Anda di halaman 1dari 13

REPORT SHEET

Topik Pengamatan Struktur Morfologi Protozoa dan Mikroalga

Nama : Danila
Kelompok : 02

Tabel 1. Hasil Pengamatan Struktur Morfologi Protozoa


No. Asal Gambar Pengamatan Gambar Literatur Nama Spesies Keterangan Fungsi ekologis
Sampel
1 Kolam Dicirikan dengan sel yang Digunakan untuk
Bundaran, memanjang, memiliki 1 mempelajari
Sawah Euglena sp. nukleus, kloroplas yang pertumbuhan sel dan
mengandung klorofil, metabolisme dalam
vakuola kontraktil, 1 atau 2 berbagai kondisi
(Kim dkk., 2016) flagela, memiliki pellicle lingkungan.
yang fleksibel (Kim dkk.,
2016).
2 Kolam Tubuhnya uniseluler, Berperan sebagai
Bundaran Amoeba sp. ukurannya 200-300 mikron. patogen manusia dan
Tubuhnya terdiri atas hewan dengan
membrane sel, ektoplasma, menjadikan bakteri dan
endoplasma, nukleus, fungi sebagai inang.
vakuola makanan, vakuola Penyakit yang
(Majid, 2016) kontraktil, dan pseudopoda disebarkan amoeba
(Nurhadi & Yanti, 2018). antara lain AIDS dan
penyakit imun lainnya
(Attariani, dkk., 2020)
3 Kolam Memiliki silia untuk Membersihkan partikel
JPC, Paramecium motilitas serta untuk kecil dari debris di
Sawah sp. mendapatkan makanan dalam air
Terdapat kerongkongan
(Madigan dkk., 2019) (gullet) yaitu silia yang
melapisi alur mulut, terdapat
vakola, memiliki 2 jenis inti
yaitu mikronukleus dan
makronukleus. Gen di
makronukleus mengatur
fungsi seluler dasar
sedangkan mikronukles
terlibat dalam reproduksi
seksual (Madigan dkk.,
2019).
4 Kolam Bersilia, memiliki Bioindikator perairan,
JPC makronukleus dan membersihkan partikel
Prorodon sp. mikronukleus. Terdapat oral kecil debris di dalam air
cone (Méndez-Sanchez dkk,
2018).
(Méndez-Sanchez dkk, 2018)
5 Sawah Membentuk koloni berantai Mengandung Domoic
Pseudo- yang ditandai dengan sel-sel Acid (DA) yang dapat
nitzschia sp. tumpeng tindih. Selnya membuat mamalia laut
sangat ramping, setiap sel dan burung laut
mengandung 2 kliriplas. Sel keracunan. DA terlarut
dan koloni dapat bergerak, dapat berguna untuk
meluncur kea rah asimilasi Fe, tetapi
longitudinal (Parsons dkk., menghambat makan
2012). herbivora (Delegrange
dkk., 2018).

(Delegrange dkk., 2018)


6 Sawah Memiliki dorsal ridges yang Bioindikator perairan
mencolok, terdapat zona dan pakan alami
Euplotes sp. adoral, memiliki cirri organisme perairan
melintang dan cirri marginal,
bentuk makronukleus
(Chen dkk., 2013) bervariasi, bagian anterior
biasanya berbentuk C dengan
bagian posterior terdistorsi
(Chen dkk., 2013).
Tabel 2. Hasil Pengamatan Struktur Morfologi Mikroalga
No Asal Gambar Pengamatan Gambar Literatur Nama Spesies Keterangan Fungsi Ekologis
Sampel
1 Kolam Sel berbentuk silinder kasar (atau Penghapusan nitrogen
JPC, berbentuk sosis, ellipsoidal atau dan fosfor dari air
Kolam Scenedesmus fusiform). Koloni biasanya limbah perkotaan,
Bundaran, opeliensis tunggal, tetapi kadang-kadang dua biosorpsi kadmium dan
Sawah baris berselang-seling dari 4-16 air yang terkontaminasi
sel yang bergabung sepanjang tembaga, sumber
sumbu panjang. Spesies ini potensial untuk
merupakan koloni empat sel yang produksi biodiesel
(Bellinger & Sigee, 2015)
memiliki 2 duri yang menonjol
pada setiap sel luarnya (Bellinger
& Sigee, 2015).

2 Kolam Memiliki sel vegetatif yang Chlorococcum sp.


JPC, tampak ellipsoidal hingga bulat. mungkin berguna dalam
Kolam Chlorococcum Ukurannya bervariasi dengan flokulasi lipid dari air
Bundaran, sp. dinding sel muda yang tipis dan limbah.
halus, ketika dewasa akan lebih
tebal. Terdapat kloroplas tanpa
lubang perifer, flagella (untuk sel
(Feng dkk., 2016) motil), dan zoospore yang
berbentuk gelendong hingga bulat
telur (Feng dkk., 2016).
3 Kolam Merupakan alga berfilamen Oedogonium adalah
JPC dengan bentuk sel silinder yang organisme yang efisien
Oedogonium sp. ramping. Alga ini tidak bercabang untuk menangkap
(O’Connell & Wilkie, 2018). karbon dan berpotensi
di berbagai praktik
berkelanjutan, termasuk
(O’Connell & Wilkie, 2018) penghilangan nutrisi
dari air limbah dan
produksi bioenergi di
masa depan (O’Connell
& Wilkie, 2018).
4 Kolam Berbentuk hampir bulat, Penghasil oksigen dari
bundaran pembelahan sel terjadi dalam fotosintesis dan
Chroococcus sp. kelompok 2-4-5-16, terdapat berperan sebagai
lamellate pada beberapa spesies. produsen (Bellinger &
Chroococcus biasanya Sigee, 2015).
(Bellinger & Sigee, 2015) membentuk kelompok kecil sel
yang saling menempel, selnya
dapat menghasilkan selubung
berlapis-lapis (Bellinger & Sigee,
2015).

5 Kolam Selnya berbentuk silindris, Berperan sebagai


JPC memiliki 2 kloroplas berbentuk produsen primer,
bintang. Setiap kloroplas memiliki menyimpan pati, dan
Zygnema sp. pirenoid. Alga ini berfilamen yang sebagai pakan ikan.
memiliki selubung lendir lembut
(Bellinger & Sigee, 2015) dan tak bercabang (Bellinger &
Sigee, 2015).
6 Kolam Memiliki katup berbentuk klab Merupakan spesies
JPC, heteropolar yang lemah, lanset bentik yang sensitif
Kolam berbentuk elips/oval, memiliki terhadap perubahan
Bundaran Gomphonema apeks proktraksi, area aksial kualitas air, sehingga
parvulum linearnya sempit, terdapat area cocok dijadikan
tengah yang kecil karena bioindicator perairan
pemendekan striae sentral (Bose (Abarca dkk., 2014).
& Pal, 2020).

(Bose & Pal, 2020)


7 Kolam Selnya berbentuk bulat, sub bola, Menyebabkan air
Bundaran atau oval. Sel-sel berdempetan danau/sungai berbau
rapat, membentuk suatu lapisan di (musty odor) dan
Coelosphaerium bagian luar koloni. Koloni menambah rasa tidak
sp. berwarna biru kehijauan. diinginkan pada air. Hal
Memiliki panjang 2-7 mikrometer tersebut disebabkan
dengan lebar 2-5 mikrometer oleh geosmin (Godo
(Bellinger & Sizee, 2015). dkk., 2017).
(Godo dkk., 2017)
8 Kolam Sel berbentuk linier, lanset, atau Bioindikator untuk
JPC, Pinnularia sp. elips. Kutubnya membulat atau mengevaluasi kualitas
Kolam melengkung. Memiliki striae perairan karena taksa
Bundaran yang kasar, memiliki raphe ini merespons pada
sentral yang ujung tengahnya variasi kimiawi air,
menekuk kea rah yang sama. seperti pH dan polusi
Panjang sel 20-200 μm, lebar 4-50 anorganik (Naseri dkk.,
μm. Biasanya dua kloroplas mirip 2020).
lempeng, salah satu sisi garis
tengahnya. Beberapa spesies
(Bose & Pal, 2020) mungkin memiliki kloroplas
berbentuk lain
9 Kolam Memiliki bentuk yang memanjang Sebagai penghasil
JPC dengan bentuk sedikit biodiesel, penghasil
Scenedesmus melengkung ataud dapat juga biomassa, produsen
quadricauda berbentuk lurus, diameter sel 1-2 primer (Salim, 2015).
mikrometer dan panjang 40
mikrometer. Selnya membentuk
koloni yang terdiri atas 4-32 sel
(Phinyo dkk., 2017) (Salim, 2015)
10 Kolam Membentuk karakteristik koloni Jika jumlah koloni
JPC, dengan bentuk datar atau banyak, dapat
Kolam melingkar, seperti lempengan. menyebabkan bau tak
Bundaran, Biasanya hadir di danau kaya sedap pada perairan
Sawah Pediastrum sp. nutrisi, kolam dan sungai yang sehingga dapat menjadi
mengalis lambat. Dinding sel indikator perairan
seingkali cukup kuat dan bertahan tercemar (Bellinger &
selama beberapa waktu setelah Sigee, 2015).
isinya menghilang (Bellinger &
(Bellinger & Sigee, 2015)
Sigee, 2015).
PERTANYAAN :

1.) Jelaskan pembagian filum Protozoa beserta karakter khusus setiap filumnya (sertakan contoh spesiesnya)!
Jawaban:
Menurut Nurhadi & Yanti (2018), filum protozoa dibagi menjadi dua subfilum, yaitu Plasmodroma dan Ciliphora. Berdasarkan alat
geraknya, dikelompokkan menjadi empat kelas, yaitu:
1. Rhizopoda (Sarcodina): memiliki alat gerak berupa kaki semu atau pseudopoda yang merupakan tonjolan dari protoplasma. Contoh
spesiesnya adalah Amoeba sp.
2. Flagellata (Mastigophora): memiliki alat gerak berupa flagella. Anggota kelas ini terbagi menjadi 2 subelas, yaitu Phytomastigina
karena memiliki klorofil dan Zoomastigina yang tidak memiliki klorofil. Contoh spesiesnya adalah Euglena viridis.
3. Ciliata (Infusoria): memiliki alat gerak berupa bulu getar (silia). Contoh spesiesnya adalah Paramecium caudatum.
4. Sporozoa: tidak memiliki alat gerak dan umumnya bersifat parasit/patogen. Contoh spesiesnya adalah Plasmodium sp.

2.) Jelaskan pengelompokan divisi Algae beserta karakter khusus setiap filumnya (sertakan contoh spesiesnya)!
Jawab:
Menurut Kawaroe dkk. (2019). mikroalga terklasifikasi ke dalam beberapa divisi dan karakter khusus dari tiap divisi didasarkan
pigmen warna yang terkandungnya, sebagai berikut:
a. Cyanophyta (cyanobacteria; mikroalga hijau-biru): mengandung klorofil a dan c, betakaroten, xantofil, tidak berflagela, hidup di
air tawar, laut, dan air payau. Contoh: Nostoc sp.
b. Chlorophyta (mikroalga hijau): mengandung klorofil a dan b, karotenoid, memiliki 1 atau 2-8 flagela, hidup di air laut, air tawar,
dan air payau. Contoh: Chlorococcus sp.
c. Phaeophyta (mikroalga coklat): mengandung klorofil a dan c, alfakaroten, betakaroten, fukosantin, xantofil, thylakoid, memiliki 2
flagel, hidup di air laut dan payau, jarang hidup di air tawar. Contoh: Fucus seratus
d. Chrysophyta (mikroalga emas): mengandung klorofil a dan c, alfakaroten, betakaroten, minyak chrysolaminaran, memiliki 1-2
flagela, hidup di air tawar, laut, dan payau. Contoh: Navicula sp.
e. Pyrrhophyta (dinoflagelata): mengandung klorofil a dan c, betakaroten, xantofil, thylakoid, memiliki 2 flagela, hidup di air tawar,
laut, dan payau. Contoh: Gymnodinium sp.
f. Rhodophyta (mikroalga merah): mengandung klorofil a dan c, R-C-fikosianin, R-C-fikoeritrin, alfakaroten, betakaroten, xantofil,
thylakoid, tidak memiliki flagella, hidup di air laut dan payau, beberapa hidup di air tawar. Contoh: Eucheuma spinosum

3.) Jelaskan struktur sel Protozoa disertai fungsi setiap strukturnya !


Jawab:
Protozoa adalah eukariota uniseluler, sehingga nukleusnya tertutup membran. Pada protozoa selain ciliate, nukleusnya berbentuk
vesikuler dengan kromatin yang tersebar memberikan tampilan yang menyebar ke nukleus. Menurut Pechenik (2015), organel protozoa
memiliki fungsi yang mirip dengan organ hewan tingkat tinggi, antara lain:
- Membran plasma: membungkus sitoplasma juga menutupi struktur lokomotif yang memproyeksikan seperti pseudopodia, silia, dan
flagela.
- Pelikel: lapisan permukaan luar dari beberapa protozoa yang cukup kaku untuk mempertahankan bentuk sel yang khas, tetapi tetap
fleksibel
- Sitoplasma: ektoplasma (bagian luar yang transparan) dan endoplasma (lapisan dalam yang mengandung organel) sebagai tempat
organel-organel berada
- Sitosom: mulut sel untuk menelan cairan atau partikel padat
- Vakuola kontraktil: untuk osmoregulasi terjadi di beberapa spesies
- Mikrotubulus subpelikuler: untuk spesies tanpa organel eksternal, organel ini menyediakan sarana untuk Gerakan lambat.
- Aparatus Golgi: untuk sekresi dan ekskresi
- Mitokondria: penghasil energi untuk metabolisme sel
- Lisosom: mensintesis enzim-enzim hidrolitik untuk mencernakan bakteri-bakteri patogen yang menyerang tubuh
- Vakuola makanan: Pencerna makanan

4.) Mengapa indikator pH, intensitas cahaya dan suhu mempengaruhi temuan mikroalga dan protozoa?
Jawaban:
Menurut Metsoviti dkk. (2020), mikroalga adalah organisme uniseluler yang membutuhkan cahaya serta karbondioksida untuk
pertumbuahn dan produksi biomassa-nya. Sehingga, jika intensitas cahaya semakin tinggi, pertumbuhan mikroalga menjadi semakin cepat
dan biomassa yang diproduksi meningkat. Temperatur juga berpengaruh terhadap pertumbuhan dan keberadaan mikroalga karena menurut
Singh & Singh (2015), laju pertumbuhan alga ini dipengaruhi oleh suhu dimana suhu optimum untuk spesies alga adalah 5-40oC, tergantung
spesiesnya. Jika di luar suhu optimum, maka alga kurang bisa beradaptasi dan bertahan hidup. Selain itu, pH juga berpengaruh, sama seperti
temperatur, spesies-spesies mikroalga memiliki rentang pH optimal masing-masing dan apabila terlalu ekstrem, dapat menyebabkan sel
teragregasi (Sakarika & Kornanos, 2016).
Hal yang sama berlaku pada protozoa dimana ketiga faktor tersebut mempengaruhi temuan. Karena, masing-masing spesies di suatu
wilayah memiliki batasan pH, suhu, dan kebutuhan cahaya optimalnya. Ada yang dapat tumbuh dan berkembang di lingkungan pH rendah,
ada yang membutuhkan suhu rendah, dan sebaliknya (Moser & Weisse, 2011).

5.) Jelaskan perbedaan gerak brown dan gerak pada aliran air!
Jawaban:
Gerakan Brown adalah gerakan acak partikel yang diaduk oleh gerakan termal molekul dalam fluida. Protozoa memiliki
kemampuan untuk bergerak sendiri melalui konversi energi yang tersedia di sekitarnya menjadi Gerakan yang terarah, dengan
memanfaatkan asimetri intrinsik dalam bentuk dan sifat materialnya. Gerakan mereka muncul dari interaksi antara fluktuasi termal dan
propulsi. Sedangkan Gerakan lain seperti Gerakan amoeboid memanfaatkan aliran sitoplasma yang memberikan momentum yang
diperlukan untuk mendorong organisme lebih jauh pergerakannya (Sprenger dkk., 2020). Pergerakan sejati (motilitas) biasanya sangat
cepat dan terarah. Sedangkan gerak Brown merupakan gerakan menggetar partikel-partikel dalam cairan secara acak/tidak terarah dan terus
menerus. Hal ini menyebabkan mikroorganisme motil dan non-motil berubah posisinya dan terlihat seperti bergerak.
DAFTAR PUSTAKA

Abarca, N., Jahn, R., Enke, N. 2014. Does the Cosmopolitan Diatom Gomphonema parvulum (Kützing) Kützing Have a Biogeography?. PLoS
One Journal. 9(1): 1-18.

Attariani, H., Turki, H., Shoja, S., Salahi-Moghaddam, Ghanbarnejad, A., Shamseddin, J. 2020. Investigating the frequency of free-living
amoeba in water resources with emphasis on Acanthamoeba in Bandar Abbas city, Hormozgan province, Iran in 2019–2020. BMC
Research Notes. 13(420): 1-7

Bose, R. and Pal, R. New Reports of Epilithic and Epiphytic Diatom Flora from Foot-Hill Areas of Eastern Himalayas. Phytomorphology. 69(4):
81-94.

Chen, X., Zhao, Y., Al-Farraj, S., Al-Quraishy, S., Al-Serehy, H., Shao, C., Al-Rasheed, K. 2013. Taxonomic Descriptions of Two Marine
Ciliates, Euplotes dammamensis n. sp. and Euplotes balteatus (Dujardin, 1841) Kahl, 1932 (Ciliophora, Spirotrichea, Euplotida),
Collected from the Arabian Gulf, Saudi Arabia. Acta Protozoologica. 52: 73-89.

Delegrange, A., Lefebvre, A., Gohin, F., Courcot, L., Vincent, D. 2018. Pseudo-nitzschia sp. diversity and seasonality in the southern North Sea,
domoic acid levels and associated phytoplankton communities. Estuarine, Coastal and Shelf Science. 214: 194-206.

Feng, J., Guo, Y., Zhang, X., Wang, G., Lv, J., Liu, Q., Xie, S. 2016. Identification and characterization of a symbiotic alga from soil bryophyte
for lipid profiles. Biology Open. 5(9): 1317-1323.

Godo, T., Saki, Y., Nojiri, Y., Tsujitani, M., Sugahara, S., Hayashi, S., Kamiya, H., Ohtani, S., & Seike, Y. 2017. Geosmin-producing Species of
Coelosphaerium (Synechococcales, Cyanobacteria) in Lake Shinji, Japan. Scientific Reports. 7(41928): 1-10

Kawaroe, M., Prartono, T., Sunuddin, A., Sari, D., Augustine, D. 2019. Mikroalga: Potensi dan Pemanfaatannya untuk Produksi Bio Bahan
Bakar. IPB Press. Bogor.
Kim, J., Linton, E., Shin, W. 2016. Morphological and genetic diversity of Euglena deses group (Euglenophyceae) with emphasis on cryptic
species. The Korean Society of Phycology. 31(3): 219-230.

Madigan, M., Bender, K., Buckley, D., Sattley, W., Stahl, D. 2019. Brock Biology of Microorganisms Fifteenth Edition. Pearson Education.
New York.

Majid, M., Mahboob, T., Mong, B., Jaturas, N., Richard, R., Tian-Chye, T., Phimphila, A., Mahaphonh, P., Aye, K., Aung, W., Chuah, J.,
Zlegler, A., Yasiri, A., Sawangjaroen, N., Lim, Y., Nissapatorn. 2016. Pathogenic waterborne free-living amoebae: An update from
selected Southeast Asian countries. PLoS ONE journal. 12(2): 1-17.

Moser, M. & Weisse, T. 2011. Combined stress effect of pH and temperature narrows the niche width of flagellates in acid mining lakes.
Journal of Plankton Research. 33(7): 1023-1032.

Naseri, A., Saadatmand, S., Noroozi, M., Asri, Y., Iranbakhsh, A. 2020. Study of the Genus Pinnularia (Naviculales, Bacillariophyta) in the
Taleghan River and a New Record for Diatoms Flora of Iran. Journal of Phycological Research. 4(1): 458-468.

Nurhadi, Yanti, F. 2018. Buku Ajar Taksonomi Invertebrata. Deepublish. Yogyakarta.

Méndez-Sánchez, D., Sánchez-Nava, Petra, and Mayén-Estrada, Rosaura. 2018. Free-living ciliates from a perturbed marsh in Central Mexico:
some notes about taxonomy and ecology. Protistology. 12(4): 173-184.

Metsoviti, M., Papapolymerou, G., Karapanagiotidis, I., Katsoulas, N. 2020. Effect of Light Intensity and Quality on Growth Rate and
Composition of Chlorella vulgaris. MDPI Journals. 9(31): 1-17

O’Connell, R. and Wilkie, A. 2018. Comparing Harvest Productivity of the Filamentous Alga Oedogonium with Microalgae. Journal of
Undergraduate Research. 20(1): 1-9.
Parsons, M., Okolodkov, Y., and Aké–Castillo, J. 2012. Diversity and morphology of the species of Pseudo–nitzschia (Bacillariophyta) of the
national park Sistema Arrecifal Veracruzano, SW Gulf of Mexico. Acta Botánica Mexicana. 98: 51-72.

Pechenik, J. 2015. Biology of the Invertebrates. McGraw-Hill Education. New York.

Phinyo, K., Pekkoh, J., Peerapornspisal, Y. 2017. Distribution and ecological habitat of Scenedesmus and related genera in some freshwater
resources of Northern and North-Eastern Thailand. Biodiversitas. 18(3): 1092-1099.

Sakarika, Myrsini & Kornaros,Michael. 2016. Effect of pH on growth and lipid accumulation kinetics of the microalga Chlorella vulgaris
grown heterotrophically under sulfur limitation. Bioresource Technology. (219): 694-701

Salim, M.A.2015.Kadar Lipida Scenedesmus sp pada kondisi miksotrof dan penambahan sumber karbon dari hidrolisat pati singkong. Jurnal
ISTEK. 9(2): 222-243.

Singh, S.P. & Singh, P. 2015. Effect of temperature and light on the growth of algae species: A review. Renewable and Sustainable Energy
Reviews 50.431–444

Sprenger, A., Fernandez-Rodriguez, M., Alvarez, L., Isa, L., Wittkowski, R., Lowen, H. 2020. Active Brownian motion with orientation-
dependent motility: theory and experiments. American Chemical Society. 36(25): 7066-7073.

Anda mungkin juga menyukai