Anda di halaman 1dari 28

DORMANSI BIJI

𝐋𝐀𝐏𝐎𝐑𝐀𝐍
OLEH :
JEREMI SABATIAN PELAWI
220301154
AGROTEKNOLOGI – 3

LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2023
ii

DORMANSI BIJI
𝐋𝐀𝐏𝐎𝐑𝐀𝐍
OLEH :
JEREMI SABATIAN PELAWI
220301154
AGROTEKNOLOGI – 3

Laporan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memenuhi Komponen


Penilaian Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Mengetahui
Dosen Penanggung Jawab

( Ir.Meiriani MP )
NIP. 196505181992032001

LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2023

iii
iii

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis ucapkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada

waktunya.

Adapun judul laporan ini adalah “DORMANSI BIJI” yang merupakan

salah satu syarat untuk memenuhi komponen penilaian di praktikum Fisiologi

Tumbuhan, Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas

Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini, Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada

Ir. Meiriani, MP; Ir. Ratna Rosanty Lahay, MP; Dr. Ir. Lisa Mawarni MP;

Ir. Revandy Iskandar Muda Damanik MSi.,M.Sc., Ph.D; Ir. Hariati, MP, selaku

dosen mata kuliah Fisiologi Tumbuhan serta abang dan kakak asisten

laboratorium Fisiologi Tumbuhan yang telah membimbing penulis dalam

menyelesaikan laporan ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu

penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan

laporan ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih. Semoga laporan ini

bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.

Medan, April 2023

Penulis

iii
iv

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .........................................................................................i


DAFTAR ISI ........................................................................................................ii
DAFTAR TABEL................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR............................................................................................v
PENDAHULUAN
Latar Belakang ..........................................................................................1
Tujuan Percobaan ......................................................................................4
Kegunaan Penulisan ..................................................................................4

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) .................................................3
Syarat Tumbuh ..........................................................................................5
Iklim ..............................................................................................5
Tanah .............................................................................................6
Botani Flamboyan (Delonix Regia) ..........................................................6
Syarat Tumbuh ..........................................................................................
Iklim ..............................................................................................9
Tanah .............................................................................................9

BAHAN DAN METODE


Tempat dan Waktu Praktikum ..................................................................15
Bahan dan Alat ..........................................................................................15
Prosedur Percobaan ...................................................................................15

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil ..........................................................................................................16
Pembahasan ...............................................................................................17

KESIMPULAN
Kesimpulan ...............................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

iii
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Secara umum, perbanyakan tanaman dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
secara generatif dan vegetatif. Perbanyakan secara generatif biasa disebut dengan
perbanyakan secara kawin atau seksual. Artinya, tanaman diperbanyak melalui benih
atau biji yang merupakan hasil perkawinan atau penyatuan sel jantan dan sel betina
dari tanaman induk. Penyatuan tersebut melalui proses penyerbukan antara bunga
jantan (serbuk sari) dan bunga betina (kepala putik). Penyerbukan dapat terjadi secara
alami karena bantuan angin atau serangga, tetapi saat ini bantuan penyerbukan dapat
dilakukan oleh manusia. Perbanyakan secara generatif diawali dengan inisiasi bunga
hingga pembentukan biji dan terbentuknya buah. Buah tersebut dipanen dan diambil
bijinya untuk bahan perbanyakan. Biji tersebut merupakan organ perkembangbiakan
yang terbentuk dalam buah sebagai hasil dari pendewasaan bakal biji yang dibuahi.
Perbanyakan melalui benih atau biji dilakukan karena alasan lebih praktis, lebih
mudah, dan teknis ini merupakan satu-satunya cara yang dapat dilakukan untuk
tanaman tertentu. (Gunawan, 2014).
Secara umum teknik perbanyakan tanaman yang dilakukan melalui biji akan
menghasilkan tanaman yang memiliki sistem perakaran yang kuat dan mampu
menyokong pertumbuhan tanaman dengan baik pada saat dewasa. Namun dengan
perbanyakan menggunakan biji sering mengalami kendala hingga dapat menyebabkan
kegagalan dalam pembiakannya. Biji yang tergolong biji dengan kulit yang keras dan
kedap yang dapat menghambat proses perkecambahan karena lambatnya pertumbuhan
benih yang disemai akibat tingkat kekerasan kulit benih yang ditimbulkan (Utami et
al., 2020).
Penyebab dari dormansi benih bisa disebabkan antara lain karena kulit benih
yang keras, pertumbuhan embrio yang belum berkembang (kurang matang), benih
mengandung zat-zat penghambat dalam buah atau benih yang mencegah
perkecambahan, dan gabungan dari beberapa tipe dormansi (Zanzibar, 2017). Biji
yang mengalami dormansi fisik yang menyebabkan pembatasan struktural terhadap
perkecambahan. Perkecambahan tergantung pada viabilitas benih, kondisi lingkungan
yang cocok, dan pada beberapa tanaman bergantung pada usaha pemecahan dormansi
(Harjadi, 2019).
Salah satu upaya pemecahan dormansi benih tanaman sirsak adalah dengan
menggunakan bahan kimia seperti larutan asam sulfat dan asam nitrat dengan
konsentrasi pekat agar kulit biji menjadi lunak sehingga dapat dilalui oleh air dengan
mudah. Penggunaan asam nitrat konsentrasi 0,5% dengan lama perendaman 72 jam
v
mampu mematahkan dormansi biji sirsak lebih cepat dibanding perlakuan lainnya
(Utami et al., 2016).
Berbagai macam metode telah dikembangkan untuk mengatasi tipe dormansi
salah satunya yaitu dengan Perlakuan pemanasan yaitu dengan merendam benih ke
dalam air panas pada suhu dan waktu yang berbeda, tujuannya adalah memberikan
kesempatan kulit benih menjadi lunak sehingga kulit benih lebih mudah melakukan
proses imbibisi, begitu juga terhadap waktu atau lama perendaman tujuannya adalah
memberi kesempatan biji menyerap air dalam kondisi yang cukup untuk merangsang
perkecambahan biji yang lebih lama kontak langsung dengan benih. Perendaman
benih dengan waktu yang berbeda adalah untuk mengetahui waktu perendaman yang
efektif dalam mengatasi dormansi. Perendaman benih dengan lama waktu yang
berbeda-beda mampu melunakkan dan membuka pori-pori kulit benih yang keras
(Nurshanti, 2013).

Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui dormansi biji
dari tanaman dengan menggunakan biji jarak dan flamboyan.

Kegunaan Penulisan

Sebagai salah satu syarat untuk dapat memenuhi komponen penilaian


di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Program Studi Agroteknologi Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan dan sebagai bahan informasi
bagi pihak yang membutuhkan.
7

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Jarak Pagar (Jatropha curcas L.)

Jarak (Jatropha curcas L.) yang sering disebut jarak pagar termasuk ke
dalam famili Euphorbiaceae. Di Indonesia terdapat berbagai jenis tanaman jarak,
antara lain jarak kepyar (Ricinus communis L.), jarak ulung (J. gossypifoli L.),
jarak Bali (J. podagrica H.), dan jarak pagar (J. curcas L.). J. curcas mengandung
minyak, senyawa fenol, flavonid, saponin, dan senyawa alkaloid. Bagian-bagian
umum digunakan yaitu daun, buah, biji, dan getah. Jenis penyakit yang dapat
disembuhkan adalah keputihan, radang telinga, sakit gigi, sariawan, perut
kembung-masuk angin, sembelit, jamur, gatal-gatal, bengkak, luka, pendarahan,
rematik, batuk, serta bermanfaat pula sebagai peluruh dahak (Sarimole et al.,
2014).
Tanaman jarak pagar (Jatropha curcas Linn) relatif mudah dibudidayakan
bahkan tanaman ini dapat ditanam pada lahan kritis. Media yang biasa digunakan
untuk pertumbuhan adalah: pupuk kandang, arang sekam dan juga serbuk gergaji.
Semua bahan media ini merupakan media organik yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan tanaman. Tanah dan pupuk kandang sangat bagus untuk
pertumbuhan jarak pagar (Jatrophus curcas Linn) terutama pada awal
pertumbuhan atau di pembibitan (Pasetryani, 2016).
Tanaman ini merupakan tanaman tropis yang dapat beradaptasi dengan
baik pada lahan kering, mudah dibudidayakan serta memiliki kandungan minyak
yang tinggi dan memiliki ciri yang sesuai untuk bahan bakar. Selain pemanfaatan
sebagai bioenergi, pada jarak pagar juga terdapat potensi yang besar untuk
pengembangan produk di bidang pertanian, obat-obatan serta produk perlindungan
tubuh (Setyaningsih, 2013).
Terhadap benih-benih ortodok khususnya benih jarak pagar, usaha
pematahan dormansi sebagai perlakuan pendahuluan benih sebelum
dikecambahkan sangat diperlukan. Namun informasi perlakuan
8
pendahuluan tersebut juga belum tersedia, sehingga dalam
mempersiapkan bibit tanaman jarak mungkin dihadapkan pada ketidak
seragaman proses perkecambahan biji dalam pesemaian (Santoso, 2017).
Daun jarak pagar cukup besar, panjang helai daun 6 – 16
cm dan lebar 5 – 15 cm. Helaian daun berbentuk bulat telur dengan
pangkal berbentuk jantung. Bunga jarak pagar muncul pada saat
tanaman mulai berumur 3 – 4 bulan. Pembungaan umumnya terbentuk
pada saat musim kemarau, namun pada musim hujan bunga juga dapat
muncul. Bunga muncul secara terminal dari percabangan. Bunga terdiri
dari bunga jantan dan bunga betina yang terletak pada setiap malai. Bunga
betina bertangkai tebal dan berambut seperti sarang laba–laba
dan ukurannya lebih besar dari bunga jantan (Nurcholis, 2015).
Banga tanaman jarak pagar adalah banga majemuk berbentuk malu
berwarna kuning kehijauan, berkelamin tunggal, dan berumah satu Bungs
betina 4-5 kali lebih banyak dari bunga jantan. Bunga jantan maupun bunga
betina tersusun dalam rangkaian berbentuk cawan yang tumbuh di ujung
batang ata ketiak daun. Bunganya mempunyai 5 kelopak berbennik bulat
selur dengan panjang kurang lebih 4 mm. Hemang sari mengumpul pada
pangkal dan berwarna kuning Bunganya mempunyai 5 mahkota berwarna
keunguan Setiap tandan tendapat lebih dari 15 bungs Jarak termasuk
tanaman monoecious dan bunganya unisekseksual (Prihandana, 2015).
Batang yang dimiliki oleh tanaman jarak ini memiliki bentuk yang
berupa silindris. Jika batang ini terluka maka ini akan menimbulkan getah.
Perlu diketahui bahwa pada batang jarak memiliki fungsi sebagai sistem
percabangan untuk mendukung perluasan pada bidang fotosintesis. Hal ini
merupakan suatu tranportasi utama udara, air dan bahan organik yang
sebagai fotosintat serta unsur hara. Biji yang dimiliki oleh tanaman
jarak ini memiliki bentuk yang oval lonjong dan disertai dengan warna
coklat agak kehitaman. Untuk ukuran dari biji tanaman jarak ini terdapat
ukuran panjang yang mencapai 2 cm dengan ketebalan bisa mencapai 1 cm
dan disertai oleh berat yang berkisar 0,4 hingga mencapai 0,6 gram disetiap
9
bijinya (Rita, 2022).
Jarak pagar (Jatropha curcas L.) termasuk tanaman berumah
satu atau monoecious, artinya alat kelamin jantan dan betina berada
pada satu tanaman. Berdasarkan alat kelamin pada bunga, terdapat dua
tipe yaitu tanaman uni-seksual dan andromonoecious. Secara umum,
kedua tipe ini memiliki morfologi organ seperti akar, batang, daun
dan buah yang hampir sama. Perbedaan yang jelas terdapat pada
bunganya, tanaman uniseksual menghasilkan bunga jantan dan betina
sedangkan andromonoecious menghasilkan bunga jantan dan
hermaprodit (Asbani, 2019).

Syarat Tumbuh

Iklim

Pertumbuhan jarak pagar sangat cepat. Waktu paling baik untuk


menanam jarak pagar ialah pada musim panas atau sebelum musim hujan.
Tanaman jarak pagar dapat tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian
sekitar 500 m di atas permukaan laut Tanaman ini dapat tumbuh pada curah
hujan 300-2.380 mm/tahun dengan suhu lebih dari 20°C. Oleh karena itu,
tanaman ini tumbuh baik di lahan kering yang beriklim
kering (Valya, 2015).
Kisaran suhu yang sesuai untuk bertanam jarak adalah 20-26 °C.
Pada daerah dengan suhu terlalu tinggi (di atas 35 °C) atau terlalu rendah
(di bawah 15 °C) akan menghambat pertumbuhan serta mengurangi kadar
minyak dalam biji dan mengubah komposisinya. Sulu rendah dan
kelembaban tinggi atau hujan pada saat pembungaan dan pembuahan dapat
menurunkan produksi (Hambali, 2017).
Areal yang tersedia untuk pengembangan tanaman jarak pagar di
Indonesia berupa lahan kering marginal dengan faktor pembatas utama
adalah air, serta rawan erosi. Jarak pagar merupakan tanaman yang sesuai
dibudidayakan di lahan kering iklim kering karena toleran ketersediaan air
10
terbatas, dan berfungsi dalam pengendalian erosi (Rusmayadi, 2013).

Tanah
Tanaman jarak merupakan tanaman tropis dan subtropis yang akan
tumbuh dengan baik bila ditanam pada tempat dengan ketinggian 0-1700 m
di atas permukaan laut. Bahkan tanaman jarak masih dapat tumbuh apabila
ditanam pada tempat dengan ketinggian 2750 m di atas permukaan laut
(Rita, 2022).
Tanaman jarak pagar tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian
sekitar 500 m di atas permukaan laut (dpl). Tanaman ini dapat tumbuh pada
curah hujan 200-1500 mm/tahun dengan curah hujan optimum 625 mm
tahun. Tanaman jarak pagar dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, antara
lain di tanah berbatu, tanah berpasir tanah liat, babkan di tarah yang kurang
subur. Tanah gembur sangat. Disukai taman jarak pagar sehingga
pertumbuhannya kurang baik jika ditanam di tanah yang padal (Syah,
2016).
Pada tanaman jarak, suhu yang akan membuat tanaman jarak berkembang
secara optimal berkisar antara 11-38°C. Tanaman jarak tidak tahan terhadap suhu
yang sangat dingin sehingga tanaman ini pun takkan sensitif terhadap panjang
hari. Tanaman jarak merupakan tanaman yang dapat beradaptasi pada kondisi
kering (Rita, 2022).

Botani Flamboyan (Delonix regia)


Genus Delonix terdiri dari kurang lebih 10 spesies, termasuk famili
Caesalpiniaceae. Salah satu spesies yang terkenal dan sangat baik sebagai
tanaman pelindung adalah Delonix regia Raf. (dulu Poinciana regia Boj.)
yang dikenal dengan nama lain: Flamboyan (Indonesia, Meksiko,
Venezuela, Malaysia), Cabellero (Philipina), Gul Mohur (India), Flame
Tree (Inggris) dan sering disebut sebagai ‘Royal Poinciana’ dalam literatur.
Pohon ini berasal dari Madagaskar, sekarang tumbuh di hampir
setiap negara tropis dan subtropis dan mungkin yang paling diakui sebagai
pohon tropis hias di dunia. Tingginya bervariasi dengan paling tinggi
11
mencapai 12 meter. Tanaman ini menyukai tempat terbuka dan cukup sinar
matahari. Batangnya licin, berwarna cokelat kelabu dengan kulit sangat
keras, berat, dan tahan air atau serangga. Akarnya cukup kuat sehingga jika
ditanam di trotoar bisa mengangkat permukaan trotoar atau jalan. Bentuk
pohonnya yang cabangnya banyak dan melebar seolah membentuk
payungng raksasa (Nurhayati, 2013).
Bunga flamboyan (Delonix regia) merupakan bunga berwarna
merah atau oranye merah dengan empat kelopak yang menyebar dan satu
mahkota tegak. Diameter bunga 8-15 cm, panjang kelopak 4-7 cm. Bentuk
kelopak bunga sedikit lebih besar yang ditandai dengan campuran warna
kuning dan putih. Flamboyan mengandung senyawa metabolit sekunder,
seperti alkaloid, flavonoid, terpenoid dan tanin yang bermanfaat sebagai
bahan obat. Adanya kandungan senyawa tersebut menyebabkan tanaman
ini berkhasiat sebagai imunostimulan (Kumar et al., 2013).
Akar Flamboyan tumbuh cepat dan sangat kuat, sehingga dapat
merusak jalan setapak atau pengerasan lainnya dalam taman, jika ditanam
terlalu dekat. Tanaman flamboyan akan tumbuh dan berbunga saat musim
semi. Tetapi jika musim kemarau maka bunga akan berguguran. Bahkan
daun akan sedikit meranggas. Ini alasannya mengapa jika musim panas,

Anda tidak lagi melihat bunga indah ini di pinggir jalan. Pada musim
kemarau yang panjang, seringkali tanaman ini gundul, karena daun dan
bunganya berguguran. Begitu musim kemarau berakhir, tunas-tunas
bermunculan bersamaan dengan bunga yang sangat lebat.
Tanaman Flamboyan menyukai cahaya matahari penuh, tanah yang
lembab dengan drainase yang baik serta kaya bahan organik, namun tidak
menyukai jenis tanah berat seperti liat. Flamboyan toleran terhadap kondisi
kekeringan dan tanah bergaram. Pemangkasan hanya diperlukan pada
tanaman muda untuk pembentukan batang yang tunggal.
Perbanyakan tanaman dapat dilakukan melalui biji atau stek. Biji-
biji Flamboyan diberi perlakuan sebelum ditanam untuk mempercepat
perkecambahan. Dapat direndam selama 24 jam dalam air hangat atau
12
digunting (diiris) ujungnya untuk mempermudah penyerapan air. Dalam
kondisi optimum, bij i akan dengan cepat berkecambah dan dalam beberapa
minggu bibit bisa tumbuh mencapai 30 cm. Perbanyakan lewat bij i
membutuhkan waktu kurang lebih 10 tahun untuk dapat berbunga dari
sejak biji disemai.
Daun flamboyan terlihat menyirip dan memiliki bulu-bulu halus
yang menyebar di seluruh permukaannya. Ketika daun masih berupa
kelopak warnanya semu kuning yang sedikit pucat dengan panjang antara
4-7 cm. Jika bunga sudah mau gugur biasanya daun berubah warna menjadi
merah nyala. Buah tanaman ini tidak terlalu besar. Panjangnya saja hanya
60 cm. Untuk lebarnya hanya 5 cm saja. Ukuran buah tanaman flamboyan
sama dengan ukuran biji. Bahkan biji flamboyan disebut biji polong yang
kecil. (Elfianis, 2022).
Klasifikasi Flamboyan (Delonix regia (Hook.) Raf.) sebagai berikut.

 Kingdom: Plantae (tumbuhan)


 Subkingdom: Tracheobionta (tanaman pembuluh)
 Super Divisi: Spermatophyta (menghasilkan biji)
 Divisi: Magnoliophyta (tanaman berbunga)
 Kelas: Mangoliosida (dikotil atau berkeping dua)
 Subkelas: Rosidae
 Ordo: Fabales
 Familia: Fabaceae
 Subfamilia: Caesalpinioideae
 Suku: Caesalpinieae
 Genus: Delonix
 Species: Delonix regia Raf (Wisnu, 2021)

Syarat Tumbuh

Iklim
13
Tumbuhan flamboyan tumbuh terbaik dalam iklim hangat. Suhu
yang ideal untuk pertumbuhan tumbuhan ini adalah antara 20 hingga 35
derajat Celsius. Tumbuhan ini tidak tahan terhadap suhu dingin yang
ekstrem atau suhu di bawah 10 derajat Celsius. Tumbuhan ini tumbuh
dengan baik di daerah dengan curah hujan tahunan antara 1000 hingga
2000 mm. Curah hujan yang cukup membantu penyediaan air yang
memadai untuk pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan ini (Putri,
2018).

Tumbuhan flamboyan lebih menyukai udara yang lembab.


Kelembaban udara yang optimal untuk pertumbuhan tumbuhan ini adalah
sekitar 60 hingga 80 persen. Kelembaban udara yang tinggi membantu
menjaga kelembaban tanah dan mencegah penguapan air yang berlebihan
dari daun tumbuhan (Sutrisno, 2017).

Tumbuhan flamboyan membutuhkan paparan sinar matahari yang


cukup untuk tumbuh dengan baik. Tumbuhan ini tumbuh terbaik di lokasi
yang terbuka dengan sinar matahari langsung. Pencahayaan yang cukup
mempengaruhi proses fotosintesis dan produksi energi bagi tumbuhan ini
(Kuswara, 2015).

Tanah

Tumbuhan flamboyan membutuhkan tanah dengan kemampuan


drainase yang baik. Tanah yang terlalu lembab atau memiliki drainase yang
buruk dapat menyebabkan akar tumbuhan membusuk. Oleh karena itu,
tanah yang memiliki struktur pori yang baik dan mampu mengalirkan air
dengan baik sangat penting untuk pertumbuhan tumbuhan ini (Siregar,
2015).

Tumbuhan flamboyan tumbuh dengan baik di tanah yang cukup


dalam. Kedalaman tanah yang memadai memungkinkan perkembangan
14
akar yang baik dan memberikan ruang bagi pertumbuhan sistem perakaran
tumbuhan. Tanah yang dangkal atau memiliki batuan di bawahnya dapat
membatasi pertumbuhan akar dan menghambat pertumbuhan tumbuhan
flamboyan (Suharto, 2014).

Tumbuhan flamboyan tumbuh optimal pada tanah dengan Ph netral


hingga sedikit asam. Rentang Ph tanah yang ideal untuk tumbuhan ini
adalah antara 6 hingga 7. Tanah dengan Ph yang terlalu rendah atau terlalu
tinggi dapat mempengaruhi ketersediaan nutrisi bagi tumbuhan dan
menghambat pertumbuhannya (Lestari, 2017).
15

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Pratikum

Adapun pratikum dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan pada hari kamis, 4 Mei

2023 s/d selesai pada ketinggian 25 mdpl.

Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini adalah bak perkecambahan
untuk sebagai media tumbuh perkecambahan dan alat tulis.

Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah biji saga, biji
flamboyan, biji jarak, buah pinang yang sudah dikupas (sudah tua dan bewarna
orange), aquades, kertas pasir halus, pasir steril, dan label.

Prosedur Percobaan
1. Siapkan bak perkecambahan/ polybag, isi dengan pasir

2. Siapkan biji saga, biji jarak, biji flamboyan dan biji pinang sesuai kriteria

3. Masing- masing biji diberi perlakuan

a. Biji I: Kikir atau asah biji dengan kertas pasir pada jarak 180˚
dengan embrio sampai tampak endorspermnya. Rendam dalam air
selama 1 jam
b. Biji II : Kikir atau asah biji dengan kertas pasir pada jarak 90˚
dengan embrio sampai tampak endorspermnya. Rendam dalam air
selama 1 jam
16
c. Biji III: Tanpa kikir atau asah (control). Rendam dalam air selama 1
jam

4. Tanam pada bak kecambah/ polybag yang sudah berisi pasir steril

5. Siram biji yang telah di tanam hingga lembab dan tempatkan pada tempat
gelap pada suhu kamar/ruang

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
BIJI JARAK (TABEL ATAS)
PERLAKUAN TANGGAL TANAM TANGGAL
BERKECAMBAH

Kontrol (Tanpa Kikir) a. 05 Mei 2023 a. 08 Mei 2023


b. 05 Mei 2023 b. –
c. 05 Mei 2023 c. –

90 dari Embrio a. 05 Mei 2023 a. 07 Mei 2023


b. 05 Mei 2023 b. 07 Mei 2023
c. 05 Mei 2023 c. 07 Mei 2023

180 dari Embrio a. 05 Mei 2023 a. 08 Mei 2023


b. 05 Mei 2023 b. 08 Mei 2023
c. 05 Mei 2023 c. 08 Mei 2023

BIJI FLAMBOYAN (TABEL BAWAH)


PERLAKUAN TANGGAL TANAM TANGGAL
BERKECAMBAH

Kontrol (Tanpa Kikir) a. 05 Mei 2023 a. 09 Mei 2023


b. 05 Mei 2023 b. –
c. 05 Mei 2023 c. –

90 dari Embrio a. 05 Mei 2023 a. 08 Mei 2023


b. 05 Mei 2023 b. 08 Mei 2023
c. 05 Mei 2023 c. –

180 dari Embrio a. 05 Mei 2023 a. 09 Mei 2023


b. 05 Mei 2023 b. 09 Mei 2023
c. 05 Mei 2023 c. 09 Mei 2023
17
Pembahasan
Dormansi adalah suatu keadaan benih tidak mengalami pertumbuhan dan
perkembangan tetapi masih dapat melakukan proses metabolisme. Apabila biji tidak
mengalami proses fisiologis tersebut dapat dikatakan biji tersebut dorman. Hal ini sesuai
dengan penelitian Hasanuzzaman. (2013) yang menyatakan bahwa Dormansi benih
merupakan suatu keadaan benih yang matang dan layak, namun benih tersebut tidak
berkecambah walaupun dalam kondisi pertumbuhan yang menguntungkan Apabila biji
tidak mengalami proses fisiologis, dapat dikatakan biji tersebut dorman. Namun,
biji/benih yang dorman atau tidak masih sangat sulit untuk diketahui karena dormansi
hanya dapat diukur dengan tidak adanya perkecambahan pada benih/biji.
Dormansi biji terbagi dalam beberapa tipe. Dormansi berlandaskan faktor nya
terdapat 2 jenis yakni: 1. Impossed dormancy (quiscences) ataupun dormansi sekunder
yakni. 2. Inate dormancy (Rest) ataupun yang disebut dengan dormansi primer, Dormansi
berlandaskan tahapannya ada 2 yakni . Mekanisme fisik, ialah dormansi yang tahapan
penghambatnya dikarenakan oleh organ benihnya sendiri. Dormansi ini dibagi jadi 2
yakni tahapan fisik dan kimiawi. Hal ini sesuai dengan penelitian fitri (2017) yang
menyatakan bahwa terdapat 2 tipe dormansi benih antara lain yaitu dormansi fisik
( dormansi primer) dan dormansi fisiologis ( dormansi sekunder)
Dormansi biji dapat terjadi dalam 2 metode yaitu metode skarifikasi mekanik dan
kimia. Kalau skarifikasi dengan mekanik, metode yang sesuai sebagai perlakuan
pematahan dormansi pada benih impermeabel. Kalau skarifikasi kimia dilakukan dengan
cara pemberian bahan kimia yang termasuk Golongan asam kuat seperti H2SO4, HNO3
dan HCl. Hal ini sesuai dengan penelitian Satya (2015) Yang menyatakan bahwa
Skarifikasi mekanis merupakan metode yang sesuai sebagai perlakuan pematahan
dormansi pada benih impermeabel. Teknik yang digunakan untuk merusak jaringan testa
meliputi penusukan, penggoresan, pemecahan, pengikiran dan pembakaran pada biji, serta
pengupasan kulit benih.
Asam sulfat dalam proses perkecambahan juga berfungsi zat yang dapat
merangsang proses perkecambahan dengan cara merusak kulit dari biji tersebut. Hal ini
sesuai dengan penelitian Nurannisa (2023) yang menyatakan bahwa perkecambahan dapat
sangat dipacu dengan merendam biji terlebih dahulu dengan asam sulfat selama beberapa
menit sampai satu jam selanjutnya. asam pada umumnya adalah senyawa molekuler dan
tergolong elektrolit kovalen. Asam sulfat mempunyai kekuatan yang lebih besar
dibandingkan dengan asam lainnya seperti asam klorida dan asam nitrat sebab asam sulfat
membentuk ion H4 yang lebih banyak, sehingga lebih cepat dapat menghidrolisis kulit
18
biji dan meningkatkan permeabilitas kulit biji terhadap air dan gas.
Dari hasil praktikum didapatkan hasil bahwasanya biji jarak yang lebih banyak
berkecambah dibandingkan dengan biji flamboyan. Hal ini sesuai dengan penelitian
Ichsan, (2013) yang menyatakan bahwa benih yang besar menghasilkan bibit yang cepat
pertumbuhannya dibandingkan yang kecil. Hal ini dikarenakan benih yang besar
mempunyai cadangan makanan yang lebih banyak sehingga akan menghasilkan bibit
yang lebih besar.
Faktor-faktor yang mempengaruhi dormansi biji ada beberapa yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Hal ini sesuai dengan penelitian Willan dalam Yuniarti
(2015). Yang menyatakan bahwa dormansi terjadi disebabkan oleh faktor luar (eksternal)
dan faktor dalam (internal). Faktor-faktor yang menyebabkan dormansi pada biji adalah
tidak sempurnanya embrio (rudimetery embrio), embrio yang belum matang secara
fisiologis, kulit biji yang tebal (tahan terhadap gerakan mekanis), kulit biji impermeabel,
dan adanya zat penghambat (inhibitor) untuk perkecambahan.
Untuk dapat mematahkan Dormansi bagi kulit biji yang keras seperti biji
flamboyan dapat di lakukan dengan cara membuat kulit biji itu rusak misalnya dengan
cara kimia dan mekanis. Hal ini sesuai dengan penelitian Cahyani (2014). Yang
menyatakan bahwa pematahan dormansi untuk kulit benih yang keras dapat dilakukan
dengan perendaman dalam air dingin/panas, perlakuan dengan asam kuat, misalnya asam
sulfat dan skarifikasi pada bagian fisik, sedangkan dormansi embrio dapat dihilangkan
melalui metode stratifikasi (chilling dan prechilling), inkubasi dan stratifikasi serta secara
kimiawi (asam sitrat, asam giberalin, hydrogen peroksida dan ethylene)
KESIMPULAN

1. Dormansi adalah suatu keadaan benih tidak mengalami pertumbuhan dan


perkembangan tetapi masih dapat melakukan proses metabolisme.
2. Dormansi biji terbagi dalam beberapa tipe. Dormansi berlandaskan faktor nya terdapat
2 jenis yakni: . dormansi sekunder dan dormansi primer serta berdasarkan
Mekanisme. Dormansi ini dibagi jadi 2 yakni tahapan fisik dan kimiawi.
3. Teknik skarifikasi yang di gunakan dalam proses dormansi ada 2 yaitu mekanik dan
kimia.
4. Asam sulfat berfungsi sebagai zat yang dapat melunakkan dan membantu proses
perkecambahan agar lebih cepat.
5. Biji yang ukurannya lebih besar lebih cepat mengalami proses perkecambahan karena
lebih banyak menyimpan cadangan makanan di bandingkan dengan biji yang kecil
6. Faktor yang mempengaruhi dormansi biji adalah tidak sempurnanya embrio), embrio
yang belum matang secara fisiologis, kulit biji yang tebal, kulit biji impermeable, dan
adanya zat penghambat(inhibitor) untuk perkecambahan.
7. Untuk mematahkan dormansi biji paa biji yang keras dapat dilakukan dengan merusak
kulit biji tersebut contohnya dengan mengikir,Direndam air panas dan di rendam
dengan zat kimia

iii
DAFTAR PUSTAKA

Adinda,R. Dan Basyuni,M.2021.Pengaruh ketersediaan unsur hara dan pH tanah terhadap


pertumbuhan Tanaman Flamboyan ( Delonix rugia). Jurnal ilmiah mahasiswa
pertanian.6(2):27-34.
Andriani,Y. , Munandar D.& Karuniawan, A .2016 Kajian taksoomi pada tumbuhan flamboyan
(Delonix ragia.L) di Kabupaten buleleng Bali.Jurnal agroteknologi Tropika,5(3): 530-
536
Apriani, D., & Sukesi, T. W. 2020. Pemberian kompos jerani padi untuk meningkatkan
pertumbuhan dan produksi taniman Flamboyan (Delonix regia), Jurnal Im Pertanian
Indonesia, 25(3), 182-187.
Andiyani, M., and Astuti, D.A. 2015 Pengaruh pemberian pupuk organik Dan kotoran ayam
terhadap pertumbuhan dan produksi biji saga (Abrus precatorius L.). Jumal Agrotek
Tropika, 3(1), 53-58.
Bahri S, Saukani. 2017. Pengaruh ukuran biji dan media tanam terhadap perkecambahan dan
pertumbuhan bibit karet (Hevea brasiliensis Muell.
Arg.). Agrosamudra 4: 58–70
Budiana,Wirawan, B., & Sujana, N. 2021. Karaktenstik morfologi bunga Flamboyan (Delonix
regia) pada lokasi yang berbeda di Bali. E-Journal Agrotekbix, 9(2), 123-130.
Cahyani. WN. and Wijayanti, N.2014 Pengaruh pemberian pupuk NPK dan interval
penyiraman terhadap pertumbuhan dan produksi saga (Abrus precatorius LJ, Jumal
Agroekoteknologi Tropika, 3(2), 80-85.
Darmawan, R. 2014. Morfologi dan Anatomi Tumbuhan. Malang: UB Press.
Darmono. T.W., and Martono, E.2016.Pengaruh perbedaan perlakuan pencahayaan terhadap
hasil tanaman saga (Abra precatoria L.), Jurnal Agritech, 36(3)
311-317
Devi nata ismiati. 2022. Kajian analisis dormansi pada tumbuhan. 1-23.
Diah Rochana Puspitasari, Anne Nuraini, Sumadi.2020. Pematahan Dormansi
Umbi Bawang Putih (Allium sativum L.) Varietas Lumbu Hijau dengan Perlakuan Lama
Penyimpanan Umbi pada Suhu Rendah dan Aplikasi
Giberelin. Jurnal Ilmiah Pertanian Vol. 8(2): 85-92
Fahmi, Z1, 2013. Studi Perlakuan Pematahan Dormansi Benih dengan
Skarifikasi Mekanik dan Kimiawi. Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Taruman
Perkebunan: Surabaya
Fauziyah, E 2014 Pengaruh Konsentrasi Dan Lana Perendaman Dalam Larutan Asam Sulfat
(H2so4) Terhadap Pematahan Dormansi Biji Sengon
Paraserianthes Falcatarial. Nielsen), UIN Malang :Malang
Hapsari, L., & Mariska, 1. 2020. Kemampuan berbunga dan berbuah Flamboyan (Delonix regia)
pada perbanyakan vegetatif dengan berbagai media tanum.

iii
Jurnal Bibati, 5(2), 125-132.
Harsono, A. 2014. Studi Varietas Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) di Berbagai
Wilayah Indonesia. Jurnal Penelitian Tanaman Industri, 20(3), 137-146.
Hedty, 2014. Pemberian H2so4 dan Air Kelapa pada Uji Viabilitas Biji Kopi Arabika (Coffea
arabika L.). Universitas Tanjung Pura: Pontianak.
Juhanda 2013. Pengaruh Skarifikasi Pada Pola Imbibisi Dan Perkecambahan Benih
Saga Manis(Abrus precatoria Universitas Lampung: Lampung Manurung,
R., & Syam, H. P. 2018. Karakterisasi morfologi dan anatomi kayu Flamboyan (Delontx
regia) pada ketinggian berbeda di kawasan Bogor.
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kavu Tropis, 16(2), 85-98.
Lisa Agurahe, 2019. Pematahan Dormansi Benih Pala (Myristica fragrans Houtt.)
Menggunakan Hormon Giberalin, Jurnal Pharmacon, Vol 8, No 1,
Mehtap BOYRAZ1, Hasan KORKMAZ2, Alper DURMAZ1. 2019. TOHUMDA
DORMANSİ VE ÇİMLENME. Black Sea Journal of Engineering and
Science.2(3):92-105
Murdiono, Y., & Rahardjo, B. T. 2018. Pengaruh frekuensi dan volume penyiraman terhadap
pertumbuhan Flamboyan (Delonix), Jurnal Ilmiah Pertanian, 3(1), 23-30.
Ningsih, LB. R. Yulianti, N., & Nurhayati, A. P. 2019. Variasi karakter morfologi daun
Flamboyan (Delonix regia) pada lokasi yang berbeda di Bali Bali. E- Journal Agroteks,
7(4), 340-348.
Nuraini, A.Sumadi Y. Yuwariah .H. Rulistianti. 2019.Pengaruh suhu penyimpanan dan
konsentrasi sitokinin terhadap pematahan dormansi benih kentang (Solanum tuberosum L.)
Nuraini, A. · Sumadi · Y. Yuwariah · H. Rulistianti
2019 vol 18(1) 987-982
Nonogaki H. 2017. Seed biology updates - Highlights and new discoveries in seed dormancy
and germination research. Frontiers in Plant Science 8: 1-16.
Puput retno wijayanti.2022. Review Pematahan Dormansi Biji dengan Metode Skarifikasi
Mekanik dan Kimia. Jurnal Agroekoteknologi Tropika
Lembab.5 (2).109-116.
Riyanti.2022.pengaruh Skarifikasi dan Perbedaan Ukuran Biji Terhadap Perkecambahan Benih
Kopi Robusta (Coffea, sp).Jurnal institusi politeknik ganesha medan.5(2) : 111-123
Retno Puji Astari*, Rosmayati , Eva Sartini Bayu.2014. PENGARUH
PEMATAHAN DORMANSI SECARA FISIK DAN KIMIA TERHADAP
KEMAMPUAN BERKECAMBAH BENIH MUCUNA (Mucuna bracteata
D.C). Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.2(2) : 803 – 812
Santoso, E., et al. 2016. Deskripsi Anatomis Tumbuhan Saga (Abrus precatorius Linn) Asal
Kulon Progo, Jurnal Ilmiah Biologi Biosfera, 3(1), 19-24.
Simatupang, B. 2014. Teknik Pematahan oormansi Benih GAii ITRI (Elaeocarpus ganitrus)
Suhardjo, H. 2015. Studi Varietas Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) pada Lahan
Kering di Pulau Sumbawa. Jurnal Penelitian Pertanian Terapan, 15(1), 9-16.

iii
Sulistyowati, E. 2018. Anatomi Tumbuhan. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Simatupang, B. 2014. Teknik Pematahan dormansi Benih GAii ITRI (Elaeocarpus ganitrus)
Susilo, A. W., & Purwanto, Y. (Eds.). 2017. Fisiologi Benih: Kajian Mekanisme Dormansi,
Vigor dan Viabilitas Benih. IPB Press.
Sutrisno, E., Supriatna, A. K., & Wardani, A. K. 2016. Karakteristik morfologi dan kemiripan
tanaman Flamboyan (Delonix regia) di kawasan
Malang Raya. Jurnal Biologi Indonesia, 12(1), 121-132
Yayuk Nurmiaty, Ermawati , Vita Wulan Purnamasari. 2014.pengaruh cara Skarifikasi dalam
pematahan dormansi pada viabilitas benih saga manis
(Abrus precatorius .L).Jurnal agrotek.2(1): 73-77

iii
LAMPIRAN

iii
iii
iii
iii
iii
iii

Anda mungkin juga menyukai