Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN

BIOLISTRIK PADA SISTEM SARAF

Dosen Pengampu : Dr. Rusdi, M.Biomed.

Asisten : Mia Tanti

Nama : Nina Deslina

Kelompok :5

No. Reg : 1304617059

Kelas : Pendidikan Biologi A

PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2019
BIOLISTRIK PADA SISTEM SARAF

A. TUJUAN
1. Menghitung waktu terjadinya kontraksI perambatan impuls pada bagian femur
katak yang dialiri listik.
2. Mengetahui pengaruh pemberian alkohol terhadap kecepatan perambatan
impuls
3. Mengetahui kecepatan perambatan impuls pada serabut saraf otot
gastrocnemius yang telah diisolasi dari tubuh katak
4. Mengetahui pengaruh pemberian larutan ringer pada otot gastrocnemius

B. TINJAUAN PUSTAKA

Sistem saraf merupakan suatu sistem organ yang terdiri dari sel-sel neuron. Sistem
saraf terdiri atas sistem saraf pusat (yang meliputi otak dan batang spinal), dan sistem saraf
perifer (yang meliputi saraf kranial, saraf spinal, dan trunkus simpatikus). Sistem saraf pusat
berguna sebagai pusat koordinasi aktivitas-aktivitas yang harus dilaksanakan. Sedangkan
sistem saraf perifer memberikan informasi kepada sistem saraf pusat tentang adanya stimulus
yang menyebabkan otot dan kelenjar melakukan respon (Johnson, 1984).
Pada saat sel saraf dalam keadaan istirahat (reseptor tidak dirangsang), membran sel
dalam keadaan impermeable terhadap ion. Hal ini terjadi karena saluran ion (ion channel)
dalam keadaaan tertutup. Pada saat ini, ion positif misalnya ion Na+ lebih banyak berada di
luar sel dan ion negatif yaitu Cl- dan ion K+ berada di dalam sel, keadaan ini disebut
depolarisasi. Jadi pada saat polarisasi, muatan ion di luar sel lebih positif dari pada di dalam
membran sel.
Jika sel saraf dirangsang, maka saluran ion akan terbuka. Ion natrium akan masuk ke
dalam sel dan ion kalium bersama ion Cl- akan keluar dari dalam sel. Muatan ion di dalam sel
menjadi lebih positif dan di luar sel menjadi lebih negatif. 9keadaan ini disebut depolarisasi.
Membran sel dalam keadaan permeabel terhadap ion. Jika depolarisasi melewati batas
ambang letup (firing level), maka akan terjadi potensial aksi yang berjalan disebut impuls.
(Campbell, 2008)
Ketika potensial aksi merambat sepanjang membran sel saraf, maka potensial
membran di belakang gelombang kembali ke stadium istirahat (menjadi refrakter absolut)
yaitu membran sel tidak peka lagi terhadap rangsang yang datang. Akibatnya perjalanan
impuls hampir selalu searah (ortodromik) dan jarang yang 2 arah (antidromik).
Energi yang digunakan dalam penghantaran impuls disuplai oleh mitokondria. Pada
sel saraf, mitokondria banyak terdapat di terminal akson. Perjalanan impuls saraf dapat
diblokir oleh rangsang dingin, panas, atau tekanan pada serabut saraf. Pemblokiran yang
sempurna dicapai dengan memberikan zat anastetik (bius).
Biolistrik merupakan energi yang terdapat dalam tubuh makhluk hidup yang
bersumber dari ATP dimana ATP ini dari salah satu bagian sel yakni mitokondria dalam
proses respirasi. Kelistrikan yang dimaksud adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan
uatan-muatan, ion-ion yang terdapat dala tubuh dan medan listik yang dihasilkan oleh ion-ion
tersebut serta tegangan yang dihasilkan.
Tegangan listrik atau sering disebut potensial listrik dapat dihasilkan oleh sel-sel
tubuh yang disebut biopotensial. Tegangan yang paling besar dihasilkan oleh sel-sel saraf dan
sel-sel oto. Tegangan yang terjadi pada sel, terus menerus terjaga keberadaannya, dan untuk
menjaganya sejumlah besar energi dibutuhkan. Jadi energi yang disuplai ke dalam tubuh,
sebanyak paling besar 25% digunakan untuk menjaga kehadiran yang lama, namun dapat
pula diubah melalui suatu perlakuan internal maupun eksternal dalm bentuk gangguan atau
rangsangan. Perubahan nilai tegangan pada sel akan menghasilkan suatu pulsa tegangan.
(Wulandari, 2009)

C. ALAT DAN BAHAN


1. Alat bedah, 5. katak
2. baterai, 6. Alkohol 70%
3. kabel, 7. Larutan ringer
4. stopwatch,

D. CARA KERJA
Kegiatan 1. Mengukur Kecepatan Perambatan Impuls
1. Bedah kulit kaki belakang, dan kulit di bagian badan katak
2. Bedah bagian perut, buka rongga perut bagian dorsal maka akan terlihat serabut
saraf yang mempersarafi tungkai depan dan tungkai belakang
3. Bila sudah ditemukan, berilah perangsangan listrik dengan menghubungkan pada
kedua kutub positif dan negatif baterai pada dua saraf yang berbeda, misal saraf
tungkai dpan dan tungkai belakang. Amati dan hitung waktu terjadinya kontraksi
4. Lakukan pemblokiran ada serabut saraf dengan memberikan alkohol 70%. Amati
dan hitung waktu terjadinya tanggapan, dan jarak antara perangsangan dan efektor
yang bergerak.

Kegiatan 2. Perambatan Impuls


1. Isolasi serabut saraf yang mepersarafi otot gastrocnemius bersama dengan otot
tersebut dari sepanjang kaki katak. Selanjutnya letakkan kedua preparat tersebut dan
sambungkan serabut saraf dari preparat ke 1 otot preparat kedua pada kaca arloji.
2. Berilah larutan ringer pada preparat saraf dan otot tersebut
3. Lakukan perangsangan listrik dengan menempelkan kabel pada kedua ujung dari
preparat tersebut. Lakukan pemblokiran di titik tengah dengan alkohol 70%
4. Amati waktu terjadinya tanggapan/kontraksi otot.

E. HASIL PENGAMATAN

Tabel 1. Hasil Pengamatan Biolistrik


Keadaan Saraf pada Muculus
Waktu mulainya kontraksi
Gastrocnemius
Ringer 00.00.40 detik
Alkohol 00.00.93 detik

F. PEMBAHASAN
Pada praktikum biolistrik ini bertujuan untuk mengetahui perambatan impuls dan
kecepatan perambatan impuls. Praktikum ini menggunakan muculus gastrocnemius. Untuk
mendapatkan bagian katak tersebut katak terlebih dahulu dikuliti dan dibedah bagian
tungkainya. Kemudian dapat terlihat otot gastrocnemius seperti pada gambar 1.

Gambar 1. Percobaan biolistrik pada sistem saraf katak

Pada uji kecepatan impuls menggunakan otot gastrocnemius. Bagian otot ini dipilih
karena otot ini besar dan mudah teramati dibanding dengan otot pada bagian tubuh katak
yang lainnya. Otot ini kemudian diberikan larutan ringer. Fungsi larutan ringer adalah untuk
menjaga otot supaya tetap basah sehingga sel otot tetap hidup. Setelah diberi larutan ringer,
otot diberikan rangsang berupa arus listrik. Lalu diamati waktu yang dibutuhkan untuk
menanggapi respon tersebut
Prosedur untuk melakukan uji ini yaitu dengan memberikan kejut listrik ke otot
gastrocnemius. Respon dari kejut listrik ini yaitu adanya kontraksi pada otot, Dilihat berapa
lama otot gastrocnemius merespon rangsang yang diberikan. Pada tabel hasil pengamatan
terlihat bahwa rangsang yang ada direspon dengan sangat cepat yaitu 1 detik setelah rangsang
diberikan. Respon yang cepat terhadap rangsang ini merupakan respon dari saraf sensorik
terhadap arus listrik yang ada. Pada katak yang masih utuh, rangsang ini kemudian
dilanjutkan ke medula spinalis sehingga respon yang diberikan sangat cepat.
Respon yang dihasilkan yaitu pergerakan dari otot musculus gastrocnemius. Respon
ini dapat terjadi karena otot rangka merupakan salah satu jaringan tubuh yang memiliki
kelistrikan yang diperankan oleh ion-ion intrasel dan ekstrasel. Rangsang listrik yang
diberikan menyebabkan perubahan potensial membran istirahat yang ditandai dengan ion
natrium yang masuk ke intrasel otot atau yang biasa disebut dengan depolarisasi. Proses
depolarisasi ini diikuti oleh proses repolarisasi yang ditandai dengan keluarnya ion kalium ke
ekstrasel otot. Peristiwa depolarisasi dan repolarisasi pada membran sel yang sangat cepat
disebut potensial aksi (Seeley, 2003).
Setelah itu otot gastrocnemius ditetesi dengan alkohol sebanyak 1 sampai 2 tetes.
Kemudian diberikan lagi rangsang berupa arus listrik yang sama seperti sebelumnya. Diamati
kembali untuk waktu yang dibutuhkan katak merespon rangsangan tersebut. Dari tabel hasil
pengamatan dapat dilihat bahwa waktu yang dibutuhkan katak untuk merespon listrik
tersebut yaitu setelah 00.00.98 detik. Waktu ini lebih lama dibandingkan dengan waktu saat
rangsang diberikan secara langsung tanpa ditetesi dengan alkohol. Perbedaan ini terjadi
karena alkohol meningkatkan efek neurotransmitter GABA. GABA atau Gamma Amino
Butiric Acid merupakan neurotransmitter inhibitor yang artinya akan mengahalangi
pengantaran implus ke saraf. GABA ini menyebabkan gerbang ion chlorida yang bermuatan
negatif terbuka, sehingga serabut saraf pada otot akan bermuatan sangat negatif. Hal ini yang
menyebabkan impuls sulit diantarkan oleh saraf (Mihic dan Harris, 1997).
Menurut Campbell (2008), sebuah potensial aksi tunggal akan menyebabkan
peningkatan tegangan otot yang berlangsung sangat cepat. Peristiwa peningkatan tegangan
otot ini biasa disebut dengan kontraksi tunggal. Kotraksi ini diawali dengan datangnya impuls
saraf. Pada saat impuls datang, siampsis atau daerah hubungan antara saraf dan serabut otot
dipenuhi oleh asetil kolin. Asetil kolin ini nantinya akan merembeskan ion- ion kalsium ke
reabut otot. Ion kalsium ini nantinya berikatan dengan molekul lain yang menyebabkan
terciptanya sisi aktif pada filamen tipis. Kepala miosin atau filamen tebal segera bergabung
dengan sisi aktif filamen tipis yang menyebabkan terbentuknya suatu hubungan berbentuk
seperti jembatan. Setelah itu jembatan ini akan mengeluarkan energi dan menyampaikan
energi tersebut ke filamen tipis. Proses ini menyebabkan filamen tipis mengkerut dan
kontraksi otot pun terjadi.

G. KESIMPULAN
Praktikum biolistrik ini bertujuan untuk mengetahui perambatan impuls dan
kecepatan perambatan impuls. Waktu yang diperlukan otot gastrocnemius tanpa diberi
perlakuan merespon karena adanya perambatan impuls adalah 1 detik, sedangkan
yang diberi perlakuan dengan ditetesi alkohol baru merespon karena perambaran
impuls terjadi setelah waktu 18 detik. Respon ini dapat terjadi karena otot rangka (otot
gastrocnemius) merupakan salah satu jaringan tubuh yang memiliki kelistrikan yang
diperankan oleh ion-ion intrasel dan ekstrasel. Perbedaan waktu respon karena
perambatan impuls yang terjadi ketika otot gastrocnemius tidak diberi perlakuan dan
diberi alkohol, lebih lama alkohol. Hal ini terjadi karena alkohol meningkatkan efek
neurotransmitter GABA. GABA atau Gamma Amino Butiric Acid merupakan
neurotransmitter inhibitor yang artinya akan mengahalangi pengantaran implus ke
saraf. Pada praktikum juga dilakukan pemberian larutan ringer pada otot
gastrocnemius katak Fungsi larutan ringer adalah untuk menjaga otot supaya tetap
basah sehingga sel otot tetap hidup.

H. DAFTAR PUSTAKA

Campbell, N. A. & J. B. Reece. (2008). Biologi, Edisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga

Johnson, D. R. 1984. Biology an Introduction. New York: The Benjamin Cummings


Publishing Co.Inc.

Mihic, S. J., & Harris, R. a. (1997). GABA and the GABA receptor. Alcohol Health and
Research World, 21, 127–131

Seeley, R. R., T.D. Stephens, P. Tate. (2003). Essentials of Anatomy dan Physiology.
NewYork: McGraw-Hill Companies.
Wulandari, Ika P. 2009. Pembuatan Alat Ukur Kecepatan Respon Manusia Berbasis
Mikrokontroller AT 89S8252. Jurnal Neutrino. Vol.1 (2): 208-219.

Anda mungkin juga menyukai