MAKALAH MIKROBIOLOGI
MIKROBA PADA LINGKUNGAN EKSTRIM
OLEH
FITRI
NIM : 15177058
ekstrim.
Lingkungan ektrim adalah suatu keadaan dimana kondisi fisik dan kimia
menjadi lebih terbatas, sehingga adanya penurunan keanekaragaman jenis
mikroba untuk mempertahankan dirinya. Dengan kondisi yang sangat terbatas
tersebut maka proses penurunan keanekaragaman jenis mikroorganisme terus
berlanjut sampai hanya satu jenis mikroorganisme saja yang dapat tetap hidup
dalam kondisi tersebut. Mikroorganisme yang dapat bertahan hidup tersebut
dikatakan sebagai mikroorganisme lingkungan ekstrim (Presscot, 1993).
Mikroorganisme sangat bervariasi dalam toleransi mereka untuk
Temperatur, PH, Keadaan garam atau salinitas, tekanan, ketersediaan air,
dan radiasi pengion. Mulai dari bakteri yang mampu bertahan hidup dalam batu
hingga mikroba yang mampu menahan panas, dingin dan radiasi luar biasa,
kehidupan bisa memiliki bentuk ekstrim. Mikroba-mikroba ini biasa disebut
"extremophile". "Extremo" berarti sangat berlebihan (ekstrem), "phile" berarti
menyukai. Jadi extremophile adalah mikroba yang menyukai lingkungan habitat
ekstrem untuk kelangsungan hidupnya.
Faktor lingkungan sangat mempengaruhi kelangsungan hidup setiap
mikroorganisme tertentu. Salah satu mikroorganisme yang mampu hidup
digolongan eksrim adalah dari kelompok Archaebacteria. Archaebacteria terdiri
dari bakteri-bakteri yang hidup di tempat kritis atau ekstrim, misalnya bakteri
yang hidup di air panas, bakteri yang hidup di tempat berkadar garam tinggi,
bakteri yang hidup di lingkungan pH tinggi atau pH rendah, di kawah gunung
berapi, dan di lahan gambut.
Mikroba mampu hidup dan ditemukan pada kondisi yang ekstrim seperti
suhu, salinitas, pH yang relatif tinggi atau rendah dan lingkungan yang berkadar
garam tinggi dimana organisme lain tidak dapat hidup (Uci Mela Sari: 2012).
Menurut Roberts (1998) Mikroba yang menyukai lingkungan habitat ekstrem
untuk kelangsungan hidupnya disebut extremophiles. Mikroba-mikroba ini
justru tidak dapat berkembang di lingkungan di mana sebagian besar makhluk
hidup lain dapat hidup dengan nyaman di dalamnya. Adapun karakteristik
pertumbuhan mikroorganisme pada lingkungan ekstrim adalah sebagai berikut.
Tabel 1. Karakteristik Pertumbuhan Mikroorganisme pada Lingkungan
Ekstrim
Perbandingan
Temperature
Kondisi Lingkungan
110-1150C, palung laut yang
dalam
850C, mata air panas
Tekanan osmotik
pH Asam
pH Basa
Rendahnya
ketersediaan air
pH 10.0 atas
Aw = 0.6-0.65
Contoh Mikroorganisme
Methanopyrus kandleri
Pyrodictium abyssi
Thermus
Sulfolobus
Thermothrix thiopara
Chlamydomonas
Halobacterium
Halococcus
Saccharomyces
Thiobacillus
Bacillus
Torulopsis
Candida
Cyanidium
Tekanan
500-1,035 atm
Sulfolobus acidocaldarum
Colwellia hadaliensis
(Presscot, 1993)
T Mak OC (OF)
ALGA
Cyanidium caldarium
FUNGI
Aspergillus candidus
Paecilomyces candidus
PROTOZOA
Cercosulcofer hemathensis
CYANOBACTERIA
Oscillatoria amphibia
Synechococcus lividus
Phormidium laminosum
Mastigocladus laminosum
56 (133)
50-55 (122-131)
56 (133)
57 (135)
74 (165)
57-60 (135-140)
63-64 (145-147)
EUBACTERIA
Bacillus stearothermophilus
70-75 (158-167)
B. coagulans
55-60 (131-140)
Clostridium thermocellum
70 (158)
Thermoactinomyces vulgaris
70 (158)
Thermus thermophilis
85 (185)
ARCHAEBACTERIA
Sulfolobus acidocaldarius
85(185)
Acidianus infernus
Methanothermus sociabilis
95 (203)
97(207)
(Nimatuzahroh, 2010)
bertahan hidup pada suhu tinggi karena mereka memiliki enzim dan protein
yang stabil pada suhu tinggi dan makromolekul mereka berfungsi optimal
pada suhu tinggi. Mereka bisa mencapai stabilitas tersebut karena susunan asam
amino enzim termofilik berbeda dengan enzim yang mengkatalis reaksi pada
organisme mesofil. Asam amino yang penting dalam satu atau beberapa lokasi
dalam enzim yang memungkinkannya untuk melipat dengan cara yang berbeda
dan dengan demikian menahan efek denaturasi panas.
Stabilitas panas dari protein hipertermofilik juga meningkat sebagai akibat
dari peningkatan jumlah rantai garam (mengisi rantai asam amino dengan Na + dan
kation lain) dan protein hidrofobic interior sangat padat, yang secara alami
menolak lingkungan air. Organel sintesis protein (ribosom dan konstituensnya)
dari thermofilik dan hiperthermofilik serta struktur seperti membran plasma juga
tahan panas. Termofilik memiliki membran lipid yang kaya asam lemak jenuh,
sehingga memungkinkan membran untuk tetap stabil dan fungsional pada suhu
tinggi. Asam lemak jenuh membentuk ikatan hidrofobik lebih kuat dari pada asam
lemak tak jenuh yang bertanggung jawab membentuk stabilitas membran.
Hipertermofilik, hampir semuanya archae, tidak mengandung asam lemak pada
membran lipidnya tetapi memiliki rantai hidrokarbon yang panjang yang terdiri
dari rantai berulang lima-carbon senyawa phytane yang terikat dengan eter untuk
menghubungkannya dengan gliseropospat (Madigan, 1997).
Menurut
Nimatuzahroh
(2010)
pertumbuhan
mikroorganisme
Fakultatif Termofilik, maksimum pertumbuhan (T maks 50-65 oC) (122149 oF) tapi juga tumbuh pada temperatur dibawah 30 oC (86 oF) : Bacillus
coagulans
Obligat Termofilik, minimal tumbuh T min 40 oC (104 oF) dan T maks
terjaga
untuk
mempertahankan
sifat
kehidupan. Ketersediaan air itu tidak hanya mengandalkan keadaan air lingkungan
yaitu lembab atau keringnya habitat mikroba tetapi juga konsentrasi zat terlarut
seperti gram, gula, dan sustansi lainnya yang dilarutkan dalam air, hal ini karena
zat terlarut tersebut memiliki finitas untuk air yang membuat air yang
berhubungan dengan zat terlarut tidak tersedia bagi organisme.
Ketersediaan air umumnya dinyatakan dalam istilah fisik seperti aktivitas
air (aw ). Aktivitas air disingkat aw merupakan rasio dari tekanan uap air dari udara
dalam kesetimbangan dengan zat atau solusi untuk tekanan uap pada suhu yang
saama pada air murni. Kegiatan air di tanah pertanian umumnya berkisar antara
0,90 dan 1,00. Sehingga nilai aw bervariasi antara 0 dan 1 dan beberapa
perwakilan nilai diberikan dalam tabel dibawah ini.
Tabel 3. Pertumbuhan Mikroorganisme pada Aktivitas Air Diukur aw
Aktivitas
air aw
1.000
0.995
0.980
0.950
0.900
0.850
0.800
0.750
0.700
Bahan
Reaksi
Mikroorganisme yang pertumbuhan
optimum pada 5,000 meter dan
masih mampu hidup pada 1 atm
Mikroorganisme yang dapat tumbuh
pada tekanan di atas 1-500 atm
Mikroorganisme yang dapat tumbuh
pada tekanan besar dari 1000 atm
Contoh
Actinomyces levoris dan
Kebanyakan mikroorganisme
lainnya
Vibrio marinus dan bakteri
laut lainnya
Corynebacterium spp.,
Arthrobacter
(Ukfmipa, 2011)
Reaksi
Tumbuh baik pada media dengan
kandungan garam kurang dari 0,2 M
Tumbuh baik pada media dengan
kandungan garam 0,2 M 0,5 M
Tumbuh baik pada media dengan
Contoh
Mayoritas eubacteria normal
dan mikroorganisme air tawar
Beberapa mikroorganisme
laut
Bakteri dan beberapa alga
halophile
Borderline
extreme
halophile
Extreme
halophile
Halotoleran
t
Ectothiorhodospira halophila
Actinopolyspora halophila
Red halophile halobacteria
dan halococcus
10
benar hancur dan melisis sel, menunjukkan bahwa konsentrasi ion hidrogen yang
tinggi sebenrnya diperlukan untuk stabilitas membran (Madigan, 1997).
Beberapa organisme mampu tumbuh pada pH yang tinggi, organisme pada
pH tinggi disebut alkalifilik. Mikroorganisme alkalifilik biasanya ditemukan di
habitat yang sangat basa seperti danau soda dan tanah yang memiliki carbon
tinggi. Beberapa bakteri yang alkalifilik ekstrim juga halofilk (menyukai garam)
dan sebagian besar adalah archaea. Beberapa alkalifilik yang ditemukan
digunakan untuk industri karena mereka menghasilkan enzim hidrolitik seperti
protease yang berfungsi baik pada pH basa dan digunakan sebagai detergen untuk
rumah tangga (Madigan, 1997).
Mikroorganisme acidophilik dan alkalophilik memiliki masalah yang
sangat berbeda dalam mempertahankan pH yang lebih netral mikroorganisme
acidophilic dapat tumbuh pada pH 3.0 dan pH 4.0 pada bagian antara interior dan
eksterior dari sel. Alkalophilis tidak dapat tumbuh pada pH 8.5 dan merupakan
anggota genus bacillus, micrococcus, dan exiguobacterium.
Thiobacillus ferrooxidans adalah jenis yang paling umum dari bakteri
dalam tumpukan limbah tambang. Proses oksidasi dapat berbahaya, karena
menghasilkan asam sulfat, yang merupakan polutan utama. Namun, juga dapat
bermanfaat dalam memulihkan bahan seperti tembaga dan uranium. T.
ferrooxidans membentuk hubungan simbiosis dengan anggota Acidiphilium, yang
mampu mengurangi bakteri besi. Spesies lain dari Thiobacillus tumbuh dalam air
dan sedimen, ada baik air tawar dan laut strain.
Tabel 6. Mikroorganisme di Lingkungan PH Ekstrim
11
Organisme
Habitat
pH Min
pH Opt
pH Maks
Thiobacillus thiooxidans
0.5
2.0-2.8
4.0-6.0
Sulfolobus acidocaldarius
1.0
2.0-3.0
5.0
Bacillus acidocaldarius
2.0
4.0
6.0
Zymomonas lindneri
Lingkungan tinggi
gula
3.5
5.5-6.0
7.5
Lactobacillus acidophilus
Hewan, tumbuhan,
materi terbusukan
4.0-4.6
5.8-6.6
6.8
Staphylococcus aureus
Permukaan hewan,
rongga hidung, kulit
4.2
7.0-7.5
9.3
Escherichia coli
Usus hewan
4.4
6.0-7.0
9.0
Clostridium sporogenes
5.0-5.8
6.0-7.6
8.5-9.0
Erwinia caratovora
Patogen tanaman
5.6
7.1
9.3
Pseudomonas aeruginosa
Ubiquitous
5.6
6.6-7.0
8.0
Streptococcus
pneumoniae
Patogen hewan
6.5
7.8
8.3
Nitrobacter spp.
Ubiquitous
6.6
7.6-8.6
10.0
(Presscot, 1993).
F Mikroba pada Lingkungan Banyak Oksigen dan Sedikit Oksigen
Reaktif molekul oksigen yang terbentuk pada eukariota selama respirasi
mitokondria, sitokrom P450 metabolisme hidroperoksida, selama produksi asam
urat. Radiasi UV-A memiliki hasil pada 320-400 nm radiasi produksi fotokimia
reaktif oksigen spesies seperti H2O2 dalam sel.
Tabel 7. Ketergantungan Mikroba terhadap Oksigen
12
Mikroba
Habitat
Sulfolobus acidocaldarius
Acinetobacter calcoaceticus
Bifidobacterium bifidum
Methanosarcina barkeri
Ketergantungan
akan oksigen
Aerob obligat
Aerob obligat
Anaerob obligat
Anaerob obligat
13
Euryarchaeota
Arkhaea ini memiliki keragaman metabolisme luas, tetapi memiliki
Arkhaea Metanogen.
Metanogen
merupakan
mikroorganisme
anaerob,
tidak
merupakan
kelompok
prokariotik
yang
mereduksi
14
-G = -131 kJ
-G = -131 kJ
15
dan
Methanococcus
jannaschii.
M.
16
Arkhaea Termoasidofil
Arkhaea termoasidofil adalah arkhaea yang hidup di lingkungan
bersuhu tinggi dan benilai pH asam. Terdapat 3 genus yang umum untuk
arkhaea termoasidofil, yaitu Thermoplasma, Picrophilus, dan Ferroplasma.
17
1) Arkhaea Thermoplasma
Dua jenis Thermoplasma telah diisolasi, yaitu T. acidophilum
dan T. volcanii. Kedua organisme adalah kemorganotrof yang mampu
hidup
pada
lingkungan
mengandung
senyawa
organik,
dan
melalui
respirasi
aerob
atau
anaerob
dengan
18
panas, optimum pada suhu 60- 80oC. Bahkan Arkhaea ini mampu hidup
19
pada suhu sampai 113oC. Sebagian besar species ini diisolasi dari solfatara
dan ceruk hidrotermal. Oleh karena itu, toleransi terhadap suhu tinggi
bekan hal yang mengejutkan. Jenis lain yang memetabolisme sulfur adalah
organism prokariotik yang hidup ada air bersuhu 105 oC di dekat lubang
hidrotermal di laut dalam (kawah gunung api bawah laut). Termofi l
ekstrim merupakan kelompok prokariotik yang paling dekat dengan
organisme eukariotik.
e
Arkhaea Thermococcales
Thermococcales
merupakan
organisme
organotrof
yang
dengan
bertumpu
pada
enzim
tungsten.
P. furiosis
20
Arkhaea Archaeoglobales
Arkhaea ini memerlukan kadar garam tinggi dan suhu tinggi. Oleh
karena itu, habitanya terbatas dan hanya dijumpai pada ceruk hidrotermal
laut dan solfatara laut. Archaeoglobus merupakan satu-satunya genus
anggota Archaeoglobales. Mereka organisme abligat anaerob dan hanya
tumbuh dengan mengonsumsi senyawa organik dan anorganik. Sulfat
dipakai sebagai akseptor elektron dan mengubahnya menjadi hidrogen
sulfida (H2S). Donor elektron berasal dari H2 dan dipakai untuk mereduksi
sulfat dan senyawa organik lainnya seperti asam laktat, gula, pati, dan
peptida. Arkhaea ini memiliki metabolisme mirip dengan arkhaea
metanogen dalam hal koenzim unik metanogen seperti faktor 420,
koenzim M,dan lainnya. Selama metabolismenya menghasilkan sedikit
metana, tetapi tidak dapat tumbuh pada substrat untuk arkhaea metanogen,
seperti H2 dan CO2 kecuali tersedia sulfat. Sebuah hipotesis menyatakan
bahwa Archaeoglobales merupakan tahapan antara evolusi arkhaea
metanogen.
2
Crenarchaeota
Anggota arkhaea ini ditemukan di sekitar lingkungan volcano baik di
darat maupun di laut. Contohnya adalah Sulfolobus sp. Sulfolobus sp. tumbuh
di mata air panas, kaya sulfur dengan nilai pH 15, dan suhu sampai 95oC
21
22
yaitu 113oC. Arkhaea ini tidak dapat tumbuh di bawah suhu 90oC dan suhu
optimum pertumbuhan adalah 106oC. Pyrolobus merupakan organisme
kemolitotrof pengonsumsi (obligat) H2. Elektron dari H2 dipakai untuk
mereduksi NO3-, S2O3-, atau O2, masing-masing menghasilkan NH4+, H2S
and H2O. Organisme ini mampu bertahan dari sterilisasi autoklaf, bahkan
sampai 1 jam sterilisasi.
Arkhaea pereduksi sulfat baik dari anggota Euryarchaeota dan
Crenarchaeota merupakan organisme perusak (souring) sumur minyak. Hal
ini karena merka mampu mengkonsumsi suldfat menjadi hidrogen sulfida
yang larut dalam minyak. Selain itu, peningkatan emisi sulfur ketika
pembakaran minyak dapat meningkatkan biaya pemurnian minyak dan
serangan sulfida terhadap logam baik casing maupun pipa dapat
menimbulkan korosi dan kebocoran.
Kornarchaeota
Berdasarkan analisis 16S RNA arkhaea ini dipisahkan dari 2
23
DAFTAR PUSTAKA
Dassarma, Shiladitya. 2011. Halophiles, Encyclopedia Of Life Sciences. (Online),
(http://halo.umbi.umd.edu/~dassarma/halophiles.pdf, Diakses tanggal 5
Agustus 2015).
Madigan, Michael T, Martinko, John M, Parker Jack. 1997. Brock Biology of
Microorganisms Eighth Edition. America: Prentice Hall International, Inc.
Hal. 161-168.
Nimatuzahroh. 2010. Mikrobiologi di Lingkungan Ekstrim.
(http://biologi.fst.unair.ac.id.2010/Mikrobiologi-20lingkungan20ekstrim_2.ppt. diiakses tanggal 5 Agustus 2015).
(Online),
24
Pua,
Abdullah
Gadir.
2011.
Lingkungan
Prokariota.
(Online),
(http://sanitationhealth.blogspot.com/2012/08/lingkungan-prokariota.html,
diakses tanggal 5 Agustus 2015).
25
3. Mikroorganisme
archaea
halofilik
metanogen,
diantaranya
fotosintetik,
heterotrofik
lithotrofik.
dan
Jelaskan
masing-masingnya!!
4. ketika pH dinaikkan ke netral membran plasma bakteri
acidopfilik
akan
Bagaimana
itu
benar-benar
bisa
terjadi
hancur
dan
dan
seperti
melisis
apa
sel.
proses