Anda di halaman 1dari 7

Seno Gumira Ajidarma

Seno Gumira Ajidarma dilahirkan di Boston, Amerika Serikat, 19 Juni 1958. Karya-
karya penulis cerita pendek yang sejak 1985 bekerja di majalahJakarta Jakarta ini
antara lain: Mati Mati Mati (1978), Bayi Mati (1978), Catatan Mira Sato (1978),
Manusia Kamar (1978), Penembak Misterius (1993), Saksi Mata (1994; kumpulan
cerita pendek terbaik versi Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud
RI 1994), Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi (1995), Negeri Kabut (1996), Jazz,
Parfum, dan Insiden (1992). Cerpennya, Pelajaran Mengarang, dipilih sebagai
cerpen terbaik Kompas 1992, dan cerpen cerpennya yang lain hamper setiap tahun
terpilih masuk dalam antologi cerpen terbaik surat kabar itu.
Pada 1995 ia memperoleh penghargaan SEA Write Award.

Slamet Sukirnanto
Slamet Sukirnanto dilahirkan di Solo, Jawa Tengah, 3 Maret 1941. Karya- karya
penyair yang mantan Ketua Presidium KAMI pusat ini adalah: Jaket Kuning (1967),
Kidung Putih (1967), Sumur Tanpa Dasar (1971), Kasir Kita (1972), Pemberang
(1972), Tengul (1973), Orkes Madun (1974), Gema Otak Terbanting (1974), Bunga
Batu (1979), Catatan Suasana (1982), dan Luka
Bunga (1993).
SN Ratmana
SN Ratmana dilahirkan di Kuningan, Jawa Barat, 6 Maret 1936. Tulisan- tulisannya
dimuat di Sastra, Horison, Kompas, dan lain-lain. Karya-karyanya yang sudah
dibukukan: Sungai, Suara, dan Luka (1981), Asap itu Masih Mengepul (1977).
Karyanya dimuat pula dalam antologi cerpen pemenang Sayembara Kincir Emas
Radio Nederland Wereldomroep, Dari Jodoh sampai Supiyah (1975). Sori Siregar Sori
Siregar dilahirkan di Medan, Sumatera Utara, 12 November 1939. Ia mengikuti
International Writing Program di Iowa University, Amerika Serikat pada 1970-71, dan
pernah bekerja antara lain di BBC London, Radio Suara Malaysia, Matra, Forum
Keadilan. Karya-karyanya: Dosa atas Manusia (1967), Pemburu dan Harimau (1972),
Senja (1979), Wanita Itu adalah Ibu (1979; novel pemenang hadiah perangsang
kreasi Sayembara Mengarang Roman Dewan Kesenian Jakarta 1978), Di Atara
Seribu Warna (1980), Susan (1981), Awal Musim Gugur (1981), Reuni (1982),
Telepon (1982; pemenang hadiah harapan Sayembara
Mengarang Roman DKJ 1979); Penjara (1992), Titik Temu (1996). Di samping itu ia
banyak menerjemahkan karya sastra asing ke dalam bahasa Indonesia, baik novel,
cerita pendek, maupun drama.

Subagio Sastrowardoyo
Subagio Sastrowardoyo dilahirkan di Madiun, Jawa Timur, 1 Februari 1924, dan
meninggal di Jakarta, 18 Juli 1995. Peraih M.A. dari Departement of Comparative
Literature, Yale University, Amerika Serikat ini pernah mengajar di beberapa sekolah
menengah di Yogyakarta, Fakultas Sastra UGM, SESKOAD Bandung, Salisbury
Teachers College, dan Flinders University, Australia. Cerpennya, Kejantanan di
Sumbing dan puisinya, Dan Kematian Makin Akrab, masing-masing meraih
penghargaan majalah Kisah dan Horison. Kumpulan puisinya, Daerah Perbatasan
membawanya menerima Anugerah Seni dari Pemerintah RI (1971), sementara
Sastra Hindia Belanda dan Kita mendapat Hadiah Sastra dari Dewan Kesenian
Jakarta, dan bukunya yang lain, Simfoni Dua, mengantarkannya ke Kerajaan
Thailand, menerima Anugerah SEA Write Award. Karya-karyanya yang berupa puisi,
esai, dan kritik, diterbitkan
dalam: Simphoni (1957), Kejantanan di Sumbing (1965), Daerah Perbatasan (1970),
Bakat Alam dan Intelektualisme (1972), Keroncong Motinggo (1975), Buku Harian
(1979), Sosok Pribadi dalam Sajak (1980), Hari dan Hara (1979), Sastra Hindia
Belanda dan Kita (1983), Pengarang Modern sebagai Manusia Perbatasan (1992),
Dan Kematian Makin Akrab (1995).

Sutan Takdir Alisjahbana


Sutan Takdir Alisjahbana dilahirkan di Natal, Sumatera Utara, 11 Februari 1908, dan
meninggal di Jakarta, 17 Juli 1994. Penerima gelar doctor kehormatan dari
Universitas Indonesia dan Universitas Sains Penang (Malaysia) ini pernah menjadi
redaktur Panji Pustaka dan Balai Pustaka. Ia pendiri serta pengelola majalah
Pujangga Baru. Karya-karya guru besar dan anggota berbagai organisasi keilmuan
di dalam dan luar negeri ini antara lain: Tak Putus Dirundung Malang (1929), Dian
yang Tak Kunjung Padam (1932), Tebaran Mega (1935), Tata Bahasa Baru Bahasa
Indonesia (1936), Layar Terkembang (1936), Anak Perawan di Sarang Penyamun
(1940), Puisi Lama (1941), Puisi Baru (1946), The
Indonesian Language and Literature (1962), Kebangkitan Puisi Baru Indonesia
(1969), Grotta Azzura
(1970-71), The Failure of Modern Linguistics (1976), Perjuangan dan Tanggung
Jawab dalam Kesusastraan (1977), Dari Perjuangan dan Pertumbuhan Bahasa
Indonesia dan Bahasa Malaysia sebagai Bahasa Modern (1977), Lagu Pemacu
Ombak (1978), Kalah dan Menang (1978).

Sutardji Calzoum Bachri


Sutardji Calzoum Bachri dilahirkan di Rengat, Riau, 24 Juni 1941. Pada 1974-75
mengikuti International
Writing Program di Iowa University, Amerika Serikat, dan sejak 1979 hingga
sekarang menjabat redaktur majalah sastra Horison. Karya-karyanya: O (1973),
Amuk (1977; mendapat Hadiah Puisi DKJ 1976-77), Kapak (1979), O Amuk Kapak
(1981). Sejumlah puisinya diterjemahkan Harry Aveling dan dimuat dalam antologi
berbahasa Inggris: Arjuna in Meditation (1976; Calcutta). Pada 1979 ia menerima
anugerah SEA Write Award dan sembilan tahun kemudian dilimpahi Penghargaan
Sastra Chairil Anwar. Sebelumnya, peraih penghargaan tertinggi dalam bidang
kesusastraan diIndonesia itu adalah Mochtar

Sanusi Pane
Sanusi Pane dilahirkan di Muara Sipongi, Sumatera Utara, 14 November 1905, dan
meninggal di Jakarta, 2 Januari 1968. Antara tahun 1931-41, pernah menjadi
redaktur di majalah Timbul, harian Kebangunan, dan Balai Pustaka. Karya-karyanya
meliputi puisi, drama, sejarah, dan terjemahan: Pancaran Cinta (1926), Puspa Mega
(1927), Airlangga (1928), Burung Garuda Terbang Sendiri (1929), Madah Kelana
(1931), Kertajaya (1932), Sandyakalaning Majapahit (1933), Manusia Baru (1940),
Sejarah Indonesia (1942), Indonesia Sepanjang Masa (1952), Bunga Rampai dari
Hikayat Lama (1946; terjemahan dari bahasa Kawi), Arjuna Wiwaha (1940; Mpu
Kanwa, diterjemahkan dari bahasa Kawi), Gamelan Jiwa (1960). Sapardi Djoko
Damono Sapardi Djoko Damono dilahirkan di Solo, Jawa Tengah, 20 Maret 1940.
Puisi-puisi pengajar di Fakultas Sastra Universitas Indonesia sejak 1975 dan pernah
aktif sebagai redaktur majalah sastra-budaya Basis, Horison, Kalam, Tenggara
(Malaysia) ini adalah: Duka- Mu Abadi (1969), Mata Pisau (1974), Perahu Kertas
(1983; mendapat Hadiah sastra DKJ 1983), Sihir Hujan (1984;
pemenang hadiah pertama Puisi Putera II Malaysia 1983), Hujan Bulan Juni (1994),
Arloji (1998), Ayat-ayat Api (2000). Sedangkan karya-karya sastra dunia yang
diterjemahkannya: Lelaki Tua dan Laut (1973; Ernest Hemingway), Sepilihan Sajak
George Seferis (1975), Puisi Klasik Cina (1976), Lirik Klasik Parsi (1977), Afrika yang
Resah (1988;
Okot pBitek).
Satyagraha Hoerip
Satyagraha Hoerip dilahirkan di
Lamongan, Jawa Timur, 7 April 1934,
dan meninggal di Jakarta, 14 Oktober
1998. Tahun 1972-73, ia mengikuti
International Writing Program di Iowa
University, Amerika Serikat, dan pernah
menjadi dosen tamu di universitas-
universitas di Amerika dan Jepang.
Karya-karyanya antara lain: Bisma
Baneng Mayapada (1960), Sepasang
Suami Isteri (1964), Antologi Esai
tentang Persoalan Sastra (1969), Cerita
Pendek Indonesia 1-3 (1979), Jakarta:
30 Cerita Pendek Indonesia 1-3 (1982),
Palupi (1970), Keperluan Hidup Manusia
(1963; terjemahan dari Leo Tolstoy),
Tentang Delapan Orang (1980),
Sesudah Bersih Desa (1990), Sarinah
Kembang Cikembang (1993).
Selasih
Selasih dilahirkan di Talu, Sumatera
Barat, 31 Juli 1909, dam meninggal
pada usia 86 tahun. Sastrawan yang
pernah menjadi Ketua Jong Islamieten
Bond Bukittingi (1928-30) dikenal pula
sebagai Sariamin atau Seleguri. Karya-
karyanya: Kalau Tak Untung (1933),
Pengaruh Keadaan (1937), Rangkaian
Sastra (1952), Panca Juara (1981),
Nakhoda Lancang (1982), Cerita Kak
Mursi, Kembali ke Pangkuan Ayah
(1986), dan dimuat pula dalam Puisi
Baru (1946; Sutan Takdir Alisjahbana
[ed.]), Seserpih Pinang Sepucuk Sirih
(1979; Toeti Heraty [ed.]), Ungu:
Antologi Puisi Wanita Penyair Indonesia

Saini K.M.
Saini K.M. dilahirkan di Sumedang, Jawa
Barat, 16 Juni 1938. Penyair yang
bertahun-tahun mengasuh rubrik
Pertemuan Kecil di Pikiran Rakyat
Bandung ini terakhir menjabat Direktur
Jenderal Kesenian Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Sejumlah penyair yang lahir dan
berkembang dari kelembutan dan
ketajaman kritiknya di Pertemuan
Kecil antara lain: Sanento Yuliman,
Acep Zamzam Noor, Agus R. Sarjono,
Soni Farid Maulana, Beni Setia, Cecep
Syamsul Hari. Karya-karyanya meliputi
puisi, karya sastra drama, dan esai, di
antaranya: Pangeran Sunten Jaya
(1973), Ben Go Tun (1977), Egon (1978),
Serikat Kaca Mata Hitam (1979), Sang
Prabu (1981), Kerajaan Burung (1980;
pemenang Sayembara Direktorat
Kesenian Depdikbud), Sebuah Rumah di
Argentina (1980), Pangeran Geusan
Ulun (1963), Nyanyian Tanah Air (1968),
Puragabaya (1976), Siapa Bilang Saya
Godot (1977), Restoran Anjing (1979),
Rumah Cermin (1979), Beberapa
Gagasan Teater (1981), Panji Koming
(1984), Beberapa Dramawan dan
Karyanya (1985), Ken Arok (185),
Apresiasi Kesusastraan (1986; bersama
Jakob Sumardjo [ed.]), Protes Sosial
dalam Sastra (1986), Teater Modern
Indonesia dan Beberapa Masalahnya
(1987), Sepuluh Orang Utusan (1989),
Puisi dan Beberapa Masalahnya (1993;
Agus R. Sarjono [ed.]). Buku terakhirnya
yang merupakan seleksi dari seluruh
kumpulan puisinya yang sudah maupun
yang belum dipublikasikan adalah
Nyanyian Tanah Air (2000).
Sanento Yuliman
Sanento Yuliman dilahirkan di
Banyumas, Jawa Tengah, 14 Juli 1941,
dan meninggal di Bandung, 14 Juli 1992.
Pada 1981 menyelesaikan program
doktoralnya di Ecole de Hautes Etudes
en Science Sociale, Paris, Perancis.
Penyair yang juga dikenal sebagai
penulis esai dan kritikus seni rupa yang
disegani ini pernah menjadi redaktur
Mahasiswa Indonesia, majalah sastra
Horison (1971-73), dan Aktuil,
khususnya untuk ruang Puisi Mbeling.
Puisi-puisinya diangkat Ajip Rosidi ke
dalam Laut Biru Langit Baru (1977).
Karya-karyanya antara lain: Seni Rupa
Indonesia (1976), G. Sidharta di Tengah
Seni Rupa Indonesia (1981; bersama Jim
Supangkat).

Anda mungkin juga menyukai