Anda di halaman 1dari 13

JURNAL BIOLOKUS p-ISSN: 2621-3702

Volume 3, Nomor 2, Juli – Desember 2020 e-ISSN: 2621-7538


Halaman :

IDENTIFIKASI TUMBUHAN TINGKAT TINGGI (PHANEROGAMAE)


DI KAMPUS II UINSU
Adi Hartono1, Miza Nina Adlini1, Muhammad Iqbal Haitame Tambunan1, Yusran
Efendi Ritonga2, Martua Syahriadi Nasution1, dan Jumiah1
1Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, adihartono852@yahoo.com
2
Biota Sumatera Utara

ABSTRAK
Tumbuhan tingkat tinggi (Phanerogamae) merupakan tumbuhan berbiji yang berkembang
biak secara seksual. Tumbuhan ini memiliki persebaran yang cukup luas dan lazim ditemukan
di berbagai daerah. Kampus II UINSU merupakan kampus yang memiliki keanekaragaman
tumbuhan tingkat tinggi yang cukup bervariasi. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi tumbuhan tingkat tinggi (Phanerogamae) yang terdapat di Kampus II UINSU
Metodologi penelitian yang digunakan ialah metode survey eksploratif dan deskriptif, dengan
melakukan pendataan tumbuhan serta mengamati morfologi dan deskripsi tumbuhan tersebut.
sampel dikoleksi dalam bentuk segar dan diidentifikasi di laboratorium Tadris Biologi FITK
UINSU. Identifikasi tumbuhan menggunakan prosedur pendataan ciri morfologi tumbuhan dan
kunci identifikasi yang bersumber dari buku Tjitrosoepomo (2010). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat dua sub divisi tumbuhan, yaitu sub divisi Angiospermae dan
Gymnospermae. Pada sub divisi Angiospermae ditemukan 6 ordo dengan 9 famili pada kelas
Monocotyledonae dan 25 ordo dengan 32 famili pada kelas Dicotyledonae. Sedangkan, pada sub
divisi Gymnospermae ditemukan 1 kelas dengan 2 ordo tumbuhan tingkat tinggi
(Phanerogamae) yang ditemukan di Kampus II UINSU.
Kata Kunci: Identifikasi, Kampus II UINSU, Tumbuhan Tingkat Tinggi (Phanerogamae),

ABSTRACT
Higher plants (Phanerogamae) are seed plants that breed sexually. This plant has a fairly wide
distribution and is commonly found in various regions. Campus II UINSU is a campus that has a
high diversity of plants which is quite varied. Therefore, this study aims to identify higher plants
(Phanerogamae) found on campus II of UINSU. The research methodology used in this research
is to use exploratory and descriptive survey methods, by collecting plant data and observing the
morphology and description of the plant. The results showed that there was 1 class with 2
different orders in the Gymnosperms sub-division. Meanwhile, in the Angiosperms subdivision, 6
orders with 9 families were found in the Monocotyledonae class and 25 orders with 32 families
in the higher plant Dicotyledonae class (Phanerogamae) found on UINSU Campus II.

Keywords: Identification, Higher Plants (Phanerogamae), Campus II UINSU

PENDAHULUAN biji yang analog dengan makrosporangium.


Tumbuhan tingkat tinggi Di dalamnya, dihasilkan makrospora yang
(Phanerogamae) merupakan golongan akan berkembang menjadi
tumbuhan yang memiliki biji dan makroprotalium dengan arkegonium serta
berkembang biak secara seksual. sel telurnya (Tjitrosoepomo, 2010).
Tumbuhan ini juga dikenal sebagai Tumbuhan Phanerogamae dikatakan
tumbuhan Spermatophyta (dalam bahasa sebagai tumbuhan tingkat tinggi karena
Yunani, Sperma=biji dan Phyta=phyton= merupakan tumbuhan kormus sejati.
tumbuhan) dan Embryophyta Tumbuhan kormus ialah golongan
Siphonogama (dalam bahasa Yunani, tumbuhan yang telah dapat dibedakan
Embryon=embrio=lembaga,Phyton=tumbu berdasarkan 3 bagian tubuh utama, yaitu
han, Siphon=pipa, buluh, Gamein=kawin). akar, batang, dan daun. Tumbuhan ini juga
Biji pada tumbuhan ini berasal dari bakal memiliki organ tambahan yang telah
1
mengalami perkembangan dengan baik, digolongkan kembali ke dalam beberapa
yang disebut biji sporofil. Sporofil-sporofil ordo dan family yang disesuaikan dengan
ini terangkai dalam berbagai kumpulan karakteristiknya masing-masing (Sastria,
sporofil dalam suatu organ yang disebut 2018).
dengan bunga. Oleh sebab itu, tumbuhan Tumbuhan biji yang terdapat di
ini dikategorikan sebagai tumbuhan permukaan bumi saat ini terdiri dari
berbunga atau Anthophyta (dalam bahasa 170.000 jenis tumbuhan. Sehingga dapat
Yunani, Anthos = bunga dan Phyta = phyton ditaksir bahwa separuh kekayaan flora dan
= tumbuhan). Organ bunga ini dilengkapi fauna meliputi 300.000 jenis tumbuhan.
dengan mikrospora (benang sari) sebagai (Tjitrosoepomo, 2013). Penyebaran
alat kelamin jantan dan makrospora tumbuhan tinggi ini sangat dipengaruhi
(putik) sebagai alat kelamin betina. oleh faktor bioekologi. Faktor bioekologi
Sehingga, dengan adanya organ tersebut secara umum terbagi atas dua yakni faktor
memungkinkan terjadinya reproduksi abiotik dan biotik Faktor abiotik terdiri
seksual atau generatif yang ditandai atas faktor-faktor lingkungan yang bersifat
dengan peristiwa polinasi atau non biologis seperti iklim (suhu udara,
penyerbukan, yaitu peristiwa jatuhnya kelembaban udara, intensitas cahaya),
mikrospora ke kepala putik yang tanah dan kondisi fisik lingkungan lainnya
menyebabkan terjadinya peleburan antara (Hakim, 2019). Sementara itu, faktor biotik
gamet-gamet tersebut (Hasanuddin, 2006). berhubungan dengan keadaan hidup
Tumbuhan Phanerogamae tergolong tumbuhan tersebut yang terdiri dari
tumbuhan dengan tingkat perkembangan perubahan morfologi, fenologi, fisiologi,
filogenetik tertinggi karena memiliki biji. maupun molekularnya sebagai respon
Secara ontogeny, biji pada tumbuhan ini adaptasi (Wasilah, 2019).
menjadi alat reproduksi generatif, karena Identifikasi merupakan suatu
proses terjadinya didahului oleh peristiwa kegiatan untuk mengenali identitas atau
seksual. Embrio tumbuhan biji bersifat jati diri tumbuhan. Proses identifikasi ini
bipolar atau dwipolar, tidak hanya kutub berhubungan dalam menentukan nama
batang yang tumbuh dan berkembang tumbuhan yang benar serta
membentuk batang, cabang, dan daun. penempatannya dalam sistem klasifikasi
Tetapi, kutub akarnya pun tumbuh dan secara tepat. Klasifikasi merupakan
berkembang membentuk sistem susunan tingkatan taksonomi makhluk
perakarannya (Ulfa, 2019). hidup yang digunakan untuk
Divisi tumbuhan biji (Phanerogamae) mempermudah pengelompokan makhluk
secara klasik dapat dibedakan dalam dua hidup. Identifikasi dan klasifikasi ini
sub divisi, yaitu tumbuhan biji terbuka dilakukan dengan melakukan pengamatan
(Gymnospermae) dan tumbuhan biji terhadap morfologi atau karakter pada
tertutup (Angiospermae). Tumbuhan tumbuhan (Suraya, 2019).
berbiji terbuka (Gymnospermae) Sehubungan dengan hal tersebut,
merupakan sub divisi tumbuhan biji yang sejumlah penelitian tentang identifikasi
memiliki bakal biji dengan 1 integumen tumbuhan tingkat tinggi sudah pernah
terbuka, sehingga buah tidak dilindungi dilakukan. Beberapa penelitian terkait
oleh daun buah. Sedangkan, tumbuhan dengan identifikasi tumbuhan tingkat
berbiji tertutup (Angiospermae) tinggi seperti Inventarisasi
merupakan kelompok tumbuhan yang Keanekaragaman Tumbuhan Tingkat
bakal bijinya selalu diselubungi oleh bakal Tinggi di Kecamatan Medan Amplas (Ulfa,
buah. Sub divisi tumbuhan biji tersebut 2019) dan Identifikasi Apocynaceae
2
sebagai Perangkat Media Pembelajaran dengan pengambilan sampel,
(Prabowo, 2019). Akan tetapi, penelitian didokumentasikan, dan diidentifikasi.
tentang inventarisasi dan identifikasi
tumbuhan tingkat tinggi di kampus II
Adapun metode penelitian ini dapat dilihat
UINSU belum pernah dilakukan oleh dalam alur kerja sebagai berikut.
peneliti lain. Oleh karena itu, untuk
mengetahui keanekaragaman tumbuhan Tahap Persiapan
tingkat tinggi di Kampus II UINSU Meliputi penyediaan alat dan bahan
diperlukan identifikasi tumbuhan secara yang diperlukan, serta penentuan
intensif. Penelitian ini bertujuan untuk sejumlah titik lokasi pengamatan
mengetahui keanekaragaman tumbuhan yang terbagi menjadi 6 titik (A, B, C,
D, E, F,) yang tersebar pada masing-
tingkat tinggi (Phanerogamae) yang
masing fakultas di kampus II UINSU.
tumbuh di kawasan Kampus II UINSU yang
ditinjau berdasarkan klasifikasi tumbuhan
tersebut. Penelitian ini akan mengungkap
informasi tentang keanekaragaman
tumbuhan tingkat tinggi di Kampus II
Tahap Eksplorasi
UINSU sekaligus mengenali dan Meliputi pengamatan dan
mengklasifikasikan tumbuhan tersebut pengumpulan data tumbuhan tingkat
sebagai dasar dalam pengamatan sifat tinggi secara langsung
makhluk hidup yang pada akhirnya dapat
dianalisis potensi dan manfaat tumbuhan
tersebut.
Tahap Pasca Eksplorasi
METODE Meliputi pengidentifikasian
Penelitian ini dilakukan di kampus II tumbuhan tingkat tinggi
UINSU yang beralamat di jalan Williem menggunakan buku kunci
Iskandar pasar V Medan Estate pada bulan determinasi, kepustakaan, validasi
Juli 2020. Alat dan bahan yang digunakan dan pembuatan jurnal.
dalam penelitian ini yaitu: alat tulis dan
tabel pengamatan, kamera digital, buku Bagan 1.1 Alur Kerja Identifikasi Tumbuhan
panduan yang relevan, dan buku kunci Tingkat Tinggi (Phanerogamae)
determinasi tumbuhan tingkat tinggi.
Sampel pada penelitian ini adalah HASIL DAN PEMBAHASAN
tumbuhan tingkat tinggi yang terdapat di Berdasarkan penelitian yang telah
areal lahan Kampus II UINSU. Pengambilan dilakukan, maka dapat diketahui bahwa
data menggunakan metode eksplorasi atau
keanekaragaman tumbuhan tingkat tinggi
metode jelajah secara langsung.
Identifikasi tumbuhan dilakukan dengan (Phanerogamae) yang terdapat di Kampus
cara pengamatan karakter morfologi II UINSU dapat dilihat melalui tabel
tumbuhan meliputi daun (warna daun, berikut.
panjang daun, dan lebar daun), batang
(bentuk batang dan ukuran batang), dan
bunga. Data disesuaikan dengan buku
referensi Tjitrosoepomo (2010). Analisis
data dilakukan secara deskriptif kualitatif,
No. Sub Divisi Kelas Ordo Famili Spesies
1. Angiospermae Dicotyledoneae Polycarpiales Annonaceae Glodokan tiang
(Polyalthia
longifolia L.),

3
2. Angiospermae Dicotyledoneae Rutales Meliaceae Mahoni
(Swietenia
mahagoni (L)
Jacq. dan
Swietenia
macrophylla (L)
Jacq.),
3. Angiospermae Dicotyledoneae Sapindales Anacardiace Mangga
ae (Mangifera
indica L.)
4. Angiospermae Dicotyledoneae Myrtales Combretacea Ketapang
e (Terminalia
catappa L.),
Katapang
kencana
(Terminalia
mantaly L.)
5. Gymnospermae Coniferae Cupressales Cupressaceae Cemara kipas
(Thuja orientalis
L.)
6. Gymnospermae Coniferae Araucariales Araucariacea Cemara norlfolk
e (Araucaria
heterophylla L.)
7. Angiospermae Dicotyledoneae Urticales Moraceae Nangka
(Artocarpus
integra L.),
beringin (Ficus
benjamina L.)
8. Angiospermae Dicotyledoneae Casuarinales Casuarinacea Cemara Laut
e (Casuarina
equisetifolia L.)
9. Angiospermae Monocotyledon Arecales Arecaceae Pinang (Areca
eae catechu L.),
pinang merah
(Cyrtostachys
lakka L.), kelapa
sawit (Elaeis
guineensis L.),
salak (Salacca
zalacca L.), palm
raja (Oreodoxa
regia L.), aren
(Arenga
saccharifera L.)
10. Angiospermae Dicotyledoneae Euphorbiales Euphorbiace Buah roda (Hura
ae crepitans L.),
singkong
(Manihot
esculenta L.),
mahkota duri
(Euphorbia milii
4
L.), patah tulang
(Euphorbia
tirucalli L.),
meniran
(Phyllanthus
urinaria L.)
11. Angiospermae Dicotyledoneae Myrtales Myrtaceae Pucuk merah
(Syzygium oleana
L.), jambu bol
(Syzygium
malaccense L.),
jambu air
(Syzygium
aqueum L.),
jambu biji
(Psidium guajava
L.)
12. Angiospermae Dicotyledoneae Ebenales Sapotaceae Tanjung
(Mimusops elengi
L.)
13. Angiospermae Dicotyledoneae Fabales Fabaceae Dadap (Erythrina
variegate L.)
14. Angiospermae Dicotyledoneae Oleales Oleaceae Bunga melati
(Jasminum
grandiflorum L.)
15. Angiospermae Dicotyledoneae Asterales Asteraceae Bunga hebras
(Gerbera
jamesonii L.),
urang aring
(Eclipta alba L.),
tapak liman
(Elephantopus
scaber L.)
16. Angiospermae Dicotyledoneae Apocynales Apocynaceae Bunga alamanda
(Allamanda
cathartica L.),
bunga tapak dara
(Catharanthus
roseus L.)
17. Angiospermae Dicotyledoneae Parietales Caricaceae Papaya (Carica
papaya L.)
18. Angiospermae Monocotyledon Arecales Araceae Keladi hias
eae (Caladium
bicolor L.),
kuping gajah
(Anthurium
plowmanii L.)
19. Angiospermae Monocotyledon Liliales Liliaceae Lidah buaya
eae (Aloe vera L.),
lidah mertua
5
(Sansevieria
roxburghiana L.),
hanjuang
(Cordyline
fructiosa L.)
20. Angiospermae Monocotyledon Cyperales Cyperaceae Rumput teki
eae (Cyperus
rotundus L.)
21. Angiospermae Dicotyledoneae Apocynales Apocynaceae Kamboja
(Plumeria
acuminate L.)
22. Angiospermae Dicotyledoneae Rosales Rosaceae Mawar (Rosa
damascene L.)
23. Angiospermae Dicotyledoneae Rubiales Rubiaceae Bunga soka
(Ixora coccinea
L.), goletrak
(Borreria latifolia
L.), mengkudu
(Morinda
citrifolia L.)
24. Angiospermae Monocotyledon Zingiberales Zingiberacea Lengkuas
eae e (Alpinia galangal
L.), jahe (Zingiber
officinale L.),
kunyit (Curcuma
domestica L.)
25. Angiospermae Dicotyledoneae Balsaminales Balsaminace Pacar air
ae (Impatiens
balsamina L.)
26. Angiospermae Dicotyledoneae Geraniales Oxalidaceae Calincingan
(Oxalis
corniculata L.)
27. Angiospermae Dicotyledoneae Sapindales Sapindaceae Kelengkeng
(Nephelium long
an L.)
28. Angiospermae Dicotyledoneae Tubiflorae Convolvulace Ubi jalar
ae (Ipomoea batatas
L.)
Acanthaceae Keji beling
(Strobilanthes
crispus L.)
29. Angiospermae Dicotyledoneae Caryopyhllales Portulacacea Krokot
e (Portulaca
oleraceae L.)
Cactaceae Kaktus (Opuntia
vulgaris L.)
Amaranthace Bayam duri
ae (Amaranthus
spinosus L.)

6
Nyctaginace Bougenville
ae (Bougainvillea
glabra L. dan B.
spectabilis L.)
30. Angiospermae Dicotyledoneae Solanales Solanaceae Takokak
(Solanum torvum
L.)
31. Angiospermae Monocotyledon Bromeliales Bromeliacea Nanas (Ananas
eae e bracteatus L.)
Commelinace Adam hawa
ae (Rhoeo discolor
L.)
32. Angiospermae Monocotyledon Poales Poaceae Bambu
eae (Bambusa
multiplex L.),
sereh
(Andropogan
nardus L.),
ilalang (Imperata
cylindrical L.),
rumput gajah
(Pennisetum
purpureum L.)
33. Angiospermae Dicotyledoneae Rosales Leguminosae Putri malu
(Mimosa pudica
L.), petai cina
(Leucaena
leucocephala L.)
34. Angiospermae Dicotyledoneae Malvales Elaeocarpace Talok (Muntingia
ae calabura L.)
Malvaceae Kembang sepatu
(Hibiscus rosa-
sinensis L.)
35. Angiospermae Dicotyledoneae Rhoeadales Cruciferae Sawi (Brassica
juncea L.)
36. Angiospermae Dicotyledoneae Piperales Piperaceae Tumpangan air
(Peperomia
pellucida L.)
Tabel 1.1 Keanekaragaman Tumbuhan Tingkat Tinggi (Phanerogamae) di Kampus II UINSU
(Sistem Klasifikasi Berdasarkan: Tjitrosoepomo, 2010)

Kampus II UINSU memiliki areal Berdasarkan tabel pengamatan di


lahan yang banyak ditumbuhi oleh atas, maka dapat diketahui bahwa
tumbuhan tingkat tinggi (Phanerogamae). tumbuhan tingkat tinggi (Phanerogamae)
Tumbuhan ini hidup di sepanjang areal yang berada di areal Kampus II UINSU
lahan kampus tersebut. Spesies tumbuhan terdiri dari dua sub divisi utama, yaitu
tingkat tinggi yang ditemukan sangat Gymnospermae dan Angiospermae. Pada
bervariasi dan beranekaragam. sub divisi Gymnospermae, terdapat 1 kelas
dengan 2 ordo yang berbeda, yaitu kelas
7
Coniferae serta ordo Cupressales dan daya tahan tubuh. Apabila dibudidayakan
Araucariales. Masing-masing ordo tersebut secara berkesinambungan, famili
memiliki 1 famili dan 1 spesies yang Zingiberaceae dapat mengantarkan kampus II
berbeda. Tumbuhan dari ordo Cupressales UINSU berpotensi terhadap konservasi
yang ditemukan yaitu famili Cupressaceae, tanaman herbal yang dapat mendukung
sedangkan dari ordo Araucariales yaitu famili kegiatan perkuliahan di bidang Biologi,
Araucariaceae. khususnya pada mata kuliah Botani yang
mengintegrasikan pemanfaatan tumbuhan
Menurut Tjitrosoepomo (2010) melalui konsep Etnobotani. Hal ini sesuai
menyatakan bahwa Coniferae merupakan dengan Mukhoyyaroh (2020) yang
kelas tumbuhan yang memiliki tajuk menyatakan bahwa suatu tanaman Etnobotani
berbentuk kerucut dan daun berbentuk memberikan kekayaan inventarisasi suatu
jarum. Sementara itu, Triawati (2019) jenis tanaman di areal tertentu yang dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat. Tanaman
menyatakan bahwa tumbuhan Coniferae
herbal dapat digolongkan ke dalam jenis
merupakan tumbuhan yang eksotis dan
tanaman Etnobotani karena memberikan
berpotensi untuk memberikan ketenangan
manfaat bagi masyarakat luas.
dan kesejukan bagi setiap orang yang
Adapun spesies tumbuhan dari kelas
berada disekitarnya. Oleh karenanya,
Monocotyledoneae yang paling banyak
tumbuhan ini dapat menyajikan suasana
ditemukan dari famili Arecaceae dan
yang indah dan asri, sehingga mahasiswa
Poaceae. Hal ini sesuai dengan penelitian
dapat menghilangkan rasa penat dengan
Indrawati (2018) yang menyatakan bahwa
berteduh dibawahnya.
famili Poaceae memiliki daya adaptasi yang
Pada sub divisi Angiospermae,
tinggi, distribusi luas, dan mampu tumbuh
terdapat 2 kelas tumbuhan tingkat tinggi
pada lahan kering maupun tergenang. Famili
(Phanerogamae) yang ditemukan, yaitu
Poaceae berkemampuan menyebar dengan
kelas Monocotyledonae dan Dicotyledonae.
cepat karena biji yang ringan dan mudah
Tumbuhan yang ditemukan dari kelas terbawa angin. Selain itu, sistem perakaran
Monocotyledonae terdiri dari 6 ordo rhizoma dalam tanah dan stolon di permukaan
dengan 9 famili. Ordo tumbuhan tersebut tanah menyebabkan kemampuan ekspansinya
yaitu Arecales, Liliales, Cyperales, tinggi dan dapat mencapai kawasan yang
Zingiberales, Bromeliales, dan Poales. jauh. Hal yang sama juga diungkapkan oleh
Adapun 9 famili tumbuhan dari ordo Destarianti (2017) yang menyatakan bahwa
tersebut yang ditemukan dilokasi famili Poaceae merupakan famili tumbuhan
pengamatan, yaitu Arecaceae, Araceae, tingkat tinggi yang dapat tumbuh pada
Liliaceae, Cyperaceae, Zingiberaceae, berbagai habitat, terutama habitat yang
Bromeliaceae, Commelinaceae, dan Poaceae. memiliki intensitas cahaya yang tinggi. Hal
Menurut Silalahi (2019) Araceae ini sesuai dengan hasil penelitian yang
merupakan famili tanaman yang banyak diperoleh, famili Poaceae banyak ditemukan
dimanfaatkan sebagai tanaman hias karena di lahan terbuka yang terpapar sinar cahaya
memiliki daun dan warna batang yang indah. matahari langsung.
Sehingga, keberadaannya dapat memperindah Menurut Hutasuhut (2018) Arecaceae
lingkungan Kampus II UINSU. Sementara merupakan tumbuhan yang banyak digunakan
itu, Yassir (2019) menyatakan bahwa dalam berbagai aspek dalam kehidupan
Zingiberaceae merupakan tumbuhan manusia. Misalnya, digunakan sebagai bahan
rimpang-rimpangan yang berpotensi sebagai bangunan, alat-alat rumah tangga, bahan
tanaman obat karena mengandung minyak kerajinan, sumber pangan, minyak, dan
atsiri dan alkaloid yang dapat meningkatkan energi, tanaman obat, tanaman hias, dan
8
konservasi lingkungan. Sementara itu, mengeluarkan getah berwarna putih bila
Arisandi (2019) mengungkapkan bahwa tubuhnya dilukai.
Poaceae merupakan salah satu famili Nopiyanti (2019) mengungkapkan
tumbuhan Angiospermae yang bersifat bahwa famili Euphorbiaceae banyak
kosmopolitan yang memiliki pola penyebaran dimanfaatkan sebagai tanaman obat karena
yang cukup luas. Hal ini disebabkan, famili mengandung metabolit sekunder berupa
tumbuhan tersebut melakukan penyerbukan minyak atsiri, alkaloid, dan tanin yang
dengan perantaraan angin. Oleh karena tersimpan dalam vakuola daun tumbuhan
penyebarannya yang cukup luas, famili tersebut. Selain itu, minyak nabati yang
Poaceae bermanfaat dari segi ekonomi dan terkandung dalam tumbuhan ini dapat diolah
ekologisnya. Dari segi ekonomi, misalnya menjadi bahan bakar pengganti minyak bumi
bambu banyak digunakan sebagai bahan dan bahan bakar fosil. Sementara itu, menurut
bangunan, perkakas rumah tangga, dan bahan Nurasyikin (2019) menyatakan bahwa famili
kerajinan. Sedangkan, dari segi ekologis, Myrtaceae banyak dimanfaatkan sebagai
famili Poaceae bermanfaat untuk membantu tanaman hias dan tanaman peneduh. Buah
mengurangi hempasan air hujan pada yang dihasilkan memiliki kandungan gizi
permukaan tanah dan dalam hal pengawetan yang cukup penting bagi kesehatan.
tanah. Berdasarkan pemaparan tersebut dapat Khususnya, pada tanaman pucuk merah
dipahami bahwa keberadaan famili Arecaceae (Syzygium oleana L.) yang memiliki
dan Poaceae di kampus II UINSU dapat kandungan antosianin yang berperan
menjadi aset berharga untuk dibudidayakan dalam menangkal radikal bebas dalam
secara signifikan bagi tercapainya tubuh.
pemanfaatan tumbuhan tersebut dalam aspek Tjitrosoepomo (2010) menegaskan
ekonomi dan ekologi. bahwa Asteraceae merupakan famili
Tumbuhan yang ditemukan dari kelas tumbuhan yang memiliki daun tunggal
Dicotyledonae terdiri dari 25 ordo dengan tersebar atau berhadapan dan bunga
32 famili. Berdasarkan data pengamatan dalam bongkol kecil dengan daun
tersebut, maka dapat diketahui bahwa spesies pembalut. Famili ini juga memiliki dua
tumbuhan paling banyak ditemukan dari macam bunga yaitu bunga cakram
famili Euphorbiaceae dengan 5 spesies. berbentuk tabung dan bunga tepi
Sedangkan, pada famili Myrtaceae ditemukan berbentuk pita. Tumbuhan ini termasuk ke
4 spesies, famili Asteraceae dan Rubiaceae dalam gulma berdaun lebar dan hidup
ditemukan 3 spesies, famili Apocynaceae dan secara terrestrial. Menurut Simanjuntak
Leguminosae (Fabaceae) ditemukan 2 (2017) famili Asteraceae berkhasiat
spesies, serta famili lainnya yang hanya sebagai tanaman obat karena tumbuhan
ditemukan 1 spesies. tersebut memiliki komponen senyawa
Menurut Prabowo (2019) bioaktif, seperti seskuiterpen, lakton,
Euphorbiaceae merupakan keluarga besar triterpen pentasiklik, alkohol, alkaloid,
tanaman berbunga yang memiliki spesies tanin, polifenol, saponin, dan sterol yang
terbanyak, yaitu sekitar 2000 spesies dapat digunakan untuk bahan pengobatan.
tanaman. Tumbuhan ini tersebar di daerah
Hal serupa juga ditegaskan oleh Sari
tropis, mulai dataran rendah hingga dataran
(2019) yang menyatakan bahwa sejumlah
tinggi. Pesatnya persebaran tumbuhan ini
spesies dari famili Asteraceae banyak
disebabkan karena biji berukuran kecil seperti
diberdayakan oleh masyarakat sebagai
pasir dan berwarna cokelat yang mudah
obat tradisional dengan olahan sebagai
tumbuh dan berkembang di tempat yang
ramuan obat.
sesuai. Salah satu karakteristik famili
Euphorbiaceae ialah kemampuannya untuk
9
Menurut Haris (2019) Rubiaceae sub divisi Gymnospermae ditemukan 1 kelas
tergolong ke dalam famili tumbuhan yang dengan 2 ordo yang berbeda. Sedangkan,
hidup secara kosmopolitan dan telah banyak pada sub divisi Angiospermae, ditemukan
didayagunakan oleh masyarakat sebagai adanya 2 kelas tumbuhan, yaitu kelas
tanaman obat. Riset tentang tumbuhan ini Monocotyledoneae dan Dicotyledoneae.
telah membuktikan bahwa Rubiaceae teruji Pada kelas Monocotyledonae ditemukan 6
secara klinis memberikan efek farmakologis ordo dengan 9 famili dan pada kelas
yang melalui analisis fitokimia yang Dicotyledoneae ditemukan 25 ordo dengan
dikandungnya. Hal yang sama juga 32 famili.
ditegaskan oleh Almukarromah (2019) yang Berdasarkan data yang ditemukan,
menyatakan bahwa famili Rubiaceae maka dapat diketahui bahwa sejumlah
memiliki bunga yang indah dan berkhasiat famili tumbuhan Phanerogamae yang
sebagai tanaman obat, khususnya penawar ditemukan di kampus II UINSU berpotensi
racun dalam tubuh. terhadap pemanfaatannya dalam berbagai
Secara keseluruhan, terdapat varietas aspek, seperti aspek ekonomi, ekologi, dan
tumbuhan tingkat tinggi (Phanerogamae) kesehatan. Hal inilah yang dapat mendorong
yang ditemukan di areal Kampus II UINSU. budidaya tumbuhan tersebut dengan lebih
Adanya keanekaragaman tumbuhan ini mumpuni agar tercipta kawasan Etnobotani
disebabkan oleh faktor kemampuan tumbuhan dan konservasi tumbuhan tingkat tinggi
untuk tumbuh dan berkembang dengan baik secara signifikan. Budidaya tumbuhan
yang didukung dengan faktor abiotik Phanerogamae juga berimplikasi terhadap
lingkungan. Hal ini sejalan dengan Nurlia pengembangan kawasan lingkungan yang asri
(2020) yang menyatakan bahwa penyebaran dan hasil yang diperoleh dari tumbuhan
suatu famili tumbuhan sangat dipengaruhi tersebut dapat dimanfaatkan untuk
oleh jumlah benih, kemampuan penyebaran, mendukung proses pembelajaran Botani dan
dan toleransi berbagai ekologi. Sementara itu, meningkatkan taraf kehidupan.
menurut Zulharman (2017) menyatakan Penelitian ini dimaksudkan untuk
bahwa suatu pola penyebaran tumbuhan akan mengidentifikasi keanekaragaman
mengakibatkan keanekaragaman tumbuhan tumbuhan tingkat tinggi (Phanerogamae)
yang hidup pada suatu lahan tertentu. yang terdapat di Kampus II UINSU. Oleh
Penyebaran ini akan dipengaruhi oleh
karena itu, direkomendasikan kepada
mekanisme lingkungan yang mendorong
peneliti lain untuk mengkaji lebih jauh
munculnya jenis tanaman yang berkedudukan
tentang faktor ekologi lokasi pengamatan
sebagai tumbuhan yang mendominasi dan
yang mempengaruhi keberadaan
tumbuhan minoritas pada suatu areal lahan
tumbuhan tersebut dan pemberdayaan
tertentu. Tumbuhan yang dominan merupakan
tumbuhan yang ditemukan. Hal ini
tumbuhan yang dapat melakukan efisiensi
dimaksudkan agar mengetahui tindak
energi dalam lingkungannya, sehingga dapat
lanjut pemanfaatan tumbuhan tingkat
menggunakan energi secara maksimal sesuai
tinggi di Kampus II UINSU sebagai potensi
dengan kebutuhannya.
botani yang dapat dimanfaatkan yang
didukung dengan faktor ekologi di
PENUTUP
Berdasarkan penelitian yang telah dalamnya.
dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa
tumbuhan tingkat tinggi (Phanerogamae) REFERENSI
Almukarramah, Ibrahim, & Sufriadi.
yang ditemukan di Kampus II UINSU terdiri
(2019). “Tanaman Berkhasiat Obat
dari 2 sub divisi tumbuhan, yaitu
dari Sub Kelas Sympetalae yang
Gymnospermae dan Angiospermae. Pada
1
0
Digunakan Masyarakat”. Jurnal Sains Bengkulu”. Jurnal Biosilampari. 1(2),
dan Aplikasi. 7(1), 18-25. 65-72.
Arisandi, R., Mochamad A. S., & Dharmono. Nurasyikin, Siti M., Umi S., & Heryani.
(2019). “Teknologi Tepat Guna Sirup
(2019). “Keanekaragaman Familia
Buah Pucuk Merah Mudah dan Aman”.
Poaceae Di Kawasan Rawadesa Aktualita: Jurnal Penelitian Sosial dan
Sungai Lumbah, Kabupaten Barito Keagamaan. 9(1), 32-48.
Kuala”. Jurnal Enviro Scienteae. 15(3), Nurlia & Karim, W. (2020). “Analisis
390-396. Vegetasi Tumbuhan Angiospermae di
Destarianti, N., Sulistyani & Yani, E. (2017). Desa Ranga-ranga Kecamatan Masama
“Struktur dan Vegetasi Tumbuhan Kabupaten Banggai”. Edubiotik: Jurnal
Bawah pada Tegakan Pinus di RPH Pendidikan, Biologi, dan Terapan. 5(1),
Kalirajut dan RPH Baturraden 71-80.
Banyumas”. Jurnal Scripta Biologica. Prabowo, P. (2019). “Pengembangan
4(3), 155-160. Perangkat Pembelajaran Berbasis
Hakim, M. Furqon. (2019). Kajian Data Euphorbiaceae Hutan Taman
Persebaran Jenis Tumbuhan Pada Eden 100. Jurnal Biology Education,
Penambangan Bahangalian C di Science & Technology. 2(2), 24-31.
pagerejo dan Candi mulyo kertek Sastria, E. & Novi N. (2018). Buku Ajar
wonosobo. Jurnal Penelitian dan Botani Phanerogamae. Padang: IAIN
Pengabdian Kepada Masyarakat Kerinci Press.
(JPPKM). 6(2); 84-87. Silalahi, M. & Hotmaulina S. (2019).
Haris N.A. & Anifah T. (2019). “Kajian “Keanekaragaman Tumbuhan yang
Etnobotani Famili Rubiaceae Oleh Diperjualbelikan di Nurseri Kranggan,
Masyarakat Kotatarakan dan Bekasi, Jawa Barat. Sainmatika: Jurnal
Potensinya sebagai Sumber Belajar Ilmiah Matematika dan Ilmu
Biologi”. Biopedagogia. 1(1), 75-80. Pengetahuan Alam. 16(2), 98-109.
Hasanuddin. (2006). Tumbuhan Tingkat Simanjuntak, H. A. (2017). “Potensi Famili
Tinggi. Banda Aceh: Universitas Syiah Asteraceae sebagai Obat Tradisional
Kuala Press. di Masyarakat Etnis Simalungun
Hutasuhut, M. A. & Rasyidah. (2018). Kabupaten Simalungun Provinsi
“Inventarisasi Jenis-Jenis Arecaceae di Sumatera Utara”. Biolink: Jurnal
Kawasan Hutan Taman Nasional Biologi Lingkungan, Industri,
Gunung Leuser Desa Telagah Kesehatan. 4(1), 11-18.
Kabupaten Langkat Sumatera Utara”. Suraya, U. (2019). “Inventarisasi dan
Klorofil: Jurnal Ilmu Biologi dan Identifikasi Tumbuhan Air di Danau
Terapan. 2(2), 1-7. Hanjalutung Palangka Raya”. Jurnal
Indrawati, Ambardini, S., & Nyiliantri, H. Ilmiah Pertanian dan Kehutanan. 6(2),
(2018). Identifikasi Jenis Tumbuhan di 149-159.
Lokasi Pertambangan Nikel PT. Cimmi Tjitrosoepomo, Gembong. (2010).
(Cahaya Modern Metal Indonesia) Taksonomi Tumbuhan
Kabupaten Konawe Sulawesi (Spermatophyta). Yogyakarta: Gadjah
Tenggara. BioWallacea: Jurnal Mada University Press.
Penelitian Biologi. 5(2), 857. . (2013). Taksonomi
Mukhoyyaroh, N. I. & Luchman H. (2020). Tumbuhan (Spermatophyta).
“Etnobotani Pemanfaatan Pisang Yogyakarta: Gadjah Mada University
Lokal (Musa sp.) di Desa Srigonco, Press.
Kecamatan Bantur, Kabupaten Triawati, K. (2019). “Dataran Toili Wisata
Malang”. Journal of Tropical Biology. Alam: Seribu Cemara di Pantai
8(1), 43-53. Minahaki”. Jurnal Pariwisata Parama.
Nopiyanti, N. & Linna Fitriyani. (2019). 1(1), 21-30.
“Inventarisasi Jenis-jenis Tumbuhan Ulfa, Syarifah Widya. (2019). Inventarisasi
Famili Euphorbiaceae di Kecamatan Keanekaragaman Tumbuhan Tingkat
Topos Kabupaten Lebongprovinsi Tinggi di Kecamatan Medan Amplas
1
1
Kota Medan Propinsi Sumatera Utara.
Jurnal Biology Education Science and
Technology. 2(1); 15-20.
Wasilah, U., Dian A.G, & Mukhamad S.
(2019). Peran Chaperone pada
Tumbuhan: Mini Review. Jurnal
Biologi Papua. 11(2); 110-115.
Yassir, M. & Meliyana. (2019). “Jenis
Tanaman Obat di Kecamatan
Semadam Kabupaten Aceh Tenggara”.
Jurnal Sains dan Aplikasi. 7(1), 6-12.
Zulharman. (2017). “Analisis Tumbuhan
Asing Invasif (Invasive Species) pada
Kawasan Revitalisasi Hutan, Blok
Argowulan, Taman Nasional Bromo
Tengger Semeru”. Jurnal Natural. 4(1),
78-87.

1
2
Penulis pertama et al., Judul Singkat Artikel/ 3-5 kata pertama (seluruhnya tertulis satu baris)

1
3

Anda mungkin juga menyukai