Anda di halaman 1dari 57

LAPORAN PRAKTIKUM

NUTRISI TANAMAN:
GEJALA DEFISIENSI DAN TOKSISITAS UNSUR HARA
PADA TANAMAN JAGUNG DAN SAWI PAKCOY

Disusun Oleh:
Kelompok 3

Adiliyo Indo C1011211004


Kornelius Gilang C1011211006
Esa Mardianto C1011211003
Muhammad Deva Bariyanto C1011211077
Kurnia Gilang Ramadhansyah C1011211080
Vanessa Stephanie C1011211070
Indra Istina C1011211062
Aprilia Buana Taura C1011211089

FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas yang berjudul
“Laporan Praktikum Nutrisi Tanaman: Gejala Defisiensi dan Toksisitas Unsur Hara
Pada Tanaman Jagung dan Sawi Pakcoy” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari laporan ini adalah untuk memenuhi tugas pada
mata kuliah Nutrisi Tanaman. Selain itu, laporan ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang gejala defisiensi dan toksisitas unsur hara pada
tanaman bagi para pembaca dan juga bagi kami.

Terlebih dahulu, kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata
kuliah Nutrisi Tanaman, Ibu Ir. Rini Susana, M.Sc yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang kami tekuni ini.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat kami
sebutkan semua, terima kasih atas bantuannya sehingga sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas ini.

Pontianak, 14 Oktober 2022

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ 1


DAFTAR ISI ........................................................................................................... 2
BAB I ...................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN................................................................................................... 3
A. Latar Belakang ............................................................................................. 3
B. Tujuan Praktikum ......................................................................................... 4
BAB II ..................................................................................................................... 5
TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................... 5
A. Tanaman Jagung (Zea mays L.) ................................................................... 5
1. Taksonomi Jagung .................................................................................... 5
2. Morfologi Jagung ..................................................................................... 5
3. Syarat Tumbuh Tanaman Jagung ............................................................. 6
B. Tanaman Sawi Pakcoy (Brassica chinensis L.) ........................................... 7
1. Taksonomi Sawi Pakcoy .......................................................................... 7
2. Morfologi Sawi Pakcoy ............................................................................ 8
3. Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Pakcoy .................................................... 8
C. Gejala Defisiensi dan Toksisitas Unsur Hara............................................... 9
BAB III.................................................................................................................. 16
METODE PRAKTIKUM ..................................................................................... 16
A. Waktu dan Tempat ..................................................................................... 16
B. Alat dan Bahan ........................................................................................... 16
C. Prosedur Praktikum .................................................................................... 16
BAB IV ................................................................................................................. 23
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 23
A. JAGUNG .................................................................................................... 25
B. SAWI PAKCOY ........................................................................................ 26
BAB V ................................................................................................................... 27
KESIMPULAN ..................................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 30

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Semua makhluk hidup dalam menjalankan siklus hidupnya
memerlukan energi. Energi ini sebagian besar diperoleh dari makanannya.
Begitu juga tanaman, dalam menjalankan proses metabolismenya
memerlukan makanan yang disebut unsur hara atau nutrisi. Unsur hara
merupakan suatu komponen yang dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah
yang tidak sedikit untuk membantu mendukung pertumbuhan tanaman yang
optimal. Tumbuhan memerlukan asupan unsur hara baik yang tersedia
dialam (tanah) maupun yang diaplikasikan atau diberikan oleh manusia
untuk hidup, tumbuh dan menyelesaikan siklus hidupnya, sama dengan
manusia memerlukan makan untuk hidup. Unsur hara harus diberikan
secara seimbang untuk mendapatkan suatu hasil produksi tanaman yang
optimal.
Layaknya manusia, tumbuhan juga membutuhkan makanan untuk
pertumbuhan dan perkembangannya. Unsur makro dan unsur mikro
merupakan makanan bagi tanaman. Bedanya hanya pada takaran yang
dipakai oleh tanaman tersebut. Jika tanaman kekurangan satu unsur hara
saja (makro/mikro), walaupun unsur hara yang lain cukup banyak, maka
produktivitas pertumbuhan tanaman akan terganggu.
Defisiensi atau kekurangan unsur hara mengakibatkan pertumbuhan
tanaman yang tidak normal, pertumbuhan kerdil, daun tanaman berukuran
kecil dan berubah warna serta tanaman tidak mampu menghasilkan buah.
Gejala kekurangan unsur hara dapat diketahui dengan adanya perubahan
fisik pada daun tanaman, seperti perubahan bentuk dan warna daun. Namun
jika tidak memiliki pengetahuan dan pengalaman yang memadai,
identifikasi kekurangan unsur hara pada daun seringkali membingungkan
karena defisiensi beberapa unsur hara memiliki kemiripan yang sulit
dibedakan.

3
Gejala kelebihan unsur hara pada tanaman dapat dilihat dari gejala fisik
pada bagian-bagian tanaman seperti gejala yang terdapat pada daun, batang,
bungan dan buah selain itu tanaman juga akan menunjukkan gejala seperti
daun yag terhambat sehingga pertumbuhan tanaman menjadi kerdil dan
perubahan warna pada daun sering disebut sebagai klorosis. Gejala jika
kelebihan unsur hara mikro yaitu dimana tanaman dapat terjadi keracunan
sehingga menyebabkan tanaman tidak tumbuh dengan baik.
Pentingnya pengetahuan dalam defisiensi dan toksisitas tanaman akibat
kekurangan dan kelebihan unsur hara dapat dijadikan suatu pedoman
maupun petunjuk yang dapat digunakan oleh petani yang sedang
berbudidaya tanaman dalam melakukan untuk menentukan pemupukan
yang tepat, optimal, dan jenis pupuk yang harus digunakan. Oleh karena itu
perlu adanya pengetahuan tentang defisiensi dan kelebihan unsur hara
mikro pada tanaman.

B. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari dilakukannya praktikum ini adalah untuk
mengetahui gejala yang ditimbulkan oleh adanya kelebihan dan kekurangan
unsur hara pada tanaman jagung dan sawi pakcoy.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Jagung (Zea mays L.)


1. Taksonomi Jagung
Tanaman jagung mempunyai nama ilmiah Zea mays L. Tanaman ini,
jika diklasifikasikan termasuk keluarga rumput-rumputan. Klasifikasi
dari tanaman jagung adalah sebagai berikut.
Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisio : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Sub Divisio : Angiospermae (berbiji tertutup)
Classis : Monocotyledone (berkeping satu)
Ordo : Graminae (rumput-rumputan)
Famili : Graminaceae
Genus : Zea
Spesies : Zea mays L.
(Sumber: Prahasta, 2009)

2. Morfologi Jagung
Sistem perakaran tanaman jagung merupakan akar serabut dengan 3
macam akar yaitu akar seminal, akar adventif, dan akar udara.
Pertumbuhan akar ini melambat setelah plumula muncul kepermukaan
tanah. Akar adventif adalah akar yang semula berkembang dari buku di
ujung mesokotil, selanjutnya berkembang dari tiap buku secara
berurutan ke atas hingga 7 sampai dengan 10 buku yang terdapat di
bawah permukaan tanah. Akar adventif berperan dalam pengambilan
air dan unsur hara. Akar udara adalah akar yang muncul pada dua atau
tiga buku di atas permukaan tanah yang berfungsi sebagai penyangga
supaya tanaman jagung tidak mudah rebah. Akar tersebut juga
membantu penyerapan unsur hara dan air (Riwandi dkk., 2014).
Tinggi batang jagung berkisar antara 150 sampai dengan 250 cm yang
terbungkus oleh pelepah daun yang berselang-seling berasal dari setiap
buku. Ruas-ruas bagian atas berbentuk silindris, sedangkan bagian

5
bawah agak bulat pipih. Tuna batang yang telah berkembang
menghasilkan tajuk bunga betina. Percabang (batang liar) pada jagung
umumnya terbentuk pada pangkal batang. Batang liar adalah batang
sekunder yang berkembang pada ketiak daun terbawah dekat
permukaan tanah (Riwandi dkk., 2014).
Jumlah daun jagung bervariasi antara 8 helai sampai dengan 15
helai, berwarna hijau berbentuk pita tanpa tangkai daun. Daun jagung
terdiri atas kelopak daun, lidah daun (ligula) dan helai daun yang
memanjang seperti pita dengan ujung meruncing. Pelepah daun
berfungsi untuk membungkus batang dan melindungi buah. Bunga
jantan dalam bentuk malai terletak di pucuk tanaman, sedangkan bunga
betina pada tongkol yang terletak kira-kira pada pertengahan tinggi
batang. Biji jagung mempunyai bagian kulit buah, daging buah, dan inti
buah (Riwandi dkk., 2014).

3. Syarat Tumbuh Tanaman Jagung


Tanaman jagung membutuhkan air sekitar 100-140 mm/bulan. Oleh
karena itu, waktu penanaman harus memperhatikan curah hujan dan
penyebarannya. Penanaman dimulai bila curah hujan sudah mencapai
100 mm/bulan. Untuk mengetahui ini perlu dilakukan pengamatan
curah hujan dan pola distribusinya selama 10 tahun ke belakang agar
waktu tanam dapat ditentukan dengan baik dan tepat. Jagung
menghendaki tanah yang subur untuk dapat berproduksi dengan baik.
Hal ini dikarenakan tanaman jagung membutuhkan unsur hara terutama
Nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K) dalam jumlah yang banyak.
Oleh karena itu, pada umumnya tanah di Lampung miskin hara dan
rendah bahan organiknya, maka penambahan pupuk N, P dan K serta
pupuk organik (kompos maupun pupuk kandang) sangat diperlukan
(Murni dkk., 2008). Tanaman jagung menghendaki tempat terbuka dan
menyukai cahaya. Ketinggian tempat yang cocok untuk tanaman
jagung dari 0 sampai dengan 1300 m di atas permukaan laut.
Temperatur udara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanama jagung

6
adalah 230– 270 C. Curah hujan yang ideal untuk tanaman jagung pada
umumnya antara 200 sampai dengan 300 mm per bulan atau yang
memiliki curah hujan tahunan antara 800 sampai dengan 1200 mm.
Tingkat kemasaman tanah (pH) tanah yang optimal untuk pertumbuhan
dan perkembangan tanaman jagung berkisar antara 5,6 sampai dengan
6,2. Saat tanam jagung tidak tergantung pada musim, namun tergantung
pada ketersediaan air yang cukup. Kalau pengairannya cukup,
penanaman jagung pada musim kemarau akan memberikan
pertumbuhan jagung yang lebih baik (Riwandi dkk., 2014).

B. Tanaman Sawi Pakcoy (Brassica chinensis L.)


1. Taksonomi Sawi Pakcoy
Sawi pakcoy merupakan tanaman dari keluarga Cruciferae yang
masih berada Dalam satu genus dengan sawi putih/petsai dan sawi
hijau/caisim. Pakcoy merupakan salah satu varietas dari tanaman sawi
yang dimanfaatkan daunnya sebagai sayuran. Pakcoy berasal dari
benua Asia yaitu dari Tiongkok dan Asia Timur. Klasifikasi tanaman
pakcoy adalah sebagai berikut (Haryanto dkk., 2007):
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Rhoeadales (Brassicales)
Famili : Brassicaceae
Genus : Brassica
Spesies : Brassica chinensis L.

7
2. Morfologi Sawi Pakcoy
Sawi pakcoy memiliki sistem perakaran tunggang dengan cabang
akar berbentuk bulat panjang yang menyebar ke semua arah pada
kedalaman antara 30-50 cm (Setyaningrum dan Saparinto, 2011).
Tanaman ini memiliki batang yang sangat pendek dan beruas-ruas,
sehingga hampir tidak kelihatan. Batang ini berfungsi sebagai
pembentuk dan penopang daun. Pakcoy memiliki daun yang halus,
tidak berbulu dan tidak membentuk krop. Tangkai daunnya lebar dan
kokoh, tulang daun dan daunnya mirip dengan sawi hijau, namun
daunnya lebih tebal dibandingkan dengan sawi hijau (Haryanto dkk.,
2007). Struktur bunga tanaman sawi tersusun dalam tangkai bunga yang
panjangd dan bercabang banyak. Tiap kuntum bunga terdiri atas empat
helai daun kelopak, Empat helai daun mahkota, empat helai benang sari,
dan satu buah putik yang berongga dua. Penyerbukan bunga tanaman
ini dapat berlangsung dengan bantuan serangga maupun oleh manusia.
Buah tanaman sawi termasuk tipe buah polong berbentuk memanjang
dan berongga dengan biji berbentuk bulat kecil berwarna coklat
kehitaman (Sunarjono, 2013).

3. Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Pakcoy


Sawi pakcoy merupakan tanaman semusim yang hanya dapat
dipanen satu kali. Sawi pakcoy dapat dipanen pada umur 40-60 hari
(ditanam dari benih) atau 25-30 hari (ditanam dari bibit) setelah tanam
(Prastio, 2015). Tanaman pakcoy dapat tumbuh pada dataran rendah
sampai dataran tinggi dengan ketingian 5-1.200 m diatas permukaan
laut (dpl). Namun, tanaman sawi pakcoy akan lebih baik jika ditanam
di dataran tinggi dengan udara yang sejuk (Haryanto dkk., 2007). Iklim
yang baik untuk pertumbuhan pakcoy yaitu daerah yang memiliki suhu
15-300C, memiliki curah hujan lebih dari 200 mm/ bulan, serta
penyinaran matahari antara 10-13 jam (Rukmana, 1994). Kelembapan
udara yang sesuai untuk pertumbuhan pakcoy yaitu antara 80-90%.
Tanah yang cocok untuk pertumbuhan tanaman pakcoy adalah tanah

8
gembur yang banyak mengandung humus, subur, dengan pH antara 6-
7, serta drainase yang baik karena tanaman sawi pakcoy tidak menyukai
genangan.

C. Gejala Defisiensi dan Toksisitas Unsur Hara


Gejala defisiensi atau toksisitas secara visual umumnya telah cukup
membantu dalam mendiagnosis gangguan hara, terutama bila dilakukan
oleh orang atau ahli yang sudah berpengalaman pada tanaman spesifik
tertentu dan daerah tertentu dimana dia sudah biasa bekerja disana. Artinya
adalah dituntut pengetahuan yang cukup dan ketelitian yang tinggi karena
gejala gangguan hara bervariasi sangat besar tergantung atas spesies
tanaman, kondisi lingkungan, umur tanaman dan kemiripan gejalanya
dengan gangguan lain seperti infeksi penyakit, kerusakan oleh hama atau
karena gangguan gulma (Grundon, 1987; Marschner, 1986; Baligar dan
Duncan, 1990).
Apabila tanaman tidak dapat menerima hara yang cukup seperti yang
dibutuhkan, maka pertumbuhannya akan lemah dan perkembangannya
tampak abnormal. Pertumbuhan yang abnormal juga akan terjadi bila
tanaman menyerap hara melebihi untuk kebutuhannya bermetabolisme.
Diagonsis defisiensi dan tosksisitas hara pada tanaman dapat dilakukan
dengan 2 pendekatan yaitu pendekatan dengan diagnosis gejala visual dan
analisis tanaman (Grundon, 1987; Marschner, 1986; Baligar dan Duncan,
1990).

9
Beberapa prinsip diagnosis visual defisiensi dan toksisitas hara

Bagian tanaman Gejala Visual Penyebab

Defisiensi
Seragam N
(S)
Klorosis Interveinal atau blotched Mg
(Mn)
Helai daun tua
dan dewasa Nekrosis Scorch pada ujung dan pinggir
K
Interveinal
Mg (Mn)

Seragam Fe
(S)
Helai daun muda Klorosis Interveinal atau blotched
Zn (Mn)
dan pucuk
Nekrosis (klorosis) Ca,
B, Cu
Deformasi Mo
(Zn, B)

Toksisitas
Nekrosis Bercak Mn
(B)
Helai daun tua Scorch pada ujung dan pinggir
B, garam
dan dewasa
Klorosis, nekrosis
Toksisitas

nonspesifik

(Marschner, 1995).

Gejala visual defisiensi dan toksisitas hara dapat dikategorikan ke dalam


lima jenis, yaitu:
1. klorosis, yaitu suatu proses penguningan, baik seragam maupun
interveinal (di antara jaringan pembuluh), pada jaringan tanaman
yang disebabkan oleh berkurangnya pembentukan klorofil

10
2. nekrosis, yaitu kematian jaringan tanaman
3. kurangnya pertumbuhan baru atau pertumbuhan terminal yang
menyebabkan rosetting.
4. penumpukan antosianin yang menampakkan warna kemerahan
5. kerdil (stunting) baik dengan warna normal, hijau tua maupun
kuning
(Bennett, 1994).

1. Nitrogen
Nitrogen merupakan unsur hara esensial (mutlak diperlukan untuk
pertumbuhan) bagi tanaman. Dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah
yang banyak sehingga disebut salah satu unsur hara makro bagi
tanaman. Nitrogen juga merupakan faktor utama dalam pertumbuhan
vegetatif batang dan daun yang sering disebut perangsang pertumbuhan
vegetatif tanaman.
Rendahnya kandungan unsur N dalam tanah dapat menghambat
pertumbuhan tanaman. Tanaman yang mengalami kekahatan unsur N,
terutama dalam jaringan tua akan menguning, jika kekahatan terus
berlanjut maka keseluruhan tanaman akan menguning, layu dan mati.
Selanjutnya akan berdampak lain seperti rendahnya produksi bobot
kering tanaman. Peningkatan dosis pupuk N di dalam tanah secara
langsung dapat meningkatkan kadar protein dan produksi tanaman
(Winarso, 2005).
Beberapa ciri atau karakteristik yang tampak pada tanaman yang
mengalami defisiensi atau kekurangan nitrogen yakni:
a) Tanaman tumbuh dengan lambat (kurus, kerdil, berwarna pucat)
dibandingkan dengan tanaman sehat.
b) Produksi protein terbatas.
c) Gejala awal akan terlihat pada daun-daun tua akibat N nya
dimobilisasi (proteolisis menghasilkan Asam Amino) untuk
pembentukan daun-daun muda.

11
d) Untuk tanaman serealia ditandai dengan jumlah anakan sedikit,
Jumlah tongkol persatuan luas sedikit.
e) Hasil biji biasanya lebih kecil, kandungan protein tinggi, akibat
berkurangnya impor karbohidrat ke biji selama fase pengisian
biji.
f) Batang pendek, tipis, daun-daun kecil, pucat hijau kekuningan,
kuning, oranye, merah, coklat, kadang-kadang ungu dimulai
dari daun tua, kemudian berkembang ke daun-daun muda.
2. Fosfor
Unsur P sebagai salah satu unsur hara esensial pada tanaman, sangat
dibutuhkan untuk pertumbuhan, tetapi sumber ketersediaan P di dalam
tanah yang dapat diserap tanaman sangat rendah. Hal ini disebabkan
karena P di dalam tanah banyak terdapat dalam bentuk terjerap
(Buckman dan Brady 1974). Unsur P dalam tanah banyak diserap oleh
ion Al dan ion Fe, maupun oleh alofan pada tanah andosol. Pada tanah
yang memiliki pH rendah, kelarutan ion Al dan ion Fe yang relatif
tinggi sehingga proses fiksasi P dapat terjadi dalam tanah. (Nurhayati
dkk, 1986)
Unsur P berperan sebagai aktivator berbagai enzim metabolisme
tanaman dan merupakan komponen klorofil, akan diserap dalam bentuk
ion ortofosfat primer (H2PO4-) dan ion ortofosfat sekunder (HPO4 2-
). Kemungkinan ada unsur P yang dapat diserap dalam bentuk lain,
yaitu pirofosfat dan metafosfat, selain itu dapat pula diserap dalam
bentuk senyawa P organik yang larut dalam air misalnya asam nukleat
dan phitin (Premono. dkk, 1991)
Kelarutan P tanah untuk tanaman yaitu pada pH 6 - 7. Apabila pH
di bawah 6, maka unsur P akan terikat oleh ion Fe dan ion Al.
Ketersediaan ion P umumnya rendah pada tanah asam dan basa. Pada
tanah dengan pH di atas 7, maka ion P akan diikat oleh Ca (Hakim. dkk,
1986).

12
Keberadaan unsur P berfungsi sebagai penyimpan dan transfer
energi untuk seluruh aktivitas metabolisme tanaman. Adapun manfaat
unsur P pada tanaman sebagai berikut:
a) Meningkatkan pertumbuhan akar dan membentuk sistem
perakaran yang baik.
b) Memacu pembentukan bunga dan pematangan buah/biji,
sehingga mempercepat masa panen
c) Memperbesar persentase terbentuknya bunga menjadi buah
d) Menyusun dan menstabilkan dinding sel, sehingga menambah
daya tahan tanaman terhadap serangan hama penyakit.
Ciri-ciri kekurangan unsur P pada tanaman antara lain:
a) Daun tanaman akan berwarna lebih tua dan berubah keunguan
dan cenderung kelabu atau berwarna keunguan. Kemudian tepi
daun berwarna coklat, pertumbuhan daun kecil dan akhirnya
rontok.
b) Pertumbuhan tanaman lambat atau kerdil.
c) Sistem perakaran tanaman kurang berkembang.
d) Pembentukan bunga/ buah/ biji terhambat sehingga panen
terlambat.
e) Persentase bunga yang menjadi buah menurun karena
penyerbukan tidak sempurna.
f) Defisiensi unsur P menunjukkan gejala seperti pertumbuhan
yang lambat, lemah, daun berwarna hijau tua, daun-daun tua
mengalami pigmentasi ungu.
3. Kalium
Bersama-sama dengan unsur N dan P, kalium (K) adalah unsur hara
esensial primer bagi tanaman yang diserap oleh tanaman dalam jumlah
yang lebih besar dibandingkan unsur unsur hara lainnya, kecuali N.
Meskipun kandungan total K di dalam tanah biasanya beberapa kali
lebih tinggi daripada yang diserap oleh tanaman selama musim tanam,
sering kali hanya sebagian kecil K tanah yang tersedia bagi tanaman.

13
Unsur K essensial dalam fotosintesis karena terlibat di dalam sintesis
ATP, produksi dalam aktivitas enzim-enzim fotosintesis (seperti RuBP
karboksilase), penyerapan CO2 melalui mulut daun, dan menjaga
keseimbangan listrik selama fotofosforilasi di dalam kloroplas. Selain
itu, K juga terlibat dalam pengangkutan hasil-hasil fotosintesis atau
asimilasi dari daun melalui floem ke jaringan organ reporduktif dan
penyimpan (buah, biji, ubi, dan lain-lain). Pada tanaman buah- buahan
dan sayuran (jeruk, pisang, tomat, kentang, bawang, dan lain-lain),
pasokan K cukup dapat memperbaiki ukuran, warna, rasa, kulit buah
yang penting untuk penyimpanan dan pengangkutan. Peranan K dalam
sintesis protein akan memacu konversi nitrat ke protein, sehingga
meningkatkan efisiensi pemupukan N.
Tanaman yang kahat K mempunyai daun-daun muda berwarna hijau
tua, batang kecil, dan buku pendek. Daun-daun tuanya nekrosis pada
bagian pinggir dan ujung daun, serta keriting tegak atau nekrosis di
daerah antar rulang daun. Buahnya gugur pada saat masak awal, rasa
buah tidak nyata karena kurang masam, masak buah tidak merata,
jumlah buah sedikit, dan organ penyimpan memiliki bobot rendah. Pada
tanaman padi dan jagung, kekahatan K menyebabkan batang menjadi
lebih kecil, lemah, dan mudah rebah. Di samping itu, tanaman yang
kahat K lebih peka terhadap serangan hama dan penyakit serta
perubahan cuaca yang ekstrem, seperti terjadinya “frost”. Karena K
bersifat mobil di dalam tanaman, gejala kekahatan K pertama kali
muncul pada bagian tanaman yang tua.
4. Kadmium
Pencemaran logam berat yang tidak terkendali, memberi peluang
terakumulasinya logam tersebut dalam lingkungan. Akumulasi dapat
terjadi pada habitat tanaman pertanian termasuk sayuran air yang
diketahui mudah sekali tumbuh dalam lingkungan tercemar. Logam
berat dapat terserap ke dalam jaringan tanaman melalui akar dan
stomata daun, selanjutnya akan masuk ke dalam siklus rantai makanan
(Alloway, 1990). Logam berat yang terakumulasi pada jaringan tubuh

14
apabila melebihi batas toleransi, dapat menimbulkan keracunan bagi
tumbuhan, hewan maupun manusia.
Semua logam berat berpotensi mencemari tumbuhan, dengan gejala
klorosis, nekrosis pada ujung dan sisi daun, serta busuk daun lebih awal.
Oleh karena itu, pendekatan pengamatan perubahan warna batang dan
daun dapat digunakan sebagai petunjuk/indikator telah terjadi
akumulasi logam berat pada batang dan daun.
Chaney et al. dalam Alloway (1997) mengatakan bahwa sulit
dideteksi gejala-gejala tampak (visible symptons) akibat toksisitas Cd
apabila tanaman pangan telah mengakumulasi sejumlah besar Cd.
Akumulasi sejumlah besar Cd pada edible portion, tidak menunjukkan
adanya gejala- gejala stress. Toksisitas yang akut dapat menyebabkan
khlorosis pada daun, layu dan kerdil, tapi hal ini sangat jarang dijumpai.
Gejala keracunan Cd pada tanaman adalah kerdil (stunting) dan
khlorosis, gejala khlorosis adalah akibat defisiensi Fe. Serapan Fe
terganggu akibat tingginya Cd di media tumbuh (Haghiri dalam Das et
al. 1998). Root at al. dalam Das et al. (1998) melaporkan pada tanaman
jagung, khlorosis diakibatkan perubahan rasio Fe: Zn di daun akibat
kelebihan Cd. Stunting (kerdil) akibat kelebihan Cd dilaporkan oleh
Das et al. (1998) adalah efek dari terhambatnya serapan P pada
tanaman.

15
BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat


Pelaksanaan praktikum pengamatan defisiensi unsur hara dengan
metode “Minus One Test” dilaksanakan pada hari Salasa, 5 September
2022 Pukul 13.00 WIB – selesai di Lab Agronomi & Agroklimatologi
dan Green House Fakultas Pertanian, Universitas Tanjungpura.

B. Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali sebagai
berikut:
1. Alat
- Sterofoam box - Kantong plastik
- Gelas ukur 2 Liter - Rockwool
- Ember atau baskom - pH Meter & TDS
- Net pot Meter
- Kain flannel - Alat tulis menulis
2. Bahan - Timbangan
- Pupuk kalsium - Pupuk KNo3
- Pupuk besi - Pupuk MAP
- Pupuk magnesium - Pupuk Mikro Vitaflex
- Pupuk sulfur - Logam Kadmium
- Pupuk MKP - Benih jagung
- Pupuk ZK - Bibit pakcoy
- Pupuk Kalnit - Air Aquades

C. Prosedur Praktikum
A. Perlakuan Unsur Hara lengkap
1. Siapkan box sterofoam lalu rangkai menjadi media tumbuh
hidroponik 12 lubang, 6 lubang untuk tanaman jagung dan 6
lubang untuk tanaman pakcoy.

16
2. Lakukan penyemaian dengan cara meletakkan biji pada bagian
tengah rockwool yang telah dipotong-potong dengan ukuran 2
cm x 2 cm x 2 cm sebanyak 1 biji. Selanjutnya benih yang telah
disemai diletakkan di dalam bak semai selama 10 hari.
3. Penyiapan larutan hara dilakukan dengan cara menimbang
pupuk KNO3, pupuk Mkp, pupuk Zk, pupuk kandungan Ca,
pupuk kandungan Fe, pupuk kandungan Mg, pupuk kandungan
S, dan Pupuk Mikro Vitaflex.
4. Setelah semua pupuk ditimbang, selanjutnya bahan-bahan
tersebut dilarutkan dalam air aquades dengan cara diaduk secara
perlahan agar larutannya dapat tercampur secara merata.
5. Setelah bahan-bahan tercampur secara homogen, selanjutnya
larutan pekat diencerkan kembali menggunakan air aquades
yang telah disiapkan di dalam ember sebanyak 10 liter kemudian
diaduk hingga merata.
6. Larutan hara yang telah siap selanjutnya dimasukkan ke dalam
box sterofoam yang telah diberi nama atau label.
7. Pemindahan bibit dilakukan setelah daun tanaman tumbuh
dengan cara meletakkan rockwool beserta tanaman yang telah
tumbuh ke dalam net pot yang telah dilengkapi dengan sumbu
dari kain flannel. Selanjutnya net pot tersebut dimasukkan ke
dalam lubang sterofoam yang telah terisi larutan hara.
8. Tanaman yang telah selesai ditanam selanjutnya diletakkan di
tempat yang terkena sinar matahari secara penuh di dalam rumah
yang telah ternaungi plastik transparan. Hal ini mencegah
masuknya air hujan ke dalam larutan.
9. Lekukan pengamatan defisiensi unsur hara pada tanaman secara
berkala setiap hari untuk mengamati gejala visual pada tanaman
dan dilengkapi dengan dokumentasi setiap harinya.

17
B. Perlakuan Unsur Hara Lengkap +Cd
1. Siapkan box sterofoam lalu rangkai menjadi media tumbuh
hidroponik 12 lubang, 6 lubang untuk tanaman jagung dan 6
lubang untuk tanaman pakcoy.
2. Lakukan penyemaian dengan cara meletakkan biji pada bagian
tengah rockwool yang telah dipotong-potong dengan ukuran 2
cm x 2 cm x 2 cm sebanyak 1 biji. Selanjutnya benih yang telah
disemai diletakkan di dalam bak semai selama 10 hari.
3. Penyiapan larutan hara dilakukan dengan cara menimbang
pupuk KNO3, pupuk Mkp, pupuk Zk, pupuk kandungan Ca,
pupuk kandungan Fe, pupuk kandungan Mg, pupuk kandungan
S, logam Cd, dan Pupuk Mikro Vitaflex.
4. Setelah semua pupuk ditimbang, selanjutnya bahan-bahan
tersebut dilarutkan dalam air aquades dengan cara diaduk secara
perlahan agar larutannya dapat tercampur secara merata.
5. Setelah bahan-bahan tercampur secara homogen, selanjutnya
larutan pekat diencerkan kembali menggunakan air aquades
yang telah disiapkan di dalam ember sebanyak 10 liter kemudian
diaduk hingga merata.
6. Larutan hara yang telah siap selanjutnya dimasukkan ke dalam
box sterofoam yang telah diberi nama atau label.
7. Pemindahan bibit dilakukan setelah daun tanaman tumbuh
dengan cara meletakkan rockwool beserta tanaman yang telah
tumbuh ke dalam net pot yang telah dilengkapi dengan sumbu
dari kain flannel. Selanjutnya net pot tersebut dimasukkan ke
dalam lubang sterofoam yang telah terisi larutan hara.
8. Tanaman yang telah selesai ditanam selanjutnya diletakkan di
tempat yang terkena sinar matahari secara penuh di dalam rumah
yang telah ternaungi plastik transparan. Hal ini mencegah
masuknya air hujan ke dalam larutan.

18
9. Lekukan pengamatan defisiensi unsur hara pada tanaman secara
berkala setiap hari untuk mengamati gejala visual pada tanaman
dan dilengkapi dengan dokumentasi setiap harinya.

C. Perlakuan Kekurangan Unsur N


1. Siapkan box sterofoam lalu rangkai menjadi media tumbuh
hidroponik 12 lubang, 6 lubang untuk tanaman jagung dan 6
lubang untuk tanaman pakcoy.
2. Lakukan penyemaian dengan cara meletakkan biji pada bagian
tengah rockwool yang telah dipotong-potong dengan ukuran 2
cm x 2 cm x 2 cm sebanyak 1 biji. Selanjutnya benih yang telah
disemai diletakkan di dalam bak semai selama 10 hari.
3. Penyiapan larutan hara dilakukan dengan cara menimbang
pupuk Mkp, pupuk Zk, pupuk kandungan Ca, pupuk kandungan
Fe, pupuk kandungan Mg, pupuk kandungan S, dan Pupuk
Mikro Vitaflex.
4. Setelah semua pupuk ditimbang, selanjutnya bahan-bahan
tersebut dilarutkan dalam air aquades dengan cara diaduk secara
perlahan agar larutannya dapat tercampur secara merata.
5. Setelah bahan-bahan tercampur secara homogen, selanjutnya
larutan pekat diencerkan kembali menggunakan air aquades
yang telah disiapkan di dalam ember sebanyak 10 liter kemudian
diaduk hingga merata.
6. Larutan hara yang telah siap selanjutnya dimasukkan ke dalam
box sterofoam yang telah diberi nama atau label.
7. Pemindahan bibit dilakukan setelah daun tanaman tumbuh
dengan cara meletakkan rockwool beserta tanaman yang telah
tumbuh ke dalam net pot yang telah dilengkapi dengan sumbu
dari kain flannel. Selanjutnya net pot tersebut dimasukkan ke
dalam lubang sterofoam yang telah terisi larutan hara.
8. Tanaman yang telah selesai ditanam selanjutnya diletakkan di
tempat yang terkena sinar matahari secara penuh di dalam rumah

19
yang telah ternaungi plastik transparan. Hal ini mencegah
masuknya air hujan ke dalam larutan.
9. Lekukan pengamatan defisiensi unsur hara pada tanaman secara
berkala setiap hari untuk mengamati gejala visual pada tanaman
dan dilengkapi dengan dokumentasi setiap harinya.

D. Perlakuan Kekurangan Unsur P


1. Siapkan box sterofoam lalu rangkai menjadi media tumbuh
hidroponik 12 lubang, 6 lubang untuk tanaman jagung dan 6
lubang untuk tanaman pakcoy.
2. Lakukan penyemaian dengan cara meletakkan biji pada bagian
tengah rockwool yang telah dipotong-potong dengan ukuran 2
cm x 2 cm x 2 cm sebanyak 1 biji. Selanjutnya benih yang telah
disemai diletakkan di dalam bak semai selama 10 hari.
3. Penyiapan larutan hara dilakukan dengan cara menimbang
pupuk KNO3, pupuk Zk, pupuk kandungan Ca, pupuk
kandungan Fe, pupuk kandungan Mg, pupuk kandungan S, dan
Pupuk Mikro Vitaflex.
4. Setelah semua pupuk ditimbang, selanjutnya bahan-bahan
tersebut dilarutkan dalam air aquades dengan cara diaduk secara
perlahan agar larutannya dapat tercampur secara merata.
5. Setelah bahan-bahan tercampur secara homogen, selanjutnya
larutan pekat diencerkan kembali menggunakan air aquades
yang telah disiapkan di dalam ember sebanyak 10 liter kemudian
diaduk hingga merata.
6. Larutan hara yang telah siap selanjutnya dimasukkan ke dalam
box sterofoam yang telah diberi nama atau label.
7. Pemindahan bibit dilakukan setelah daun tanaman tumbuh
dengan cara meletakkan rockwool beserta tanaman yang telah
tumbuh ke dalam net pot yang telah dilengkapi dengan sumbu
dari kain flannel. Selanjutnya net pot tersebut dimasukkan ke
dalam lubang sterofoam yang telah terisi larutan hara.

20
8. Tanaman yang telah selesai ditanam selanjutnya diletakkan di
tempat yang terkena sinar matahari secara penuh di dalam rumah
yang telah ternaungi plastik transparan. Hal ini mencegah
masuknya air hujan ke dalam larutan.
9. Lekukan pengamatan defisiensi unsur hara pada tanaman secara
berkala setiap hari untuk mengamati gejala visual pada tanaman
dan dilengkapi dengan dokumentasi setiap harinya.

E. Perlakuan Kekurangan Unsur K


1. Siapkan box sterofoam lalu rangkai menjadi media tumbuh
hidroponik 12 lubang, 6 lubang untuk tanaman jagung dan 6
lubang untuk tanaman pakcoy.
2. Lakukan penyemaian dengan cara meletakkan biji pada bagian
tengah rockwool yang telah dipotong-potong dengan ukuran 2
cm x 2 cm x 2 cm sebanyak 1 biji. Selanjutnya benih yang telah
disemai diletakkan di dalam bak semai selama 10 hari.
3. Penyiapan larutan hara dilakukan dengan cara menimbang
pupuk MAP, pupuk Kalnit, pupuk kandungan Fe, pupuk
kandungan Mg, pupuk kandungan S, dan Pupuk Mikro Vitaflex.
4. Setelah semua pupuk ditimbang, selanjutnya bahan-bahan
tersebut dilarutkan dalam air aquades dengan cara diaduk secara
perlahan agar larutannya dapat tercampur secara merata.
5. Setelah bahan-bahan tercampur secara homogen, selanjutnya
larutan pekat diencerkan kembali menggunakan air aquades
yang telah disiapkan di dalam ember sebanyak 10 liter kemudian
diaduk hingga merata.
6. Larutan hara yang telah siap selanjutnya dimasukkan ke dalam
box sterofoam yang telah diberi nama atau label.
7. Pemindahan bibit dilakukan setelah daun tanaman tumbuh
dengan cara meletakkan rockwool beserta tanaman yang telah
tumbuh ke dalam net pot yang telah dilengkapi dengan sumbu

21
dari kain flannel. Selanjutnya net pot tersebut dimasukkan ke
dalam lubang sterofoam yang telah terisi larutan hara.
8. Tanaman yang telah selesai ditanam selanjutnya diletakkan di
tempat yang terkena sinar matahari secara penuh di dalam rumah
yang telah ternaungi plastik transparan. Hal ini mencegah
masuknya air hujan ke dalam larutan.
9. Lekukan pengamatan defisiensi unsur hara pada tanaman secara
berkala setiap hari untuk mengamati gejala visual pada tanaman
dan dilengkapi dengan dokumentasi setiap harinya.

22
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Nutrisi Gambar Jagung

Lengkap

-N

-P

-K

23
Lengkap +Cd

Nutrisi Gambar Sawi Pakcoy

Lengkap

-N

-P

-K

24
Lengkap +Cd

A. JAGUNG
• Jagung dengan unsur hara lengkap
Pada pengamatan jagung dengan unsur hara lengkap kami tidak menemukan gejala
yang akan membuat jagung mati atau daun yang layu namun hanya ada daun yang
mulai berubah menguning pada hari ke-7 tetapi tidak mengalami kelayuan atau
kematian, pertumbuhan jagung dengan unsur hara lengkap ini menujukan
pertumbuhan yang baik dengan perkembangan daun yang bagus dengan warna
hijau muda, dan batang yang besar.

• Jagung dengan kekurangan unsur hara N


Pada pengamatan jagung dengan kekurangan unsur N ini didapati jagung pada hari
ke-3 daun dari jagung mulai mengalami daun hijau kekuningan dan didapati
pertumbuhan dari hari ke-1 hingga hari ke-20 pertumbuhan jagung tetap mengalami
gejala seperti tanaman kurus, kerdil, dan daun yang tegak juga daun yang sudah tua
berwarna hijau muda, kemudian berubah kuning dan layu.
• Jagung dengan kekurangan unsur hara P
Pada pengamatan jagung dengan kekurangan unsur P didapati jagung dengan gejala
seperti tepi daun, cabang, dan batang akan berwarna merah keunguan yang lambat
laun akan berubah menjadi kuning pada hari ke-4 dan lambat laun daun menjadi
layu pada hari ke-13 yang membuat daun menjadi mati.

• Jagung dengan kekurangan unsur hara K


Pada pengamatan jagung dengan kekurangan unsur K ini didapati mulai munculnya
gejala timbul bercak merah kecoklatan pada hari ke-3, pada ke-13 kami juga
mendapati gejala seperti bagian bawah ujung yang menguning dan dan mulai layu
atau mati di hari ke-16.
• Jagung dengan unsur hara lengkap dan +Cd
Pada pengamatan jagung unsur hara lengkap dan penambahan unsur Cd didapati
munculnya gejala daun berwarna hijau kekuningan pada hari ke-5 setelah tanam,
pada hari ke-9 jagung juga mengalami daun layu karena unsur Cd yang merupakan
unsur logam yang juga disebut unsur hara non-essensial. Daun yang layu pada hari
ke-9 tadi mulai mati pada hari ke-13 pengamatan.

25
B. SAWI PAKCOY
• Sawi pakcoy dengan unsur hara lengkap
Pada pengamatan sawi pakcoy dengan unsur hara lengkap ini, pertumbuhan
tanaman sawi pakcoy memiliki daun yang besar dan hijau muda dibanding sawi
pakcoy yang kekurangan unsur N, P, K dan unsur hara lengkap +Cd. Ketersediaan
unsur hara yang lengkap membuat sawi pakcoy tumbuh bagus tanpa kekurangan
unsur hara hanya saja pada hari ke-7 mulai ada beberapa daun yang dimakan oleh
hama (belalang).
• Sawi pakcoy dengan kekurangan unsur hara N
Pada pengamatan sawi pakcoy dengan kekurangan unsur hara N didapati gejala
seperti daun yang berwarna hijau kekuningan. Selain gejala hijau kekuningan, kami
juga mendapati gejala seperti tanaman yang kurus dan kerdil hingga hari ke-14.
• Sawi pakcoy dengan kekurangan unsur hara P
Pada pengamatan sawi pakcoy dengan kekurangan unsur P didapati gejala seperti
sawi pakcoy menjadi kerdil. Kekerdilan ini diakibatkan sistem perakaran kurang
berkembang karena kekurangan unsur P. Pada pengamatan sawi pakcoy dari hari
ke-1 hingga hari ke-14, daun pada sawi pakcoy terlihat segar tanpa ada perubahan,
pada warna daun seperti menjadi kuning hanya saja pada beberapa daun terdapat
bekas gigitan hama (belalang atau ulat).

• Sawi pakcoy dengan kekurangan unsur hara K


Pada pengamatan sawi pakcoy dengan kekurangan unsur hara K didapati gejala
seperti timbulnya bercak merah kecoklatan pada daun di hari ke-7 pengamatan.
Kami juga mendapati gejala seperti daun tua yang mengerut dan keriting pada hari
ke-9 dan gugur dan mengering kemudia mati pada hari ke-14.
• Sawi pakcoy dengan unsur hara lengkap dan +Cd
Pada pengamatan sawi pakcoy dengan unsur hara lengkap dan +Cd, kami
mendapati tidak terjadi ada nya perubahan yang signifikan pada tanaman sawi
pakcoy. Pada sawi pakcoy dengan unsur hara lengkap dan +Cd mengalami gejala
gejala seperti tanaman mengalami pertumbuhan yang lambat dan tanaman
mengalami kerdil daun dan batang tetapi satu di antara enam sawi pakcoy dengan
unsur hara lengkap +Cd ini mengalami kematian pada hari ke-9. Hal ini hampir
sama dengan yang terjadi pada jagung dengan unsur hara lengkap dan + Cd yang
mengalami kematian karena unsur Cd yang merupakan unsur logam yang juga
disebut unsur hara non-essensial. Hal ini diperkuat dengan daun yang layu pada hari
ke-7.

26
BAB V

KESIMPULAN

Nutrisi merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan dan


perkembangan tanaman selain air, suhu, kelembaban, oksigen dan cahaya.
Sedangkan hormon merupakan faktor internal selain gen (Hartanto, Haris, &
Widodo, 2009).
Unsur hara esensial yang tersedia sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan
dan perkembangan tanaman. Menurut Arnon dan Stout (1939), unsur hara
dikatakan esensial bila memenuhi kriteria berikut:
1. Jika tanaman kekurangan suatu unsur hara, tanaman tersebut tidak dapat
menyelesaikan seluruh siklus hidupnya.
2. Defisiensi dari unsur hara tersebut sangat spesifik dan tidak dapat
digantikan oleh unsur hara lain.
3. Elemen tersebut terlibat secara langsung dalam nutrisi tanaman, sebagai
contoh terlibat langsung dalam proses metabolisme dan sangat esensial, dan
atau juga terlibat dan dibutuhkan untuk proses enzimatik.
Apabila tanaman tidak dapat menerima hara yang cukup seperti yang
dibutuhkan, maka pertumbuhannya akan lemah dan perkembangannya tampak
abnormal. Pertumbuhan yang abnormal juga akan terjadi bila tanaman menyerap
hara melebihi kebutuhannya bermetabolisme. Diagnosis defisiensi dan toksisitas
hara pada tanaman dapat dilakukan dengan 2 pendekatan, yaitu pendekatan dengan
diagnosis gejala visual dan analisis tanaman (Grundon, 1987; Baligar dan Duncan,
1990).
Pada praktikum ini menggunakan tanaman jagung dan sawi pakcoy untuk
melihat dan mengamati gejala dari defisiensi unsur hara esensial, yaitu unsur N, P,
dan K, juga melihat dan mengamati pertumbuhan tanaman jagung dan sawi pakcoy
dengan nutrisi yang lengkap, serta melihat dan mengamati gejala toksisitas pada
tanaman jagung dan sawi pakcoy dengan penambahan unsur Cd pada media tanam
yang berperan sebagai racun bagi tanaman.

• Nutrisi lengkap
Pada box sterofoam dengan nutrisi lengkap didapati hasil bahwa sebagian besar
pertumbuhan tanaman jagung baik dengan daun yang berwarna hijau muda dan
batang besar tetapi pada beberapa daun yang menguning pada hari ke-7. Sedangkan
pertumbuhan sawi pakcoy terlihat besar dan berwarna hijau tetapi ada beberapa
daun yang teserang hama (belalang). Pertumbuhan sawi dibanding tanaman jagung
jauh lebih bagus pertumbuhan tanaman jagung, hal ini juga dipengaruhi oleh
adanya kompetisi antara kedua tanaman dalam menyerap unsur hara. Oleh karena
unsur hara yang terbatas pula, daun jagung ada yang mengalami klorosis.

27
• Defisiensi unsur N
Pada box sterofoam dengan –N, tampak bahwa daun jagung mengalami klorosis
semenjak hari ke-3 pengamatan, yang pada akhirnya beberapa daun layu dan mati.
Tidak hanya itu, jagung juga tampak kurus dan kerdil. Gejala yang sama tampak
pada sawi pakcoy, yaitu klorosis dan tanaman kurus dan kerdil. Hal ini sejalan
dengan dasar teori bahwa apabila tanaman kekurangan unsur N, maka tanaman
akan tumbuh dengan lambat (kurus, kerdil, pucat) dan mengalami klorosis yang
dimulai dari daun-daun tua.
• Defisiensi unsur P
Pada box sterofoam dengan –P, pada beberapa daun tampak warna merah keunguan
pada tepi daun, cabang, dan batangnya yang akhirnya menguning, layu, dan mati.
Sedangkan pada sawi pakcoy, tampak bahwa sawi pakcoy kerdil karena tidak
memiliki sistem perakaran yang kurang berkembang. Pada beberapa daun sawi
pakcoy juga terserang hama (belalang atau ulat). Hal ini sesuai dengan dasar teori
bahwa unsur P sangat berperan dalam metabolisme tanaman karena P merupakan
unsur yang terdapat ATP yang berfungsi sebagai energi tumbuhan untuk
menjalankan segala metabolisme. Oleh karena tanaman mengalami kekahatan
unsur P, pertumbuhan akar terhambat dan daun tanaman juga berubag merah
keunguan.

• Defisiensi unsur K
Pada box sterofoam dengan –K, muncul bercak merah kecoklatan di daun pada hari
ke-3 serta beberapa daun bagian bawah ujung mengalami klorosis. Gejala yang
sama juga dialami oleh sawi pakcoy, yaitu muncul bercak merah kecoklatan pada
daun serta beberapa daun tua mengerut dan keriting yang berakhir kering dan mati.
Hal ini sesuai dengan dasar teori bahwa unsur K bersifat mobil sehingga gejala
tampak pertama kali pada daun yang tua. K berperan dalam pengangkutan fotosintat
sehingga kekahatan K membuat tanaman tidak dengan optimal mengangkut hasil
fotosintat. Oleh karena itu, daun tidak mendapat nutrisi yang cukup yang pada
akhirnya tampak daun menguning, kerdil, keriting, dan batang kecil.
• Toksisitas unsur Cd
Pada box sterofoam dengan penambahan unsur Cd, tampak bahwa daun mengalami
klorosis di hari ke-5 pengamatan dan akhirnya layu pada hari ke-9 dan kemudian
mati di hari ke-13. Sedangkan pada sawi pakcoy, pertumbuhan tampak sangat
lambat, kerdil daun dan batang bahkan satu sawi pakcoy mati di hari ke-9. Cd
merupakan logam berat yang apabila jumlahnya berlebih dapat menjadi racun bagi
tanaman. Hal ini sesuai dengan daar teori bahwa keracunan unsur Cd dapat
membuat tanaman menjadi kerdil serta klorosis karena penyerapan Fe terganggu
karena tingginya unsur Cd di media tanam.
Berdasarkan data dan hasil pengamatan di atas, dapat disimpulkan bahwa
tanaman memerlukan unsur-unsur hara esensial dalam pertumbuhan dan

28
perkembangannya. Jumlah dari unsur hara yang diperlukan pun harus dalam skala
kecukupan, tidak kekurangan maupun kelebihan. Kekurangan maupun kelebihan
dapat menhambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman, bahkan dapat
membuat tanaman mati. Tiap-tiap defisiensi unsur hara maupun toksisitas unsur
hara dapat diidentifikasi. Hal ini karena kekurangan atau kelebihan suatu unsur hara
bersifat spesifik, yang artinya menimbulkan gejala-gejala yang spesifik terhadap
unsur hara tersebut.

29
DAFTAR PUSTAKA

Nurhayati, D. R. (2021). Pengantar Nutrisi Tanaman. Surakarta: UNISRI


Press.
Sagala, D., & dkk. (2022). Pengantar Nutrisi Tanaman. Bengkulu: Yayasan
Kita Menulis.
Arnon DI, Stout PR. 1939. “The essentiality of certain elements in minute
quantity for plants with special reference to copper”. In Journal Plant
Physiol. (14) : 371-375
Baligar VC, RR Duncan. 1990. Crops as Enhancers of Nutrient Use.
Academic Press, Inc. Toronto 574p.
Marschner, H. 1986. Mineral Nutrition Of Higher Plants. Academic Press
Harcourt Brace Jovanovich Publisher, London. Dalam Ilmu Kesuburan
Tanah. Ed. Rosmarkam, A. Dan N. W. Yuswono. 2002. Karnisius.
Yogyakarta. Hal 65 – 71

30
LAMPIRAN
JAGUNG KELOMPOK 1 (LENGKAP)
Hari 0 Hari 1

Hari 2 Hari 3

Hari 4 Hari 5
Hari 6 Hari 7

Hari 8 Hari 9

Hari 10 Hari 12

Hari 13 Hari 14
Hari 15 Hari 16

Hari 18 Hari 19

Hari 20
JAGUNG KELOMPOK 2 (-N)
Hari 0 Hari 1

Hari 2 Hari 3

Hari 4 Hari 5
Hari 6 Hari 7

Hari 8 Hari 9

Hari 10 Hari 12

Hari 13 Hari 14
Hari 15 Hari 16

Hari 18 Hari 19

Hari 20
JAGUNG KELOMPOK 3 ( -P)
Hari 0 Hari 1

Hari 2 Hari 3

Hari 4 Hari 5
Hari 6 Hari 7

Hari 8 Hari 9

Hari 10 Hari 12

Hari 13 Hari 14
Hari 15 Hari 16

Hari 18 Hari 19

Hari 20
JAGUNG KELOMPOK 4 (-K)
Hari 0 Hari 1

Hari 2 Hari 3

Hari 4 Hari 5
Hari 6 Hari 7

Hari 8 Hari 9

Hari 10 Hari 12

Hari 13 Hari 14
Hari 15 Hari 16

Hari 18 Hari 19

Hari 20
JAGUNG KELOMPOK 5 (+Cd)
Hari 0 Hari 1

Hari 2 Hari 3

Hari 4 Hari 5
Hari 6 Hari 7

Hari 8 Hari 9

Hari 10 Hari 12

Hari 13 Hari 14
Hari 15 Hari 16

Hari 18 Hari 19

Hari 20
SAWI PAKCOY KELOMPOK 1 (LENGKAP)
Hari 1 Hari 2

Hari 3 Hari 4

Hari 6 Hari 7
Hari 8 Hari 9

Hari 10 Hari 12

Hari 13 Hari 14
SAWI PAKCOY KELOMPOK 2 (-N)
Hari 1 Hari 2

Hari 3 Hari 4

Hari 6 Hari 7
Hari 8 Hari 9

Hari 10 Hari 12

Hari 13 Hari 14
SAWI PAKCOY KELOMPOK 3 (-P)
Hari 1 Hari 2

Hari 3 Hari 4

Hari 6 Hari 7
Hari 8 Hari 9

Hari 10 Hari 12

Hari 13 Hari 14
SAWI PAKCOY KELOMPOK 4 (-K)
Hari 1 Hari 2

Hari 3 Hari 4

Hari 6 Hari 7
Hari 8 Hari 9

Hari 10 Hari 12

Hari 14
SAWI PAKCOY KELOMPOK 5 (+Cd)
Hari 1 Hari 3

Hari 4 Hari 6

Hari 7 Hari 8
Hari 9 Hari 10

Hari 12 Hari 13

Hari 14

Anda mungkin juga menyukai