Anda di halaman 1dari 3

Nama : Nabilatu FN

Kelas : Biologi A
NIM : 1903155544

Hukum toleransi Shelford (1913) menyatakan bahwa Setiap organisme mempunyai


suatu batas toleransi yaitu kisaran antara batas minimum dan batas maksimum ekologik.
Kehadiran dan keberhasilan suatu organisme atau golongan organisme-organieme tergantung
kepada keadaan kompleks keadaan. Keadaan yang manapun yang mendekati atau melampaui
batas-batas toleransi dinamakan sebagai membatasi atau faktor pembatas.
Pada gambar diatas menunjukkan Grafik kisaran toleransi Populasi ikan hiu terhadap
suhu air sebagai salah satu faktor lingkungan Abiotik. Menjelaskan bahwa jumlah populasi
ikan hiu yang berada pada Stenothermal(oligothermal-suhu) rendah (Minimum) tidak ada
individu atau organisme yang hidup pada keadaan suhu tersebut, hal ini disebakan karena
adanya faktor pembatas yaitu oleh adanya faktor lingkungan abiotik suhu(rendah) tersebut
Sebagian besar spesies dan sebagian besar aktifitas dibatasi pada kisaran suhu yang
sempit.Variabilitas suhu dari sudut ekologis sangat penting) dan air yang memengaruhi
distribusi vertikal ikan.
Pada suhu Stenothermal (oligothermal-rendah ) mampu mentolerir hanya kisaran
sempit suhu. Salah satu contoh hewan Stenothermal adalah Ikan antartika Trematomus
Bernacchi. Ikan jenis ini hanya hidup di perairan antartika yang suhunya berkisar -20 sampai
20 celsius, bila suhu air naik ke 00C maka laju metabolisme ikan ini akan naik sedangkan
bila suhu air 1,90 C ikan ini tidak dapat bergerak karena lesu oleh hawa panas. Selain itu
stenothermal menyebabkan cekaman fisiologis misalnya suhu ekstrim dan kadar salinitas
garam yang tinggi sehingga menyebabbkan jumlah individu yang hidup sedikit,oleh karena
itu populasi ikan yang berada pada suhu minimum dan juga mendapat cekaman fisiologi yang
hanya mampu memiliki kisaran toleransi yang sempit menyebabkan jumlah populasi ikan
sedikit.
Sedangkan populasi ikan hiu yang berada pada suhu stenothermal (polythermal-
tinggi) maksimum juga tidak dapat ditoleransi dan tidak ada hewan yang hidup pada keadaan
suhu yang terlalu maksimum hal ini disebakan juga karena adanya faktor pembatas yaitu
oleh adanya faktor lingkungan abiotik suhu (tinggi),dikarenakan beberapa organisme dapat
hidup pada temperatur yang rendah sekali.Sedangkan bebeerapa mikrorganisme, terutama
bakteri dan algae dapat hidup dan berkembang pada musim-musim semi yang panas kira-
kira 88◦ C Organisme yanghidup di air umumnya mempunyai batas toleransi lebih sempit
terhadap suhudaripada hewan yang hidup di darat, sehingga temperatur penting dan sering
kali merupakan faktor pembatas. Semua proses-proses kimia dalam metabolisme seperti
difusi, pembenentukan dinding sel tergantung pada suhu. Kalau temperatur melampaui
minimum, pernafasan dapat terhenti dan menyebabkan kematian.Pengaruh temperatur di
dalam metabolisme, tidak hanya tentang lajunya tetapi juga mengenai produk yang
dihasilkannya.
Sedangkan populasi ikan hiu yang berada pada kisaran suhu Steno-Eurythermal(suhu
optimum) jumlah populasi individu ikan hiu sangat banyak dapat ditoleransi hal ini disebakan
oleh suhu l Eurythermal-(organisme) Mampu untuk mentolerir berbagai suhu dan ikan yang
mempunyai sifat bias atau mampu bertoleransi dengan perbedaan suhu yang luas,oleh karena
itu mempunyai kisaran toleransi yang sangat luas dan ikan pada suhu tersebut ikan dapat
beradatptasi untuk bertahan hidup,dan berkembang biak untuk melestarikan keturunannya
dan menyebabkan popoulasi individu yang banyak.
Jadi Kesimpulannya adalah Titik-titik minimum, optimum dan maksimum berdekatan
untuk jenis-jenis yang stenotermal, sehingga perbedaan temperatur yang kecil menyebabkan
efek yang kecil pada jenis eurythermal. Jenis-jenis yang stenothermal ada yang bersifat
toleransi temperatur rendah (oligothermal) dan ada pula yang toleransi tempratur tinggi
(polythermal) atau di antaranya.
Bagi organisme dengan kisaran toleransi yang lebar (eury) terhadap faktor abiotik X
yang relatif konstant bukan merupakan faktor pembatas, sehingga organisme tersebut dapat
hadir dalam jumlah banyak. Sebaliknya, bagi organisme dengan toleransi yang sempit (steno)
terhadap faktor abiotik (Y) yang selalu berubah akan menjadi “faktor pembatas” sehingga
akan hadir dalam jumlah sedikit. Faktor lingkungan tidak hanya sebagai faktor pembatas
(negatif) tetapi juga menjadi faktor menguntungkan (positif) bagi organisme yang mampu
menyesuaikan diri.

Dengan mengetahui faktor pembatas (limiting factor) suatu organisme dalam suatu
ekosistem maka dapat diantisipasi kondisi-kondisi di mana organisme tidak dapat bertahan
hidup.Umumnya suatu organisme yang mempunyai kemampuan untuk melewati atau
melampaui faktor pembatasnya maka ia memiliki toleransi yang besar dan kisaran geografi
penyebaran yang luas pula. Sebaliknya jika organisme tersebut tidak mampu melewatinya
maka ia memiliki toleransi yang sempit dan memiliki kisaran geografi penyebaran yang
sempit pula. Tidak sedikit didapati pula bahwa ada organisme tertentu yang tidak hanya
beradaptasi dengan faktor pembatas lingkungan fisik saja, tetapi mereka bisa memanfaatkan
periodisitas alami untuk mengatur dan memprogram kehidupannya guna mengambil
keuntungan dari keadaan tersebut.Faktor pembatas fisik bagi suatu organisme kita kenal
secara luas di antaranya faktor cahaya matahari, suhu, ketersediaan sejumlah air, gabungan
antara faktor suhu dan kelembaban, dan lain sebagainya.

Berbeda dengan makhluk hidup yang lain yaitu seperti manusia, manusia dapat
beradaptasi dengan berbagai kondisi keaadaan lingkungan suhu dingin, panas bahkan dalam
keaadaan cuaca ekstrim sekalipun manusia dapat bertahan hidup karena manusia mempunyai
akal pikiran untuk memperbesar kisaran toleransinya dengan memanfaatkan kepintaran dan
kecerdasan untuk membuat inovasi baru, mengembangkan teknologi, memanipulasi alam
untuk kepentingan dan kebelangsungan hidup manusia itu sendiiri tanpa melakukan
eksploitasi sehingga kelestarian alam dan ekosistem dapat terjaga dan tidak memberikan
dapak negatif terhadap frora dan fauna daratan maupun perairan dan keanakaragaman hayati.

Anda mungkin juga menyukai