Anda di halaman 1dari 4

Nama : Yaumil Istiqlal M.

Nur
Nim : (14177040)
Tugas: Landasan Ilmu Pendidikan

ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN

1. ALIRAN PROGRESIVISME
Progresivisme berkembang pada abad 20di Amerika Serikat.
Progresivissme lahir sebagai pembaharuan dalam dunia (filsafat) terutama
sebagai lawan terhadap kebijaksanaan-kebijaksanaan konvensional yang
diwarisi dari abad ke 19.
Dikarenakan sifat progresif itu terjadi tidak radikal, maka akan sukar
bagi manusia untuk memahami adanya perubahan dan progressivitas.
Pandangan-pandangan progressivisme dianggap sebagai “The Liberal Road to
Culture” dalam arti bahwa liberal dimaksudkan sebagai fleksibel, berani,
toleran, dan sikap terbuka.
Progressivisme mengganggap pendidikan sebagai cultural transition. Ini
berarti bahwa pendidikan dianggap mampu merubah dalam arti membina
kebudayaan baru yang dapat menyelamatkan manusia bagi hari depan yang
makin kompleks dan menantang. Pendidikan adalah lembaga yang mampu
membina manusia untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan
cultural dan tantangan zaman demi survive-nya manusia. Progresivisme juga
percaya bahwa pendidikan dapat menolong manusia dalam menghadapi
periode transisi antara zaman tradisional yang akan segera berakhir dan siap
memasuki zaman progresif (modern).
Progressivisme mempunyai ciri utama yakni mempercayai manusia
sebagai subjek yang memiliki kemampuan untuk menghadapi dunia dan
lingkungan hidupnya yang multikompleks dengan skill dan kekuatan sendiri.
Dan dengan kemampuan itu manusia dapat memecahkan semua problemanya
secara inteligen, dengan intelegensi aktif.
Sebagai ciri utama yang lain, progressivisme adalah satu filsafat transisi
antara dua konfigurasi kebudayaan yang besar. Progressivisme adalah
rasionalisasi mayor daripada suatu kebudayaan.

2. ALIRAN ESSENSIALISME
Aliran ini menganut “Educational as Cultural Conservation” pendidikan
sebagai pemelihara kebudayaan. Karena dalil ini maka aliran essentialisme
dianggap para ahli sebagai “Conservative road to culture” yakni aliran ini
ingin kembali kepada kebudayaan lama, warisan sejarah yang telah
membuktikan kebaikan-kebaikannya bagi kehidupan manusia.
Essentialisme percaya bahwa pendidikan harus didasarkan kepada nilai-
nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia.
Essentialisme merupakan paduan ide-ide filsafat idealism dan realism. Dan
praktek-praktek filsafat pendidikan Essentialisme dengan demikian menjadi
lebih kaya dibandingkan jika ia hanya mengambil posisi yang sepihak dari
salah satu aliran yang ia sinthesakan itu. Yang amat dominan dalam
essentialisme tidak hanya filsafat klasik. Malahan lebih-lebih ajaran-ajaran
filosof pada zaman Renaissance, yang merupakan sokoguru aliran ini.

3. ALIRAN PERENNIALISME
Aliran ini dianggap sebagai “Regressive road to culture” yaitu jalan
kembali atau mundur kepada kebudayaan masa lampau. Perrenialisme
menghadapi kenyataan dalam kebudayaan manusia modern, maka
perrenialisme memberikan pemecahan dengan jalan “kembali kepada
kebudayaan masa lampau”. Kebudayaan yang dianggap ideal, pendidikan
harus lebih banyak mengarahkan pusat perhatiaanya kepada kebudayaan yang
ideal yang telah teruji dan tangguh.
Perrenialisme memandang pendidikan sebagai jalan kembali, atau
proses mengembalikan keadaan manusia sekarang seperti dalam kebudayaan
ideal. Perrenialisme tak melihat jalan yang meyakinkan kecuali kembali
kepada prinsip-prinsip yang telah sedemikian membentuk sikap kebiasan.
Perrenialisme memberikan sumbangan yang berpengaruh baik teori maupun
praktek bagi kebudayaan dan pendidikan zaman sekarang.

4. ALIRAN REKONSTRUKSIONISME
Bahwa ada satu kebutuhan amat mendesak untuk kejelasan dan
kepastian bagi kebudayaan zaman modern sekarang, yang sekarang
mengalami ketakutan, kebimbangan dan kebingungan. Berbeda dengan
perrenialisme yang memilih jalan kembali kealam kebudayaan abad
pertengahan, maka rekonstruktivisme berusaha membina suatu konsesus yang
paling luas dan paling mungkin tentang tujuan utama dan tertinggi dalam
kehidupan manusia.
Rekonstruktivisme ingin merombak tata susunan lama dan membangun
tata susunan hidup kebudayaan yang sama sekali baru, melalui lembaga dan
proses pendidikan. Tujuan ini hanya mungkin diwujudkan melalui usaha
kerjasama, kerjasama semua bangsa.

 FILSAFAT ISLAM
Menurut Kartanegara (2006) dalam Filsafat Islam ada empat aliran yakni:
1. Peripatetik (memutar atau berkeliling)
Merujuk kebiasaan Aristoteles yang selalu berjalan-jalan mengelilingi
muridnya ketika mengajarkan filsafat. Ciri khas aliran ini secara metodologis
atau epistimologis adalah menggunakan logika formal yang berdasarkan
penalaran akal (silogisme), serta penekanan yang kuat pada daya-daya rasio.
Tokoh-tokohnya yang terkenal yakni: Al Kindi (w. 866), Al Farabi (w. 950),
Ibnu Sina (w. 1037), Ibn Rusyd (w. 1196), dan Nashir al Din Thusi (w.1274).
2. Aliran Iluminasionis (Israqi).
Didirikan oleh pemikir Iran, Suhrawardi Al Maqtul (w. 1191). Aliran
ini memberikan tempat yang penting bagi metode intuitif (irfani).
Menurutnya dunia ini terdiri dari cahaya dan kegelapan. Baginya Tuhan
adalah cahaya sebagai satu-satunya realitas sejati (nur al anwar), cahaya di
atas cahaya.
3. Aliran Irfani (Tasawuf).
Tasawuf bertumpu pada pengalaman mistis yang bersifat supra-
rasional. Jika pengenalan rasional bertumpu pada akal maka pengenalan
sufistik bertumpu pada hati. Tokoh yang terkenal adalah Jalaluddin Rumi dan
Ibn Arabi.
4. Aliran Hikmah Muta’aliyyah (Teosofi Transeden).
Diwakili oleh seorang filosof syi’ah yakni Muhammad Ibn Ibrahim
Yahya Qawami yang dikenal dengan nama Shadr al Din al Syirazi, Atau yang
dikenal dengan Mulla Shadra yaitu seorang filosof yang berhasil
mensintesiskan ketiga aliran di atas.

Anda mungkin juga menyukai