Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KELOMPOK

FISIOLOGI TUMBUHAN

ABSORPSI AIR DAN TRANSPIRASI

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK V

GRACE MAIRI SATIAN (H041201028)

NURHIKMAH SABIR (H041201029)

NURUL AMALIA (H041201033)

SAEFUL MUSAWIR (H041201044)

MUHAMMAD RIZAL UDIN (H041201071)

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
A. Absorpsi Air
Air adalah salah satu komponen utama penyusun tubuh tanaman. Air memiliki fungsi-
fungsi pokok seperti, sebagai bahan baku dalam proses fotosintesis, penyusun protoplasma
yang sekaligus memelihara turgor sel, sebagai media dalam proses transpirasi, sebagai pelarut
unsur hara, serta sebagai media translokasi unsur hara, baik di dalam tanah maupun di dalam
jaringan tubuh tanaman. Tanaman memiliki kebutuhan air yang berbeda pada setiap fase
pertumbuhan.
Kapasitas air tersedia perlu ditetapkan agar pemberian air sesuai dengan kebutuhan
tanaman. Pemberian air dengan yang tepat akan menghasilkan pertumbuhan tanaman yang
optimal serta meningkatkan efisiensi pemberian air pada tanaman. Pada tanaman, jika
kekurangan air akan menyebabkan tanaman tersebut menjadi kerdil, dan perkembangannya
menjadi abnormal. Kekurangan yang terjadi terus menerus selama periode pertumbuhan akan
menyebabkan tanaman tersebut menderita dan kemudian mati. Sedang tanda-tanda pertama
yang terlihat ialah layunya daun-daun.

Gambar 1. Contoh tanaman yang kekurangan air


Peristiwa kelayuan ini disebabkan karena penyerapan air tidak dapat mengimbangi
kecepatan penguapan air dari tanaman. Jika proses tranpirasi ini cukup besar dan penyerapan
air tidak dapat mengimbanginya, maka tanaman tersebut akan mengalami kelayuan
sementara (transcient wilting), sedangkan ada pula tanaman yang akan mengalami kelayuan
tetap, yaitu jika keadaan air dalam tanah telah mencapai permanent (wilting percentage).
Tanaman dalam keadaan ini sudah sulit untuk disembuhkan karena sebagaian besar sel-
selnya telah mengalami plasmolisis
Setiap hari tumbuhan membutuhkan berbagai zat penting untuk melakukan proses
metabolisme dalam tubuhnya. Adapun zat-zat yang dibutuhkan oleh tumbuhan antara lain air,
garam mineral, oksigen, dan karbon dioksida yang bisa diperoleh dari luar tubuh tumbuhan.
Melalui daun, tumbuhan dapat memperoleh oksigen dan karbon dioksida. Sedangkan melalui
ujung akar dan buluh-buluh akar, air dan garam mineral diserap tumbuhan ke dalam
tubuhnya. Penyerapan dan pengangkutan zat ini dilakukan oleh jaringan pengangkut yang
melewati berkas pembuluh. Dalam kehidupan sehari-hari terjadi banyak hal yang berkaitan
dengan tumbuhan dan air kususnya utuk penyerapan yang dilakukan melalui akar. Meskipun
pada kenyataannya daun dan batang juga memiliki pengaruh yang cukup penting dalam
proses penyerapan air . Proses penyerapan air dan mineral dari dalam tanah oleh tumbuhan
berawal dari air di dalam tanah yang kemudian akan diserap oleh rambut akar. Air mengalir
karena ada perbedaan kepekatan (konsentrasi) cairan di antara sel. Air tanah mempunyai
kepekatan larutan yang lebih encer dibandingkan dengan cairan sel sehingga air tanah dapat
masuk ke rambut akar terjadi (difusi).
Masuknya air dari tanah ke dalam sel-sel akar dilakukan dengan jalan difusi osmosis
dan imbibisi. Berdasarkan hukum yang berlaku juga untuk zat cair dan sekalipun zat padat.
Air berdifusi dari suatu larutan yang encer ke suatu larutan yang lebih pekat, atau dengan kata
lain air berdifusi dari daerah yang devisit tekanan difusinya kecil ke daerah yang defisit
tekanan difusinya besar. Keadaan semacam dapat diamati dalam larutan tanah, pada
umumnya larutan tanah merupakan larutan yang konsentrasinya jauh lebih rendah daripada
konsentrasi larutan yang ada dalam sel-sel akar.
Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai osmosis sel-sel suatu tanaman itu
mengalami perubahan sesuai dengan keadaan air di dalam tanah. Pada umumnya terdapat
hubungan timbal balik seperti ini. Jika tanah cukup mengandung air maka nilai osmosis sel-
sel suatu tanaman tidak demikian tingginya dibandingkan jika tanah kekurangan air. Jadi
cukup air di dalam tanah menurunkan nilai osmosis, sedangkan kurang air menaikkan nilai
osmosis sel-sel suatu tanaman, bahkan nilai osmosis suatu sel pada siang hari itu berbeda
dengan nilai osmosis pada malam hari. Hal ini sesuai dengan keadaan air pada siang hari dan
pada malam hari. Dengan masuknya air dari tanah kedalam sel-sel akar tentulah terbawa juga
ion-ion yang terdapat di dalam tanah, karena larutan tanah memang mengandung ion-ion.
Pemasukan ion-ion dari tanah kedalam akar itu dipengaruhi oleh suatu hal yang disebut
antagonisme ion yang artinya, bahwa pemasukan ion yang satu mempengaruhi, bahkan
kadang-kadang menentang pemasukkan-pemasukkan ion jenis lain. Misalkan ion-ion Ca²+
meniadakan ion-ion Na+ terhadap kegiatan masuk keluarnya zat tertentu. Konsentrasi ion-ion
Na+ yang agak tinggi menghambat peresapan ion-ion K+ atau ion-ion Ca²+ .
1. Mekanisme Penyerapan
Air merupakan sumber kehidupan bagi seluruh makhluk hidup. Air mempunyai
peranan sangat penting karena air merupakan bahan pelarut bagi kebanyakan reaksi dalam
tubuh makhluk hidup. Air juga digunakan sebagai medium enzimatis. Organ yang menyerap
air
a. Akar = organ tanaman yang aktif menyerap air
b. Rambut akar paling cepat menyerap air, jumlahnya sedikit, jumlah air yang
diserap sedikit
c. Sel gabus lambat dalam menyerap air, jumlahnya banyak, air yang diserap
banyak.
Mekanisme Penyerapan Air Ada 2 yaitu penyerapan aktif dan pasif:
a. Aktif: aktif osmotik dan aktif non osmotik. Absorbsi aktif harus dibedakan dari
transpor aktif seyawa-senyawa yang terlarut melalui membran. Absorpsi aktif
terjadi jika kelembaban tanah itu tinggi dan tumbuhan melangsungkan transpirasi
yang rendah. Dalam kondisi ini, absorbsi air dinyatakan akibat osmosis, walaupun
mekanisme lain mungkin ikut terlibat. Gerakan air kedalam tergantung pada
konsentrasi solut yang lebih tinggi di dalam pembuluh xilem yang mati
dibandingkan dengan yang ada dalam larutan tanah. Gerakan tersebut dikenal
sebagai absorbsi aktif karena bergantung pada kandungan solut dan ketetapan
(permeabilitas) sel-sel akar hidup
b. Pasif: tarikan transpirasi (penggeraknya transpirasi). Bila gerakan air ke dalam
tumbuhan yang mempunyai laju transpirasi yang tinggi, menyangkut perbedaan
tekanan di dalam dan di luar tumbuhan, maka kondisi ini dinamakan absorbsi
pasif karena gaya penyebabnya timbul pada puncak tumbuhan bukan dalam akar.
Absorbsi pasif bergantung pada tarikan transpirasi. Ditinjau dari volume air yang
diabsorbsi, absorbsi pasif jauh lebih penting daripada absorbsi aktif, dan boleh
jadi mencakup sekitar 98 % dari jumlah gerakan air ke dalam akar. Bila tumbuhan
mengalami transpirasi yang tinggi, pengambilan air berlangsung melalui absorbsi
pasif. Pada konsisi tersebut, absorbsi aktif tidak berfungsi karena gerakan air yang
cepat melalui akar akan menghanyutkan solut yang menentukan dalam absorbsi
aktif.

2. Perbandingan Peranan
Penyerapan secara pasif lebih penting dibanding aktif, alasannya: penyerapan aktif
mempunyai banyak kelemahan yaitu :
a. Pada beberapa jenis tanaman (gymnospermae) tekanan akar yang merupakan
pendukung penyerapan aktif tidak terjadi
b. Tekanan akar juga tidak terjadi pada tanaman yang transpirasinya berlangsung
cepat
c. Air eksudasi yang keluar dari ujung batang yang dipotong tajuknya (murni hasil
penyerapan aktif) hanya 5% dari total transpirasi
d. Tanaman yang utuh menyerap air lebih banyak daripada yang dipotong tajuknya
e. Tumbuhan hidrofit yang tubuhnya tenggelam, menyerap air dari seluruh tubuhnya

3. Jalur Penyerapan Air


Air dan mineral yang terlarut di dalam tanah masuk ke dalam sel rambut secara
osmosis. Setelah rambut akar menyerap air, maka cairan pada sel rambut akar menjadi
kurang pekat jika dibandingkan dengan cairan pada sel korteks. Hal ini membuat air dari sel
rambut akar dapat mengalir ke dalam sel pada korteks secara osmosis. Air kemudian
mengalir ke endoddermis dengan cara yang osmosis hingga mencapai pembuluh kayu
(xylem). Proses pengangkutan air dari rambut akar menuju ke pembuluh xylem dinamakan
pengangkutan ekstravasikuler (pengangkutan di luar pembuluh angkut). Proses penyerapan
air menyebabkan akar menekankan air hingga air masuk ke dalam pembuluh xylem, dalam
pembuluh ini air diangkut menuju ke batang daun yang letaknya lebih tinggi. Saat air masuk
ke dalam sel, akan terjadi tekanan pada dinding sel, sehingga sel akan merenggang. Hal ini
menyebabkan adanya tekanan hidrostatis untuk melawan aliran air tersebut.

4. Faktor yang mempengaruhi penyerapan


Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi penyerapan air pada tumbuhan dan
faktor tersebut terbagi menjadi 2 yaitu faktor dalam dan faktor luar.
1) Faktor dalam (disebut juga faktor tumbuhan) yaitu:
a) Kecepatan Transpirasi
Penyerapan air hampir setara dengan transpirasi (penguapan lewat daun)
bila penyediaan air tanah cukup. Hal itu terjadi karena adanya transpirasi
yang menyebabkan terbentuknya daya isap daun sebagai akibat kohesi
yang diteruskan lewat sistem hidrostatik pada xilem. Kecepatan transpirasi
antara lain ditentukan oleh banyaknya stomata dan keadaan permukaan
daun.
b) Sistem Perakaran
Berbagai tumbuhan menunjukan perakaran yang berbeda, baik pada
pertumbuhan maupun kemampuannya menembus tanah. Karena
penyerapan berlangsung di bulu akar yang terjadi akibat percabangan akar,
yang menentukan penyerapan. Tumbuhan yang mempunyai akar dengan
percabangan banyak tetapi hanya meliputi daerah perakaran yang sempit
disebut mempunyai perakaran intensif. Sebaliknya yang akarnya sedikit
tetapi tumbuh memanjang dan masuk jauh kedalam tanah disebut
perakaran ekstensif.
c) Pertumbuan Pucuk
Bila bagian pucuk tumbuh baik, akan memerlukan banyak air sehingga
menyebabkan daya serap bertambah.
d) Metabolisme
Karena penyerapan memerlukan tenaga metabolisme, maka kecepatan
metabolisme terutama respirasi akan menentukan besarnya penyerapan.
Metabolisme yang baik juga memungkinkan pertumbuhan akar yang lebih
baik, sehingga semakin banyak cabang akar/ bulu akar yang terbentuk.
2) Faktor luar yaitu:
a) Ketersediaan air tanah
Tumbuhan dapat menyerap air tanah bila kandungan air tanah terletak
antara kapasitas lapang dan titik layu tetap. Bila air berada pada keadaan
diatas kapasitas lapang, penyerapan akan terhambat karena akar berada
dalam lingkungan anaerob.
b) Konsentrasi atau potensial osmotik air tanah
Karena dalam air tanah terlarut berbagai ion dan molekul maka potensial
osmotiknya berubah bila yang larut berkurang atau bertambah. Bila ion
atau molekul yang larut terlalu banyak sehingga potensial osmotiknya
terlalu tinggi, sel tidak akan mampu menyerap, atau perlu menggunakan
energi yang lebih besar. Tumbuhan halofit mampu menyerap air dari
larutan dengan potensial osmotik yang lebih besar dari tumbuhan mesofit.
c) Temperatur tanah
Temperatur tanah berpengaruh terhadap penyerapan melalu berbagai cara,
yaitu bila temperatur rendah, air menjadi lebih kental sehingga lebih sukar
bergerak, permeabilitas plasma berkurang dan pertumbuhan akar
terhambat.
d) Aerasi
Aerasi yang tidak baik menghambat metabolisme dan pertumbuhan akar.
Kurangnya oksigen akan menghambat respirasi aerob sehingga energi
untuk penyerapan berkurang. Bila respirasi anaerob terjadi, hasil akhir
berupa alkohol yang dapat melarutkan lipoprotein membran plasma
sehingga akar busuk. Aerasi yang jelek juga menyebabkan kadar CO2 naik
dan permeabilitas akar terhadap air berkurang.

5. Pengangkutan air
Pengangkutan air adalah suatu proses pergerakan air melewati pembuluh xilem dari
sistem perakaran ke bagian tajuk tanaman, khususnya daun. Ada beberapa teori yang
dikenal: teori vital, teori tekanan akar, dan teori kekuatan fisika.
a. Teori kekuatan fisika: teori tarikan transpirasi, tekanan kohesi, teori kapiler, teori
tekanan atmosfer.
b. Teori vital: Air dapat diangkut ke daun karena adanya pompa yang menghisap dan
mendorong air naik ke daun Teori ini dibantah, dan tidak berlaku lagi.
c. Teori Tekanan Akar: Air dari akar dapat diangkut ke daun karena adanya tekanan
dari akar Tekanan akar maksimum 2 atm, hanya mampu menaikkan air sampai
ketinggian 21 m).

6. Pergerakan Air dalam Sel Tanaman


a. Difusi
Difusi adalah peristiwa mengalirnya/berpindahnya suatu zat dalam pelarut dari bagian
berkonsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah. Perbedaan konsentrasi yang ada
pada dua larutan disebut gradien konsentrasi. Difusi akan terus terjadi hingga seluruh partikel
tersebar luas secara merata atau mencapai keadaan kesetimbangan dimana perpindahan
molekul tetap terjadi walaupun tidak ada perbedaan konsentrasi. Contoh yang sederhana
adalah pemberian gula pada cairan teh tawar. Lambat laun cairan menjadi manis. Contoh lain
adalah uap air dari cerek yang berdifusi dalam udara.Difusi yang paling sering terjadi adalah
difusi molekuler. Difusi ini terjadi jika terbentuk perpindahan dari sebuah lapisan (layer)
molekul yang diam dari solid atau fluida. Ada beberapa faktor yang memengaruhi kecepatan
difusi, yaitu:

1) Ukuran partikel. Semakin kecil ukuran partikel, semakin cepat partikel itu akan
bergerak, sehingga kecepatan difusi semakin tinggi.
2) Ketebalan membran. Semakin tebal membran, semakin lambat kecepatan difusi.
3) Luas suatu area. Semakin besar luas area, semakin cepat kecepatan difusinya.
4) Jarak. Semakin besar jarak antara dua konsentrasi, semakin lambat kecepatan
difusinya.
5) Suhu. Semakin tinggi suhu, partikel mendapatkan energi untuk bergerak dengan
lebih cepat. Maka, semakin cepat pula kecepatan difusinya.
b. Aliran Massa
Aliran massa adalah gerakan unsur hara di dalam tanah menuju permukaan akar tanaman
bersama-sama gerakan massa air. Aliran massa pada tanah disebut juga konveksi, meliputi
pergerakan dalam fase larutan maupun gas. Gerakan massa air di dalam tanah menuju
permukaan akar tanaman berlangsung secara terus menerus karena diserap oleh akar dan
menguap melalui transpirasi. Aliran massa merupakan proses penyediaan hara yang
terpenting bagi unsur-unsur N (98,8%), Ca (71,,4%), S (95,0%), dan Mo (95,2%). Aliran
massa adalah ion dan bahan lain yang larut berpindah bersama aliran larutan air ke akar
tanaman akibat transpirasi tanaman. Transpirasi menggerakkan perpindahan air dan
melarutkan nutrisi melalui tanah ke akar dengan aliran massa. Berarti dapat dikatakan pula
bahwa aliran massa berperan dalam perpindahan bahan-bahan organik yang dimanfaatkan
oleh tumbuhan. Seperti halnya dengan unsur hara N, hara Ca, dan Mg diserap oleh tanaman
melalui mekanisme aliran massa. Telah disebutkan sebelumnya bahwa aliran massa memiliki
keterkaitan dengan peristiwa transpirasi. Tujuan dari proses transpirasi itu sendiri adalah
sebagai mekanisme pemenuh kebutuhan air dan ion-ion oleh tumbuhan. Pada saat tumbuhan
melakukan transpirasi, maka tumbuhan menyalurkan air dan ion-ion yang terkandung dari
bagian bawah tumbuhan ke bagian atas tumbuhan sampai ke pucuk (daun), untuk kemudian
air diuapkan/dikeluarkan ke udara melalui daun dan hara ditransport ke seluruh bagian
tumbuhan. Dari penjelasan tersebut dapat diartikan bahwa banyak sedikitnya hara yang
didapatkan oleh tumbuhan memiliki ketergantungan dengan besar kecilnya transpirasi.
Kecilnya laju transpirasi dapat disebabka oleh beberapa faktor, salah satunya adalah
sedikitnya persediaan air tanah atau terlalu tingginya suhu lingkungan yang mengakibatkan
tertutupnya stomata untuk mengurangi penguapan. Bahwa rendahnya serapan unsur hara
pada kadar air tanah tersedia rendah terjadi karena laju aliran massa menurun sebagai akibat
menutupnya stomata.
c. Osmosis
Osmosis adalah perpindahan air melalui membran permeabel selektif dari bagian yang
lebih encer ke bagian yang lebih pekat. Membran semipermeabel harus dapat ditembus oleh
pelarut, tapi tidak oleh zat terlarut, yang mengakibatkan gradien tekanan sepanjang membran.
Osmosis merupakan suatu fenomena alami, tapi dapat dihambat secara buatan dengan
meningkatkan tekanan pada bagian dengan konsentrasi pekat menjadi melebihi bagian
dengan konsentrasi yang lebih encer. Gaya per unit luas yang dibutuhkan untuk mencegah
mengalirnya pelarut melalui membran permeabel selektif dan masuk ke larutan dengan
konsentrasi yang lebih pekat sebanding dengan tekanan turgor. Tekanan osmotik merupakan
sifat koligatif, yang berarti bahwa sifat ini bergantung pada konsentrasi zat terlarut, dan
bukan pada sifat zat terlarut itu sendiri. Osmosis adalah suatu topik yang penting dalam
biologi karena fenomena ini dapat menjelaskan mengapa air dapat ditransportasikan ke dalam
dan ke luar sel.

B. Transpirasi
Transpirasi dapat diartikan sebagai proses kehilangan air dalam bentuk uap dari
jaringan tumbuhan melalui stomata. Kemungkinan kehilangan air dari jaringan tanaman
melalui bagian tanaman yang lain dapat saja terjadi, tetapi porsi kehilangna tersebut sangat
kecil dibanding dengan yang hilang melalui stomata. Oleh sebab itu, dalam perhitungan
besarnya jumlah air yang hilang dari jaringan tanaman umumnya difokuskan pada air yang
hilang melalui stomata. Transpirasi merupakan bagian dari siklus air, dan itu adalah
hilangnya uap air dari bagian tanaman (mirip dengan berkeringat), terutama pada daun tetapi
juga di batang, bunga dan akar. Permukaan daun yang dihiasi dengan bukaan yang secara
kolektif disebut stomata, dan dalam kebanyakan tanaman mereka lebih banyak pada sisi
bawah dedaunan. Transpirasi juga dapat mendinginkan tanaman dan memungkinkan aliran
massa nutrisi mineral dan air dari akar ke tunas. Aliran massa air dari akar ke daun
disebabkan oleh penurunan hidrostatik (air) tekanan di bagian atas dari tumbuhan karena
difusi air dari stomata ke atmosfer. Air diserap pada akar dengan osmosis, dan semua nutrisi
mineral dilarutkan perjalanan dengan melalui xilem.
Tingkat transpirasi secara langsung berkaitan dengan partikel penguapan air dari
permukaan tanaman, terutama dari bukaan permukaan, atau stomates, pada daun. Stomata
untuk sebagian besar kehilangan air oleh tanaman, tetapi beberapa penguapan langsung juga
terjadi melalui permukaan sel-sel epidermis daun. Transpirasi dalam tanaman atau
terlepasnya air melalui stomata dapat melalui kutikula walaupun hanya 5-10% dari jumlah air
yang ditranspirasikan di daerah beriklim sedang. Air sebagian besar menguap melalui
stomata,sehingga jumlah dan bentuk stomata sangat mempengaruhi laju transpirasi. Hanya 1-
2% dari seluruh air yang ada dalam tubuh tumbuhan digunakan dalam fotosintesis atau
dalam kegiatan metabolik sel-sel daunnya. Sisanya menguap dari daun dalam proses
transpirasi. Bila stomata terbuka, uap air ke luar dari daun. Jika daun itu harus terus berfungsi
dengan baik maka air segar harus disediakan kepada daun untuk menggantikan yang hilang
pada waktu transpirasi.
Gambar 2. Transpirasi Tumbuhan

Proses transpirasi akan menyebabkan potensial air lebih rendah dibandingkan batang
ataupun akar. Akibatnya, daun seolah-olah menghisap air dari akar. Untuk menguapkan air,
tumbuhan butuh energi baru atau berubah energi menjadi panas. Dengan demikian,
transpirasi menimbulkan pengaruh pendinginan pada daun. Kebutuhan panas untuk
menguapkan air berasal dari sinar matahari yang disalurkan melalui cahaya langsung, radiasi
dan konveksi. Air merupakan bagian terbesar dari jaringan tumbuhan, semua proses tumbuh
dan berkembang terjadi karena adanya air.
Ada tiga jenis transpirasi, yaitu :
1. Transpirasi Kutikula.
Adalah evaporasi air yang tejadi secara langsung melalui kutikula epidermis.
Kutikula daun secara relatif tidak tembus air, dan pada sebagian besar jenis tumbuhan
transpirasi kutikula hanya sebesar 10%. Oleh karena itu, sebagian besar air yang
hilang terjadi melaui stomata.
2. Transpirasi Stomata
Sel-sel mesofil daun tidak tersusun rapat, tetapi diantara sel-sel tersebut
terdapat ruang-ruang udara yang dikelilingi oleh dinding-dinding sel mesofil yang
jenuh air. Air menguap dari dinding-dinding basah ini ke ruang-ruang antar sel, dan
uap air kemudian berdifusi melalui stomata dari ruang-ruang antar sel ke athmosfer di
luar. Sehingga dalam kondisi normal evaporasi membuat ruang-ruang itu selali jenuh
uap air. Asalkan stomata terbuka, difusi uap air ke atmosfer pasti terjadi kecuali bila
atmosfer itu sendiri sama-sama lembab.
Gambar 3. Transpirasi pada stomata

3. Transpirasi Lentisel
Yaitu pada daerah kulit kayu yang berisi sel-sel. Uap air yang hilang melalui
jaringan ini adalah 0,1%.

1. Faktor yang Mempengaruhi Transpirasi


a. Faktor dalam adalah:
1) Penutupan Stomata
Sebagian besar transpirasi terjadi melalui stomata karena kutikula secara relatif
tidak tembus air, dan hanya sedikit transpirasi yang terjadi apabila stomata
tertutup. Jika stomata terbuka lebih lebar, lebih banyak pula kehilangan air tetapi
peningkatan kehilangan air ini lebih sedikit untuk mesing-mesing satuan
penambahan lebar stomata Faktor utama yang mempengaruhi pembukaan dan
penutupan stomata dalam kondisi lapangan ialah tingkat cahaya dan kelembapan.
2) Jumlah dan Ukuran Stomata
Jumlah dan ukuran stomata, dipengaruhi oleh genotipe dan lingkungan
mempunyai pengaruh yang lebih sedikit terhadap transpirasi total daripada
pembukaan dan penutupan stomata.
3) Jumlah Daun
Makin luas daerah permukaan daun, makin besar transpirasi. Penggulungan atau
pelipatan daun : Banyak tanaman mempunyai mekanisme dalam daun yang
menguntungkan pengurangan transpirasi apabila persediaan air terbatas.
4) Kedalaman dan Proliferasi Akar
Ketersedian dan pengambilan kelembapan tanah oleh tanaman budidaya sangat
tergantung pada kedalaman dan proliferasi akar. Perakaran yang lebih dalam
meningkatkan ketersediaan air, dari proliferasi akar (akar per satuan volume
tanah ) meningkatkan pengambilan air dari suatu satuan volume tanah sebelum
terjadi pelayuan permanen.
b. Faktor luar adalah:
1) Sinar Matahari
Seperti yang telah dibicarakan didepan, maka sinar menyebabkan membukanya
stoma dan gelap menyebabkan tertutupnya stoma, jadi banyak sinar berarti juga
mempergiat transpirasi. Karena sinar itu juga mengandung panas (terutama sinar
infra-merah), maka banyak sinar berarti juga menambah panas, dengan demikian
menaikkan tempratur. Kenaikan tempratur sampai pada suatu batas yang tertentu
menyebabkan melebarnya stoma dan dengan demikian memperbesar transpirasi.
2) Temperatur
Merupakan faktor lingkungan yang terpenting yang mempengaruhi transpirasi
daun yang ada dalam keadaan turgor. Suhu daun di dalam naungan kurang lebih
sama dengan suhu udara, tetapi daun yang kena sinar matahari mempunyai suhu
10o -20o F lebih tinggi daripada suhu udara. Pengaruh tempratur terhadap
transpirasi daun dapat pula ditinjau dari sudut lain, yaitu didalam hubungannya
dengan tekanan uap air di dalam daun dan tekanan uap air di luar daun. Kenaikan
tempratur menambah tekanan uap di dalam daun. Kenaikan tempratur itu sudah
barang tentu juga menambah tekanan uap di luar daun, akan tetapi berhubung
udara di luar daun itu tidak di dalam ruang yang terbatas, maka tekanan uap tiada
akan setinggi tekanan uap yang terkurung didalam daun. Akibat dari pada
perbedaan tekanan ini, maka uap air akan mudah berdifusi dari dalam daun ke
udara bebas.
3) Kebasahan udara (Kelembaban udara)
Pada hari cerah udara tidak banyak mengandung uap air. Di dalam keadaan yang
demikian itu, tekanan uap di dalam daun jauh lebih lebih tinggi dari pada tekanan
uap di luar daun, atau dengan kata lain, ruang di dalam daun itu lebih kenyang
akan uap air daripada udara di luar daun, jadi molekul-molekul air berdifusi dari
konsentrasi tinggi (di dalam daun) ke konsentrasi yang rendah (di luar daun.
Kesimpulannya ialah, udara yang basah menghambat transpirasi, sedang udara
kering melancarkan transpirasi. Pada kondisi alamiah, udara selalu mengandung
uap air, biasanya dengan konsentrasi antara 1 sampai 3 persen. Sebagian dari
molekul air tersebut bergerak ke dalam daun melalui stomata dengan proses
kebalika transpirasi. Laju gerak masuknya molekul uap air tersebut berbanding
dengan konsentrasi uap air udara, yaitu kelembaban. Gerakan uap air dari udara
ke dalam daun akan menurunkan laju neto dari air yang hilang. Dengan demikian,
seandainya faktor lain itu sama, transpirasi akan menurun dengan meningkatnya
kelembaban udara.
4) Angin
Pada umumnya angin yang sedang, menambah kegiatan transpirasi. Karena angin
membawa pindah uap air yang bertimbun-timbun dekat stoma. Dengan demikian,
maka uap yang masih ada di dalam daun kemudian mendapat kesempatan untuk
difusi ke luar . Angin mempunyai pengaruh ganda yang cenderung saling
bertentangan terhadap laju transpirasi. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa
angin cenderung untuk meningkatkan laju transpirasi, baik di dalam naungan atau
cahaya, melalui penyapuan uap air. Akan tetapi, di bawah sinar matahari,
pengaruh angin terhadap penurunan suhu daun, dengan demikian terhadap
penurunan laju transpirasi, cenderung lebih penting daripada pengaruhnya
terhadap penyingkiran uap air.
5) Keadaan air Dalam Tanah
Air di dalam tanah ialah satu-satunya suber yang pokok, dari mana akar-akar
tanaman mendapatkan air yang dibutuhkannya. Absorpsi air lewat bagian-bagian
lain yang ada di atas tanah seperti batang dan daun juga ada, akan tetapi
pemasukan air lewat bagian-bagian itu tiada seberapa kalau dibanding dengan
penyerapan air melalui akar. Tersedianya air dalam tanah adalah faktor
lingkungan lain yang mempengaruhi laju transpirasi. Bila kondisi air tanah
sedemikian sehingga penyediaan air ke sel-sel mesofil terhambat, penurunan laju
transpirasi akan segera tampak Laju transpirasi dapat dipengaruhi oleh
kandungan air tanah dan laju absorbsi air dari akar. Pada siang hari, biasanya air
ditranspirasikan dengan laju yang lebih cepat daripada penyerapannya dari tanah.
Hal tersebut menimbulkan defisit air dalam daun. Pada malam hari akan terjadi
kondisi yang sebaliknya, karena suhu udara dan suhu daun lebih rendah. Jika
kandungan air tanah menurun, sebagai akibat penyerapan oleh akar, gerakan air
melalui tanah ke dalam akar menjadi lebih lambat.

2. Mekanisme Transpirasi
Gambar 4. Mekanisme transpirasi

Transpirasi dimulai dengan penguapan air oleh sel sel mesofil ke rongga antar sel
yang ada dalam daun. Dalam hal ini rongga antar sel jaringan bunga karang merupakan
rongga yang besar, sehingga dapat menampung uap air dalam jumlah banyak. Penguapan air
ke rongga antar sel akan terus berlangsung selama rongga antar sel belum jenuh dengan uap
air. Sel-sel yang menguapkan airnya ke rongga antar sel, tentu akan mengalami kekurangan
air sehingga potensial airnya menurun.
Kekurangan ini akan diisi oleh air yang berasal dari xilem tulang daun, yang
selanjutnya tulang daun akan menerima air dari batang dan batang menerima dari akar dan
seterusnya. Uap air yang terkumpul dalam ronga antara sel akan tetap berada dalam rongga
antar sel tersebut, selama stomata pada epidermis daun tidak membuka. Apabila stomata
membuka, maka akan ada penghubung antara rongga antar sel dengan atmosfer kalau tekanan
uap air di atmosfer lebih rendah dari rongga antar sel maka uap air dari rongga antar sel akan
keluar ke atmosfer dan prosesnya disebut transpirasi. Jadi syarat utama untuk berlangsungnya
transpirasi adalah adanya penguapan air didalam daun dan terbukanya stomata.

Gambar 4. Membuka dan menutupnya stomata


Stomata merupakan bagian penting dari daun, khususnya adalah sel epidermis daun.
Stomata merupakan modifikasi dari sel epidermis daun berupa sepasang (dua buah) sel
penjaga yang bisa menimbulkan celah (lubang) sehingga uap air dan gas dapat dipertukarkan
antara bagian dalam dari stomata dengan lingkungan luarnya. Sel penjaga memiliki bentuk
yang berbeda dari sel-sel epidermis lainnya, yaitu bentuknya lebih kecil dan agak
memanjang. Umumnya sel penjaga memiliki bentuk seperti halter disertai dengan sepasang
sel subsider), bentuk sel penjaga seperti ini terjadi pada rumput-rumputan. Bentuk lainnya
adalah seperti sepasang ginjal. Bentuk ini biasanya tidak disertai dengan sel subsider. Kedua
jenis sel penjaga tersebut biasanya memiliki penebalan dinding sel yang berbeda antara di
bagian ujung dan tengahnya karena adanya benang mikrofibril dari selulosa. Bentuk yang
khusus inilah yang mendukung fungsi dari stomata yang bisa membuka dan menutup.

Gambar 5. Stomata

3. Kegunaan Dan Kerugian Transpirasi


a. Kegunaan Transpirasi
Pada tanaman, transpirasi itu pada hakekatnya suatu penguapan air yang baru yang
membawa garam-garam mineral dari dalam tanah. Transpirasi juga bermanfaat di
dalam hubungan penggunaan sinar (panas) matahari. Kenaikan temperatur yang
membahayakan dapat dicegah karena sebagia dari sinar matahari yang memancar itu
digunakan untuk penguapan air. Mempercepat laju pengangkutan unsur hara melalui
pembulih xilem, membuang kelebihan air, menjaga turgiditas sel tumbuhan agar
tetap pada kondisi optimal, mengatur bukaan stomata, dan sebagai salah satu cara
untuk menjaga stabilitas suhu daun. pengangkutan unsur hara tetap dapat
berlangsung jika transpirasi tidak terjadi. Akan tetapi, laju pengangkutan terbukti
akan berlangsung lebih cepat jika transpirasi berlangsung secara optimum.
Transpirasi jelas merupakan suatu proses pendinginan, pada siang hari radiasi
matahari yang diserap daun akan meningkatkan suhu daun. Jika transpirasi
berlangsung maka peningkatan suhu daun ini dapat dihindari.
b. Kerugian Transpirasi
Transpirasi dapat membahayakan tanaman jika lengas tanah terbatas,
penyerapanair tidak mampu mengimbangi laju transpirasi, tanaman layu, layu
permanent, mati, hasil tanaman menurun. Sering terjadi di daerah kering, perlu
irigasi.
DAFTAR PUSTAKA

Binsasi, R., Sancayaningsih, R. P., dan Murti, S.H. 2016. Evaporasi dan Transpirasi Tiga
Spesies Dominan dalam Konservasi Air di Daerah Tangkapan Air (DTA) Mata Air
Geger Kabupaten Bantul Yogyakarta. Jurnal Pendidikan Biologi. 1(3): 32-58.

Hakim, M. F., Setiari, N., dan Izzati, M. 2017. Kapasitas Penyerapan dan Penyimpanan Air
pada Berbagai Ukuran Gel dari Tepung Karaginan untuk Pembuatan Media Tanam
Jeloponik. Jurnal Teknologi. 1(1): 129-137.

Kurniawan, D., Hanum, C., dan Siregar, Lutfi. 2017. Morfosiologi Akar Melalui Interval
Penyiraman, Pemberian Mikoriza dan Modifikasi Media Tanam Pada Pembibitan
Kakao. Jurnal Pertanian Tropik. 4(3): 209-218.

Marsha, N. A., dan Sumarni, T. 2014. Pengaruh Frekuensi dan Volume Pemberian Air Pada
Pertumbuhan Tanaman Crotalaria mucronata Desv. Jurnal Produksi Tanaman. 2(8):
673-678.

Setiawati, T., dan Syamsi, I. F. 2019. Karakteristik Stomata Berdasarkan Estimasi Waktu dan
Perbedaan Intensitas Cahaya Pada Daun Hibiscus tiliaceus Linn. Di Pangandaran,
Jawa Barat. Jurnal Pro-Live. 6(2): 148-159.

Anda mungkin juga menyukai