LAPORAN
OLEH:
LABORATORIUM FISIOLOGI
TUMBUHAN PROGRAM STUDI
AGROTEKNOLOGI FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA
UTARA 2023
DORMANSI BIJI
LAPORAN
OLEH:
LABORATORIUM FISIOLOGI
TUMBUHAN PROGRAM STUDI
AGROTEKNOLOGI FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA
UTARA 2023
Nama : Julian Aleksandros
Saragih NIM220301057
Judul : Dormansi Biji
Kelas : Agroteknologi-
2
Menggetahui
Dosen Penaggung
Jawab
(Ir.Meiriani.MP)
NIP:196505181992032001
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dipanjatkan kepada hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
semua karunia dan rahmat yang limpah, sehingga penulis dapat menyelesaikan
dengan baik penyusunan laporan dengan judul “Dormansi Biji” ini meskipun
Harapan penulis untuk laporan ini semoga bisa menjadi bahan informasi
yang bermanfaat atau bisa menjadi salah satu bahan rujukan maupun panduan
bagi para pembaca semua. Selain itu, dapat memberikan pengetahuan, wawasan
dan pengalaman yang baik. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada Ir. Meiriani, MP selaku dosen mata kuliah fisiologi tumbuhan serta
abang dan kakak asisten fisiologi tumbuhan yang telah membantu dalam
sebab itu, dengan penuh kerendahan hati, saya berharap kepada para pembaca bisa
memberikan saran dan masukan yang membina demi memperbaiki makalah ini
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DATAR ISI..........................................................................................................................ii
PENDAHULUAN................................................................................................................1
Latar Belakang.............................................................................................................1
Tujuan Percobaan........................................................................................................3
Kegunaan Penulisan....................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................................4
Botani Pinang..............................................................................................................4
Syarat Tumbuh............................................................................................................7
Iklim............................................................................................................................7
Tanah..........................................................................................................................7
Botani Jarak Pagar......................................................................................................8
Syarat Tumbuh..........................................................................................................10
Iklim..........................................................................................................................10
Tanah........................................................................................................................10
Dormansi Biji............................................................................................................11
BAHAN DAN METODE..................................................................................................13
Tempat dan Waktu Percobaan...................................................................................13
Bahan dan Alat..........................................................................................................13
Prosedur Percobaan....................................................................................................13
HASIL DAN PEMBAHASAN.........................................................................................15
Hasil..........................................................................................................................15
Pembahasan..............................................................................................................15
KESIMPULAN..................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ii
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
kerajaan Plantae. Biji merupakan bagian terpenting dalam tumbuhan. Biji bisa disebut
tumbuhan embrio yang tertutup oleh lapisan pelindung dibagian luar. Berdasarkan
keadaannya biji pada tumbuhan diklasifikasikan menjadi dua, yakni tumbuhan berbiji
2020). Perbanyakan tanaman dapat dilakukan dengan cara generatif dan vegetatif.
penyerbukan alami dengan bantuan angin atau serangga. Keunggulan dari perbanyakan
tanaman secara generatif yaitu tanaman memiliki sistem perakaran yang kuat dan
kokoh, lebih mudah diperbanyak, dan jangka waktu berbuah lebih panjang. Sedangkan
yang rendah dan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk berkecambah dan waktu
Biji merupakan struktur reproduksi tumbuhan berbunga yang berisi embrio dan
muda. Biji terdiri dari tiga bagian utama, yaitu kulit biji (testa), embrio, dan endosperm.
Biji merupakan struktur penting dalam siklus hidup tumbuhan dan juga memiliki peran
penting dalam pertanian dan industri pangan. Contohnya biji padi merupakan sumber
utama karbohidrat bagi manusia di berbagai negara, sementara biji kedelai mengandung
protein yang sangat tinggi dan digunakan sebagai bahan baku makanan dan
Dormansi adalah kondisi fisiologis pada biji, tunas, atau organ tumbuhan
kondisi lingkungan yang sesuai. Dormansi terjadi sebagai respons alami tumbuhan
terhadap situasi lingkungannya yang tidak sesuai dengan kebutuhan biji, seperti suhu
yang tidak sesuai dan lain sebagainya. Dormansi membantu tumbuhan bertahan dalam
situasi lingkungan yang tidak sesuai dengan kebutuhannya. Dengan kata lain dormansi
memastikan bahwa tumbuhan hanya akan tumbuh di lingkungan yang sesuai dengan
Dormansi benih/biji adalah suatu keadaan benih yang matang dan layak, namun
dormansi benih pada kondisi di alam biasanya berputar sepanjang tahun, sehingga
Tipe dormansi terbagi menjadi dua yaitu dormansi primer dan dormansi sekunder.
Dormansi benih yang terjadi setelah embrio berkembang dan masih berada pada
tanaman induk disebut sebagai dormansi primer. Sedangkan dormansi sekunder dapat
diketahui untuk dapat menentukan cara pematahan dormansi yang tepat sehingga benih
dapat berkecambah dengan cepat dan seragam. Ada beberapa penyebab dormansi pada
biji yaitu faktor internal dan eksternal. Penyebab dormansi eksternal yaitu berasal
dari lingkungan tempat biji berada, sedangkan faktor internal yaitu yang berasal dari
biji itu
3
sendiri. Salah satu faktor internal dari biji yaitu kulit biji yang keras yang menyebabkan
imbibisi atau masuknya air ke dalam biji sulit terjadi. Masa dormansi tersebut dapat
dilakukan baik secara fisik dan kimia. Secara fisik dapat dilakukan dengan
secara kimia dapat dilakukan dengan perendaman air, kNO3 (kalium nitrat), HSO4
(asam sulfat), dan HCL (asam klorida). Perlakuan fisik/skarifikasi mekanik pada
umumnya hanya dilakukan terhadap benih yang memiliki kulit yanag keras dan tebal
yang menghambat proses imbibisi benih. Karena perlakuan fisik mempunyai tujuan
Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengenal beberapa tipe-tipe
dormansi dan untuk mengetahui pengaruh kulit biji yang keras terhadap perkecambahan.
Kegunaan Penulisan
Adapun kegunaan penulisan ini adalah sebagai salah satu syarat dapat mengikuti
Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dan sebagai salah satu bahan informasi bagi
TINJAUAN PUSTAKA
Pinang (Areca catechu L.) (bahasa Inggris: Betel palm) adalah salah satu jenis
famili Arecaceae pada ordo Arecales. Pohon ini merupakan salah satu tanaman dengan nilai
ekonomi dan potensi yang cukup tinggi. Tanaman yang memiliki batang lurus dan ramping
ini memiliki banyak sekali manfaat dan umum dikenal sebagai tanaman obat. Pemanfaatan
tanaman pinang selain untuk ekspor ke Tiongkok dan beberapa negara Asia Selatan, di
beberapa daerah Sumatra dan Kalimantan dimanfaatkan untuk acara seremonial seperti
ramuan sirih pinang untuk upacara adat. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini
telah mengubah pola pemanfaatan tanaman pinang seperti untuk keperluan farmasi dan
industri, sementara India dan Tiongkok saat ini telah mengolah pinang
Biji pinang memiliki bentuk bulat telur atau oval dengan ujung runcing. Ukuran biji
pinang bervariasi, tergantung pada jenisnya. Secara umum, ukurannya berkisar antara 1,5 cm
hingga 3,5 cm. Biji pinang memiliki warna coklat kehitaman pada kulit luar dan putih pada
bagian dalamnya, kulit luar biji pinang berupa lapisan tipis yang keras dan bersisik, kulit
dalam biji pinang berupa lapisan tipis yang lunak dan mudah terkelupas. Embrio biji pinang
terletak di bagian dalam dan berbentuk bulat, embrio ini memiliki warna putih atau krem dan
berfungsi sebagai tempat pertumbuhan dan perkembangan calon tanaman. Endosperma biji
pinang merupakan lapisan yang menutupi embrio dan berfungsi sebagai cadangan makanan
5
untuk calon tanaman. Endosperma biji pinang berwarna putih dan bersifat keras serta
Bentuk daun pinang melengkung seperti perisai dengan ujung tumpul atau runcing.
Ukuran daun pinang bervariasi menurut spesiesnya, namun biasanya ukurannya bervariasi
antara panjang 50-150 cm dan lebar 30-70 cm. Setiap tanaman pinang memiliki beberapa
daun yang tumbuh dari pangkal tanaman. Warna daun sirih bervariasi tergantung spesiesnya,
tetapi biasanya hijau keabu-abuan atau hijau kekuningan. Daun pinang tumbuh pada batang
yang panjang dan ramping yang tingginya bervariasi dari 3 hingga 20 meter tergantung
spesiesnya. Daun Pinang terdiri dari batang, pangkal daun, tepi daun (margin) dan bagian
utama daun (helaian daun). Bagian tepi daun sirih biasanya bergerigi, sedangkan bagian
utama daun biasanya berbentuk lonjong atau lonjong dengan permukaan halus mengkilat.
Semua karakteristik ini memainkan peran penting dalam mengidentifikasi tanaman dan
Bentuk batang pinang adalah ramping, silindris, dan tingginya bervariasi menurut
spesiesnya, batang pinang biasanya berukuran lebih besar pada pangkalnya dan pangkalnya
lebih membulat. Batang pinang terdiri dari lapisan jaringan yang berbeda seperti kulit kayu,
xylem dan floem. Xylem adalah lapisan jaringan yang mengangkut air dan mineral dari akar
ke daun, sedangkan floem adalah lapisan jaringan yang mengangkut hasil fotosintesis daun
ke bagian tumbuhan yang lainnya. Permukaan pinang cukup kasar dan kasar saat disentuh,
berwarna abu-abu kecokelatan dan hijau pada ujungnya. Morfologi batang pinang sangat
penting dalam identifikasi dan pengolahan tanaman serta mempengaruhi kualitas buah
Akar tanaman pinang berbentuk serabut, dengan banyak cabang dan rambut halus
biasanya panjangnya 1-2 meter. Akar pinang terdiri dari beberapa lapisan jaringan termasuk
6
epidermis, korteks, endodermis dan silinder pusat. Epidermis adalah lapisan akar terluar,
yang melindungi akar dari kerusakan dan membantu menyerap air dan nutrisi dari tanah.
Cangkang terletak di antara epidermis dan endoderm, sedangkan endoderm membatasi akses
air dan nutrisi ke silinder pusat. Silinder tengah adalah lapisan paling dalam dari akar, yang
mengangkut air dan nutrisi ke bagian atas tanaman. Permukaan akar tanaman pinang halus
dan licin saat disentuh dan berwarna putih kekuningan. Selain itu, akar pinang juga dapat
Bunga pinang memiliki morfologi yang relatif kecil, bulat atau silindris, berukuran
3– 5 cm dan warnanya bervariasi dari hijau, kuning, merah hingga jingga tergantung
spesiesnya. Struktur bunga pinang terdiri dari putik, benang sari dan mahkota bunga. Corolla
berbentuk tabung dengan satu ujung terbuka dan memiliki 6 kelopak. Benang sari adalah
bagian dari bunga yang menghasilkan serbuk sari, yang dibawa ke bunga oleh serangga
penyerbuk. Putik adalah bagian bunga yang mengandung ovarium yang menghasilkan biji.
Selain itu, bunga pinang juga memiliki kelopak yang terdiri dari tiga helai daun yang
melindungi bunga saat masih kuncup. Bunga pinang bersifat uniseksual, artinya terdapat
bunga jantan dan betina pada pohon yang sama. Bunga pinang diserbuki oleh serangga
seperti lebah, yang membawa serbuk sari dari benang sari bunga jantan ke putik bunga
Buah pinang memiliki bentuk bulat seperti bola atau tabung dan ukurannya berkisar
antara 3-5 cm pada panjang dan diameternya 2-3 cm. Buah pinang berwarna hijau muda,
hijau tua, hingga kuning ketika sudah matang. Kulit buahnya cukup tebal dan keras dengan
sisik- sisik berbentuk segitiga dan tumpul pada bagian yang menutupi embrionya. Di dalam
kulit buah, terdapat serat-serat halus yang terdiri dari selulosa dan lignin serta biji
pinang. Biji
pinang berbentuk oval dengan kulit biji yang tipis dan keras, ukurannya sekitar 2-3 cm, dan
7
terbungkus oleh lapisan biji atau endokarp berwarna coklat kehitaman. Buah pinang memiliki
Syarat Tumbuh
Iklim
Tanaman pinang merupakan salah satu tanaman yang cocok ditanaman pada kawasan
yang memiliki iklim tropis dan subtropis. Dengan intensitas bulan basah 3 sampai 6 bulan
setiap tahunnya, dan bulan kering selama 4 hingga 8 bulan per tahunnya. Kemudian tanaman
pinang juga memerlukan penyinaran matahari yang cukup yaitu dengan intensitas
Tanaman pinang dapat tumbuh dengan baik pada curah hujan yang berkisar antara
1500- 2000 mm per tahun dengan jumlah hari hujan 100-150 hari per tahun. Hal ini karena
pinang dapat tumbuh dan berbuah maksimal jika kebutuhan airnya dan kelembabannya
memenuhi. Dibandingkan dengan daerah yamg beriklim subtropis, pinang lebih bagus
Sumatera Utara, Aceh, dan Pekan Baru. Hal ini karena indonesia memiliki suhu udara yang
cocok untuk pertumbuhan tanaman pinang, dimana pinang akan tumbuh dengan baik pada
Tanah
Tanaman pinang (Areca catechu L.) dapat tumbuh disegala jenis tanah, akan tetapi
tanah yang baik untuk pengembangan atau budidaya pinang adalah tanah yang beaerasi baik,
solum tanah dalam tanpa lapisan cadas, jenis tanah yang dikehendaki yaitu laterit, lempung
merah dan alluvial, dimana pada jenis tanah ini perakaran tanaman oinang dapat
Tanaman pinang dapat tumbuh dengan baik pada ph tanah pada rentang 4-8, namun
yang disarankan pada ph 5,5-7. Hal ini karena tingkat adaptasi pinang yang cukup tinggi,
8
sehingga dapat tumbuh dalam rentang ph dari tanah yang massam hingga tanah basa. Untuk
mencapai ph yang diinginkan, dapat dilakukan upaya peningkatan ph pada tanah masam,
Pinang dapat tumbuh pada ketinggian 0–1000 m dpl. Namun idealnya tanaman
pinang ditanam pada ketinggian di bawah 600 meter di atas permukaan laut. Dikarenakan
tanaman pinang dapat tumbuh dengan baik pada suhu 200-300 c maka apabila ketinggian
sudah diatas 1000 (suhu udara sudah terlalu dingin), maka tanaman pinang tidak akan
tumbuh dengan baik. Begitupula pada tempat yang terlalu panas ( >300), maka pinang juga
Tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L.) dalam taksonomi dapat diklasifikasikan
Daun jarak pagar cukup besar, panjang helai daun 6 – 16 cm dan lebar 5–
15 cm. Helaian daun berbentuk bulat telur dengan pangkal berbentuk jantung. Bunga jarak
pagar muncul pada saat tanaman mulai berumur 3 – 4 bulan. Pembungaan umumnya
terbentuk pada saat musim kemarau, namun pada musim hujan bunga juga dapat muncul.
Bunga muncul secara terminal dari percabangan. Bunga terdiri dari bunga jantan dan bunga
betina yang terletak pada setiap malai. Bunga betina bertangkai tebal dan berambut
seperti sarang laba–laba dan ukurannya lebih besar dari bunga jantan (Nurcholis, 2015).
9
Batang yang dimiliki oleh tanaman jarak ini memiliki bentuk yang berupa silindris.
Jika batang ini terluka maka ini akan menimbulkan getah. Perlu diketahui bahwa pada batang
jarak memiliki fungsi sebagai sistem percabangan untuk mendukung perluasan pada bidang
fotosintesis. Hal ini merupakan suatu tranportasi utama udara, air dan bahan organik yang
Banga tanaman jarak pagar adalah banga majemuk berbentuk malu berwarna kuning
kehijauan, berkelamin tunggal, dan berumah satu Bungs betina 4-5 kali lebih banyak dari
bunga jantan. Bunga jantan maupun bunga betina tersusun dalam rangkaian berbentuk cawan
yang tumbuh di ujung batang ata ketiak daun. Bunganya mempunyai 5 kelopak berbennik
bulat selur dengan panjang kurang lebih 4 mm. Hemang sari mengumpul pada pangkal dan
tendapat lebih dari 15 bungs Jarak termasuk tanaman monoecious (Prihandana, 2015).
Biji yang dimiliki oleh tanaman jarak ini memiliki bentuk yang oval lonjong dan
disertai dengan warna coklat agak kehitaman. Untuk ukuran dari biji tanaman jarak ini
terdapat ukuran panjang yang mencapai 2 cm dengan ketebalan bisa mencapai 1 cm dan
disertai oleh berat yang berkisar 0,4 hingga mencapai 0,6 gram disetiap bijinya (Rita, 2022).
Buah jarak pagar banyak dihasilkan pada musim kering, sekitar 2–3 bulan setelah
pemupukan. Buah jarak tersusun dalam tandan buah kurang lebih berjumlah 10
buah/tandan. Buah jarak yang telah matang akan pecah sesuai ruang dalam buah. Dalam
setiap buah jarak terdapat 3 biji. Biji yang tua berbentuk panjang dengan ukuran 18 mm
dan lebar 7–11 mm. Biji jarak memiliki cangkang biji yang tipis. Matang buah jarak ditandai
dengan perubahan warna buah dari hijau menjadi kuning (Asbani, 2019).
Jarak pagar (Jatropha curcas L.) termasuk tanaman berumah satu atau monoecious,
artinya alat kelamin jantan dan betina berada pada satu tanaman. Berdasarkan alat kelamin
pada bunga, terdapat dua tipe yaitu tanaman uni-seksual dan andromonoecious. Secara
umum,
1
kedua tipe ini memiliki morfologi organ seperti akar, batang, daun dan buah yang
hampir sama. Perbedaan yang jelas terdapat pada bunganya, tanaman uniseksual
Syarat
Tumbuh Iklim
Pertumbuhan jarak pagar sangat cepat. Waktu paling baik untuk menanam jarak pagar
ialah pada musim panas atau sebelum musim hujan. Tanaman jarak pagar dapat tumbuh di
dataran rendah sampai ketinggian sekitar 500 m di atas permukaan laut Tanaman ini dapat
tumbuh pada curah hujan 300-2.380 mm/tahun dengan suhu lebih dari 20°C. Oleh karena itu,
tanaman ini tumbuh baik di lahan kering yang beriklim kering (Valya, 2015).
Kisaran suhu yang sesuai untuk bertanam jarak adalah 20-26 °C. Pada daerah dengan
suhu terlalu tinggi (di atas 35 °C) atau terlalu rendah (di bawah 15 °C) akan menghambat
pertumbuhan serta mengurangi kadar minyak dalam biji dan mengubah komposisinya. Sulu
rendah dan kelembaban tinggi atau hujan pada saat pembungaan dan pembuahan dapat
Tanah
Tanaman jarak merupakan tanaman tropis dan subtropis yang akan tumbuh dengan
baik bila ditanam pada tempat dengan ketinggian 0-1700 m di atas permukaan laut. Bahkan
tanaman jarak masih dapat tumbuh apabila ditanam pada tempat dengan ketinggian 2750 m
Tanaman jarak pagar tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian sekitar 500 m di atas
permukaan laut (dpl). Tanaman ini dapat tumbuh pada curah hujan 200-1500 mm/tahun
dengan curah hujan optimum 625 mm tahun. Tanaman jarak pagar dapat tumbuh pada
berbagai jenis tanah, antara lain di tanah berbatu, tanah berpasir tanah liat, babkan di tarah
Tanah gembur sangat. disukai taman jarak pagar sehingga pertumbuhannya kurang baik jika
Pada tanaman jarak, suhu yang akan membuat tanaman jarak berkembang secara
optimal berkisar antara 11-38°C. Tanaman jarak tidak tahan terhadap suhu yang sangat
dingin sehingga tanaman ini pun takkan sensitif terhadap panjang hari. Tanaman jarak
merupakan tanaman yang dapat beradaptasi pada kondisi kering (Rita, 2022).
Dormansi Biji
Dormansi biji adalah suatu keadaan berhenti tumbuh yang dialami organisme hidup
atau bagiannya sebagai tanggapan atas suatu keadaan yang tidak mendukung pertumbuhan
normal. Biji yang mengalami dormansi ditandai oleh rendahnya / tidak adanya proses
imbibisi air, proses respirasi tertekan / terhambat, rendahnya proses mobilisasi cadangan
makanan, dan rendahnya proses metabolisme cadangan makanan. Dormansi pada biji dapat
disebabkan oleh keadaan fisik dari kulit biji dan keadaan fisiologis dari embrio atau bahkan
kombinasi dari kedua keadaan tersebut. Banyak benih tanaman yang menunjukkan perilaku
ini sehingga jika tidak dipahami oleh pembudidaya makan penanaman benih secara normal
telah ditempatkan dalam kondisi yang optimal, seperti kelembapan dan suhu yang tepat.
Beberapa jenis dormansi biji yang umum ditemukan, yaitu dormansi fisiologis, dormansi
mekanis, dormansi lingkungan, dan dormansi embrio. Dormansi fisiologis terjadi karena
dormansi
mekanis terjadi karena adanya lapisan keras atau tebal pada luar biji yang menghalangi air
dan udara masuk ke dalam biji. Dormansi lingkungan terjadi karena kondisi lingkungan
yang tidak mendukung perkecambahan biji, sedangkan dormansi embrio terjadi karena
belum cukup matang untuk dapat berkecambah. Dalam mengatasi dormansi biji, petani dan
peneliti dapat melakukan perlakuan khusus, seperti skarifikasi mekanik atau skarifikasi
kimia, yang membantu menghancurkan atau meleapisan pelindung biji yang keras atau tebal,
atau memperbaiki kondisi lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkecambahan
biji. Dengan mengetahui jenis dormansi biji yang terjadi, dapat membantu para petani dan
Skarifikasi adalah upaya yang dilakukan untuk mematahkan dormansi pada biji.
Skarifikasi dibedakan menjadi 2 yaitu skarifikasi mekanik dan skarifikasi kimia. Skarifikasi
mekanik adalah metode pematahan dormansi biji yang melibatkan tindakan pemecahan atau
pengikisan lapisan pelindung biji secara mekanik. Hal ini dilakukan untuk membuka atau
melonggarkan lapisan keras atau tebal yang melindungi biji dan menghalangi air dan udara
masuk ke dalamnya. Metode skarifikasi mekanik biasanya dilakukan pada biji-bijian yang
memiliki lapisan pelindung biji yang keras dan tebal, seperti biji kacang-kacangan, biji
pohon- pohonan, atau biji-bijian sukulen. Sedangkan Skarifikasi kimia adalah metode
pematahan dormansi biji yang melibatkan penggunaan bahan kimia untuk membantu
menghancurkan atau melembutkan lapisan pelindung biji yang keras atau tebal sehingga
Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan pada 4 Mei 2023,
Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu biji pinang (Areca catechu
L.) yang sudah dikupas (sudah tua dan bewarna orange), biji jarak pagar (Jatropha curcas
L.) dan aquades. Biji pinang dan biji jarak digunakan sebagai objek yang diuji, dan aquades
Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu kertas pasir halus (berfungsi
untuk membuka/melukai kulit biji yang keras), pasir steril (berfungsi sebagai media
perkecambahan biji), label (befungsi meberi penanda perlakuan yang berbeda pada bak), bak
perkecambahan (digunakan sebagai tempat pasir) dan alat tulis (digunakan untuk mencatat
Prosedur Percobaan
1. Disiapkan biji pinang (Areca catechu L.) dan biji jarak pagar (Jatropha curcas L.)
masing-masing 9 biji.
2. Kemudian semua biji tersebut direndam didalam aquades selama kurang lebih 60
menit.
3. Kemudian diberikan perlakuan skarifikasi 900 dari embrio pada 3 masing-masing biji,
skarifikasi 1800 dari embrio juga pada 3 masing-masing biji, dan 3 masing-masing
4. Disediakan media perkecambahan, yakni bak yang sudah diisi oleh pasir steril.
6. Masing-masing daerah diisi oleh 3 biji dengan perlakuan yang sama, kemudian diberi
7. Setelah biji ditanam semua, lalu disiram dengan air secara merata hingga tak terlihat
permukaan pasir yang kering. Perlakuan ini diulangi dikala media tumbuh terlihat
8. Bak kecambah diamati setiap hari, dan dicatat setiap perubahan yang terjadi pada biji
Hasil
Pembahasan
(skarifikasi), biji masih berada dalam keadaan dormansi. Dimana dormansi biji adalah suatu
keadaan berhenti tumbuh yang dialami organisme hidup atau bagiannya sebagai tanggapan
1
atas suatu keadaan yang tidak mendukung pertumbuhan normal. Dalam hal ini biji pinang
(Arecha catechu L.) dan biji jarak (Jatropha curcas L.) sedang mengalami masa
dormansinya dikarenakan biji belum menemukan lingkungan yang cocok untuk dia tumbuh.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Agurahe et al (2019) yang menyatakan
bahwa biji akan terus dalam keadaan dormansi apabila tidak pada lingkungan yang sesuai
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, diketahui bahwa dormansi pada suatu
biji dapat dipatahkan (dibatalkan) dengan beberapa cara, baik secara kimia maupun
mekanik. Upaya-upaya yang dilakukan untuk membatalkan dormansi biji disebut dengan
oleh Widyastuti dan Darusman (2018) yang menyatakan bahwa skarifikasi dibedakan
menjadi 2 yaitu skarifikasi mekanik dan skarifikasi kimia. Skarifikasi mekanik adalah
metode pematahan dormansi biji yang melibatkan tindakan pemecahan atau pengikisan
lapisan pelindung biji secara mekanik. Hal ini dilakukan untuk membuka atau melonggarkan
lapisan keras atau tebal yang melindungi biji dan menghalangi air dan udara masuk ke
dalamnya. Metode skarifikasi mekanik biasanya dilakukan pada biji-bijian yang memiliki
lapisan pelindung biji yang keras dan tebal, seperti biji kacang-kacangan, biji pohon-
pohonan, atau biji-bijian sukulen. Sedangkan Skarifikasi kimia adalah metode pematahan
dormansi biji yang melibatkan penggunaan bahan kimia untuk membantu menghancurkan
atau melembutkan lapisan pelindung biji yang keras atau tebal sehingga memudahkan proses
perkecambahan biji.
menjadi beberapa jenis, yakni dormansi fisiologis, dormansi mekanis, dormansi lingkungan,
Diniyati dan Istiqomah (2021) yang menyatakan bahwa dormansi fisiologis terjadi karena
1
dormansi mekanis terjadi karena adanya lapisan keras atau tebal pada luar biji yang
menghalangi air dan udara masuk ke dalam biji. Dormansi lingkungan terjadi karena kondisi
lingkungan yang tidak mendukung perkecambahan biji, sedangkan dormansi embrio terjadi
karena embrio dalam biji belum cukup matang untuk dapat berkecambah. Dalam mengatasi
dormansi biji, petani dan peneliti dapat melakukan perlakuan khusus, seperti skarifikasi
mekanik atau skarifikasi kimia, yang membantu menghancurkan atau meleapisan pelindung
biji yang keras atau tebal, atau memperbaiki kondisi lingkungan yang sesuai untuk
pertumbuhan dan perkecambahan biji. Dalam praktikum dormansi ini digunakan skarifikasi
mekanik, yaitu dengan mengikis biji dengan dua posisi yang berbeda yaitu 90 0 dari embrio
dan 1800 dari embrio. Hal ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan laju berkecambah di
skarifikasi mempengaruhi kecepatan berkecambah pada biji. Hal ini sesuai dengan literatur
Lail (2016) yang menyatakan bahwa biji yang diskarifikasi 1800 dari embrio lebih cepat
dalam perkecambahannya jika dibandingkan dengan yang 900 dari embrio dan yang tanpa
perlakuan sama sekali ( 1800>900>kontrol). Hal ini dikarenakan penyerapan air (proses
imbibisi) lebih cepat terjadi pada perlakuan 1800, hal ini dipengaruhi oleh sifat alami
tumbuhan yakni akar lebih cepat menyerap air/hara dibandingkan dengan batang. Konsep
Dalam praktikum yang telah dilakukan, didapati dalam waktu 10 hari sampel biji
pinang tak kunjung berkecambah, baik di perlakuan 180 0 dari embrio, 900 dari embrio, dan
kontrol belum menunjukkan adanya pertumbuhan radikula maupun plumula. Hal ini
dikarenakan biji pinang memiliki waktu berkecambah yang cukup lama. Hal ini sesuai
dengan literatur ferry (1992) dalam Mistiani et al (2012) yang menyatakan bahwa
Perkecambahan biji
1
pinang pada umumnya berlangsung 1,5 – 2 bulan. Hal ini diduga karena biji pinang
mempunyai lapisan endocarp berupa cangkang biji yang keras sehingga menyulitkan
KESIMPULAN
organisme hidup atau bagiannya sebagai tanggapan atas suatu keadaan yang tidak
4. Biji yang diskarifikasi 1800 dari embrio lebih cepat dalam perkecambahannya jika
dibandingkan dengan yang 900 dari embrio dan yang tanpa perlakuan sama sekali
( 1800>900>kontrol).
5. Upaya skarifikasi pada biji pinang belum terlihat hasilnya pada hari ke-10, hal ini
karena waktu berkecambah biji pinang yang cukup lama yakni 1,5-2 bulan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimus. 2018. Buku Penuntun Praktikum Teknologi Benih. UIN SUSKA Riau.
Pekanbaru. Asbani N. Amir AM, Subiyakto, 2019. Inventarisasi hama tanaman jarak pagar
Jatropha curcax
L. Prosiding Lokakarya II Status Teknologi Tanaman Jarak Pagar Jatropha curca.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. Bogor.
Bangun, R. P., Achmad E., Mursalin. 2018. Pemetaan Kesesuaian Lahan Tanaman Pinang
(Areca Catechu L.) Di Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Jambi.
Chahtane H, Kim W, Lopez-Molina L. 2017. Primary seed dormancy: A temporally
multilayered riddle waiting to be unlocked. Journal of Experimental Botany 68: 857–
869.
Dinas Peerkebunan Jawa Barat. 2013. Budidaya Tanaman Pinang (Areca catechu L.) Untuk
Meningkatkan Pendapatan Masyarakat. Jurnal Perkebunan Jawa Barat. Bandung.
Elfianis, R. 2020. Syarat Tumbuh Tanaman Pinang (Areca catechu L.). Artikel Pertanian.
Agrotek.id.
Esa, N. M., Hadi, Y. S., & Faridah, S. 2013. Morfologi pinang (Areca catechu L.) berdasarkan
karakter fenotip. Jurnal Internasional Pertanian dan Biologi, 15(2), 292-296.
Fauziah A. 2020. Laporan Praktikum Teknologi Benih / Uji Dormansi. Jurusan Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Banten.
Hadi, S. 2016. Budidaya tanaman pinang. Penebar Swadaya
Hambali. 2017. Jarak Pagar Tanaman Penghasil Biodiesel. Penebar Swadaya: Jakarta.
Hasudungan Y.P., Susilastuti D., Aditiameri. 2014. Pengaruh Skarifikasi Kimiawi Terhadap
Viabilitas Benih Tanaman Kamboja Jepang (Adenium obesum, L.). Program Studi
Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Borobudur Jakarta. Jakarta.
Lamtiugina, M.R., & Romauli, E. (2021). Morfologi, struktur anatomi, dan senyawa
fitokimia buah pinang (Areca catechu L.). International Journal of Advances in
Scientific Research and Engineering, 7(6), 1-8.
Lestari R. I. 2022. Budidaya Tanaman Pinang Betara. Jurnal Pertanian Kab. Solok Selatan.
Sangir.
Lidar, S., Lestari, S. U. 2021. Pemberdayaan Kelompok Tani Wanita Seroja Kelurahan Palas
Kecamatan Rumbai Melalui Budidaya Tanaman Pinang (Arecha Catechu L.)
Varietas Betara. Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas
Lancang Kuning. Riau
Martini, E. 2015. Morfologi dan anatomi biji Areca catechu L. dari berbagai daerah di
Indonesia. Biosaintifika: Jurnal Pendidikan Biologi & Biologi, 7(1), 1-8.
Mersi, M., dan Tanawani. 2016. Pengaruh Jenis dan Konsentrasi ZPT Pada Media Tanam
Terhadap Pertumbuhan Tanaman Anggrek (Dendrobium sp.). Program Studi
Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sam Ratulangi.Manado.
Oskar, K. 2020. Strategi Pengembangan Komoditas Pinang Berkelanjutan Berdasarkan
Evaluasi Kesesuaian Lahan Di Kecamatan Mollo Utara, Kabupaten Timor Tengah
Selatan. Jurnal Penelitian Kehutanan. Timor Tengah Selatan.
Pari, L., & Mulatsih, E. 2018. Analisis kandungan gizi, tekstur, dan sifat organoleptik
permen karet berbahan dasar ekstrak biji pinang (Areca catechu Linn). Jurnal Pangan
dan Agroindustri, 6(3), 124-132.
Pasaribu D. 2018. Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Endofit Pada Akar Pinang (areca catechu
L.). Skripsi, Fakultas Biologi Universitas Medan Area. Medan.
Prihandana dan Hendroko. 2015. Petunjuk Budi Daya Jarak Pagar. Agromedia Pustaka. Jakarta