Anda di halaman 1dari 22

Kerubung Jaya, 2 November 2020

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA

“HUKUM MENDEL II”

OLEH :

NAMA : Nabilatul FN
NIM : 1903155544
KELAS/KELOMPOK : A/3
HARI/TANGGAL : Selasa, 27 oktober 2020
NAMA ASISTEN : Henny Natalia Sihotang

LABORATORIUM GENETIKA
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATERMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS RIAU
2019
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hukum Mendel II disebut juga hukum asortasi. Mendel menggunakan kacang ercis untuk dihibrid, yang

pada bijinya terdapat dua sifat beda, yaitu soal bentuk dan warna biji. Persilangan dihibrid yaitu persilangan

dengan dua sifat beda sangat berhubungan dengan hukum Mendel II yang berbunyi “independent assortment

of genes”. Atau pengelompokan gen secara bebas. Hukum ini berlaku ketika pembentukan gamet, dimana gen

sealel secara bebas pergi ke masing-masing kutub ketika meiosis.  B untuk biji bulat, b untuk biji kisut, K

untuk warna kuning dan k untuk warna hijau. Jika tanaman ercis biji bulat kuning homozygote (BBKK)

disilangkan dengan biji kisut hijau (bbkk), maka semua tanaman F1 berbiji bulat kuning. Apabila tanaman F1

ini dibiarkan menyerbuk kembali, maka tanaman ini akan membentuk empat macam gamet baik jantan

ataupun betina masing-masing dengan kombinasi BK, Bk,Bk, bk. Akibatnya turunan F2 dihasilkan 16

kombinasi.yang terdiri dari empat macam fenotip, yaitu 9/16 bulat kuning, 3/16 bulat hijau, 3/16 kisut kuning

dan 1/16 kisut hijau. Dua diantara fenotip itu serupa dengan induknya semula dan dua lainnya merupakan

fariasi baru  (Syamsuri,2016).

Mendel memperoleh jumlah masing-masing fenotipe generasi F2 dari hasil persilangan dihibrid, sehingga

rasio fenotipenya adalah 9 : 3 : 3 : 1. Dari hasil percobaan-percobaan yang telah dilakukan tersebut, Mendel

merumuskan hukum perpaduan secara bebas (Independent assortment), yang menyatakan bahwa “Dua gen

yang berbeda akan berpadu secara bebas pada masing-masing alelnya selama pembentukan sel-sel haploid”.

Dapat dikatakan bahwa alel pada satu gen akan bertemu secara bebas dalam menghasilkan sel gamet

(Brooker, 2015).

Dalam hukum Mendel II atau dikenal dengan The Law of Independent assortmen of genesatau Hukum

Pengelompokan Gen Secara Bebas dinyatakan bahwa selama pembentukan gamet, gen-gen sealel akan

memisah secara bebas dan mengelompok dengan gen lain yang bukan alelnya. Pembuktian hukum ini dipakai

pada dihibrid atau polihibrid, yaitu persilangan dari 2 individu yang memiliki satu ataulebih karakter yang

berbeda. Persilangan dihibrid akan menghasilkan keturunan F2 dengan perbandingan 9:3:3:1(Syamsuri,2016).

Perbandingan fenotip yang ditemukan dalam persilangan monohybrid maupun dihibrid tidak sepenuhnya

merupakan perbandingan yang pasti. Dalam kejadian nyata terdapat penyimpangan atau deviasi.

Perbandingan hasil persilangan di dalam kenyataan berbeda atau memiliki selisih dengan perhitungan. Maka
dari itu perlu diadakan evaluasi. Cara evaluasi tersebut adalah dengan mengadakan chi-square test  (χ2)

(Suryo, 2015).

 Hukum kedua Mendel menyatakan bahwa bila dua individu mempunyai dua pasang atau lebih sifat,

maka diturunkannya sepasang sifat secara bebas, tidak bergantung pada pasangan sifat yang lain. Dengan kata

lain, alel dengan gen sifat yang berbeda tidak saling memengaruhi. Hal ini menjelaskan bahwa gen yang

menentukan  tinggi tanaman dengan warna bunga suatu tanaman, tidak saling mempengaruhi. (Ahmad,2018).

1.2 Tujuan

1. Menentukan prinsip dan proses perpaduan bebas.

2. Menganalisis data F2 yang mengilustrasikan hukum perpaduan bebas.

3. Menganalisis dua gen pengendali satu sifat (fenotipe) saling bebas.

4. Menentukan dan membuktikan perbandingan fenotipe menurut hukum Mendel pada persilangan dua

sifat beda (dihibrida) dominasi penuh dan tak penuh (intermediet).

1.3 Manfaat

1. Dapat membuktikan perbandingan fenotipe menurut hukum Mendel pada persilangan dua sifat beda

(dihibrida) dominasi penuh dan tak penuh (intermediet).

2. Dapat menentukan prinsip dan proses perpaduan bebas.

3. Bisa Menganalisis data F2 yang mengilustrasikan hukum perpaduan bebas.

4. Dapat Menganalisis dua gen pengendali satu sifat (fenotipe) saling bebas.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Hukum pewarisan Mendel adalah hukum mengenai pewarisan sifat pada organisme yang dijabarkan oleh

Gregor Johann Mendel dalam karyanya 'Percobaan mengenai Persilangan Tanaman. Hukum ini terdiri dari

dua bagian: Hukum pemisahan (segregation) dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum Pertama Mendel, dan

Hukum berpasangan secara bebas (independent assortment) dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum Kedua

Mendel. Hukum mandel 2 adalah persilangan antara dua tetua yang mempunyai dua sifat beda (dihibrid).

Dalam hukum mendel II atau dikenal dengan The Law of Independent assortmen of genesatau Hukum

Pengelompokan Gen Secara Bebas dinyatakan bahwa selama pembentukan gamet, gen-gen sealel akan

memisah secara bebas dan mengelompok dengan gen lain yang bukan alelnya(Dotti, 2018).

Hukum mendel II dikenal pula sebagai Hukum Asortasi atau Hukum Berpasangan Secara Bebas. Menurut

hukum ini, setiap gen/sifat dapat berpasangan secara bebas dengan gen/sifat lain. Meskipun demikian, gen

untuk satu sifat tidak berpengaruh pada gen yang lain yang bukan termasuk alelnya. (Syamsuri, 2016).

Pembuktian hukum ini dipakai pada dihibrid atau polihibrid, yaitu persilangan dari 2 individu yang

memiliki satu atau lebih karakter yang berbeda. Monohibrid adalah hibrid dengan 1 sifat beda, dan dihibrid

adalah hibrid dengan 2 sifat beda, akan menghasilakn perbandingan 9:3:3:1. Fenotif adalah penampakan/

perbedaan sifat dari suatu individu tergantung dari susunan genetiknya yang dinyatakan dengan kata-kata

(misalnya mengenai ukuran, warna, bentuk, rasa, dsb).Genotif adalah susunan genetik dari suatu inidividu

yang ada hubungannyadengan fenotif; biasanya dinyatakan dengan simbol/tanda huruf (Fandri, 2016).

Oleh karena itu pada contoh dihibrid itu terjadilah 4 macam pengelompokan dari dua pasang gen yaitu:

1. Gen B mengelompok dengan gen K, terdapat dalam gamet BK.

2. Gen B mengelompok dengan gen k, terdapat da;lam gamet Bk.

3. Gen B mengelompok dengan gen k, terdapat da;lam gamet bK.

4. Gen B mengelompok dengan gen k, terdapat da;lam gamet bk (Ahmad, 2018).

Apabila dominasi nampak penuh, maka perkawinan dihibrid menghasilkan keturunan dengan

perbandingan fenotip 9:3:3:1. Juga telah diketahui bahwa hasil perkawinan dihibrid = hasil perkawinan

monohybrid 1 x hasil perkawinan monohybrid dua. Pada semidominansi ( artinya dominansi tidak nampak

penuh. Sehingga ada sipat intermedier ) maka hasil perkawinan monohybrid menghasilkan keturunan dengan
perbandingan 1:2:1. Tentunya mudah dimengerti bahwa pada semidominansi, perkawinan dihibrid

menghasilkan keturunan dengan perbandingan 1:2:1 x 1:2:1 = 1:2:1:2:4:2:1:2:1 (Savitri, 2015)

Prinsip segregasi mendel berlaku pada segregasi kromosom homolog. Mendel menyilangkan tanaman

yang mempunyai dua macam alel yang berbeda.Ia menyilangkan tanaman ercis yang berwarna kuning dan

berbiji bulat dengan tanaman tanaman yang berwarna hijau dan berbiji keriput. F 1 penyilangan 2 parental

homolog adalah dihibrid (heterozigot) untuk dua gen yang terkait individu F1 ini disebut individu dihibrid dan

persilangannya disebut persilangan dihibrid (Sisunandar, 2017).

Kalau disilangkan kacang ercis kuning-bulat dengan kacang ercis hijau-keriput ternyata F1 terdiri atas

kacang ercis yang bijinya kuning-bulat semua. Ini menunukkan karakter kuning dan bulat sama dominan

terhadap hijau dan keriput. Lalu kalau F1 melakukan penyerbukan sendiri, terdapat F2 yang bukan terdiri atas 2

kelas saja fenotipenya tapi ada 4 kelas. Keempat kelas fenotipe F 2 yaitu: kuning-bulat, kuning-keriput, hijau-

bulat, hijau keriput. Ratio perbandingan F2 kalau dijumlahkan semua yang memiliki karakter sama dari

keempat macam itu, akan didapat : 9 kuning-bulat : 3 kuning-keriput : 3 hijau-bulat : 1 hijau-keriput. Bila

disingkat : Ratio Fenotipe dihibrid F2 : 9 : 3 : 3 : 1. Berlakunya hukum mendel II yaitu ketika terjadinya

meiosis pada gametogonium individu yang memiliki genotipe double-heterozigot, triple-heterozigot, atau

poli-hiterozigot, dan seterusnya sesuai dengan jenis hibridnya, apakah di, tri atau poli-hibrid. Sesuai anafase I

saat pemisaahan dan pengelompokkan gen-gen secara bebas, ke kutub atas atau ke kutub bawah (Yatim,

2017).

Hasil persilangan dihibrid yang dilakukan oleh Mendel menunjukkan pewarisan sifat bentuk biji tidak

dipenga ruhi oleh pewarisan sifat warna biji. F1 pada persilangan memiliki genotip heterozigot untuk kedua

gen (BbKk). Pada pembentukan garnet, alel B akan terpisah ke garnet yang berbeda dengan garnet b dan aiel

K berpindah ke garnet yang berbeda dengan aiel k (law of segregation). Perpindahan aiel B tidak bergantung

pada K atau k begitu juga dengan b, sehingga terdapat 4 jenis garnet yang dapat diproduksi dengan peluang

yang sama yaitu 1/4 BK, % Bk, 1 /4 bK dan 1/4 bk. Persilangan sesama F1 kemudian akan menghasilkan

fenotip dengan perbandingan 9 Bulat kuning (B-K-): 3 bulat hijau (B-kk): 3 kisut kuning (bbk-): 1 kisut hijau

(bbkk). Persilangan dihibrid menghasilkan hukum Mendel II yang dikenal dengan principle of independent

assortment. Hukum Mendel II menyatakan bahwa pada pemb~ntukan garnet, aiel dari gen yang berbeda

terpisah secara independent (tidak bergantung satu sama lain) (Pujiyanto, 2018).

Persilangan dihibrid adalah persilangan antar dua spesies yang sama dengandua sifat beda.Persilangan ini

sangat berkaitan dengan hukum Mendel 2 atau yang disebut II yang berbunyi “independent assortment of
genes”. Atau pengelompokan gen secara bebas.Percobaan yang dilakukan bertujuan untuk mendapatkan

gambaran tentang kemungkinan gen-gen yang dibabwaa oleh gamet-gamet akan bertemu secara acak random

dan mengecek kebenaran dari rasio perbandingan fenotip 9:3:3:3:1 atau genotif 1:2:1:2:4:2:1:2:1 yang dibuat

oleh mendel dengan pengujian 2 uji (khi-square". Metodechi kuadrat adalah cara yang tepat untuk

membandingkan data percobaan yang diperolehdari hasil persilangan dengan hasil yang diharapkan

berdasarkan hipotesis secara teoriti (Wlesh, James. 2016).

Hibrid adalah turunan dari suatu persilangan antara dua individu yang secaragenetik berbeda. arti hibrid

semacam itu juga dikemukakan oleh Gardner. Hibrid dapat dibedakan menjadi monohibrid, dihibrid, trihibrid

dan bahkan polihibrid tergantung pada jumlah sifat yang diperhatikan pada persilangan itu.Persilangan

dihibrid adalah persilanganantar individu untuk 2 gen yang berbeda. suatu genotip dihibrid adalah heterezigot

padadua lokus. dihibrid membentuk empat gamet yang secara genetic berbeda dengan frekunesi yang kira-kira

sama karna orientasi acak dari pasangan kromosom nonhomolog pada piringan metaphase meiosis pertama

(Yasin, Muhammad. 2018).

Eksperimen Mendel dengan bentuk biji dan Warna ercis adalah sebuah contoh dari persilangan dihibrid.

Metode Punnett kuadrat menentukan rasio fenotipe dan genotipenya.Metode ini pada dasarnya sama dengan

persilangan monohibrid. Perbedaan utamanya ialah masing-masing gamet sekarang memiliki 1 alel dengan 1

atau 2 gen yang berbeda .ratio fenotip klasik yang dihasilkan dari perkawinan dihibrida adalah ):1:2:1 ratio ini

diperoleh dari alel-alel kedua lokus memperlihatkan hubungan dominan dan resesif .ratio ini dapat

dimodifikasi jika atau kedua lokus mempunyai alel-alel dominan dan alel lethal (Yatim, 2017).

Mendel menggunakan kacang ercis untuk dihibrid, yang pada bijinya terdapat dua sifat beda, yaitu soal

bentuk dan warna biji. B untuk biji bulat, b untuk biji kisut, K untuk warna kuning dan k untuk warna

hijau.Jika tanaman ercis biji bulat kuning homozygote (BBKK) disilangkan dengan biji kisut hijau (bbkk),

maka semua tanaman F1 berbiji bulat kuning. Apabila tanaman F1 ini dibiarkan menyerbuk kembali, maka

tanaman ini akan membentuk empat macam gamet baik jantan ataupun betina masing-masing dengan

kombinasi BK, Bk,Bk, bk. Akibatnya turunan F2 dihasilkan 16 kombinasi.yang terdiri dari empat macam

fenotip, yaitu 9/16 bulat kuning, 3/16 bulat hijau, 3/16 kisut kuning dan 1/16 kisut hijau. Dua diantara fenotip

itu serupa dengan induknya semula dan dua lainnya merupakan fariasi baru (Surya,2015).

Apabila dominansi nampak penuh maka perbandingan fenotip pada F2 adalah 9:3:3:1. Pada

semidominansi (artinya dominansi tidak nampak penuh, ada warna yang teritermedier) maka hasil perkawinan

dihibrid menghasilkan keturunan dengan perbandingan 1:2:1:2:4:2:1:2:1 Pada marmot misalnya, rambut
hitam ditentukan oleh gen H yang dominant terhadap rambut putih h. rambut kasar ditentukan oleh gen K

yang dominant terhadap rambut halus k. Cara penurunan gen-gen tersebut sama dengan pada tanaman,

sehingga dalam F2 didapatkan perbandingan 9 hitam kasar: 3 hitam halus: 3 putih kasar: 1 putih halus.

Misalnya sifat kidal adalah resesif ditentukan oleh gen kd. Sifat normal adalah dominant ( ditentukan oleh gen

Kd ), rambut keriting adalah dominant ditentukan oleh gen Kr terhadap rambut lurus yang ditentukan oleh gen

kr. Sepertihalnya tumbuh-tumbuhan dan hewan, maka F2 akan memperlihatkan perbandingan 9:3:3:1. dalam

kenyataanya akan sulit bahkan tidak mungkin menemukan perbandingan itu, mengingat jumlah anak dalam

satu keluarga semakin sedikit.(Pujianto, 2018).

Dalam genetika, chi-square (chi kuadrat) sering kali digunakan untukmenguji apakah data yang diperoleh

dari suatu percobaan itu sesuai dengan ratio yang kita harapkan atau tidak. Di dalam suatu percobaan jarang

sekalikita memperoleh data yang sesuai dengan yang kita harapkan (secarateoritis). Hampir selalu menjadi

penyimpangan. Penyimpangan yang kecilrelatif lebih dapat diterima pada penyimpangan yang besar. Selain

itu,apabila penyimpangan tersebut semakin sering terjadinya dapat dikatakansemakin normal dan cenderung

lebih dapat diterima daripada penyimpanganyang jarang terjadi. Sekarang yang menjadi pertanyaan adalah

seberapabesar penyimpangan itu dapat diterima dan seberapa sering terjadinya atauberapa besar peluang

terjadinya, dan jawabannya dapat dicari dengan uji X 2 Rumus X2 adalah : ( Sisunandar, 2017).

O (Observed) adalah hasil pengamatan, sedangkan E (Expected) adalah data yang diharapkan secara

teoritis, dan ∑ jumlah dari nilai X 2 untuk setiap kategori.Semakin kecil nilai X 2 menunjukan bahwa data yang
2
diamati semakintipis perbedaannya dengan yang diharapkan. Sebaliknya semakin besar X menunjuka

semakin besar pula penyimpangannya. Batas penyimpanganyang diterima atau besar peluang terjadinya nilai

penyimpangan yang dapatditerima hanya satu kali dalam 20 percobaan (peluang 1/20 = 0,05) makapada P =

0,05 adalah atau ditolaknya data percobaan, selain itu data jugadapat dianalisis melalui distribusi tipe

kelahiran, rataan jumlah anak perkelahiran, bobot lahir, dan bobot sapih serta melalui analisis statistik

beruparataan sifat, koefisien varians, analisis ragam dan keunggulan relatif (Sisunandar, 2017).

Uji chi-square di sebut juga dengan Kai Kuadrat.Uji chi-squeare adalah salah satu uji statistik no-

parametik (distibusidimana besaran – besaran populasi tidak diketahui) yang cukup seringdigunakan dalam

penelitian yang menggunaka dua variable, dimana skaladata kedua variable adalah nominal atau untuk

menguji perbedaan dua ataulebih proporsi sampel. Uji chi-square diterapkan pada kasus dimana akandiuji

apakah frekuensi yang akan di amati (data observasi) untukmembuktikan atau ada perbedaan secara nyata atau

tidak dengan frekuensiyang diharapkan. Chi-square adalah teknik analisis yang digunakan untukmenentukan
perbedaan frekuensi observasi (Oi) dengan frekuensi ekspektasi atau frekuensi harapan (Ei) suatu kategori

tertentu yangdihasilkan. Uji ini dapat dilakukan pada data diskrit atau frekuensi ( Savitri, 2015).

. Pengertian chi-quare atau chi kuadrat lainya adalah sebuah ujihipotesis tentang perbandingan Antara

frekuensi observasi dengan frekuensiharapan yang didasarkan oleh hipotesis tertentu pada setiap kasus atau

datayang ambil untuk diamati. Uji ini sangat bermanfaat dalam melakukananalisis statistic jika kita tidak

memiliki informasi tantang populasi atau jikaasumsi-asumsi yang dipersyaratkan untuk penggunaan statistic

parametrictidak terpenuhi.Chi kuadrat biasanya di dalam frekuensi observasi berlambangkandengan frekuensi

harapan yang didasarkan atas hipotesis yang hanyatergantung pada suatu parameter, yaitu derajat kebebasan

(db) ( Ahmad, 2018).

Chi kuadrat mempunyai masing – masing nilai derajat kebebasan, yaitu distribusi(kuadrat standard

normal) merupakan distribusi chi kuadrat dengan d.f. = 1,dan nilai variabel tidak bernilai negative. Kegunaan

dari chi square untukmenguji seberapa baik kesesuaian diantara frekuensi yang teramati denganfrekuensi

harapan yang didasarkan pada sebaran yang akan dihipotesiskan,atau juga menguji perbedaan antara dua

kelompok pada data dua kategorikuntuk dapat menguji signifikansi asosiasi dua kelompok pada data

duakatagori tersebut ( Brooker, 2015).

χ2 (chi-square) merupakan alat bantu untuk menentukan seberapa baik kesesuaian suatu percobaan

(goodness of fit). Pada uji ini penyimpangan nisbah amatan (observed) dari nisbah harapan (expected) dengan

rumus : ( Dotti, 2018)

χ2 = Σ (O – E)2 ⁄ E

χ2 = (O1 – E1) ⁄ E1 + (O2 – E2) ⁄ E2 + .......... + (On – En) ⁄ En

Nilai χ2 diinterpretasikan sebagai peluang dengan mencocokkannya ke tabel χ2 berdasarkan derajat

bebasnya. Derajat bebas (db) adalah banyaknya fenotip yang dapat diekspresikan (n) dikurangi satu. Pada satu

sifat beda berkedominanan penuh terdapat dua fenotip dan db = n-1 = 2-1 = 1. Pada dua sifat beda

berkedominanan sebagian, db = 9-1 = 8 (Dotti, 2018).

Untuk memutuskan dapat diterima atau tidaknya bahwa sebaran pengamatan sama dengan sebaran

harapan dilakukan pengujian dengan menggunakan criteria statiska X2 (khi-kuadrat) sebagai berikut :

1. Bila X2 hitung < X2 db α, maka diterima bahwa sebaran pengamatan tidak berbeda nyata dengan

sebaran harapan. (Fandri, 2016).

2. Bila X2 hitung > X2 db α, maka sebaran pengamatan berbeda dari sebaran harapan. (Fandri, 2016).
Nilai X2 db α: dapat ditemukan pada table sebara Khi-Kuadrat, dimana db (derajat bebas) =k-1; dan α

ditentukan berdasarkan keperluan, biasanya α = 0,05 atau selang kepercayaan 95%. ( Yatim, 2017).

III. METODE

3.1 Waktu dan Tempat

Dalam praktuikum genetika mengenai Hukum Mendel II ini dilaksanakan pada hari Selasa,27 Oktober

2020 pada pukul 13.30-16.00 secara Daring Online dirumah masing-masing praktikan genetika melalui via

whatsapp.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum Hukum Mendel II kancing empat warna (Kuning, Biru, Putih, dan

Ungu) masing warna kancing bejumlah 16 kancing yang nantinya akan dikombinasikan dengan warna

kancing yang berbeda

Sedangkan untuk bahan yang digunakan pada praktikum genetika Hukum Mendel II ini adalah 2 buah box

digunakan untuk meletakkan kancing baju yang berfungsi sebagai induk tetua jantan dan tetua betina.

3.3 Cara Kerja

Untuk pengamatan pertama segregasi fenotipe F2 dihibrid – dominasi penuh. Langkah npertama kancing

dengan empat warna berbeda (Kuning, Biru, Putih, dan Ungu) masing warna kancing bejumlah 16 kancing

dikombinasikan dengan warna yang berbeda 4 (Kuning-Biru RB), 4( Kuning-Ungu Rb), 4(Putih-Ungu rB), 4

(Putih-Ungu) sehingga masing-masing box berisi 16 kancing dengan kombinasi 2 warna kancing masing-

masing berjumlah 4 kombinasi. Setelah itu, kancing dari box kanan dan box kiri diambil pada waktu

bersamaan tindakan pengambilan ini dilakukan tanpa melihat. Pertemuan dari kedua kancing yang terpilih

diumpamakan zigot. Proses pengambilan ini dilakukan hingga kancing didalam box terambil semua, setelah

itu hasil percobaan dicatat pada Tabel 2. Segegrasi fenotipe F2 dihibrid-dominasi penuh.

Untuk pengamatan kedua segregasi fenotipe F2 dihibrid – dominasi tidak penuh prosedur kerja yang

dilakukan sama seperti pada pengamatan pertama perbedaannya adalah pada genotipenya lebih banyak

diekspresikan sehingga fenotipe yang dihaqsilkannya lebih banyak dan ada warna yang teritemedier. Setelah

didapatkan hasil pengamatan yang kedua hasilnya percobaanya dicatat pada Tabel 3. Segegrasi fenotipe F2

dihibrid-dominasi tidak penuh.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Tabel 2. Segregasi fenotipe F2 dihibrid-dominansi penuh

Fenotipe Hasil Percobaan (turus) Jumlah pengamatan Nisbah Fenotipe Jumlah harapan
R_B_ (merah bulat) IIII III 8 9 9
R_bb (merah oval) IIII 5 3 3
rrB_ (putih bulat) II 2 3 3
rrbb (putih oval) I 1 1 1
Jumlah 16 16 16
Keterangan: H0 : Data memnuhi rasio mendel 9:3:3:1

nisbah fenotipe 9
Jumlah Harapan = x total kombinasi kancing= x 16=9
total nisbah 16

3 1
x 16=3 x 16=1
16 16

 8-9 = -1 ¿ ¿ 2-3 = -1 ¿ ¿

 5-3 = -2 ¿ ¿ 1-1=0 ¿ ¿

db= (n-1) (a) db = (3-1) (0,05) = 7,815

n = jumlah fenotipe

a= alfa( selang kepercayaan)

maka kesimpulannya adalah X2 (hitung) < X(tabel) maka H0 diterima dan data memenuhi rasio Fenotipe F2 hukum

mendel 9:3:3:1

Tabel 3. Segregasi fenotipe F2 dihibrid-dominansi tidak penuh

No. Fenotipe Genotipe Jumlah Nisbah Jumlah


pengamatan fenotipe harapan
1 Bunga merah, buah bulat RRBB 2 1 1
2 Bunga merah, buah agak bulat RRBb 2 2 2
3 Bunga merah jambu, buah bulat RrBB 2 1 1
4 Bunga merah jambu, buah agak bulat RrBb 3 2 2
5 Bunga merah, buah oval RRbb 1 4 4
6 Bunga merah jambu, buah oval Rrbb 2 2 2
7 Bunga putih, buah bulat rrBB 1 1 1
8 Bunga putih, buah agak bulat rrBb 2 2 2
9 Bunga putih, buah oval rrbb 1 1 1
Jumlah 16 16 16
Keterangan: Keterangan: H0 : Data memnuhi rasio mendel 1:2:1:2:4:2:1:2:1
nisbah fenotipe 1
Jumlah Harapan = x total kombinasi kancing= x 16=1
total nisbah 16

2 4
x 16=2 x 16=4
16 16

 2-1 = 1 ¿ ¿ 2-2 = 0 ¿ ¿ 1-4= -3 ¿ ¿ 2-2 = 0 ¿ ¿

 2-1 = 1 ¿ ¿ 3-2=1 ¿ ¿ 1-1 = 0 ¿ ¿ 2-2 = 0 ¿ ¿

 1-1 = 0 ¿ ¿

db= (n-1) (a) db = (9-1) (0,05) = 15,507

n = jumlah fenotipe

a= alfa( selang kepercayaan)

maka kesimpulannya adalah X2 (hitung) < X(tabel) maka H0 diterima dan data memenuhi rasio Fenotipe F2 hukum

mendel 1:2:1:2:4:2:1:2:1

4.2 Pembahasan

Prinsip Hukum Mendel II adalah bahwa pada individu yang mempunyai dua atau lebih sifat, maka

diturunkannya sifat terjadi secara bebas, tidak bergantung pada sifat yang lain. Dengan kata lain, sifat yang

diakibatkan satu gen tidak mempengaruhi sifat yang diakibatkan oleh gen lain. seperti dalam praktikum

hukum mendel II ini , sifat warna bunga tidak dipengaruhi oleh gen yang menentukan bentuk buah, begitu

juga sebaliknya.dalam praktikum ini hukum mendel II ini digunakan uji khi-kuadrat untuk membuktikan hasil

perhitungan pada percobaan hukum mendel II apakah sesuai dengan rasio fenotipe F2 mendel baik dominasi

penuh (9:3:3:1) maupun dominasi-tak penuh (1:2:1:2:4:2:1:2:1).

Uji X2 (Chi Square Test). Dalam ilmu genetika, kemungkinan atau probabilitas ikut mengambil peranan penting.

Misalnya mengenai pemindahan gen-gen dari induk atau orang bau tanah ke gamet-gamet, berkumpulnya kembali gen-

gen di dalam zigot sehingga sanggup terjadi banyak sekali macam kombinasi. Pengujian khi kuadrat merupakan

pengujian yang berbeda dengan beberapa pengujian lain. Karena pada pengujian khi kuadrat pengujian mutu penjagaan,

yaitu menguji apakah variablel acak x mempunyai distribusi F(x) yang tertentu atau tidak. Ditribusi sampel yang

dilukiskan yaitu suatu bayangan statistik dari 4 distribusi Xi, jadi sanggup dibandingkan dengan fungsi padat distribusi

F(x) (Gardner, 2018).

Tujuan dari X2 adalah untuk mengetahui apakah data yang didapat dari hasil pengamatan sesuai dengan nilai atau

ekspektasinya yang juga dapat diartikan bahwa hasil observasinya sesuai dengan model atau teori hukum mendel

dihibrid atau merupakan alat bantu untuk menentukan seberapa baik kesesuaian suatu percobaan (goodness of fit). Pada
uji ini penyimpangan nisbah amatan (observed) dari nisbah harapan (expected) dengan rumus . Ukuran seberapa besar

k
deviasitersebut dituliskan dalam formula atau rumus berikut: ¿ ∑ ¿ ¿ ¿
i=1

Oi = jumlah individu yang diamati pada fenotipe ke-i

Ei = jumlah individu yang diharapkan atau secara teoritis pada fenotipe ke-i

∑ = total dari semua kemungkinan nilai (Oi-Ei)2 /Ei untuk keseluruhan fenotipe

Untuk Pengamatan pertama pada Tabel 2. Segregasi fenotipe F2 dihibrid-dominansi penuh (9:3:3:1). Data

yang dihasilkan jumlah nilai X2 (hitung) = 8-9 = -1 ¿ ¿2-3 = -1 ¿ ¿5-3 = -2 ¿ ¿ ,dan X2 (hitung) = 1-1 = 0 ¿ ¿untuk

melihat nilai X2(hitung) sesuai dengan persilangan dihibrid rasio fenotipe F2 dihibrid dominasi penuh Mendel

9:3:3:1 dengan membandingkan nilai X2(hitung) : dengan nilai X(tabel) sebelum membandingkan nilainya

menghitung nilai db(derajat bebas) terlebih dahulu yaitu :

db = (3-1)(α ¿=¿ (4-1) (0,05) = 3 (0,05) = 7,815 digunakan alfa = 0,05 karena selang kepercayaan sebesar

95 % benar (alfa dapat dilihat dalam tabel chi-square values and probabillity). Artinya 4 di alfa 0,05 hasil

X(tabel) = 7,815 kemudian dibandingkan dengan X2(hitung) :

X2(hitung) = 0,11, 1,33 , 0,33, dan 0 < X(tabel) = 7,815 oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa H0 : data

memenuhi rasio fenotipe F2 dihibrid dominasi penuh Mendel 9:3:3:1 hal ini dikarenakan oleh pembentukan

gamet, setiap pasang alel dalam satu lokus bersegregasi dan akan berpadu secara bebas dengan alel dari lokus

lainnya membuktikan kebenaran Hukum Mendel II yaitu bahwa gen-gen yang terletak pada kromosom yang

berlainan akan bersegregasi secara bebas dan dihasilkan empat macam fenotip dengan perbandingan 9:3 :3:1

maka X2 hasil perhitungan < X2 tabel terima H0. Artinya Oleh karena nilai X2 hasil perhitungan lebih kecil

dari nilai Xtabel (db=3, alfa = 0.05) =7,815, H0 diterima bahwa data masih sesuai dengan rasio fenotipe F2

Mendel 9:3:3:1.

Pada generasi F2 terdapat individu dengan sifat yang tidak ada pada tetua misal kuning berkeriput dan

hijau bulat Hal ini menunjukkan bahwa sifat-sifat tersebut (warna buah dan bentuk buah) diwariskan secara

independen dan tidak selalu bersama Dan alel untuk tiap sifat juga diwariskan secara independen sehingga

terbentuk individu-individu baru / berbeda dari tetua.

Sedangkan untuk pengamatan kedua pada Tabel 3. Segregasi fenotipe F2 dihibrid-dominansi tidak penuh

Data yang dihasilkan jumlah nilai X2 (hitung) = 2-1 = 1 ¿ ¿, 2-2 = 0 ¿ ¿, 1-4= -3 ¿ ¿ 2-2 = 0 ¿ ¿, 2-1 = 1 ¿ ¿3-2=1

¿¿ 1-1 = 0 ¿ ¿ 2-2 = 0 ¿ ¿

1-1 = 0 ¿ ¿untuk melihat nilai X2(hitung) sesuai dengan persilangan dihibrid rasio fenotipe F2 dihibrid dominasi
tidak penuh Mendel 1:2:1:2:4:2:1:2:1 dengan membandingkan nilai X2(hitung) : dengan nilai X(tabel) sebelum

membandingkan nilainya menghitung nilai db(derajat bebas) terlebih dahulu yaitu :

db = (n-1)(α ¿=¿ (9-1) (0,05) = 8 (0,05) = 15,507 digunakan alfa = 0,05 karena selang kepercayaan

sebesar 95 % benar (alfa dapat dilihat dalam tabel chi-square values and probabillity). Artinya 4 di alfa 0,05

hasil X(tabel) = 15,507 kemudian dibandingkan dengan X2(hitung) :

X2(hitung) = 1,0,1, (0,5), (2,25), dan 0 < X(tabel) = 15,507 oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa H0 : data

memenuhi rasio fenotipe F2 dihibrid dominasi tidak penuh Mendel 1:2:1:2:4:2:1:2:1 hal ini dikarenakan Pada

semidominansi (artinya dominansi tidak nampak penuh, ada warna yang teritermedier ) maka hasil perkawinan dihibrid

menghasilkan keturunan dengan perbandingan 1:2:1:2:4:2:1:2:1 adanya sifat tambahan pada suatu objek (bunga) dengan

adanya sifat intermedier, yaitu bunga berwarna merah muda dengan bentuk bunga agak bulat, bunga berwarna putih

dengan bentuk bunga oval, bunga berwarna merah dengan bentuk bunga bulat, bunga berwarna putih dengan bentuk

bunga agak oval. maka X2 hasil perhitungan < X2 tabel terima H0. Artinya Oleh karena nilai X 2 hasil

perhitungan lebih kecil dari nilai Xtabel (db=3, alfa = 0.05) =15,507 , H0 diterima bahwa data masih sesuai

dengan rasio fenotipe F2 Mendel dominasi tidak penuh. 1:2:1:2:4:2:1:2:1.

Dalam Praktikum ini, sifat warna bunga tidak dipengaruhi oleh gen yang menentukan bentuk buah, begitu juga

sebaliknya. Misalnya gen R menentukan warna bunga merah dan dominan, m menentukan warna bunga putih dan

resesif, gen B menentukan buah bulat dan dominan, gen b menentukan buah oval dan resesif. Maka perkawinan antara

tanaman berbunga merah jampu, berbuah agak bulat, RrBb akan menghasilkan anak:

Parental: RrBb x RrBb

Gamet: RB, rB, Rb, rb x RB, rB, Rb, rb

Filial: RRBB (merah bulat), RRBb (merah bulat), RRbb(merah halus), RrBB (merah bulat), RrBb (Merah bulat), Rrbb

(Merah Oval), rrBB(putih bulat), rrBb (putih bulat), rrbb (putih oval ),

Jadi terlihat bahwa sifat bunga warna merah hanya dipengaruhi gen pembawa warna (R atau r) dan tidak

dipengaruhi gen pembawa sifat bentuk biji ( B atau b ), demikian juga sebaliknya.

4.3 Pertanyaan dan Tugas

1. Jelaskan kaitan antara hukum perpaduan bebas dengan proses pembentukan gamet (meiosis).

“Segregasi suatu pasangan gen tidak bergantung kepada segregasi pasangan gen lainnya, sehingga

di dalam gamet-gamet yang terbentuk akan terjadi pemilihan kombinasi gen-gen secara bebas”

Sedangkan proses meiosis memiliki pengertian yakni, Proses meiosis menghasilkan empat sel anakan

yang memiliki setengah jumlah kromosom sel induknya (haploid). Jadi, jika di kaitkan hubungan

keduanya maka dapat di aplikasikan seperti berikut : parental


2. Aa >< Bb

3. A                B

4. a                 b

f1 maka akan menghasilkan keturunan

AB, Ab, Ab, ab

Pada percobaan ini kaitan meiosis yakni menghasilkan 4 sel anakan yang memiliki setengah jumlah

kromosom sel induknya,dan proses segregasi tidak bergantung pada pasangan gen lainnya dan dapat

bersegregasi secara bebas.

2.Dua tanaman Illegetimati noncarborundum galur murni berbunga putih disilangkan dan

menghasilkan zuriat F1 berbunga putih semua. Sedangkan zuriat F2 terdiri atas 126 berbunga putih

dan 33 berbunga ungu. Buatlah diagram persilangan (genotipe dan fenotipe) mulai dari tetua hingga

generasi F2. Tentukan nisbah fenotipe F2. Beri keterangan tiap-tiap alel.

Ketentuan genotip pada komplementer sebagai berikut:

C - P - = ungu

C - pp = putih

ccP - = putih

ccpp = putih

Disilangkan suatu tanaman berbunga putih (CCpp) dengan tanaman berbunga putih lainnya (ccPP). Jika

diketahui bahwa gen C dan P merupakan gen komplementer dalam menentukan warna bunga ungu, maka

perbandingan fenotip F2 hasil persilangan tersebut sebagai berikut:

P1: Putih CCpp ccPP putih

G1: Cp cP Cp cP
F1: CcPp (Putih ) CcPp (Putih )
P2: CcPp (Putih ) x CcPp (Putih )

G2: CP, Cp, cP, cp CP, Cp, cP, cp


F2: 1 CCPP = ungu

2 CcPP = putih

2 CCPp = putih

4 CcPp = putih

1 CCpp = putih

2 Ccpp = putih
1 ccPP = putih

2 ccPp = putih

1 ccpp = putih

Dari persilangan diatas maka dapat diketahui perbandingan fenotip pada F2 nya adalah:

Ungu : putih = 9 : 7

Adapun perbandingan genotip pada F2 nya adalah:

CCPP : CcPP : CCPp : CcPp : CCpp : Ccpp : ccPP : ccPp : ccpp = 1 : 2 : 2 : 4 : 1 : 2 : 1 : 2 : 1

Penyimpangan semu hukum Mendel merupakan persilangan yang menghasilkan rasio fenotif berbeda

dengan dasar dihibrid menurut hukum Mendel. Meskipun tampak berbeda sebenarnya rasio fenotif yang

diperoleh merupakan modifikasi dari penjumlahan rasio fenotip pada hukum mendel semula.

3. Pada tanaman garden pea, batang tinggi (T) dominan terhadap pendek (t), polong hijau (G) dominan

terhadap polong kuning (g). jika tanaman homozigot pendek-hijau disilangkan dengan tanaman

homozigot tinggi-kuning, buatlah persilangan dari tetua hingga zuriat F2.

P1: Pendek ttGg TTgg Tinggi


hijau Kuning
G1: TG Tg tG tg TG Tg tG tg
F: 1 TTGg = Tinggi Kuning
2 TtGg= Tinggi Kuning
1 TTgg = Tinggi hijau
2 Ttgg= Tinggi Hijau
1 ttGg= Pendek Hijau
1 ttgg= Pendek kuning
Dari hasil persilangan di atas maka perbandingan Tinggi Kuning : Tinggi hijau : Pendek Hijau :

Pendek kuning Fenotipe = 3 : 3 : 1 : 1. Dan genotipe TTGg : TtGg: TTgg : Ttgg : ttGg : ttgg =

1:2:1:2:1:1
V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dalam praktikum ini hukum mendel II ini digunakan uji khi-kuadrat untuk membuktikan hasil

perhitungan pada percobaan hukum mendel II apakah sesuai dengan rasio fenotipe F2 mendel baik dominasi

penuh (9:3:3:1) maupun dominasi-tak penuh (1:2:1:2:4:2:1:2:1). Pembentukan gamet, setiap pasang alel

dalam satu lokus bersegregasi dan akan berpadu secara bebas dengan alel dari lokus lainnya membuktikan

kebenaran Hukum Mendel II yaitu bahwa gen-gen yang terletak pada kromosom yang berlainan akan

bersegregasi secara bebas dan dihasilkan empat macam fenotip dengan perbandingan 9:3 :3:1.

Rasio fenotipe F2 Mendel dominasi tidak penuh. 1:2:1:2:4:2:1:2:1. semidominansi (artinya dominansi tidak

nampak penuh, ada warna yang teritermedier ) maka hasil perkawinan dihibrid menghasilkan keturunan dengan

perbandingan 1:2:1:2:4:2:1:2:1 adanya sifat tambahan pada suatu objek (bunga) dengan adanya sifat intermedier, yaitu

bunga berwarna merah muda dengan bentuk bunga agak bulat, bunga berwarna putih dengan bentuk bunga oval, bunga

berwarna merah dengan bentuk bunga bulat, bunga berwarna putih dengan bentuk bunga agak oval.

Dalam Praktikum ini, sifat warna bunga tidak dipengaruhi oleh gen yang menentukan bentuk buah, begitu juga

sebaliknya. Misalnya gen R menentukan warna bunga merah dan dominan, m menentukan warna bunga putih dan

resesif, gen B menentukan buah bulat dan dominan, gen b menentukan buah oval dan resesif. Maka perkawinan antara

tanaman berbunga merah jampu, berbuah agak bulat, RrBb akan menghasilkan anak:

Parental: RrBb x RrBb.

Gamet: RB, rB, Rb, rb x RB, rB, Rb, rb

Filial: RRBB (merah bulat), RRBb (merah bulat), RRbb(merah halus), RrBB (merah bulat), RrBb (Merah bulat), Rrbb

(Merah Oval), rrBB(putih bulat), rrBb (putih bulat), rrbb (putih oval ).Jadi terlihat bahwa sifat bunga warna merah

hanya dipengaruhi gen pembawa warna (R atau r) dan tidak dipengaruhi gen pembawa sifat bentuk biji ( B atau b ),

demikian juga sebaliknya.

5.1 Saran

Dalam melakukan praktikum Hukum Mendel II praktikum diharapkan membaca dasar- dasar hukum

genetika teori yang menunjang materi praktikum yang akan dilakuakan terlebih dahulu dan pada saat

praktikum hendaknya lebih teliti dan serius lagi dalam memahami dalam melakukan pengamatan agar hasil
yang didapatkan tepat dan akurat sesuai dengan hukum teori genetika.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, 2018. Genetika Tumbuhan.Yogyakarta, Gadjah Mada Univesity Press.

Brooker, 2015. Genetika Mendel. Surabaya, Airlangga University Press.

Dotti, 2018. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta, Pustaka Sinar Harapan.

Fandri, C 2016. The origin of the Species: by Means of Natural Selection. Diterjemahkan oleh Ira Tri Ongo.
Yokyakarta, Indoliterasi

Gardner, 2018. Rasio Perbandingan F1 dan F2 Pada Persilangan Strain N x b, dan Strain N x tx Serta Resiproknya.
Journal Biology Science. Vol 9(8):90-165.

Pujianto, 2018. Mendel and modern genetics: the legacy for today. Journal of Endeavor. Vol. 27(2): 63-89.

Savitri, 2015. Mekanisme perbaikan DNA: karya Aziz Sachar. Jurnal Kimia Biologi. Vol 284 (44):19-32

Sisunandar, 2015. Hukum Perlindungan Rekayasa Genetika: Relasi Moral, Hak Kekayaan.Jakarta, PT Gramedia
Pustaka Utama

Suryo, 2015. Genetika Manusia.Yogyakarta, Gadjah Mada University Press.

Syamsuri, 2016. Pendugaan Aksi Gen Dan Daya Waris Ketahanan Kapas Terhadap Amrasca Biguttula. Balai
Penelitian Tanamaan Tembakau dan Serat. Malang. Jurnal Penelitian Tanaman Industri. Vol
15(3): 131-138.

Yasin, Muhammad. 2016. Thomas Kuhn tentang perkembangan sains dan kritik Larry Laudan. Journal
MELINTAS. Vol.2: 161-181.

Welsh, James. 2016. Nobel Prize in chemistry for DNA repair.. The Journal of Biological Chemistry Vol 109
(9):1533-1536.
LAMPIRAN

Post test Hukum Mendel II

1.Jelaskan mengenai Hukum Mendel II !

Hukum Mendel 2 dikenal juga sebagai Hukum Asortasi atau Hukum Berpasangan Secara Bebas.

Menurut hukum ini, setiap gen/sifat dapat berpasangan secara bebas dengan gen/sifat lain. Meskipun

demikian, gen untuk satu sifat tidak berpengaruh pada gen untuk sifat yang lain yang bukan termasuk

alelnya.

Hukum Mendel 2 ini dapat dijelaskan melalui persilangan dihibrida, yaitu persilangan dengan dua

sifat beda, dengan dua alel berbeda. Misalnya, bentuk biji (bulat+keriput) dan warna biji

(kuning+hijau).Pada persilangan antara tanaman biji bulat warna kuning dengan biji keriput warna hijau

diperoleh keturunan biji bulat warna kuning. Karena setiap gen dapat berpasangan secara bebas maka

hasil persilangan antara F1 diperoleh tanaman bulat kuning, keriput kuning, bulat hijau dan keriput hijau.

Hukum Memdel 2 ini hanya berlaku untuk gen yang letaknya berjauhan.

Dominansi Penuh

Perbedaan dengan persilangan monohibrid dominansi penuh adalah adanya sifat tambahan pada

suatu objek (bunga), contohnya bunga berwarna merah dengan bentuk bunga bulat, bunga berwarna putih

dengan oval.

Dominansi Tidak Penuh

Perbedaan dengan persilangan monohibrid dominansi tidak penuh adalah adanya sifat tambahan pada

suatu objek (bunga) dengan adanya sifat intermedier, contohnya bunga berwarna merah muda dengan

bentuk bunga agak bulat, bunga berwarna putih dengan bentuk bunga oval, bunga berwarna merah

dengan bentuk bunga bulat, bunga berwarna putih dengan bentuk bunga agak oval

2.Jelaskan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi pada Hukum Mendel II!

Penyimpangan semu hukum Mendel merupakan persilangan yang menghasilkan rasio fenotif berbeda

dengan dasar dihibrid menurut hukum Mendel. Meskipun tampak berbeda sebenarnya rasio fenotif yang
diperoleh merupakan modifikasi dari penjumlahan rasio fenotip pada hukum mendel semula. Adapun

macam-macam penyimpangan hukum Mendel sebagai berikut:

1. Polimeri adalah gejala dimana terdapat banyak gen bukan alel tetapi mempengaruhi karakter/sifat

yang sama. Polimeri memiliki ciri-ciri yaitu semakin banyak gen dominan, maka sifat karakternya makin

kuat. Contoh: persilangan antara bunga berwarna merah dengan bunga berwarna putih. Dihasilkan

perbandingan pada F2 nya adalah merah : putih = 15 : 1

2. Kriptomeri adalah suatu peristiwa dimana suatu faktor tidak tampak pengaruhnya bila berdiri

sendiri, tetapi baru tampak pengaruhnya bila ada faktor lain yang menyertainya. Kriptomeri memiliki ciri

kha yaitu ada karakter baru muncul bila ada dua gen dominan bukan alel berada bersama. Contohnya

persilangan bunga Linaria maroccana warna merah dengan bunga warna putih dihasilkan rasio fenotif

pada F2 ungu : merah : putih = 9 : 3 : 4

3. Epistasis-hipostasis adalah suatu peristiwa dimana suatu gen dominan menutupi pengaruh gen

dominan lain yang bukan alelnya. Gen yang menutupi gen lain disebut epistasis, dan yang tertutupi

disebut hipostasis. Jika H dan K berada bersama-sama dan keduanya dominan, maka sifat yang muncul

adalah hitam. Hal ini berarti hitam epistasis (menutupi) terhadap kuning dan kuning hipostasis (ditutupi)

terhadap hitam. Contoh: persilangan antara gandum berkulit hitam dengan gandum berkulit kuning.

Dihasilkan rasio fenotif pada F2 hitam : kuning : putih = 12 : 3 : 1

4. Komplementer adalah bentuk kerjasama dua gen dominan yang saling melengkapi untuk

memunculkan suatu sifat. Gen D dan E jika berada bersama-sama memunculkan karakter normal.

Komplementer memiliki ciri-ciri jika hanya memiliki salah satu gen dominan D atau E saja, karakter yang

muncul adalah bisu tuli. Contohnya perkawinan antara dua orang yang sama-sama bisu tuli. Dihasilkan

perbandingan fenotif pada F2 normal : bisu tuli = 9 : 7

5. Interaksi gen adalah suatu peristiwa dimana muncul suatu karakter akibat interaksi antar gen

dominan maupun antar gen resesif. Pada interaksi gen memiliki ciri-ciri bahwa ada dua karakter baru

yang muncul yaitu Walnut (muncul karena interaksi dua gen dominan) dan Single (muncul karena

interaksi dua gen resesif). Contohnya pada pial/jengger pada ayam. Dihasilkan rasio fenotif pada F2 yaitu

Walnut : Ros : Pea : Single = 9 : 3 : 3 : 1

3.Buatlah bagan persilangan dari salah satu penyimpangan tersebut !


Bagan persilangan penyimpangan hukum mendel Kriptomeri adalah gen dominan yang seolah-olah

tersembunyi apabila berdiri sendiri dan pengaruhnya baru tampak apabila berada sama-sama dengan gen

dominan lainnya pada F2 diperoleh rasio fenotipe 9:3:4.


F2: Bujur sangkat Punnet

Gamet ¼ GW ¼ Gw ¼ gW ¼ gw
¼ GW GGWW GGWw GgWW GgWw
Ungu Ungu Ungu Ungu
¼ Gw GGWw GGww GgWw Ggww
Ungu Merah Ungu Merah
¼ gW GgWW GgWw ggWW ggWw
Ungu Ungu Putih Putih
¼ gw GgWw Ggww ggWw ggww
Ungu Merah Putih Putih
Fenotipe tetua (P1): Tinggi Ungu x Pendek Putih
Genotipe tetua (P1): TtPp ttpp
Gamet tetua (G1): TP Tp tP tp TP Tp tP tp
Genotipe generasi F1: TtPp
Fenotipe generasi F1: Tinggi Ungu
Persilangan sendiri F1: TtPp x TtPp
Gamet F1 (G-F1): TP Tp tP tp dan r dan r TP Tp tP tp
Pembuahan acak:
Genotipe F2: TtPp Ttpp ttPp ttuu
Fenotipe F2: Tinggi Ungu Tinggi Putih Pendek Ungu Pendek putih
heterozigot Homozigot Homozigot homozigot resesif
Dominan Dominan
Hasil Perbandingan Fenotipe = Tinggi Ungu : Tinggi Putih: Pendek Ungu: Pendek putih
= 1 :1 :1 :1
Hasil Perbandingan Genotipe = 1(TtPp): 1 (Tttpp) : 1 (ttPp) : 1 (ttpp)
= Ttpp : Tinggi Putih (Homozigot Dominan) dan ttPp Pendek Ungu Homozigot Dominan

B.Berapa jumlah tanaman yang mempunyai genotip sama dengan tetua homosigot resesif? Ada 1

= ttpp : Pendek Putih (Homozigot Resesif)

5. A. Sebutkan fenotip yang ada pada F2 dan berapa jumlah tanaman masing- masing fenotip !

= Tinggi Ungu ( heterozigot ) 1 : Tinggi Putih (Homozigot Dominan) 1: Pendek Ungu ( Homozigo

Dominan) 1: Pendek putih (homozigot resesif) 1

B.Sebutkan genotip kedua tetua (P1, P2), dan F1. ! P1 = TtPp ( Tinggi Ungu) dan ttpp (pendek putih)

P2 = TtPp (Tinggi Ungu) dan TtPp (Tinggi Ungu) .


F1 = TtPp (Tinggi Ungu).

Anda mungkin juga menyukai