Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

Taksonomi Tumbuhan

Dosen Mata Kuliah: Dr. Violita, M.Si.

Oleh Kelompok 1

Carry de Fitri Danhas/15177004


Dara Mutiara Aswan/15177005
Delvita Karlinda/15177006
Desnita/15177007

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2015

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Di dunia ini terdapat bermacam-macam tumbuhan dengan warna, bentuk,
dan ukuran yang berbeda-beda . Banyak dari spesies tumbuhan tersebut dapat
ditemukan di Indonesia. Banyaknya spesies tersebut tidak lain dikarenakan
adanya perbedaan dan persamaan ciri pada tumbuhan. Dengan banyaknya
spesies yang ada maka para ahli mengelompokkan makhluk hidup berdasarkan
persamaan dan perbedaan ciri makhluk hidup.
Berdasarkan klasifikasi lima kingdom maka kingdom/regnum Plantae
(tumbuhan) dibagi ke dalam beberapa divisi yakni Lumut (Bryophita), Paku-
pakuan (Pteridhophyta), Alga/Ganggang bersel banyak di luar alga biru, serta
tumbuhan berbiji (Spermatophyta). Kelima kingdom diklasifikasikan
berdasarkan karakteristik yang khas dari masing-masing organisme-organisme
yang menyusunnya. Berikut akan dibahas lagi mengenai pengelompokan
tumbuhan serta herbariumnya.

B. TUJUAN PENULISAN
Adapun Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis klasifikasi tumbuhan
2. Menganalisis pembuatan herbarium

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. KLASIFIKASI TUMBUHAN
Klasifikasi tumbuhan adalah pembentukan kelompok-kelompok dari
seluruh tumbuhan yang ada di bumi ini hingga dapat disusun takson-takson
secara teratur mengikuti suatu hierarki. Kegiatan klasifikasi tidak lain adalah
pembentukan kelompok-kelompok makhluk hidup dengan cara mencari
keseragaman ciri atau sifat di dalam keanekaragaman ciri yang ada pada
makhluk hidup tersebut.
Untuk memudahkan penentuan hubungan kekerabatan dan
memperlancar pelaksanaan penggolongan tumbuhan, maka diadakan
kesatuan-kesatuan taksonomi yang berbeda-beda tingkatnya. Sesuai dengan
ketentuan-ketentuan yang dicantumkan dalam Kode Tatanama, maka suatu
individu tumbuhan dapat dimasukkan dalam tingkat-tingkat kesatuan
taksonomi sebagai berikut (dalam urutan menurun, beserta akhiran-akhiran
nama ilmiahnya):
• Dunia tumbuh-tumbuhan (Regnum Vegetabile)
• Divisi (divisio -phyta)
• Anak divisi (sub divisio -phytina)
• Kelas (classis -opsida, khusus untuk Alga –phyceae)
• Anak kelas (subclassis –idea)
• Bangsa (ordo –ales)
• Anak bangsa (subordo –ineae)
• Suku (familia –aceae)
• Anak suku (subfamilia –oideae)
• Puak (tribus –eae)
• Anak puak (subtribus –inae)
• Marga (genus; nama ilmiah marga dan semua tingkat di bawahnya tidak
diseragamkan akhirannya)
• Anak marga (subgenus)

3
• Seksi (sectio)
• Anak seksi (subsectio)
• Deret (series)
• Anak deret (subseries)
• Jenis (species)
• Varietas (varietas)
• Forma (forma)
Ada tiga sistem klasifikasi dalam taksonomi tumbuhan yaitu sistem
klasifikasi buatan, sistem klasifikasi alam, dan sistem klasifikasi filogenetik.
• Sistem Artifisial atau Buatan. Sistem Artifisial adalah klasifikasi yang
menggunakan satu atau dua ciri pada makhluk hidup. Sistem ini disusun
dengan menggunakan ciri-ciri atau sifat-sifat yang sesuai dengan
kehendak manusia, atau sifat lainnya. Misalnya klasifikasi tumbuhan
dapat menggunakan dasar habitat (tempat hidup), habitus atau
berdasarkan perawakan (berupa pohon, perdu, semak, ternak dan
memanjat). Tokoh sistem Artifisial antara lain Aristoteles yang membagi
makhluk hidup menjadi dua kelompok, yaitu tumbuhan (plantae) dan
hewan (animalia). Ia pun membagi tumbuhan menjadi kelompok pohon,
perdu, semak, terna serta memanjat. Tokoh lainnya adalah Carolus
Linnaeus yang mengelompokkan tumbuhan berdasarkan alat
reproduksinya.
• Sistem Alami. Klasifikasi sistem alami dirintis oleh Michael Adams dan
Jean Baptiste de Lamarck. Sistem ini menghendaki terbentuknya
kelompok-kelompok takson yang alami. Artinya anggota-anggota yang
membentuk unit takson terjadi secara alamiah atau sewajarnya seperti
yang dikehendaki oleh alam. Klasifikasi sistem alami menggunakan dasar
persamaan dan perbedaan morfologi (bentuk luar tubuh) secara alami atau
wajar. Contoh, hewan berkaki dua, berkaki empat, tidak berkaki, hewan
bersayap, hewan bersirip, hewan berbulu, bersisik, berambut dan lain-
lain. Sedangkan pada tumbuhan, ada kelompok tumbuhan berkeping biji
satu, berkeping biji dua.

4
• Klasifikasi sistem fiogenik muncul setelah teori evolusi dikemukakan
oleh para ahli biologi. Pertama kali dikemukakan oleh Carles Darwin
pada tahun 1859. menurut Darwin terdapat hubungan antara klasifikasi
dan evolusi.system filogenik disusun berdasarkan jauh dekatnya
kekerabatan antara takson yang satu dengan yang lainnya. Selain
mencerminkan persamaan dan perbedaan morfologi anatomi maupun
fisiologinya, sistem ini pun menjelaskan mengapa makhluk hidup
semuanya memiliki kesamaan molekul dan biokimia, tetapi berbeda-beda
dalam bentuk susunan dan fungsinya pada setiap makhluk hidup. Jadi
pada dasarnya, klasifikasi system filogenik disusun berdasarkan fenotif
yang mengacu pada sifat-sifat bentuk luar, faal, tingkah laku, yang dapat
diamati dan pewarisan keturunan yang mengacu pada hubungan
evolusioner sejak jenis nenek moyang hingga cabang-cabang
keturunannya.
Kerajaan Tumbuhan (Regnum Plantae) mempunyai ciri-ciri tersusun
atas sel–sel eukariotik, bersifat autotof (membuat makanan sendiri), tubuh
melekat pada substrat menggunakan rizoid (akar). Dengan melihat ciri-ciri
regnum plantae di atas maka klasifikasi regnum plantae digolongkan menjadi
empat divisio yaitu: tumbuhan lumut/Bryophyta, Alga/Ganggang bersel
banyak di luar alga biru, tumbuhan paku/Pteridophyta, dan tumbuhan
biji/Spermatophyta.
Jika dilihat dari organnya, regnum plantae dibagi menjadi dua yaitu
tumbuhan tingkat tinggi dan tumbuhan tingkat rendah. Tumbuhan tingkat
tinggi, organnya sudah dapat dibedakan dengan nyata/jelas antara akar,
batang, daun, dan batang, yaitu divisi Spermatophyta. Sedangkan untuk
tumbuhan tingkat rendah sebaliknya, organnya masih sangat sederhana, yaitu
divisi Bryophyta, Pteridophyta, dan Alga.
Berdasarkan morfologi atau susunan tubuh tumbuhan bisa dibedakan
lagi atas dua jenis kelompok besar yakni: tumbuhan tidak berpembuluh
(Thallophyta) yang meliputi lumut (Bryophyta) dan Alga bersel banyak.

5
Tumbuhan berpembuluh (Tracheophyta) yang meliputi paku-pakuan
(Pteridophyta) serta tumbuhan biji (Spermatophyta).
1. Bryophyta
Lumut mempunyai bagian-bagian tubuh yang menyerupai akar, batang,
dan daun. Akar tetapi, bagian-bagian itu sebenarnya bukan akar, batang,
dan daun sejati. Bagian yang menyerupai akar disebut rizoid. Rizoid
berupa benang-benang halus. Bagian ini berguna untuk menganbil air dan
mineral. Tumbuhan lumut mempunyai klorofil sehingga berwarna hijau.
Lumut biasanya hidup di tempat lembab yang tidak terkena cahaya secara
langsung. Ada juga lumut yang hidup di tempat kering dan juga di air.
Lumut berkembang biak dengan spora dan mengalami pergiliran
keturunan.
Perkembangan vegetatif lumut dilakuakan dengan pembentukan spora.
Perkembangan generatif lumut dilakukan dengan pembentukan sel-sel
kelamin (gamet).
Tumbuhan lumut dapat dapat disebut sporofit dan gametofit karena dapat
menghasilkan spora dan sel gamet. Apabila spora jatuh di tempat yang
lembab, spora akan tumbuh menjadi benang-benang yang halus dan
berkuncup pada beberapa tempat. Benang-benang itu disebut protonema.
Selanjutnya protonema tumbuh menjadi lumut yang bersifat gametofit.
Lumut dewasa membentuk arkegonium dan anteridium. Arkegonium
menghasilkan sel kelamin betina (sel telur), sedangkan anteridium
menghasilkan sel kelamin jantan (spermatozoid).
Apabila sel kelamin jantan membuahi sel telur terbentuklah zigot. Zigot
tumbuh menjadi tumbuhan baru yang berupa tangkai dengan kotak spora
di ujungnya yang disebut sporagonium. Sporagonium ini menyatu dengan
tubuh tumbuhan lumut induk.
Sporagonium menghasilkan spora. Bila spora jatuh di tempat lembab akan
tumbuh menjadi protonema. Demikianlah siklus tersebut terulang kembali
seperti di atas.

6
Berdasarkan bentuk tubuhnya, tumbuhan lumut debedakan menjadi dua
kelas, yaitu lumut daun (Musci) dan lumut hati (Hepaticea).
2. Alga bersel banyak
Ganggang memiliki pigmen hijau daun yang disebut klorofil sehingga
dapat melakukan fotosintesis. Selain itu juga memiliki pigmen–pigmen
tambahan lain yang dominan. Ganggang memiliki ukuran yang beraneka
ragam ada yang mikroskopis, bersel satu, berbentuk benang atau pita, atau
bersel banyak berbentuk lembaran. Dalam perairan ganggang merupakan
penyusun fitoplankton yang biasanya melayang–layang didalam air, tetapi
juga dapat hidup melekat didasar perairan disebut neustonik.
Ganggang yang bersifat bentik digolongkan lagi menjadi;
• Epilitik ( hidup diatas batu)
• Epipalik (melekat pada lumpur atau pasir)
• Epipitik ( melekat pada tanaman )
• Epizoik ( melekat pada hewan).
Berdasarkan habitat yang ditempatinya diperairan , dibedakan atas:
• Ganggang Subbaerial yaitu ganggang yang hidup didaerah
permukaan,
• Ganggang Intertidal, yaitu ganggan secara periodic muncul
kepermukaan karena naik turun air akibat pasang susrut.
• Ganggang Subritorsal, yaitu ganggang yang berada dibawah
permukaan air,
• Ganggang Edafik, yaitu ganggang yang hidup diddalam tanah pada
dasar perairan.
Jenis–jenis ganggang misalnya Chlorella sp bersimbiosis dengan
organisme lainnya yaitu hidup bersama paramecium, hydra atau molusca.
Ganggang Platimonas sp hidup bersama cacing pipih convolutta
roscofencis.
Macam bentuk tubuh ganggan yaitu berselsatu atau uniseluler,
membentuk koloni berupa filament atau kolini yang tidak membentuk
filament.

7
Sebagian ganggang yang uniseluler dapat bergerak atas kekuatan sendiri
(motil), dan yang tidak dapat bergerak sendiri yaitu nonmotil.
Perbedaan dengan tubuh uniseluler yang mikroskosis, pada ganggang
yang membentuk koloni berupa filament berukuran cukup besar, sehingga
dapat dilihat dengan mata telanjang, sel yang terletak paling bawah pada
filament membentuk alat khusus untuk menempel pada batu, batang
pohon, atau lumpur. Alat tersebut dinamakan pelekat.
Koloni ganggang yang tidak membentuk filamnen umumnya berbentuk
pola atau pipih tanpa pelekat.
Cara ganggang bereproduksi dengan dua macam, yaitu seksual dan
aseksual. Reproduksi secara aseksual terjadi melalui pembelahansel,
fragmentasi, dan pembentukan zoozpora, sedangkan reproduksi secara
aseksual terjadi melalui isogami dan oogami.
Reproduksi akan menghasilkan dua sel anakan yang masing–masing akan
menjadi individu baru, terjadi pada ganggang bersel tunggal.
Sedangkan ganggang yang membentuk koloni tanpa filament, ataupun
koloni yang berupa filament, reproduksi melalui fragmentasi.
Fragmentasia adalah terpecah–pecahnya koloni menjadi beberapa bagian.
Berdasarkan dominasi pigmennya, ganggang dapat dibedakan menjadi
bebrapa kelompok yaitu ganggang coklat, ganggang merah, ganggang
keemasan dan ganggang hijau.
3. Pteridophyta
Ciri-ciri Pteridophyta memiliki jaringan pengangkut (xilem dan floem).
Secara umum telah dapat dibedakan akar, batang dan daunnya.
Berkembang biak dengan spora. Spora dihasilkan di dalam sporangium.
Sporangium dapat tersusun dalam strobilus, sorus, sinangium. Sperma
berflagel, perluair untuk fertilisasi. Siklus hidup: generasi sporofit
dominan hidup bebas, generasi gametofit tereduksi, hidup bebas. Terdiri
dari empat kelas, Psilopsida (paku purba), Sphenopsida (paku ekor kuda),
Lycopsida (paku kawat), Filicinae (paku sejati).
4. Spermatophyta

8
B. HERBARIUM
Untuk mendeterminasi tumbuhan, hal pertama yang harus dilakukan
adalah mempelajari sifat morfologi tumbuhan tersebut (seperti posisi, bentuk,
ukuran dan jumlah bagian-bagian daun, bunga, buah dan lain-lain). Langkah
berikutnya adalah membandingkan atau mempersamakan ciri-ciri tumbuhan
tersebut dengan tumbuhan lain yang sudah dikenal identitasnya, dengan
menggunakan cara:

9
BAB III
PENUTUP

Dengan adanya makalah ini diharapkan mahasiswa yang belajar dimata


Kuliah ini dapat menjadi pedoman untuk membuat makalah selanjutnya dan juga
semoga makalah ini menjadi sumber ilmu yang bermanfaat bagi kita semua dan
diharapkan bagi pembaca dapat memahaminya dengan baik.

10
DAFTAR PUSTAKA

Des M, 2007. Taksonomi Tumbuhan II (Program Studi Pendidikan Biologi


Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Padang.

Rideng, I Made, 1989. Taksonomi Tumbuhan Berbiji. Jakarta: LPTK.

Tjitrosoepomo, Gembong. 2005. Taksonomi Umum (Dasar-Dasar Taksonomi


Tumbuhan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

11

Anda mungkin juga menyukai