Anda di halaman 1dari 23

GEOTROPISME

LAPORAN
OLEH:

JULIAN ALEKSANDROS SARAGIH


220301057
AGROTEKNOLOGI-2

LABORATORIUM FISIOLOGI
TUMBUHAN PROGRAM STUDI
AGROTEKNOLOGI FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2023
GEOTROPISME

LAPORAN
OLEH :

JULIAN ALEKSANDROS SARAGIH


220301057
AGROTEKNOLOGI-2

Laporan sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikum


di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan, Program Studi Agroteknologi,
Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2023
Nama : Julian Aleksandros
Saragih NIM220301057
Judul : Geotropisme
Kelas : Agroteknologi-
2

Menggetahui
Dosen Penaggung
Jawab

(Ir.Meiriani.MP)
NIP:19650518199203200
1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan kepada hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas semua

karunia dan rahmat yang limpah, sehingga penulis dapat menyelesaikan dengan baik

penyusunan laporan dengan judul “Geotropisme” ini meskipun dengan cara yang

sangat sederhana.

Harapan penulis untuk laporan ini semoga bisa menjadi bahan informasi yang

bermanfaat atau bisa menjadi salah satu bahan rujukan maupun panduan bagi para

pembaca semua. Selain itu, dapat memberikan pengetahuan, wawasan dan

pengalaman yang baik. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih

kepada Ir. Meiriani, MP selaku dosen mata kuliah fisiologi tumbuhan serta abang dan

kakak asisten fisiologi tumbuhan yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan

ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam laporan ini. Oleh sebab

itu, dengan penuh kerendahan hati, saya berharap kepada para pembaca bisa

memberikan saran dan masukan yang membina demi memperbaiki makalah ini lebih

baik lagi kedepannya. Terima kasih.

Medan, Mei 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
Latar Belakang..................................................................................................................1
Tujuan Percobaan.............................................................................................................2
Kegunaan Penulisan.........................................................................................................2
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................................3
Botani Tanaman Jagung (Zea mays L.)............................................................................3
Syarat Tumbuh..................................................................................................................5
Iklm................................................................................................................................................5
Tanah..............................................................................................................................................6
Geotropisme......................................................................................................................7
BAHAN DAN METODE.........................................................................................................9
Tempat dan Waktu Percobaan..........................................................................................9
Bahan dan Alat.................................................................................................................9
Prosedur Percobaan...........................................................................................................9
HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................................................11
Hasil................................................................................................................................11
Pembahasan.....................................................................................................................12
KESIMPULAN.......................................................................................................................15
DAFTAR
PUSTAKA
LAMPIRAN

ii
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Radikula tumbuh keluar dari biji pada proses perkecambahan. Sistem perakaran

yang dimiliki oleh jagung adalah akar serabut yang memiliki tiga macam akar,

diantaranya adalah akar seminal, akar penyangga, dan akar adventif. Metode pipa tunggal

merupakan salah satu metode budidaya vertikultura atau pembudidayaan tanaman secara

vertikal. Penggunaan media selain tanah sebagai tempat tumbuh tanaman terbukti efektif

dan berhasil dilakukan serta memiliki kelebihannya tersendiri (Ningrum, 2021).

Makhluk hidup termasuk tumbuhan mempunyai kepekaan terhadap ransang dan

mampu bereaksi terhadap rangsang. Sifat ini dikenal dengan irritabilita. Iritabilitas pada

tumbuham disebabkan karena adanya bagian dinding sel yang tidak mengalami

penebalan. Pada bagian ini terdapat suatu celah yang disebut noktah yang

menghubungkan sel satu dengan yang lainnya (Harahap, 2012).

Gerakan pada tumbuhan merupakan suatu resapan terhadap rangsangan (stimulus)

baik yang berasal dari dalam maupun dari luar individu. Jadi timbulnya gerak pada tumbuhan

merupakan bukti adanya iritabilitas. Berdasarkan ada tidaknyarangsangan, gerak pada

tumbuhan dibedakan menjadi :Gerak endonom adalahgerak yang tidak dipengaruhi oleh

faktor luar. Contohnya adalah gerak sitoplasma pada sel. Gerak etionom adalah gerak

yang dipengaruhi oleh rangsangan dari luar, contoh rangsangan dari luar

adalah cahaya, suhu, gravitasi bumi, dll. Gerak higrokopis adalahgerak yang disebabkan

oleh berkurangnya kadar air secara terus-menerus, sehingga biji, buah, atau sporagium

menjadi retak (Lubis, 2013).


2

Pada tropisme, respon ini tergantung pada arah sumber stimulus serta sifat dari

stimulus. Apabila stimulus dianggap menguntungkan bagi tumbuhan, maka tumbuhan

tersebut akan tumbuh menuju arah stimulus dan apabila dianggap berbahaya maka akan

tumbuh menjauh dari stimulus. Tropisme berasal dari pertumbuhan diferensial.

Pertumbuhan ini dapat terjadi ketika sel-sel pada sebagian area organ tum-buhan,

contohnya akar, tumbuh cenderung lebih cepat dibandingkan dengan sel-sel pada area

berlawanan. Geotropisme atau gravitropisme adalah respon pertumbuhan terhadap

gravitas (Marissa et al., 2022).

Geotropisme sangat penting terhadap pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan

sifatnya yang mengarahkan pertumbuhan akar ke arah tarikan gravitasi maupun kea rah

berlawanan dari gravitasi maupun ke arah berlawanan dari gravitasi. Hidrotropisme ialah

suatu sifat pertumbuhan terarah dari tumbuhan akan stimulus air. Jenis tropisme ini

bersifat penting pada tumbuhan karna fungsinya yaitu sebagai perlindungan dari kondisi

kekeringan melalui sifat hidrotropisme positif dan kelebihan air melalui sifat

hydrotropisme negative (Marissa et al., 2022).

Tujuan Percobaan

Adapun tujuan pratikum ini adalah untuk pengaruh ransangan gravitasi bumi

terhadap pembengkoan akar tanaman jagung.

Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan penulisan ini adalah sebagai salah satu syarat dapat mengikuti

praktikum di laboratorium fisiologi tumbuhan program studi Agroteknologi Fakultas

Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dan sebagai salah satu bahan informasi bagi

pihak yang membutuhkan.


3

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman Jagung (Zea mays L.)

Tanaman jagung adalah tanaman rumput-rumputan dan berbiji tunggal (monokotil).

Jagung merupakan tanamann rumput kuat, sedikit berumpun dengan batang kasar dan

tingginya sekitar 0.6-3 m. tanaman jagung termasuk jenis tumbuhan semusim dengan umur ±

3 bulan. Kedudukan taksonomi jagung adalah sebagai berikut, yaitu: Kingdom: Plantae,

Divisi: Spermatophyta, Subdivisi: Angiospermae, Kelas: Monocotyledone, Ordo: Graminae,

Famili: Graminaceae, Genus: Zea, dan Spesies: Zea mays L. (Paeru dan Dewi, 2017).

Jagung adalah tanaman serealia yang berasal dari benua Amerika, tepatnya dari

negara Meksiko. Tanaman ini merupakan salah satu jenis tanaman rumputrumputan dengan

tipe biji monokotil. Di Indonesia, jagung digunakan untuk pakan ternak, serta bahan dasar

industri makanan dan minuman, tepung, minyak, dan lain-lain. Tanaman jagung mulai

digencarkan untuk ditanam dalam rangka swasembada pangan di Indonesia (Wulandari dan

Lalu. 2019).

Tanaman jagung merupakan tanaman pokok peringkat ke dua setelah padi. Biji

jagung kaya akan karbohidrat. Kandungan karbohidrat dapat mencapai 80% dari seluruh

bahan kering biji. jagung merupakan tanaman tegak dan muda terlihat sebagaimana sorgum

dan tebu namun tidak seperti padi dan gandum. batang beruas-ruas Ruas terbungkus pelepah

daun yang muncul dari buku batang. Jagung terdiri dari akar, batang, daun, bunga Tanaman

jagung memiliki akar serabut yang dapat mencapi kedalaman 8 m meskipun sebagian besar

berada pada kisaran 2m. Pada tanaman yang sudah cukup dewasa muncul akar adventif dari

buku-buku batang bagian bawah yang membantu menyangg tegaknya tanaman. Akar

merupakan organ yang bertanggungjawab agar tanaman dapat berdiri tegak pada tanah dan

sebagai penyerapan unsur hara dan air ke batang. Tanaman Jagung memilik tiga tipe akar,

yaitu akar seminal yang tumbuh dari embrio dan radikula, akar advenfit yang tumbuh dari

buku batang bagian terbawah pada


4

batang, dan akar udara (brace root) (Gadmor, 2016).

Jagung semi (baby corn) adalah tongkol jagung yang dipetik ketika masih sangat

muda dan sebelum biji terbentuk. Pada prinsipnya baby corn dapat dihasilkan dari setiap

jenis jagung. Namun untuk mendapatkan hasil baby corn yang tinggi diperlukan jenis

jagung yang khusus. Baby corn dipanen pada umur yang relatif muda, 9 yaitu sebelum

tongkol mengalami pembuahan dan masih lunak. Baby corn memiliki umur produksi yang

lebih singkat sehingga dalam pengusahaannya lebih menguntungkan petani daripada jagung

biasa. Baby corn digolongkan ke dalam sayursayuran yang dikonsumsi dalam keadaan segar

dengan kelobot atau tanpa kelobot atau berupa produk olahan yang disajikan dalam kemasan

kaleng yang diawetkan (Buhaira dan Swari, 2013).

Batang jagung tidak berlubang, tidak seperti batang padi, melainkan padat dan terisi

oleh berkas-berkas pembuluh sehingga makin memperkuat tegaknya tanaman. Batang

jagung beruas dan pada bagian pangkal batangnya beruas pendek, jumlah ruas batang

berkisar 8–21 ruas, tergantung dari varietasnya, sedangkan varietas berumur genjah, tinggi

batang mencapai lebih dari 90 cmTinggi tanaman jagung bervariasi sesuai dengan kondisi

lingkungan. Curah hujan yang rendah berakibat terhadap kurangnya ketersediaan air tanah

sehingga tanaman jagung mengalami cekaman kekeringan yang mengakibatkan

pertumbuhan tinggi tanaman jagung terhambat. Selain curah hujan, kepadatan populasi juga

dapat berpengaruh terhadap tinggi tanaman jagung dengan jumlah 90.000 tanaman/ha 2-

3 cm lebih tinggi daripada tanaman jagung dengan jumlah 60.000 tanaman/ha.

(Zubachtirodin et al., 2013).

Daun jagung memanjang, mempunyai ciri bangun pita (ligulatus), ujung daun

runcing (acutus), tepi daun rata (integer). Diantara pelepah dan helai daun terdapat ligula.

Fungsi ligula adalah mencegah air masuk ke dalam kelopak daun dan batang. Daun jagung

memanjang dan keluar dari buku-buku batang. Daun terdiri dari tiga bagian, yaitu kelopak

daun, lidah daun, dan helaian daun. (Subekti et al., 2013).


5

Tanaman jagung disebut sebagai tanaman berumah satu karena bunga jantan dan

betina terdapat dalam satu tanaman tetapi letaknya terpisah. Bunga jantan (tassel) tersimpan

dalam bentuk malai di pucuk tanaman, sedangkan bunga betina tersimpan pada tongkol

yang terletak kira-kira pada pertengahan tinggi batang jagung. (Riwandi et al., 2014).

Tanaman jagung bersifat protandrus yaitu tepung sari terlepas dari malai sebelum

periode rambut-rambut putik pada tongkol siap untuk diserbuk. Hal ini yang sering menjadi

kendala dalam melakukan kegiatan penyerbukan buatan pada tanaman jagung, terutama

untuk mendapatkan serbuk sari yang masih viabel pada saat penyerbukan. Umumnya jagung

yang tumbuh pada lingkungan optimal selang waktu keluarnya serbuk sari dan terbentuknya

rambut adalah 2- 4 hari dan pada kondisi yang demikian hasil yang dicapai sangat maksimal.

Sebaliknya pada kondisi lingkungan yang tidak optimal dijumpai periode yang lebih panjang

antara terbentuknya serbuksari dan keluarnya rambut. Praktis kondisi demikian akan

menurunkan hasil (Maintang dan Maryam, 2013)

Syarat

Tumbuh Iklm

Iklim yang dikehendaki oleh sebagian besar tanaman jagung adalah daerah-daerah

beriklim sedang hingga daerah beriklim sub0tropis/topis yang basah. Jagung dapat tumbuh di

daerah yang terletak antara 0-50 derajat LU hingga 0-40 derajat LS. Pada lahan yang tidak

beririgasi, pertumbuhan tanaman ini memerlukan curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan

dan harus merata Pada fase pembungaan dan pengisian biji tanaman jagung perlu

mendapatkan cukup air. Sebaiknya jagung ditanam diawal musim hujan, dan menjelang

musim kemarau. Pertumbuhan tanaman jagung sangat membutuhkan sinar matahari. Sinar

matahari yang baik mencapai l00 % (tempat terbuka). Tanaman jagung yang ternaungi,

perturnbuhannya akan terhambat/ merana, dan memberikan hasil biji yang kurang

baik bahkan tidak dapat membentuk buah (Dedi, 2018).


6

Jagung manis harus mendapatkan sinar matahari yang cukup agar hasil bijinya manis

sempurna. Jagung manis memerlukan suhu antara 21-30 derajat celcius. Pertumbuhan ideal

jagung manis memerlukan suhu optimum antara 23- 27 derajat celcius. Suhu 30 derajat

celcius sangat dibutuhkan dalam proses perkecambahannya (Fitrianti, 2016).

Curah hujan yang ideal untuk tanaman jagung pada umumnya antar200 sampai

dengan 300 mm per bulan atau yang memiliki curah hujan tahunan antara 800 sampai dengan

1200 mm. Saat tanam jagung tidak tergantung pada musim, namun tergantung pada

ketersediaan air yang cukup. Kalau pengairannya cukup, penanaman jagung pada musim

kemarau akan memberikan pertumbuhan jagung yang lebih baik. (Riwandi et al., 2014).

Tanah

Tanaman jagung dapat tumbuh di segala kondisi tanah, mulai dari marjinal hingga

subur. Namun, untuk hasil produksi yang lebih baik, tanaman jagung akan optimal jika

dibudidayakan di tanah yang subur, kaya humus, gembur, dan mengandung kapur. Tanaman

jagung membutuhkan air yang harus selalu tersedia namun tidak terlalu menggenang. Air ini

dosisnya bisa lebih banyak apabila jagung dalam kondisi perkecambahan dan pembentukan

tongkol (Prasya, 2022).

Tanaman jagung dapat tumbuh hampir disemua jenis tanah, Jagung akan lebih baik

pada tanah yang subur, gembur dan kaya akan humus serta aerasi dan drainase yang baik.

Pada tanah yang memiliki kandungan debu yang banyak mengandung hara dan humus

merupakan tanah yang baik untuk tanaman jagung (Rizki, 2020).

Jenis tanah yang dapat ditanami jagung antara lain Andosol, latosol, dan Grumosol.

Namun yang terbaik untuk pertumbuhan jagung adalah Latosol. Keasaman tanah antara 5.6-

7.5 dengan aerasi dan ketersediaan air yang cukup serta kemiringan optimum untuk tanaman

jagung maksimum 8%. pH tanah antara 5,6- 7,5. Aerasi dan ketersediaan air baik, kemiringan

tanah kurang dari 8 %. Dan ketinggian antara 1000- 1800 m dpl dengan ketinggian optimum
7

antara 50- 600 m 12 dpl (Fabians et al., 2016).

Geotropisme

Gerak nasti adalah gerak bagian tumbuhan yang tidak dipengaruhi oleh arah

datangnya rangsangan. Gerak nasti terdiri dari fotonasti, seismonasti, dan niktinasti. Gerak

triopisme adalah gerak bagian tumbuhan yang dipengaruhi arah datang nya rangsangan.

Gerak tropisme dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu hidrotropisme,

fototrospisme, geotropism (Prihato, 2013).

Geotropisme adalah gerak bagian tumbuhan karena pengaruh gravitasi bumi. Jika arah

geraknya menuju rangsang disebut geotropisme positif, misalnya gerakan akar menuju tanah.

Jika arah geraknya menjauhi rangsang disebut geotropisme negative, misalnyta gerak tumbuh

batang menjauhi tanah (Restuati, 2021).

Tumbuhan dapat membedakan arah atas dan bawah dengan pengendapan statolit.

Statolit adalah plastida khusus yang mengandung butiran pati padat dan terletak pada posisi

rendah, misalnya pada bagian tudung akar. Adanya penumpukan statolit pada akar dapat

memicu distribusi kalsium dan auksin. Namun, tanaman yang tidak memiliki statolit pun

masih dapat mengalami gravitropisme yang disebabkan kinerja sel akar yang dapat berfungsi

sebagai indera dan menginduksi perenggangan protein sel ke atas dan penekanan protein sel

tanaman ke sisi bawah akar (Wiraatmaja, 2017).

Pada perlakuan 48 jam, akar kecambah dipotongdan diputar 90 o, tujuan dilakukan

perlakuan tersebut adalah untuk mengetahui pergerakan bagian tumbuhan pada akar. Pada

perlakuan 96 jam gerak bagian tumbuhan juga berubah. Meskipun sebagian dari kecambah

ada yang mati. Selaindaun dan akar yang tidak tumbuh disini juga melihat bahwa sebagian

dari kecambah tersebut ada yang memendek, proses pemendekan batang tersebut adalah

disebabkan karena kurangnya hormon auksin yang berada dalam

kecambah tersebut (Zebua, 2016).


8

Salah satu faktor yang menyebabkan sifat geotropisme mengalahkan sifat

hidrotropisme pada jagung (Zea mays) adalah terdapatnya kandungan air pada medium basah

kering yang berpengaruh positif terhadap panjang radikula, namun belum mampu untuk

mempengaruhi arah tumbuh melawan gravitasi atau geotropisme negatif. Perbedaan

perlakuan pemberian air pada sampel hanya menunjukan hasil perbedaan terhadap

panjang radikula, tidak dengan arah tumbuhnya (Marisa, 2022).


9

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Percobaan

Percobaan ini dilakukan di Laboratorium Fisiolgi Tumbuhan Program Studi

Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan pada 17 Mei 2023,

dengan ketinggian tempat 25 mdpl.

Bahan dan Alat

Adapun bahan yang digunakan untuk pratikum ini Adapun bahan yang digunakan

pada percobaan ini adalah biji jagung yang sudah dikecambahkan selama 3 hari sebanyak 50

biji untuk bahan pratikum, kertas tissue sebagai lapisan lempeng kaca.

Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini adalah lempeng kaca sebagai media

tempat di letakkannya bahan pratikum, gunting kecil untuk memotong, dan kamar gelap

tempat untuk perlakuan pratikum

Prosedur Percobaan

Adapun prosedur percobaan pratikum ini yaitu:

1. Diambil 2 buah lempeng kaca, lapisi dengan kertas tissue lalu basahisampai

lembab.

2. Ikat karet gelang 3 buah vertical dan 3 buah horizontal.

3. Ikat kecambah jagung pada tiap titik pertemuan karet gelang dengan arah

Lembaga menghadap keatas.

4. Dimasukkan kedua lempeng kaca ke kamar gelap selama 48 jam, setelah itu

diamati dan digambarkan.

5. Dipotong semua akar kecambah jagung pada salah satu lempeng sepanjang 3mm.
10

6. Diputar kedua lempeng kaca sebesar 90o searah jarum jam sehingga

kedudukan kecambah horizontal dan masukkan ke kamar gelap.

7. Setelah 48 jam diamati kembali dan digambarkan.


11

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Komoditi: Jagung (Zea mays L.)

PENGAMATAN 48 JAM PENGAMATAN 48 JAM SETELAH AKAR

DIPOTONG DAN DIPUTAR 90O

Gelap Gelap

Semi Gelap Semi Gelap

Terang Terang
12

Pembahasan

Tumbuhan memiliki berbagai mcam gerakan yang dapat dilakukan sebagi respons

terhadap rangsangan lingkungan atau pergerakan internal. Beberapa gerakan tumbuhan

seperti, gerakan fototropisme, gerakan gravitopisme, gerakan tigmotropisme, gerakan

nastisme, gerakan kemotropisme, dan gerakan nutasi. Hal ini sesuai dengan literatur dari

Prihato (2013) yang menyatakan bahwa gerak nasti adalah gerak bagian tumbuhan yang tidak

dipengaruhi oleh arah datangnya rangsangan. Gerak nasti terdiri dari fotonasti, seismonasti,

dan niktinasti. Gerak triopisme adalah gerak bagian tumbuhan yang dipengaruhi arah datang

nya rangsangan. Gerak tropisme dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu hidrotropisme,

fototrospisme, geotropisme.

Gerakan gravitropisme terjadi sebagai respons terhadap gravitasi. Bagian-bagian

tumbuhan akan merespon gaya gravitasi dengan cara tertentu. Misalnya akar tumbuhan akan

tumbuh menuju kebawah, sedangkan batang tumbuhan akan menuju keatas. Hal ini sesuai

dengan literatur dari Restuati (2021) yang menyatakan bahwa geotropisme adalah gerak

bagian tumbuhan karena pengaruh gravitasi bumi. Jika arah geraknya menuju rangsang

disebut geotropisme positif, misalnya gerakan akar menuju tanah. Jika arah geraknya

menjauhi rangsang disebut geotropisme negative, misalnyta gerak tumbuh batang menjauhi

tanah.

Dalam pratikum geotropisme, statolith digunakan sebagai indicator pergerakan gravitasi pada

tumbuhan. Dengan mempelajari perubahan posisi dan distribusi butiran amilum dan sel

statolith, dapat diamati bagaimana tumbuhan merespon gravitasi dan menghasilkan gerakan

geotropism. Hal ini sesuai dengan literatur dari Wiraatmaja (2017) yang menyatakan bahwa

tumbuhan dapat membedakan arah atas dan bawah dengan pengendapan statolit. Statolit

adalah plastida khusus yang mengandung butiran pati padat dan terletak pada posisi rendah,

misalnya pada bagian tudung akar. Adanya penumpukan statolit pada akar dapat memicu

distribusi kalsium dan auksin. Namun, tanaman yang tidak memiliki statolit pun masih dapat

mengalami
13

gravitropisme yang disebabkan kinerja sel akar yang dapat berfungsi sebagai indera dan

menginduksi perenggangan protein sel ke atas dan penekanan protein sel tanaman ke sisi

bawah akar

Memutar lempeng kaca setelah 2 hari di kamar gelap bertujuaan untuk mengubah

orientasi pengaruh gravitasi pada tumbuhan sedang diamati. Hal ini dilakukan untuk menguji

akah tumbuhan merespon arah gravitasi baru dan melihat apakah tumbuhan memilki

kemampuan adaptasi yang fleksibel terhadap pengaruh gravitasi yang berubah. Hal ini sesuai

dengan literatur dari Zebua (2016) yang menyatakan bahwa pada perlakuan 48 jam, akar

kecambah dipotongdan diputar 90o, tujuan dilakukan perlakuan tersebut adalah untuk

mengetahui pergerakan bagian tumbuhan pada akar. Pada perlakuan 96 jam gerak bagian

tumbuhan juga berubah. Meskipun sebagian dari kecambah ada yang mati. Selain daun dan

akar yang tidak tumbuh disini juga melihat bahwa sebagian dari kecambah tersebut ada yang

memendek, proses pemendekan batang tersebut adalah disebabkan karena kurangnya

hormon auksin yang berada dalam kecambah tersebut.

Geotropisme dan hidrotropisme adalah dua jenis gerakan tropisme pada tumbuhan

yang saling terkait. Geotropisme mengatur orientasi pertumbuhan akar dan batang tumbuhan

terhadap gravitasi, sedangkan hidrotropisme memandu pertumbuhan akar ke arah sumber air.

Keduanya berperan penting dalam membantu tumbuhan mendapatkan air dan nutrisi yang

dibutuhkan untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup mereka. Hal ini sesuai dengan

literatur dari Marisa (2022) yang menyatakan bahwa salah satu faktor yang menyebabkan

sifat geotropisme mengalahkan sifat hidrotropisme pada jagung (Zea mays) adalah

terdapatnya kandungan air pada medium basah kering yang berpengaruh positif terhadap

panjang radikula, namun belum mampu untuk mempengaruhi arah tumbuh melawan

gravitasi atau geotropisme negatif. Perbedaan perlakuan pemberian air pada sampel hanya

menunjukan hasil perbedaan terhadap panjang radikula, tidak dengan arah tumbuhnya.
14

Hormon yang dipakai pada geotropisme adalah hormon auksin karena hormon

tersebut terkumpul dibagian bawah tumbuhan lebih banyak dibandingkan diatas. Dapat

diketahui bahwa hormon auksin berfungsi sebagai pertumbuhan akar. Hal ini sesuai dengan

literatur dari Purwanti (2014) yang menyatakan hormon auksin berperan dalam proses

pemanjangan sel, terdapat pada titik tumbuh pucuk tumbuhan yaitu pada ujung akar dan

ujung batang tumbuhan. Dalam kegiatan pembudidayaan tanaman biasanya digunakan

hormon buatan (zat pengatur tumbuh) untuk mendukung pertumbuhan tanaman tersebut.

Berdasarkan dari tabel perlakuan 96 jam dapat dilihat pertumbuhan akar menjadi

bengkok dikarenakan akarnya sedang melakukan proses tumbuh kembali. Hal ini sesuai

dengan literatur dari Devlin (2013) yang menyatakan bahwa saat tudung akar beregenerasi,

geotropisme pada akar dipuihkan. Jika setengah dari ujung akar tanaman jagung dipotong,

akar (paada posisi horizontal maupun vertical akan berkembang membengkong pada tudung

akar yang tersisa.


15

KESIMPULAN

1. Tumbuhan memiliki berbagai macam gerakan yang dapat dilakukan sebagai respons terhadap

rangsangan lingkungan atau pergerakan internal.

2. Geotropisme adalah gerak bagian tumbuhan karena pengaruh gravitasi bumi, yang

menyatakan bahwa arah geraknya menuju rangsang disebut geotropisme positif

3. Statolith digunakan sebagai indicator pergerakan gravitasi pada tumbuhan.Statolit adalah

plastida khusus yang mengandung butiran pati padat dan terletak pada posisi rendah,

misalnya pada bagian tudung akar.

4. Memutar lempeng kaca setelah 2 hari di kamar gelap bertujuaan untuk mengubah orientasi

pengaruh gravitasi pada tumbuhan sedang diamati. Perlakuan 48 jam, akar kecambah

dipotong dan diputar 90o, tujuan dilakukan perlakuan tersebut adalah untuk mengetahui

pergerakan bagian tumbuhan pada akar.

5. Geotropisme mengatur orientasi pertumbuhan akar dan batang tumbuhan terhadap gravitasi,

dan hidrotropisme memandu pertumbuhan akar ke arah sumber air.

6. Hormon yang dipakai pada pratikum geotropism adalah hormon auksin. Hormon auksin

terkumpul dibagian bawah tumbuhan lebih banyak dibandingkan diatas dan berfungsi sebagai

pertumbuhan akar.

7. Alasan akar membengkok karean setelah dipotong, akar akan tumbuh kembali membuat akar

menjadi bengkok.
16

DAFTAR PUSTAKA

Desi Iskandar, 2018 “ Artikel Budidaya Jagung Manis” Universitas Lancang Kuning Pekan
baru.
Desy Fajar Faricea, 2020 “Pembuatan Pupuk Organik Cair Dari Limbah Tapioka Dan
Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Jagung Sebagai Sumber Belajar” Universitas
Negeri Semarang.
Dewi Oktaviani, 2018 “ II Tinjauan Pustak Botani Tanaman Jagung” Universitas
Muhammadiyah Malang.
Elia Retno Fitriani, Rusia Wirosoedarmo, J Bambang Rahardy, Ary Mustofa, 2013
“Pengaruh Aplikasi Dari Biodisgeter Berbahan Kotoran Sapi Dilahan Kering
Terhadap Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung (Zea mays L)” Universitas
Brawijaya.
Faisal Prihartoro, Riska Maziyah, Laellatul Badriyah, 2013 “Pengaruh Fototropisme
Terhadap Perkecambahan Biji Kacang Hijau (Phaeseolus radiatus) dan Jagung (Zea
mays L)” Institut Teknologi Sepuluh November.
Feber Mediani Zebua, 2016 “Jurnal Geotropisme” Univeritas Sumatra Utara
Hanifa Mrista, Salni, Shila Gustifa, 2022 “Studi Geotropisma Versus Hidrotropisma pada
Radikula Jagung (Zea mays L Var. Saccharata) Dengan Metode Slang Tunggal”
Universitas Sriwijaya.
Ifan Prasya, 2022 “4 Syarat Tumbuh Jagung Agar Tumbuh Optimal” Universitas Sebelas
Maret.
Ir. Wayan Wiraatmaja, MP, 2017 “Pengertian dan Macam-macam Gerak Tumbuh”
Univeritas Udayana
Maintang dan Maryam Nuddin, 2013 “ Pengaruh Wajtu Penyerbukan Terhadap
Keberhasilan Pembuahan Jagung Pada Populasi SATP-2 (S2) C6”
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian SulawesiSelatan. Malang.
Ninuk Herlina dan Amelia Prasetyorini, 2020 “ Pengaruh Perubahan Iklim Pada Musim
Tanam Dan Produktivitas Jagung (Zea mays L )” Institut Pertanian Bogor.
Nurhidayat, 2020 “ Pengaruh pupuk Organik (POC) Kulit Jengkol Dan Pupuk Urea
Terhadap Pertumbuhan Serta Hasil Tanaman Jagung (Zea mays L) Varietas Bisi-2”
Universitas Islam Riau.
Maju Lubis, 2013 “Laporan Pratikum Biologi Metabolisme” Universutas Bengkulu. Prof .
Oslan Jumadi, S.Si., M. PhiI., Ph. D., Dr. Ir. Muhammad. Jundq, M. Si.,Dr. Ir.
Muhammad. Wiharto Caronge. M. Si., Dr. A. Mu'nisa. S. Si., M. Si Dr. R. Neny Iriany M., S.
17

Si., Mp, 2022"Teknologi Budidaya Tanaman Jagung (Zea Mays) &


Sorgum( Sorghum bicolor (L) Moench" Universitas Negeri Makassar.
Rizki, S. Si, Mp, 2020 " Budidaya Tanaman Jagung" Politeknik Pertanian
Negeri Payakumbuh.
Riwandi, Merakati Handajaningsih, Hasanudin, 2014 " Teknik Budidaya Jagung
Dengan Sistem Organik di Lahan Marjinal:" Universitas Bengkulu
Ultimate, 2018 " tinjauan pustaka 2.1 tanaman jagung manis ( Ze mays L)"
Universitas Brawijaya.
17

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai