Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM MIKOLOGI

BUDIDAYA JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae)

Oleh :
Kelompok 5

Rosa Amelia (181810401001)


Dewi Fitriana R (181810401006)
Meita Ayu P (181810401009)
Muhammad Rizki (181810401025)
Holifatus S (181810401027)
Siti Mardiyatul J (191810401090)

JURUSAN BIOLOGI
LABORATORIUM ZOOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS JEMBER

2020
BAB I

Pendahuluan

1.1 latar belakang

Jamur merang (Volvariella volvaceae) merupakan jamur konsumsi yang


telah lama dibudidayakan karena memiliki rasa yang enak serta
memilikiprospek yang cukup baik dari segi nutrisi dan nilai ekonomi. Jamur
merang mengandung protein 52,12%, serat 10,07%, lemak 6,03%, dan
karbohidrat 43,45% (Karnan, 2016). Tingginya nilai gizi jamur merang
tersebut sejalan dengan nilai ekonominya, terbukti dari tingginya permintaan
akan jamur ini di masyarakat. Menurut Biswas (2014), jamur merang
merupakan jamur ke-enam yang paling banyak dibudidayakan di dunia
dengan total produksi sebanyak 180.800 ton setiap tahun, atau sekitar 3%
dari total jamur yang di produksi di seluruh dunia.

Jamur Merang termasuk salah satu komoditas pertanian yang mempunyai


peluang yang sangat bagus untuk dikembangkan. Hingga saat ini sudah
semakin banyak orang mengetahui nilai gizi Jamur Merang dan manfaatnya
bagi kesehatan, sehingga permintaan masyarakat akan Jamur Merang terus
meningkat (Sinaga,2001). Tetapi produksi Jamur Merang untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat selalu kurang dan belum mampu dipenuhi dengan
suplai yang ada. Selain di dalam negeri, kebutuhan Jamur Merang untuk
ekspor juga sangat besar (Alex, 2011). Di balik kurangnya produksi,
budidaya Jamur Merang mudah untuk dilakukan dan mempunyai panen
yang relatif singkat yaitu sekitar satu bulan sampai dengan tiga bulan
sehingga perputaran modal yang ditanam pada usaha ini berlangsung cukup
cepat. Bahan baku yang digunakan untuk produksi Jamur Merang relatif
mudah didapatkan dan pengusahaannya tidak membutuhkan lahan yang
luas. Oleh sebab itu, komoditas Jamur Merang ini dapat memberikan lebih
banyak kesempatan kerja dalam upaya peningkatkan ekonomi masyarakat
(Hagutami, 2001 cit. Mayun, 2007).

Jamur merang merupakan tumbuhan heterotrofik, karena membutuhkan


sumber nutrien dari organisme lain dalam bentuk selulosa, glukosa, lignin
dan unsur hara lain seperti protein dan senyawa pati yang umumnya
diperoleh dari jerami (Riduwan, 2013). Menurut sinaga (2011), jamur
merang dapat tumbuh pada media yang merupakan limbah, seperti limbah
pertanian. Limbah yang digunakan untuk menumbuhkan jamur merang
harus mengandung nutrisi yang dibutuhkan jamur merang terutama selulosa
(Subaryanto, 2011).

1.2 Tujuan:

1. Mencari informasi Tentang tata cara budidaya jamur merang dengan


baik dan benar.
2. Mencari informasi kandungan gizi pada jamur merang.
3. Mencari informasi nilai ekonomi pada jamur merang.

1.3 Manfaat:

1.Memberikan informasi tentang tata cara budidaya jamur merang


dengan baik dan benar.

2.Memberikan informasi kandungan gizi pada jamur merang

3.Memberikan informasi nilai ekonomi pada jamur merang.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Jamur merupakan salah satu makanan pengganti yang dapat


dikonsumsi masyarakat banyak, sebab memiliki kandungan gizi yang
nilainya cukup tinggi. Jamur merang memiliki nama ilmiah volvariella
volvaceae. Jamur ini memiliki vulvo atau cawan. Jamur yang bercawan
basanya merupakan jamur beracun, kecuali jamur merang ini. Jamur ini
sangat disukai di wilayah Asia, dalam hal ini khususnya di negara Indonesia.
Jenis jamur ini di kenal dengan nama daerah yang berbeda-beda contohnya
kulat jupung(Aceh), basi (Bugis), jajaban(Jawa Barat), jamur dami(Jawa
Tengah). Sistematika Jamur Merang (Volvariella volvacea) adalah sebagai
berikut :

Kingdom : Fungi
Divisi : Mycotina
Kelas : Basidiomycetes
Ordo : Agaricales
Family : Agaricaceae
Genus : Volvariella
Species : Volvariella volvacea
(Untung, 2012)
Jamur merang (Volvariella volvacea) memiliki warna putih-coklat.
Jamur merang bisa hidup di berbagai macam media karena jamur merang
memiliki tingkat adaptasi yang tinggi. Jamur merang bisa tumbuh baik di
lokasi yang bersuhu 32-38oC dengan kelembapan 80-90% dan kandungan
oksigen yang cukup. Jamur merang tidak tahan dengan sinar matahari secara
langsung tapi tetap memerlukan cahaya yang tak langsung. Derajat
keasaman jamur merang(pH), yaitu 6,8-7. Jamur merang mengandung
enzim, salah satunya yaitu enzim tripsin yang sangat membantu dalam
pencernaan. Jamur kaya akan kandungan vitamun B-kompleks dan asam
amino esensial yang cukup lengkap. Jamur merang memiliki banyak
manfaat seperti sebagai olahan masakan. Tak hanya sebagai bahan makanan
saja tetapi juga untuk kesehatan dan pengobatan tubuh seperti penyakit
diabetes, kekurangan darah(anemia) dan kanker (Nurhakim, 2018).
Jamur merang merupakan jamur yang memiliki daya adaptasi yang
tinggi. Hal tersebut menyebabkan jamur merak tidak hanya tumbuh pada
media merang saja. Jamur merang juga dapat tumbuh pada media berupa
limbah pertanian yang merupakan sumber sellulosa, seperti pada jerami,
limbah pabrik kertas, tandan kosong kelapa sawit, kompos batang pisang,
kompos bio massa, ampas sagu, dan lain sebagainya (Ulfami, et al., 2018).
Kandungan gizi yang dimiliki oleh jamur merang dalam setiap 100 gram
jamur menghasilkan kandungan nutrisi, yaitu protein 1,8%, lemak 0,3%,
karbohidrat 1248% dari berat kering, kalsium 30 mg, zat besi 0,9 mg, tiamin
(vitamin B) 0,03 mg, riboflavin 0,01 mg, niacin 1,7 mg, vitamin C 1,7 mg,
kalori 24 mg, serta kandungan air 93,3 % (Rahmawati, et al.,2016).
Morfologi jamur merang yaitu memiliki tubuh yang masih muda
berbentuk telur muda, warna cokelat gelap hingga abu-abu, dan dilindungi
selubung. Tubuh buah jamur merang yang telah dewasa membentuk ,
tudung yang menyerupai cawan (volva) berwarna coklat tua keabu-abuan
dengan bagian batang berwarna cokelat muda (Wiardani, 2010: 9). Diameter
tudung berukuran sekitar 5-14 cm berbentuk bukat telur yang kemudian
berbetuk cembung dan pada jamur yang sangat tua terkadang hampir rata,
permukaan jamur kering, berwarna coklat sampai keabu-abuan,kadang
memiliki garis-garis. Bilahnya rapat, bebas, lebar, berwarna putih ketika
muda dan berubah menjadi merah jambu ketika spora masak. Panjang
tangkai jamur merang berukuran 3-8 cm, diameter 5-9 mm, menggembung
di bagian dasar, licin, berwarna putih, dan kuat. Cadar umumnya berupa
membran, membentuk volva menyerupai mangkuk tebal yang terdapat pada
dasar tangkai; volva berwarna putih kekuningan atau coklat, sering kali
bercuping. Jejak spora berwarna merah jambu dengan ukuran spora 7-9 x 5-
6 mikron, menjorong dan licin (Fabelico, 2012).

Gambar 1. Bagian-bagian tubuh jamur merang


(Sinaga, 2005).
Daur hidup jamur merang menurut Suradji (2011:6), jamur merang
rumbuh dari spora (basidiospora) yang kemudian berkecambah membentuk
hifa berupa benang-benang halus. Hifa tersebut akan mengalami
pertumbuhan keseluruh permukaan media dan membentuk miselium berupa
gumpalan kecil seperti simpul benang. Simpul benang tersebut menandakan
bahwa tubuh buah jamur benang sudah mulai terbentuk. Bentuk simpul
tersebut lonjong yang dikenal dengan sebutan stadium kepala jarum
(pinhead) atau primordia. Simpul tersebut akan mengalami perbesaran yang
disebut stadium kancing kecil (small button). Stadium small button akan
terus membesar hingga mencapai stadium kancing (button) dan stadium
telur (egg). Terlihat pada stadium ini tangkai dan tudung jamur merang yang
tertutup selubung universal mulai membesar. Selubung kemudian terkoyak
dan diikuti dengan estadium elongasi. Volva dan tudung (pileus) pada
stadium ini terpisah. Hal tersebut terjadi karena terjadi pemanjangan tangkai
dan menuju stadium terakhir, yaitu stadium dewasa tubuh buah. Tudung
buah akan mekar sempurna pada tahapan stadium dewasa. Jamur merang
dewasa kemudian akan memproduksi basidia dan basidiospora yang
menghasilkan spora untuk melakukan reproduksi dan memulai kehidupan
baru. Tipe perkembangan badan buah seperti ini disebut tipe angiocarpic
(Suharjo, 2010).

Gambar 2. Siklus hidup jamur merang


(Sinaga, 2005)
BAB III
METODELOGI

Penelitian ini merupakan percobaan penanaman jamur merang yang


di dibudidayakan dalam kumbung

Gambar kumbung

Bahan-bahan yang digunakan adalah: jerami padi, kulit buah kopi, daun
pisang kering, serbuk gergaji kayu, alang-akang kering, dedak kapur,pupuk
TSP dan Urea, dan benih jamur. Semua jenis media tumbuh dikomposkan
terlebih dahulu, selanjutnya dicampur dengan dedak, kapur, dan pupuk TSP
dan Urea.

Gambar Pengomposan

Media tumbuh sebelum ditanami jamur merang di Pasteurisasi terlebih


dahulu dengan temperatur berkisar 80oC selama 3jam.
Gambar Alat Pasteurisasi

Penelitian dilaksanakan dengan memakai rancangan Acak Lengkap (CRD)


dengan perlakuan tungal media tumbuh, yang terdiri atas lima macam yaitu:
MJ (media jerami), MK (media kulit buah kopi), MP (media daun pisang
kering), Mg (media serbuk gergaji kayu), dan Ma (media alang-alang).
Masing-masing perlakuan penelitian diulang sebanyak tiga kali. Penanaman
dilakukan pada media tumbuh yang diletakan pada alas kayu yang dipetak-
petak. Alas kayu disusun secara beringkat dalam kubung. Setiap alas kayu
diletakan satu unit perlakuan, sehingga diperlukan lima alas kayu dan dalam
alas kayu ini diletakan ulangan.

Gambar ruang penanaman jamur merang

Penanaman dilakukan sehari setelah pasturisasi. Benih ditaburkan secara


merata pada setiap unit perlakuan.
Gambar Penebaran Bibit Jamur

Temperatur ruangan dijaga pada kisaran 32oC sampai dengan 38oC, dengan
mengalirkan uap panas apabila temperatur menurun atau membuka ventelasi
apabila temperatur meningkat. Kelembab udara dalam ruangan dijaga
sekitar 80% selama pertumbuhan jamur merang dengan mengatur ventelasi.
Panen dilakukan apabila jamur sudah mencapai stadia kancing dengan
ukuran tudung berkisar 3 cm sd 5 cm, atau telah berumur 8 hari sampai
dengan 12 hari setelah tabur benih.

Gambar Panen
BAB IV
KESIMPULAN
Jamur adalah salah satu makanan pengganti yang dapat dikonsumsi
masyarakat banyak, sebab memiliki kandungan gizi yang nilainya cukup
tinggi. Jamur merang (Volvariella volvaceae) merupakan jamur konsumsi
yang telah lama dibudidayakan karena memiliki rasa yang enak serta
memilikiprospek yang cukup baik dari segi nutrisi dan nilai ekonomi. Jamur
merang mengandung protein 52,12%, serat 10,07%, lemak 6,03%, dan
karbohidrat 43,45% Tingginya nilai gizi jamur merang tersebut sejalan
dengan nilai ekonominya, terbukti dari tingginya permintaan akan jamur ini
di masyaraka.t jamur merang merupakan jamur ke-enam yang paling banyak
dibudidayakan di dunia dengan total produksi sebanyak 180.800 ton setiap
tahun, atau sekitar 3% dari total jamur yang di produksi di seluruh dunia.
Banyak orang mengetahui nilai gizi Jamur Merang dan manfaatnya bagi
kesehatan, sehingga permintaan masyarakat akan Jamur Merang terus
meningkat. budidaya Jamur Merang mudah untuk dilakukan dan
mempunyai panen yang relatif singkat yaitu sekitar satu bulan sampai
dengan tiga bulan sehingga perputaran modal yang ditanam pada usaha ini
berlangsung cukup cepat jamur merang dapat tumbuh pada media yang
merupakan limbah, seperti limbah pertanian. Limbah yang digunakan untuk
menumbuhkan jamur merang harus mengandung nutrisi yang dibutuhkan
jamur merang terutama selulosa.
BAB V
DAFTAR PUSTAKA

Fabelico, L.F. 2012. .The Growth, Development, Yield Performance, and


Biological Efficiency of Volvariella Volvacea and Peleurotus
Mushrooms on Various Lignocellulosic Wastes. Graduate School
Journal. Vol 1(1).
Munawar dan Kartika.2013. Produksi dan Kualitas jamur Merang. Jurnal
Agrohorti.5(2) :264-273

Nurhakim, Yusnu Iman.2018.Budi Daya Jamur Merang.jakarta: Bhuana


Ilmu Populer.

Rahmawati, N., Hasanuddin, dan Rosmayati. Budidaya Dan Pengolahan


Jamur Merang (Volvariella volvaceae) Dengan Media Limbah
Jerami. Abdimas Talenta. Vol 1(1):58-63.
Ridwan,Didik, Hariyono. 2017.Pertumbuhan dan hasil jamur merang. Jurnal
penanaman tumbuhan. 1(1) :70-79

Sinaga, M.S. 2005. Jamur Merang dan Budidayanya. Jakarta : Penebar


Swadaya.
Suharjo, E. 2010. Bertanam Jamur Merang di Media Kardus, Limbah
Kapas dan Limbah Pertanian. Jakarta : PT Agro Media Pustaka.
Suradji, M.S., 2011. Budidaya Jamur Merang. Jakarta: Penebar Swadaya.
Ulfami, S., E. Marsudi, dan Azhar. 2018. Studi Komparatif Keuntungan
Budidaya Jamur Merang Pada Media Jerami Dan Media Tandan
Kosong Kelapa Sawit (Studi Kasus Pada Usahatani Beuna Raseuki)
Di Gampong Peujeurat Desa Batoh Banda Aceh. Jurnal Imiah
Mahasiswa Pertanian Unsyiah. Vol 3(3): 66-78.
Untung, Onny. 2012. Jamur Merang. Jakarta: Trubus Swadaya.
Wiardani, I. 2010. Budidaya Jamur Konsumsi. Yogyakarta: Lily Publisher.
Yuditian,Ryan.2016.Budidaya Jamur Merang untuk pemula. Bandung: PT
Pribumimekar

Anda mungkin juga menyukai