Anda di halaman 1dari 21

1

IMBIBISI BIJI

LAPORAN

OLEH:
JULIAN ALEKSANDROS SARAGIH
220301057
AGROTEKNOLOGI 2

LABORATORIUM FISIOLOGI
TUMBUHAN PROGRAM STUDI
AGROTEKNOLOGI FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA
UTARA 2023

1
2 2

IMBIBISI BIJI

LAPORAN

OLEH:
JULIAN ALEKSANDROS SARAGIH
220301057
AGROTEKNOLOGI 2

Laporan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memenuhi Komponen Penilaian di3
Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Program Studi Agroteknologi Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara

Judul : Imbibisi biji Kacang merah (Phaseolus vulgaris L.) dan


biji Padi (Oriza sativa)
Nama : Julian Aleksandros Saragih
NIM : 220301057
Kelas : Agroteknologi 2

Mengetahui
Dosen Penanggung Jawab

(Ir. Meiriani, MP)


NIP: 196505181992032001

LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA
UTARA 2023
2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporain ini tepat pada waktunya.

Adapun judul laporan ini adalah “Imbibisi Biji” yang merupakan salah satu syarat

untuk memenuhi komponen penilaian di Praktikum Fisiologi Tumbuhan,

Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Ir.Meiriani, MP;

selaku dosen mata kuliah Fisiologi Tumbuhan serta kepada abang dan kakak asisten

Laboratorium Fisiologi Tumbuhan yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan

laporan ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,

penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan laporan ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih. Semoga laporan ini bermanfaat bagi

pihak yang membutuhkan.

Medan, Maret 2023

Penulis
ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................................................ii

PENDAHULUAN............................................................................................................................1
Latar Belakang...............................................................................................................................1
Tujuan Percobaan..........................................................................................................................3
Kegunaan Penulisan.......................................................................................................................3

TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................................................4

BAHAN DAN METODE................................................................................................................6


Tempat dan Waktu Praktikum.......................................................................................................6
Alat dan Bahan..............................................................................................................................6
Prosedur Praktikum.......................................................................................................................6

HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................................................................7


Hasil……………………………………………………………………………………………...7
Pembahasan...................................................................................................................................8

KESIMPULAN..............................................................................................................................12

II
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Benih atau biji merupakan hasil dari fase generatif tanaman yang dapat

digunakan sebagai bahan tanam untuk generasi berikutnya. Untuk mendapatkan

tanaman dewasa yang sempurna, benih tersebut harus melalui proses

perkecambahan. Perkecambahan adalah muncul dan berkembangnya struktur

terpenting dari embrio serta menunjukkan kemampuan untuk berkembang

menjadi tanaman normal pada keadaan alam yang menguntungkan (Wahab, 2013)

Proses perkecambahan benih dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor

lingkungan. Faktor genetikyang berpengaruh adalah susunan kimiawi benih ,

kadar air benih, kegiatan enzim dalam benih serta kegiatan fisik dan biokimia dari

kulit benih. Sedangkan faktor lingkungan yang sangat berpengaruh adalah air,

cahaya, gas, suhu, dan oksigen. Air merupakan faktor yang sangat berperan dalam

perkecambahan benih. Dua faktor penting yang mempengaruhi penyeapan air

oleh benih adalah kulit pelindung biji dan jumlah air yang tersedia pada medium

disekitarnya (Putra, 2017).

Perkecambahan ditandai dengan keluarnya kecambah, yaitu tumbuhan

kecil serta masih hidup berasal persediaan makanan yang berada pada biji. Ada

empat bagian krusial pada biji yang berkecambah, yaitu batang lembaga

(kaulikulus), akar embrionik (akar lembaga), kotiledon (daun lembaga), serta

pucuk lembaga (plumula). Kotiledon merupakan cadangan makanan pada

kecambah sebab di waktu perkecambahan, tanaman belum bisa melakukan

fotosintesis (Ayu, 2013)


2

Perkecambahan atau germinasi ditandai dengan keluarnya bakal akar atau

radikal dari kulit biji. Selama proses ini berlangsung terjadi mobilisasi cadangan

makanan dari jaringan penyimpanan atau keping biji ke bagian vegetatif yaitu

sumbu pertumbuhan embrio atau lembaga. Selama proses perkecambahan, bahan

makanan cadangan diubah menjadi bentuk yang dapat digunakan (Hanifah, 2020).

Proses perkecambahan mengalami proses penyerapan air dengan cara

osmosis ataupun imbibisi. Pada proses penyerapan air oleh biji biasanya terjadi

sampai ke jaringan pada tahap pertama. Pada tahap kedua penyerapan air pada

benih tidak sama, dikarenakan kulit pada benih biji tersebut mengandung suatu

lapisan atau substrat yang mudah larut dalam air sehingga air yang diserap lebih

banyak. Jika suatu tekanan pada benih kecil dari tekanan larutan maka dapat

meningkatkan proses imbibisi (Wusono dan Matinahoru, 2015).

Pada tumbuhan kemampuan menyerap mineral dan air yang ada didalam

tanah dengan menggunakan akar dan gas-gas seperti karbondioksida dan oksigen

diambil oleh stomata daun dari udara yang ada disekelilingnya. Air dan garam

mineral yang masuk ke akar melalui epidermis akan ini secara osmosis dan difusi.

Hal ini dapat terjadi dikarenakan terdapat perbedaan antara konsentrasi sel-sel

akar dan tanah di lingkungannya (Yahya, 2015).

2
3

Tujuan Percobaan

Adapun tujuan praktikum ini adalah untuk menentukan daya hisap biji

tanaman terhadap air dan membandingkan daya hisap air terhadap biji tanaman.

Kegunaan Penulisan

Sebagai salah satu syarat untuk dapat memenuhi komponen penilaian di

Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Program Studi Agroekoteknologi Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan dan sebagai bahan informasi bagi

pihak yang membutuhkan.


4

TINJAUAN PUSTAKA

`Peristiwa imbibisi pada hakekatnya tak lain tak bukan suatu proses difusi

belaka, sebab sel-sel biji kacang kering itu mempunyai nilai osmokak tinggi dan

oleh karena itu memiliki tekanan deficit osmosis yang besar pula, jika molekul-

molekul air berdifusi dari konsentrasi yang rendah ke konsentrasi yang tinggi.

Peristiwa imbibisi sebenarnya juga peristiwa osmosis, sebab dinding sel-sel kulit

maupun protoplas biji kacang itu permeable untuk molekul-molekul air.

Pemasukkan molekul-molekul air di dalam biji adalah suatu peristiwa absorbsi

atau penyerapan. Moelkul-molekul air di dalam imbibian disebut juga peristiwa

penyerapan (Soerodikoesoemo, 2015).

Banyaknya air yang dihisap selama proses imbibisi umumnya sedikit,

cepat serta tidak boleh lebih dari 2-3 kali berat kering dari biji. Lalu pertumbuhan

biji tampak terhadap pertumbuhan akar serta sistem yang cepat, lebih luas serta

banyak menampung sumber air yang diterima (Juhanda, 2013).

Kecepatan penyerapan air merupakan salah satu factor yang

mempengaruhi imbibisi biji. Kecepatan dalam menyerap air yang dilakukan oleh

biji berbanding lurus dengan luas permukaan. Pada kondisi tertentu, terdapat

bagian khusus pada biji yang memiliki kemampuan dalam menyerap air yang

lebih cepat. Oleh sebab itu, jumlah air yang diserap biji dipengaruhi oleh luas

permukaan biji yang berhubungan langsung dengan air (Idrus, 2021).

Biji yang mengandung protein tinggi menyerap air lebih cepat sampai

tingkat tertentu daripada biji dengan kadar karbohidrat tinggi. Biji dengan kadar

minyak tinggi tetapi kadar proteinnya rendah, kecepatan serapnya sama dengan

biji berkadar karbohidrat tinggi (Handoko, 2014).

Air yang masuk ke dalam biji mengakibatkan biji menjadi mengembang

4
5

sehingga menyebabkan struktur di dalam biji menjadi lebih renggang, sehingga

ketika dikeringkan air yang terdapat di dalam biji tersebut menjadi lebih mudah

keluar sehingga menyebabkan kadar air yang ada di kecambah menjadi lebih

rendah dibandingkan dengan benih yang tidak dikecambahkan. Jumlah air terikat

dan air bebas mempengaruhi kadar air pada bahan. Tinggi rendahnya kadar air

suatu bahan sangat ditentukan oleh air terikat dan air bebas yang terdapat dalam

bahan (Ferdiawan, 2019).

Banyaknya air yang dihisap selama proses imbibisi umumnya kecil, cepat

dan tidak boleh lebih dari 2-3 kali berat kering dari biji. Kemudian pertumbuhan

biji tampak terhadap pertumbuhan akar dan sistem yang cepat, lebih luas dan

banyak menampung sumber air yang diterima (Bewley and Black, 2020).

Penambahan volume dalam peristiwa imbibisi adalah lebih kecil daripada

penjumlahan volume zat mula-mula, dengan zat yang diimbibisikan apabila dalam

keadaan bebas. Perbedaan ini diduga karena zat atau molekul yang diimbibisikan

harus mempunyai ruang diantara molekul-molekul zat yang mengimbibisi

sehingga volume zat yang diimbibisikan tertekan lebih kecil daripada bila dalam

keadaan bebas (Heddy,2013).


6

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Praktikum

Praktikum ini dilakukan di Laboratotium Fisiologi Tumbuhan, Program

Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan

pukul 10.00 WIB pada Kamis, 9 Maret 2023 sampai dengan selesai dengan

ketinggian 25 mdpl.

Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah timbangan

analitik sebagai penimbang berat biji yang akan direndam, gelas ukur untuk

mengukur air rendaman, alat tulis (kertas, pulpen, pensil, penghapus) sebagai alat

pendukung dalam praktikum dan pinset sebagai alat untuk meniriskan biji yang

sudah direndam.

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah 5 gram biji

padi (Oryza sativa L.) dan 5 gram biji kacang merah (Phaseolus vulgaris L.)

sebagai objek yang akan diteliti, air sebagai perendam biji, wadah plastik sebagai

wadah biji padi dan kacang merah ketika direndam.

Prosedur Praktikum

1. Disiapkan 25 wadah plastik.

2. Ditimbang biji kacang merah dan padi masing-masing 5 gram.

3. Dimasukkan ke dalam wadah plastik dan masing-masing biji

direndam dengan 25 gram air selama 1, 2, 3, 4, 5, 6, 8, 12, 24, 48 jam.

4. Ditimbang berat biji yang telah direndam sesuai perlakuan dan sisa air.

5. Dihitung persentase kadar air dengan rumus :

Berat akhir – Berat akhir


x 100%
Berat akhir
6
7

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Komoditi : Kacang merah (Phaseolus vulgaris L.)

Selisih Air yg
Lama Pertum
Berat Berat Berat Air yg diabsorbsi
Peren buhan Kadar
Awal Akhir Air diabsorbsi dgn
daman Berat Air (%)
Biji (g) Biji(g) Sisa (g) (g) Pertambahan
(jam) Biji (g) Berat Biji (g)
1 5 7,54 2,54 33,68 21,4 3,6 1,06
2 5 7,19 2,19 30,34 17,65 7,35 5,16
3 5 9,66 4,66 48,24 15,44 9,56 4,9
4 5 10,79 5,79 53,66 17,13 7,87 2,08
5 5 11 6 54,54 15 10 4
6 5 12 7 58,33 13 12 5
8 5 10,43 5,43 52,06 17,73 7,27 1,84
12 5 10,38 5,38 51,83 13,58 11,42 6,04
24 5 10,27 5,27 51,31 15,49 9,51 4,24
48 5 10,54 5,54 52,56 15,19 9,81 3,64

Komoditi : Padi (Oryza sativa L.)

Lama Pertum Selisih Air yg


Berat Berat Berat Air yg
Peren buhan Kadar diabsorbsi dgn
Awal Akhir Air diabsorbsi
daman Berat Air (%) Pertambahan
Biji (g) Biji(g) Sisa (g) (g)
(jam) Biji (g) Berat Biji (g)
1 5 5,34 0,34 6,36 16,32 8, 67 8,33
2 5 5,33 0,33 6,19 17,44 7,56 7,23
3 5 7,11 2,11 29,67 17,86 7,14 5,02
4 5 8,11 3,11 38,34 14,5 10,5 7,39
5 5 7,31 2,31 31,60 11,86 13,14 10,83
6 5 7 2 28,57 8,86 16,14 14,14
8 5 7,97 2,97 37,26 19,33 5,67 2,7
12 5 8,42 3,42 40,61 13,68 11,32 7,9
24 5 7,51 2,51 33,42 10,84 14,16 11,65
48 5 8,71 3,71 42,59 18,41 6,59 2,88
8

Pembahasan

Imbibisi adalah peristiwa penyerapan air oleh permukaan zat-zat yang

hidrofilik, seperti protein, pati, selulosa, agar-agar, gelatin, liat dan lainnya yang

menyebabkan zat tersebut dapat mengembang setelah menyerap air. Kemampuan

untuk menyerap air misalnya pada biji biasa disebut dengan potensial imbibisi dan

prosesnya disebut dengan imbibisi. Imbibisi merupakan suatu proses difusi yang

terjadi pada tanaman yang merupakan masuknya air pada ruang intraseluler dari

konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi. Pada peristiwa perendaman inilah terjadi

proses imbibisi oleh kulit. biji tanaman tersebut. Proses imbibisi juga memiliki

kecepatan penyerapan air yang berbeda-beda untuk setiap jenis biji tanaman hal

ini sesuai dari penelitian Wachid (2017).

Kacang merah dan padi mengandung zat zat yang hidrofilik seperti kacang

merah mengandung protein dan padi mengandung zat tepung (pati). Zat tepung

lebih mudah larut, tetapi padi memiliki kulit yang keras, sehingga susah untuk

mengabsorbsi air, sebaliknya kacang merah memiliki kulit yang tipis, sehingga

lebih banyak menyerap air dan biji bertambah besar. Hal ini sesuai dengan

penelitian Handoko (2014) yang menyatakan bahwa biji yang mengandung

protein tinggi menyerap air lebih cepat sampai tingkat tertentu daripada biji

dengan kadar karbohidrat tinggi. Biji dengan kadar minyak tinggi tetapi kadar

proteinnya rendah, kecepatan serapnya sama dengan biji berkadar karbohidrat

tinggi.

Proses yang terjadi pada perendaman biji kacang merah ini menyebabkan

air yang masuk ke dalam biji sehingga mengakibatkan biji menjadi membengkak.

Hal ini sesuai dengan penelitian Ferdiawan (2019) yang menyatakan bahwa

masuknya air ke dalam biji dapat menyebabkan biji tersebut mengembang. Biji
8
9

yang membengkak tersebut mengakibatkan struktur didalam biji menjadi lebih


renggang, sehingga ketika dikeringkan air yang terdapat di dalam biji tersebut

menjadi lebih mudah keluar sehingga menyebabkan kadar air yang ada di

kecambah menjadi lebih rendah dibandingkan dengan benih yang tidak

dikecambahkan. Jumlah air terikat dan air bebas mempengaruhi kadar air pada

bahan. Tinggi rendahnya kadar air suatu bahan sangat ditentukan oleh air terikat

dan air bebas yang terdapat dalam bahan.

Pada percobaan yang dilakukan pada biji kacang merah dan biji kacang

padi dapat diamati perbedaan berat awal dan berat akhir setelah direndam dengan

air selama 1 jam dan 12 jam serta membandingkan jumlah air yang dapat diserap

oleh masing-masing jenis biji tersebut berdasarkan tabel di atas. Setelah

dilakukannya pengamatan imbibisi ini ternyata pada dua biji tersebut terjadi

penambahan berat setelah direndam selama 1 jam dan 12 jam. Pada biji kacang

merah dengan waktu perendaman 1 jam, dari berat awalnya 5 gram, setelah

direndam beratnya menjadi 9 gram, begitu juga dengan biji padi yang berat

awalnya 5 gram, setelah direndam air beratnya menjadi 7,4 gram. Sedangkan

dengan waktu perendaman selama 12 jam pada biji kacang merah, dari berat

awalnya 5 gram menjadi setelah direndam beratnya menjadi 9,4 gram, begitu juga

dengan biji padi yang berat awalnya 5 gram, setelah direndam air beratnya

menjadi 8,2 gram. Dalam hal ini kita dapat liat bahwa dengan waktu perendaman

12 jam pertambahan berat biji nya lebih besar. Dari percobaan ini dapat kita lihat

proses perendaman dapat mempengaruhi pertambahan suatu biji. Hal ini sesuai

dengan penelitian Fuadiyah (2021) yang menyatakan bahwa menunjukkan

terjadinya proses imbibisi dimana air masuk kedalam biji sehingga berat biji

bertambah.
10

Hasil yang didapatkan yaitu apabila dilihat dari morfologinya, warna sesudah

direndam menjadi lebih gelap, kemudian pada kacang merah terjadi perubahan

bentuk yang signifikan yang mana seperti yang kita ketahui pada imbibisi ini

sendiri mengalami perpindahan antar molekul-molekul air di dalam suatu zat lain

melalui pori-pori atau lubang yang cukup besar sehingga molekul air tersebut

dapat menetap di dalam zat tersebut. Hal ini sesuai dengan penelitian yang

menyatakan bahwa Maka yang kita lihat, pada kacang merah yang sebelumnya

berbentuk bulat , sekarang telah berubah bentuk menjadi lonjong dan terdapat

kulit biji yang sudah lepas, namun tidak semua kulit biji nya yang terlepas.

Kemudian pada padi, dari segi morfologinya warna setelah direndam terlihat lebih

gelap, kemudian sama seperti kacang merah, yang mana terdapat perubahan

bentuk karena molekul-molekul air masuk ke pori-pori padi ini, sehingga bentuk

setelah direndam berubah menjadi sedikit lebih besar (namun tidak membesar

secepat kacang merah). Dari kedua biji tersebut dapat kita lihat dan bandingkan

yaitu biji kacang merah menyerap air lebih banyak dibanding biji padi karena

pada biji kacang merah memiliki luas permukaan yang lebih luas dan ruang antar

molekulnya yang lebih renggang. Hal ini sesuai dengan penelitian Idrus (2021)

yang menyatakan bahwa kecepatan dalam menyerap air yang dilakukan oleh biji

berbanding lurus dengan luas permukaan. Pada kondisi tertentu, terdapat bagian

khusus pada biji yang memiliki kemampuan dalam menyerap air yang lebih cepat.

Oleh sebab itu, jumlah air yang diserap biji dipengaruhi oleh luas permukaan biji

yang berhubungan langsung dengan air. Penyerapan air terhadap biji ini terjadi

karena adanya perpindahan antara molekul- molekul yang memiliki konsentrasi

rendah ke konsentrasi tinggi.

Dalam percobaan dapat dilihat biji kacang merah dengan waktu

perendaman 1 jam, dari berat awalnya 5 gram, setelah direndam beratnya menjadi
10
11

9 gram, begitu juga dengan biji padi yang berat awalnya 5 gram, setelah direndam

air beratnya menjadi 7,4 gram. Sedangkan dengan waktu perendaman selama 12

jam pada biji kacang merah, dari berat awalnya 5 gram menjadi setelah direndam

beratnya menjadi 9,4 gram, begitu juga dengan biji padi yang berat awalnya 5

gram, setelah direndam air beratnya menjadi 8,2 gram. Ini menunjukkan bahwa

berat biji kacang merah maupun biji padi yang sudah direndam tidak melebihi 2-3

kali berat kering. Hal ini sesuai dengan penelitian Juhanda (2013) yang

menyatakan bahwa banyaknya air yang dihisap selama proses imbibisi umumnya

sedikit, cepat serta tidak boleh lebih dari 2-3 kali berat kering dari biji. Lalu

pertumbuhan biji tampak terhadap pertumbuhan akar serta sistem yang cepat,

lebih luas serta banyak menampung sumber air yang diterima.

Setelah melakukan percobaan, biji kacang merah dan padi yang telah

direndam dan dipisahkan dari air lalu dibiarkan hingga besok harinya yang terjadi

adalah munculnya kecambah pada kedua biji tersebut. Hal ini sesuai dengan

penelitian Sari dan Prakusya (2020) yang menyatakan bahwa air berpengaruh

penting terhadap perkecambahan. Air dapat mengaktifkan dan mendorong reaksi

reaksi yang terjadi dalam proses kecambah. Ketika air diberikan mengandung

larutan bioherbisida maka reaksi atau proses perkecambahan yang seharusnya

berlangsung lancar menjadi terhambat akibat larutan tersebut.


12

KESIMPULAN

1. Imbibisi adalah peristiwa penyerapan air oleh permukaan zat-zat

yang hidrofilik.

2. Air dapat mengaktifkan dan mendorong reaksi reaksi yang terjadi

dalam proses kecambah.

3. Semakin besar luas permukaan suatu biji dan ruang antar molekulnya

yang lebih renggang, semakin cepat biji tersebut menyerap air.

4. Pertambahan berat pada biji kacang merah lebih besar

dibanding pertambahan berat biji padi .

5. Semakin tipis kulit suatu biji, semakin banyak dan mudah biji tersebut

menyerap air.

6. Berat biji yang sudah direndam tidaklebih dari 2-3 kali berat kering

dari biji.

7. Biji yang mengandung protein tinggi dapat menyerap air lebih

cepat dibandingkan biji dengan kadar karbohidrat tinggi.

12
13

DAFTAR PUSTAKA

Ayu, 2013. Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Kedelai Terhadap Inokulasi
Rhizobium.Univeritas Sumatera Utara, Medan. Jurnal Agroekoteknologi vol
1.no2.

Bewley, J. D. and M. Black, 2020, Physiology and Biochemistry of Seeds in Relation to


Germination, Springer-Verlag. New York.

Cahyanti, L. D., 2019. Pengaruh Alelopati seresah Daun Bambu (Dendrocalamus asper)
Pada Perkecambahan kedelai (Glycine max L. Merril). Florea, 6(1), pp. 16-19.

Ferdiawan, N., Nurwantoro & Dwiloka, B., 2019. Pengaruh Lama Waktu Germinasi
terhadap Sifat Fisik dan Sifat Kimia Tepung Kacang Tolo (Vigna unguiculata L).
Jurnal Teknologi Pangan, 2(3), pp. 349-354.

Handoko, M., 2014. Jurnal Imbibisi Biji. Fakultas Pertanian, Universitas Andalas:
Padang

Hanafiah ,K.A. 2020. Dasar Dasar Ilmu Tanah. PT Raja Grafindo Persada : Jakarta.

Heddy, S. 2013, Biologi Pertanian. Rajawali Press. Jakarta:

Husna, N. 2015. Daya Serap Air pada Biji Kacang Merah (Phaseolus vulgaris L.).
Universitas Lambung Mangkrut, Banjarmasin.

Idrus, H. A. ., & Fuadiyah, S. . (2021). Uji Coba Imbibisi pada Kacang Kedelai (Glycine
max) dan Kacang Hijau (Vigna radiata). Prosiding Seminar Nasional Biologi,1(1),
710–716.

Juhanda, Y., 2013. Pengaruh Skarifikasi pada Pola Imbibisi dan Perkecambahan Benih
Saga Manis (Abruss precatorius L.). Fakultas Pertanian, Universitas Lampung,
Bandar Lampung
Lestari, R.I., 2013. Imbibisi Biji. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Negeri Surabaya: Surabaya

Socrodikocsomo, W. 2015. Anatomi dan Fisiologi Tumbuhan. Depdikbud. Jakarta.

Putra, A. I. (2017). Imbibisi Benih Mati dan Hidup pada Benih Jagung (Zea mays) dan
Kacang Tanah (Arachis hypogaea). Universitas Muhammadiyah Malang.

Wusono, S., Matinahoru, J. M., & Watimena, C. M. A. 2018. Pengaruh Ekstrak


Berbagai Bagian Dari Tanaman Swietenia mahagoni Terhadap
Perkecambahan Benih Kacang Hijau Dan Jagung. Agrologia, 4(2).

Wahab, H. 2013. Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Institut Pertanian Bogor: Bogor

Wachid. M.2017, optimalisasi Zat Gizi pada Proses Perkecambahan Pembuatan Taoge:
Kajian Suhu dan Lama Perendaman.
14

Yahya, Y. (2015). Perbedaan Tingkat Laju Osmosis Antara umbi Solonum tuberosum dan
Doucos carota. Jurnal Biology Education, 4(1)

14
15

LAMPIRAN
16

16

Anda mungkin juga menyukai