dua
individu sejenis. Gen-gen yang berlainan akan bersegregasi secara bebas dan
menghasilkan empat macam fenotip dengan perbandingan 9:3:3:1.
2. Trihibrida, ialah suatu hibrida individual bagi 3 pasang gen, akan mempunyai 8
kombinasi gen sebagai hasil dari keempat penempatan secara acak pada waktu
metafase I.Jumlah kemungkinan fenotipe F2 = 8 macam. Perbandingan fenotipe F2 = 27:
9: 9: 9: 3: 3: 3: 1.
3. Kromosom adalah struktur nukleoprotein yang membawa informasi genetik. Struktur ini
terletak di dalam inti sel dan berkumpul membentuk genom. Kromosom X dan Y telah
diketahui sebagai kromosom seks karena perannya yang sangat penting dalam penentuan
jenis kelamin. keberadaan kromosom Y (46,XY) pada laki-laki atau ovarium dengan
ketiadaan kromosom Y dan keberadaan kromosom X (46,XX) pada perempuan.
4. Mitosis adalah proses yang menghasilkan dua sel anak yang identik. Mitosis
mempertahankan pasangan kromosom yang sama melalui pembelahan inti dari sel
somatik secara berturut-turut. Meiosis merupakan pembelahan sel yang spesifik karena
berlangsung di waktu pembentukan gamet-gamet saja. Pada pembelahan ini kromosom
diparoh dari keadaan diploid (2n) menjadi haploid (n).
5. Interaksi gen adalah pengaruh satu alel terhadap alel lain pada lokus yang sama dan atau
pengaruh satu alel pada satu lokus terhadap alel pada lokus yang lain. Keanekaragaman
genetik merupakan variasi genetik dalam satu spesies baik di antara populasi-populasi
yang terpisah secara geografik maupun di antara individu-individu dalam satu populasi.
B. Saran
Bedasarkan makalah yang saya buat, sebagai penulis menyarankan agar kita sebagai
pembaca dapat mengambil pelajaran dan manfaat dari pembelajaran makalah genetika ini dan
dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dan diharapkan kritik yang membangun dari para
pembaca guna memperbaiki kesalahan dikarenakan kesempurnaan hanya milik Allah swt seperti
kata pepatah “tidak ada gading yang tak retak”.

31
DAFTAR PUSTAKA

Afriando, 2016. Biologi Universitas. Jakarta : Erlangga.

Adisoemarto,2015. Biologi Dasar.Jakarta : UI Press.

Bagus et al., 2018 Dasar-Dasar Genetika Mendel Dan Pengembangannya.Yogyakarta: Graha


Ilmu.

Campbell, 2002.Biologi. Jakarta: Erlangga.

Campbell et al, 2004. Biologi 5th ed edisi. Terjemahan. dari BIOLOGY oleh Lestari, R, dkk.
Jakarta: Erlangga.

Crowder, L.V. 2018. Genetika. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Effendi, 2020. Pengantar Genetika.Yogyakarta : Fakultas Peternakan UGM.

Ferdinand, 2007. Genetika Dasar. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

https://www.slideshare.net/wijining/contoh-keanekaragaman-tingkat-gen.

https://yamewa.files.wordpress.com/2014/01/kupu-kupu.png

Istamar et al., 2007. Biologi. Jakarta : Erlangga.

Johnson, 1983.Buku Pegangan Genetika Mahasiswa.Yogyakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Susetyoadi, 2016. Genetika Dasar Edisi ke 1 Jilid 5.Malang : Universitas Muhammadiah Press.

Wartomo, 1998. Buku Ajar Genetika Dasar.Magelang : Penerbit Pustaka Rumah Cinta

Yatim, 1996. Genetika Manusia. Bandung : Tarsito.

32
33

Anda mungkin juga menyukai