Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI TANAMAN
“DORMANSI DAN PERKECAMBAHAN BIJI”
“Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Fisiologi Tanaman”

Disusun oleh:

Nama : Aji Lilo Nugroho

NIM : 4442230048

Kelas : I-B

Kelompok : 2 (Dua)

JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur selalu penyusun panjatkan dan hanturkan kepada Tuhan Yang
Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penyusun
mampu menyelesaikan laporan praktikum ini.
Terima kasih penulis ucapkan kepada kepada Dr. IrRusmana, M.P.;
Zahratul Millah, S.P., M.Si.; Kirana Nugrahayu Lizansari, S.P., M.Si selaku dosen
pengampu mata kuliah Fisiologi Tanaman, terima kasih kepada saudari Sutarsih
selaku asisten pada praktikum kali ini. Tidak lupa juga terima kasih kepada teman
teman semua serta tidak lupa juga kepada kedua orang tua yang selalu memberi
support kepaa penulis sehingga dapat menyelesaikan laporan praktikum ini
dengan baik dan benar.
Dalam laporan ini penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna, maka dari itu penulis mohon kritik dan
saran yang membangun agar laporan praktikum ini dapat lebih disempurnakan.
Akhir kata semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, juga
bermanfaat bagi penulis.

Serang, November 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Tujuan ............................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sifat Dormansi .................................................................................. 3
2.2 Perkecambahan Biji .......................................................................... 4
2.3 Faktor Pematah Dormansi ................................................................ 7
BAB III METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat ............................................................................ 9
3.2 Alat dan Bahan ................................................................................. 9
3.3 Cara Kerja ......................................................................................... 9
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil ....................................................................................... 11
4.2 Pembahasan ...................................................................................... 11
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan ........................................................................................... 14
5.2 Saran ................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 15
LAMPIRAN

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Hasil Pengamatan Biji Berkulit Tipis ..................................................... 11


Tabel 1. Hasil Pengamatan Biji Berkulit Tebal .................................................... 11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Biji adalah sebuah bagian dari tanaman, inti hasil dari sebuah persarian pada
tananaman. Biji adalah alat utama untuk berkembang biak. Bakal biji yang telah
dibuahi pada tumbuhan secara agronomis menjadi salah satu hasil budidaya yang
dapat difungsikan atau digunakan sebagai bahan konsumsi manusia dan dapat
digunakan sebagai pakan berbagai jenis hewan ternak. Biji yang diolah ini akan
menjadi benih tanaman baru nantinya.
.Benih merupakan cikal bakal dari suatu individu baru pada tanaman yang
berfungsi untuk keberlangsungan hidupnya. Untuk membuat sebuah individu atau
tanaman baru diperlukannya sebuah benih. Benih biasanya didapatkan dengan
cara memberi perlakuan khusus terhadap biji suatu tanaman. Benih dan bibit
adalah kedua hal yang berbeda, karena bibit merupakan bahan tanam yang berasal
dari benih, atau benih yang sudah tumbuh dan muncul baik akar batang maupun
daunnya. Benih yang ditanam dan diberikan perlakuan khusus nantinya akan
melalui sebuah proses dimana benih akan mengalami sebuah perkembangan mulai
dari munculnya radikula dan plumula. Pada proses ini disebut dengan
perkecambahan.
Perkecambahan pada biji dimulai dari proses ketika biji menyerap air lalu kulit
biji akan melunak, setelah itu akan terjadi hidrasi pada sitoplasma serta
peningkatan suplai oksigen sehingga akan meningkat respirasi didalam biji
tersebut.Proses perkecambahan ini dapat terjadi ketika kulit biji telah mengalami
permeable atau sudah dapat dilewati oleh zat terutama air dan memiliki
ketersediaan air yang memiliki tekanan osmosis tertentu yang akan menyebabkan
biji tersebut nantinya akan terlihat seperti membengkak dan nantinya akan mulai
muncul radikula atau calon akar (Nurshanti, 2013).
Perubahan yang terjadi ketika biji akan mengalami sebuah proses
perkecambahan tentunya akan membuat biji menyesuaikan kondisinya dengan
lingkungan sekitarnya bahkan biji tersebut nantinya akan mnegalami sebuah fase
tidak tumbuh atau tidak mengalami perkecambahan dalam kurun waktu tertentu

1
untuk menyesuaikan dirinya dengan tempat atau lingkungan sekitarnya. Hal ini
biasa disebut dengan dormansi. Untuk mengatasi hal ini biasanya dilakukan upaya
untuk mematahkan dormansi dengan menggunakan beberapa cara, bisa dengan
merendam biji terlebih dahulu dengan menggunakan air panas, menyayat bagian
tertentu pada biji biasanya pada biji dengan kulit yang keras, atau direndam
menggunakan larutan kima tertentu (Nengsih, 2017).

1.2 Tujuan
Adapun tujuan pada praktikum “Dormansi dan Perkecambahan Biji” ini
adalah :
1. Agar mahasiswa mampu mengetahui respons perkecambahan beberapa
jenis biji terhadap faktor lingkungan (air,suhu,cahaya,zat kimia,dst).
2. Agar mahasiswa mengetahui laju perkecambahan menurut ketebalan biji
3. Agar mahasiswa mengetahui batas-batas kebutuhan air dalam
perkecambahan.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sifat Dormansi


Dormansi merupakan suatu penundaan pertumbuhan selama periode tertentu,
atau bsa disebut sebuah keadaan tanaman berhenti tumbuh sementara untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Keadaan ini dapat ditemukan pada biji,
tunas, umbi, atau rizom. Bagian tanaman tersebut tetap variable, terjadi reduksi
aktivitas metabolisme dan hal ini sangat erat hubungannya dengan faktor luar
yang sangat berpengaruh untuk terjadi dormansi. Faktor dalam yang
mempengaruhi dormansi antara lain adalah senyawa-senyawa tertentu yang
bersifat sebagai penghambat, dalam hal ini termasuk ABA. Pada biji, yang
embrionya belum mencapai kematangan morfologis karena tidak cukupnya
nutrisi juga merupakan salah satu faktor dalam yang dapat menyebabkan
dormansi. Benih dapat dikatakan dorman apabila benih tersebut tidak
berkecambah waupun sudah berada pada lingkungan yang mendukung atau ideal
untuk perkecambahan. (Devi, 2022).
Dormansi sendiri merupakan sebuah mekanisme yang digunakan benih dari
suatu tanaman untuk mempertahankan diri terhadap lingkungan sekitar, baik pada
kondisi suhu yang sangat rendah ketika musim dingin datang, suhu yang sangat
tinggi ketika musim kemarau ataupun kondisi media tanam yang tergenang oleh
air sekalipun ketika musim penghujan tiba. Dormansi harus tepat atau sesuai pada
waktunya,dimana pada posisi tertentu harus melanjutkan kembali proses
perkecambahannya. Dormansi memiliki berbagai macam kategori, mulai dar
faktor penyebab dormansi,mekanismenya dan bentuknya. Berikut ini adalah
berbagai macam dormansi :
1. Berdasarkan faktor penyebab dormansi :
▪ Imposed dormancy (quiscence): terhalangnya pertumbuhan aktif karena
keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan.
▪ Imnate dormancy (rest): dormansi yang disebabkan oleh keadaan atau
kondisi di dalam organ biji itu sendiri.

3
2. Berdasarkan mekanisme dormansi di dalam biji :
▪ Mekanisme fisik: merupakan dormansi yang mekanisme
penghambatannya disebabkan oleh organ biji itu sendiri, terbagi menjadi:
- Mekanis: embrio tidak berkembang karena dibatasi secara fisik
- Fisik: penyerapan air terganggu karena kulit biji yang impermeable
- Kimia: bagian biji atau buah yang mengandung zat kimia penghambat
▪ Mekanisme fisiologis: merupakan dormansi yang disebabkan oleh
terjadinya hambatan dalam proses fisiologis, terbagi menjadi :
- Photodormancy: proses fisiologis dalam biji terhambat oleh keberadaan
cahaya.
- Immature embryo: proses fisiologis dalam biji terhambat oleh kondisi
embrio yang tidak/belum matang.
- Termodormancy: proses fisiologis dalam biji terhambat oleh suhu
3. Berdasarkan bentuk dormansi :
▪ Mekanisme fisik: merupakan dormansi yang mekanisme
penghambatannya disebabkan oleh organ biji itu sendiri, terbagi menjadi :
- Mekanis : embrio tidak berkembang karena dibatasi secara fisik
- Fisik : penyerapan air terganggu karena kulit biji yang impermeable
- Kimia: bagian biji atau buah yang mengandung zat kimia penghambat
▪ Mekanisme fisiologis : merupakan dormansi yang disebabkan oleh
terjadinya hambatan dalam proses fisiologis, terbagi menjadi : -
Photodormancy: proses fisiologis dalam biji terhambat oleh keberadaan
cahaya.
- Immature embryo : proses fisiologis dalam biji terhambat oleh kondisi
embrio yang tidak/belum matang.
- Termodormancy : proses fisiologis dalam biji terhambat oleh suhu
(Arum et,al 2018).

2.2 Perkecambahan Biji


Perkecambahan dimulai dengan proses penyerapan air ke dalam sel-sel.
Proses ini merupakan proses fisika. Masuknya air pada biji menyebabkan enzim
aktif bekerja. Bekerjanya enzim merupakan proses kimia. Enzim amilase bekerja

4
memecah tepung menjadi maltose, selanjutnya maltose dihidrolisis oleh maltase
menjadi glukosa. Protein juga dipecah menjadi asam-asam amino. Senyawa
glukosa masuk ke proses metabolisme dan dipecah menjadi energi atau diubah
menjadi yang senyawa karbohidrat yang menyusun struktur tubuh. Asam-asam
amino dirangkaikan menjadi protein yang berfungsi untuk menyusun struktur sel
dan menyusun enzim-enzim baru. Asam-asam lemak terutama dipakai untuk
menyusun membran sel (Silvia,2014).
Perkecambahan biji berhubungan dengan aspek kimiawi. Proses tersebut
meliputi beberapa tahapan, antara lain imbibisi, sekresi hormon dan enzim,
hidrolisis cadangan makanan, pengiriman bahan makanan terlarut dan hormon ke
daerah titik tumbuh atau daerah lainnya, serta asimilasi (fotosintesis). Proses
penyerapan cairan pada biji (imbibisi) terjadi melalui mikropil. Air yang masuk ke
dalam kotiledon menyebabkan volumenya bertambah, akibatnya kotiledon
membengkak. Pembengkakan tersebut pada akhirnya menyebabkan pecahnya
testa. Menurut Windy (2021), secara fisiologi, proses perkecambahan berlangsung
dalam beberapa tahapan penting, meliputi:
1. Absorbsi air
2. Metabolisme pemecahan materi cadangan makanan
3. Transpor materi hasil pemecahan dari endosperm ke embrio yang aktif tumbuh.
4. Proses-proses pembentukan kembali materi-materi baru.
5. Respirasi
6. Pertumbuhan
Didalam proses perkecambahan terdapat dua faktor yang dapat
mempengaruhiny yaitu ada faktor internal dan juga faktor eksternal. Jika faktor
internal yang mempengaruhi perkecambahan adalah sebagai berikut:
a. Tingkat kemasakan Benih Benih yang dipanen sebelum tingkat kemasakan
fisiologisnya tidak tercapai tidak mempunyai viabilitas tinggi. Benih belum
memiliki cadangan makanan yang cukup dan juga pembentukan embrio sebelum
sempurna. Cadangan makanan yang terdapat pada endosperm yang belum masak
masih belum cukup tersedia bagi pertumbuhan embrio selengkap yang tersedia
pada endosperm masak. Dan tampaknya terjadi perubahan-perubahan pada embrio
dan endosperm selama proses pemasakan biji berlangsung, yang akan

5
memungkinkan embrio berkecambah lebih cepat. Dengan benih yang masak,
maka pertumbuhan benih akan secara optimal dapat tumbuh dengan baik pada
kondisi yang optimum.
b. Ukuran Benih Di dalam jaringan penyimpanannya benih memiliki karbohidrat,
protein, lemak, dan mineral. Di mana bahan-bahan ini diperlukan sebagai bahan
baku dan enersi bagi embrio pada saat perkecambahan. Diduga bahwa benih yang
berukuran besar dan berat mengandung cadangan makanan lebih banyak
dibandingkan dengan benih kecil, mungkin pula embrionya lebih besar. Berat
benih berpengaruh terhadap kecepatan petumbuhan, karena berat benih
menentukan besarnya kecambah. Benih yang mempunyai cadangan makanan
yang lengkap dan banyak memungkinkan benih dapat tumbuh dan berkembang
dengan optimal pada kondisi yang optimum, karena cadangan makanan yang ada
dalam benih digunakan sebagai enersi dalam menjalani kehidupan tanamam
sebelum organ daun dapat berfungsi, maka persediaan makanannya terdapat pada
kotiledon tersebut.
c. Dormansi Suatu benih dikatakan dorman apabila benih itu sebenarnya hidup
tetapi tidak mau berkecambahwalaupun diletakkan pada keadaan lingkungan yang
memenuhi syarat bagi perkecambahan. Dormansi bisa disebabkan oleh berbagai
faktor antara lain impermeabilitas kulit biji terhadap air atau gas maupun karena
resistensi kulit biji terhadap pengaruh mekani, embrio yang rudimenter, ataupun
bahan-bahan penghambat perkecambahan. Dengan perlakuan khusus masa
dorman bisadipatahkan sehingga dapat dirangsang untuk berkecambah, misalnya
dengan perlakuan stratifikasi, direndam dalam larutan asam sulfat dan lain-lain.
Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi perkecambahan ialah
a. Air Penyerapan air oleh benih dipengaruhi oleh sifat benih itu sendiri terutama
kulit pelindungnya dan jumlah air yang tersedia pada media di sekitarnya,
sedangkan jumlah air yang diperlukan bervariasi tergantung kepada jenis
benihnya, dan tingkat pengambilan air turut dipengaruhi oleh suhu.
b. Suhu Suhu optimal adalah yang paling menguntungkan berlangsungnya
perkecambahan benih dimana presentase perkembangan tertinggi dapat dicapai
yaitu pada kisaran suhu antara 26.5 sd 35°C. Suhu juga mempengaruhi kecepatan

6
proses permulaan perkecambahan dan ditentukan oleh berbagai sifat lain yaitu
sifat dormansi benih, cahaya dan zat tumbuh gibberallin.
c. Oksigen Saat berlangsungnya perkecambahan, proses respirasi akan meningkat
disertai dengan meningkatnya pengambilan oksigen dan pelepasan CO2, air dan
energi panas. Terbatasnya oksigen yang dapat dipakai akan menghambat proses
perkecambahan benih.
d. Cahaya Pengaruh cahaya terhadap perkecambahan benih dapat dibagi atas 4
golongan yaitu golongan yang memerlukan cahaya mutlak, golongan yang
memerlukan cahaya untuk mempercepat perkecambahan, golongan dimana
cahaya dapat menghambat perkecambahan, serta golongan dimana benih dapat
berkecambah baik pada tempat gelap maupun ada cahaya.
e. Media Tanam Medium yang baik untuk perkecambahan haruslah memiliki sifat
fisik yang baik, gembur, mempunyai kemampuan menyerap air dan bebas dari
organisme penyebab penyakit terutama cendawan (Sutopo, 2013).

2.3 Faktor Pematah Dormansi


Tanaman yang berhenti tumbuh sementara untuk menyesuaikan diri sengan
lingkungannya atau yang biasa disebut dengan dormansi ini memiliki berbagai
cara untuk tumbuh kembali atau mematahkan dormansi yang seang terjadi. Ada
beberapa faktor yang dapat mematahkan tanaman jika terjadi dormansi pada
tanaman tersebut. Terdapat beberapa faktor yang bisa mematahkan dormansi yaitu
1. Suhu
Suhu sebagai salah satu faktor pematah dormansi karena suhu dapat memicu
perubahan kimia dalam benih,merangsang enzim dan juga mempengaruhi proses
metabolisme. Suhu memiliki pengaruh interaksi antara suhu penyimpanan
dengan konsentrasi sitokinin dalam mempercepat pematahan dormansi suatu
benih (Nuraini, 2019).
2. Cahaya
Cahaya dapat memtahkan dormansi karena terdapat beberapa jenis benih yang
memerlukan cahaya untuk merangsang proses perkecambahan, dan ada juga benih
yang tidak memerlukan cahaya untuk melakukan perkecambahan.

7
3.Kelembaban
Kelembaban juga merupakan salah satu faktor yang bisa mematahkan dormansi
hal ini terjadi karena pada suhu tertentu dapat memicu perubahan internal yang
terjadi didalam benih untuk melakukan proses perkecambahan. Kelembaban yang
sesuai ini dapat melunakan cangkang dari biji tersebut sehingga mengaktifkan
enzim yang diperlukan untuk proses perkecambahan.
4.Zat Kimia
Terdapat beberapa zat kimia tertentu yang bisa digunakan untuk mematahkan
dormansi salah satunya adalah asam gibberellic. Pemberian asam giberellic ini
dapat merangsang benih untuk melakukan proses perkecambahan.

8
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Pengenalan Peralatan Agroklimatologi dilaksanakan pada hari
Kamis, 17 November 2023 pukul 13.10 sampai pukul 15.00 WIB di Laboratorium
Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sultan Ageng Tirtayasa,
Kampus A Pakupatan.

3.2 Alat dan Bahan


Adapun alat yang digunakan dalam praktikum kali ini diantaranya adalah
gelas plastik 3 buah, amplas, label, dan ATK. Bahan-bahan yang digunakan dalam
praktikum kali ini diantaranya adalah kacang hijau, kacang tanah, kacang kedelai,
biji sawo, biji srikaya, biji asam, air panas, kapas, dan garam.\

3.3 Cara Kerja


Adapun cara kerja yang dilakukan pada praktikum kali ini yaitu:
1. Alat dan bahan disiapkan;
2. Biji yang dibawa dikelompokan sesuai dengan tipe kulit biji, yaitu kulit biji
tipis dan kulit biji tebal;
3. Biji berkulit tipis dan biji berkulit tebal diberi perlakuan yang berbeda;
4. 3 gelas plastik yang digunakan sebagai tempat perkecambahan biji berkulit tipis
diberi 3 perlakuan oleh praktikan, yaitu gelas pertama media tidak diberi air sama
sekali, kedua gelas diberi air hingga sampai lembab saja, dan yang ketiga media
diberi air hingga biji tergenangi air;
5. 3 gelas plastic yang lain digunakan sebagai tempat perkecambahan biji berkulit
tebal, dan diberi 3 perlakuan yaitu pertama biji direndam pada air panas selama 5
menit, kedua biji diamplas menggunakan amplas dan ketiga biji direndam pada air
garam selama 5 menit;
6. Biji yang telah diberi perlakuan di simpan pada media tanam kapas untuk
diamati perkecambahannya;
7. Biji diamati selama 2, 4, 6 hari setelah tanam;

9
8. Hasil dibuat dalam bentuk laporan

10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Tabel 1. Hasil Pengamatan Biji Berkulit Tipis.
Tanggal Ulangan Parameter Pengamatan
Kacang Hijau Kacang Tanah Kacang Kedelai
K L T K L T K L T
2 HST I - - √ - - - - - -
15-11-2023 II - - √ - - - - - -
4 HST I - - √ - - - - - -
19-11-2023 II - - √ - - - - - -
6 HST I - - √ - - - - √ -
21-11-2023 II - - √ - - - - √ -
Keterangan: K = Kering , L = Lembab , T= Tergenang.

Tabel 2. Hasil Pengamatan Biji Berkulit Tebal.


Tanggal Ulangan Parameter Pengamatan
Biji Asam Biji Sawo Biji Srikaya

2 HST
15-11-2023 II
4 HST
19-11-2023 II
6 HST
21-11-2023 II
Keterangan: N = NaCl S = Skrafikasi A = Air panas

4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini yangyang berjudul “Dormansi dan Perkecambahan
Biji” ini akan melakukan percobaan menggunakan biji kedelai. Terdapat 6 biji
kedelai yang dimana biji kedelai ini diletakan pada 3 gelas sample yang masing

11
masing gelasnya berisikan 2 buah biji kedelai. Setiap gelas yang telah berisi biji
kedelai ini diberi perlakuan yang berbeda. Pada gelas pertama kedua biji kedelai
diberi perlakuan kering tidak diberikan air sekali. Pada gelas kedua biji kedelai
diletakan pada kapas yang lembab atau diberikan sedikit air,dan pada perlakuan
ketiga biji kedelai ini diletakan pada kapas yang tergenang oleh air. Selanjutnya
sample biji kedelai ini dengan perlakuan yang berbeda diamati. Pada 2 HST (Hari
setelah tanam) semua sample pada biji kedelai belum muncul tanda tanda
perkecambahan yang terjadi. Pada 4 HST (Hari setelah tanam) lagi-lagi ketiga
sample belum mengalami perubahan sama sekali, namun ketika menginjak 6 HST
(Hari setelah tanam) mulai munculnya radikula atau calon akar pada tanaman
kacang kedelai yang diberikan perlakuan lembab,kedua benih kacang kedelai
yang disemai di tempat yang lembab berhasil muncul radikula hal ini sejalan
dengan pendapat Ulihuna dan Farid (2023) yang mengatakan bahwa kelembaban
sebuah media tanam dapat mempengaruhi proses pertumbuhan benih karena
dengan tersuplay air secara tepat untuk tanaman dapat meningkatkan kualitas
air,serta efisiensi penggunaan unsur hara pada tanaman dapat merangsang
hormone yang mempengaruhi pertumbuhannya.
Sedangkan tanaman yang di tanam pada media tanam yang kering tidak
tumbuh sama sekali dan tidak ada tanda tanda munculnya radikula pada benih
kedelai yang diletakan pada kapas sebagai media tanam,hal ini disebabkan oleh
kekeringan yang terjadi pada media tanam sehingga tanaman mengalamai
kekeringan akibat tidak adanya air yang membantu proses pertumbuhan tanaman
tersebut sehingga turgiditas pada tanaman atau tekanan turgor pada tanaman
mengalami penurunan hingga menyebabkan kelayuan hingga kematian (Jumali
dan Sri, 2014). Pada tanaman yang diberikan perlakuan dengan tergenangnya air
pada media tanamnya pada 6 HSR (Hari setelah tanam) tidak tumbuh sama sekali
hal ini diakibatkan terjadinya pembusukan yang dialami oleh benih karena
ketersediaan air yang diperlukan benih untuk melakukan proses pertumbuhan
yang nantinya akan mengalami proses perkecambahan ini berlebihan sehingga
terjadi pembengkakan pada benih kedelai yang diberikan perlakuan ini.
Proses yang dilakukan untuk pematahan dormansi pada biji berkulit tebal
seperti biji sawo dan biji srikaya yaitu dengan diberi perlakuan N (panas) yaitu

12
diberikan air panas atau direndam air panas selama 5 menit, direndam air garam
(S), dan diskarifikasi berupa diamplas, pada praktikum ini dilakukannya
pengamplasan pada biji yang berkulit tebal untuk mematahkan dormansi biji.
Salah satu faktor keberhasilan perkecambahan pada biji tebal yaitu pengamplasan
yang optimum sehingga membuat kulit biji terkikis dan perkecambahan pada biji
yang berkulit tebal akan lebih mudah mengalami perkecambahan. Pada tabel hasil
semua biji baik sirkaya, sawo dan asam tidak ada yang berhasil tumbuh hal ini
bisa diakibatkan oleh faktor human error yang terjadi saat praktikum sedang
berlangsung karena hal ini berbalik dengan pendapat seperti yang dikatakan oleh
Dartius (2013) pematahan dormansi bisa dilakukan dengan mekanisme perlakuan
seperti dengan air panas dan dengan pelukaan pada benih. Kemudian diamati
selama 3, 5 dan 7 HST, didapatkan hasil bahwa tidak ada yang tumbuh sehingga
atidak ada yang mengaktifkan enzim alpha amilase untuk mengaktifkan sel-sel
yang ada pada benih sehingga terjadi proses perkecambahan, hal ini tiak sejalan
dengan pernyataan Sasmitamihardja (2013), yang mengatakan bahwa
perkecambahan dimulai dengan proses penyerapan air ke dalam sel-sel. Proses ini
merupakan proses fisika yang dinamakan imbibisi. Masuknya air pada biji
menyebabkan enzim aktif bekerja. Bekerjanya enzim merupakan proses kimia.
Terjadinya kegagalan pertumbuhan pada beberapa sampel dikarenakan factor
internal dan eksternal, factor internal yang dapat terjadi yaitu karena belum
berakhirnya masa dormansi benih, rendahnya vigor dan viabilitas benih, kualitas
benih yang rendah sehingga mengakibatkan gagalnya perkecambahan benih.
Kemudian factor eksternal yang mempengaruhi perkecambahan benih yaitu
karena human error, yang mana praktikan lalai dalam menjaga kondisi dan
merawat benih, kemudian dapat pula karena factor cahaya, suhu, kelemababan
yang mengakibatkan gagalnya benih tumbuh, hal ini sesuai dengan pernyataan
Sutopo (2013), yang menyatakan bahwa factor yang mempengaruhi
perkecambahan benih adalah air, suhu, oksigen, media tanam dan cahaya.

13
BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan
Adapun simpulan pada praktikum kali ini yang berjudul “Dormansi dan
Perkecambahan Biji” dapat disimpulkan bahwa Dormansi atau sebuah fase
dimana tumbuhan berhenti tumbuh sesaat untuk menyesuaikan dengan kondisi
lingkungan sekitarnya, dapat dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor internal atau
faktor yang berasal dari dalam tumbuhan itu sendiri dan faktor eksternal atau
faktor dari lingkungan,suhu,kelembaban dan cahaya. Dormansi pada benih ini
dapat terjadi karena disebabkan oleh keadaan fisik dari kulit biji dan keadaan
fisiologis dari embrio atau bahkan kombinasi dari kedua keadaan tersebut.
Dormansi yang terjadi pada biji berkulit tebal dapat dipatahkan dengan
melakukan pengamplasan pada biji atau penyayatan pada biji. Hal ini diharapkan
agar air yang berada pada sekitar tempat benih tersebut ditanam dapat masuk
kedalam benih.Sehingga imbibisi air dapat mudah terjadi dan tumbuhan dapat
mematahkan dormansinya sehingga bisa melanjutkan proses perkecambahan.

5.2 Saran
Adapun saran untuk prakyikum kali ini adalah diharapkan para mahasiswa
dapat menjaga kekondusivan saat menjalani praktikum agar praktikum dapat
berjalan dengan lanar dan agar apa yang disampaikan oleh asisten lab dapat
diterima dengan baik sehingga tidak terjadi miss komunikasi dan selain itu perlu
diperhatiksn ketelitian saat menjalani praktikum agar meminimalisir kejadian
human error.

14
DAFTAR PUSTAKA

Afandi, Arum et,al. 2018. Pngaruh Pematahan Dormansi dan Frekuensi


Penyiraman Terhadap Pertumbuhan Tanaman Mucuna bracteata. Jurnal
Agromast Vol. 3, No. 2
Dartius. 2013. Dasar Fisiologi Tumbuhan. Medan : USU
Devi, Nata Ismiati. 2022. Kajian Analisis Dormansi Pada Tumbuhan. Diploma
Thesis. UIN RADEN INTAN
Djumali., Mulyanigsih, S. 2014. Pengaruh Kelembaban Tanah Terhadap Karakter
Agronomi, Hasil Rajangan Kering dan Kadar Nikotin Tembakau
(Nicotiana tabacum L; Solonaceae). Jurnal Ilmu Ilmu Hayati. Vol. 13, No.
1
Farid, N., Ulinnuha, Z., 2023 Pengaruh Kelembaban Media Terhadap
Pertumbuhan dan Transpirasi Lima Varietas Anggrek Dendrobium. Jurnal
Agromix. Vol. 14, No. 1
Manulang, Windy. 2021. Efektifitas Penggunaan Naungan Terhadap
Perkecambahan Benih Kopi Robusta. Jurnal Agrica Ekstensia Vol. 15, No.
2
Nengsih, Yulianti., 2017. Penggunaan Larutan Kimia Dalam Pematahan
Dormansi Benih Kopi Liberika. Jurnal Media Pertanian. Vol. 2, No. 2
Nuraini, A. Pengaruh Suhu Penyimpanan dan Konsentrasi Sitokin Terhadap
Pematahan Dormansi Benih Kentang (Solanum tuberosum L.). Jurnal
Kultivasi Vol. 18, No. 3
Nurshanti, Dora., Fatma. 2013. Tanggap Perkecambahan Benih Palem Ekor Tupai
(Wodyetia bifurcate) Terhadap Lama Perendaman Dalam Air. Jurnal
Ilmiah IBA. Vol. 2(1).
Polhaupessy, Silvia. 2014. Pengaruh Konsentrasi Giberelin dan Lama
Perendaman Terhadap Perkecambahan Biji Sirsak (Anonna muricata L.).
Jurnal Biopendix. Vol. 1, No.1
Sasmitamiharja. 2013. Fisiologi Tumbuhan. Makasar: Universitas Negeri Makasar
Sutopo. 2013. Teknologi Benih. Yogyakarta : PT. Raja Grafindo Persada

15
LAMPIRAN

Lampiran 1. Lampiran 2. Lampiran 3.


Alat dan Bahan Perlakuan Pada Benih Tidak Diberi Air

Lampiran 4. Lampiran 5.
Lembab Tergenang Air

Anda mungkin juga menyukai