Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Alga merupakan tumbuhan tingkat rendah yang tidak memiliki perbedaan


susunan kerangka seperti akar atau alat perekat (holdfast), batang (stipe), dan daun
(blade), meskipun wujudnya tampak seperti ada perbedaan, tetapi sesungguhnya
hanya thallus belaka. Alga termasuk organisme berklorofil dimana susunan sel nya
ada yang satu sel (uniseluler) dan banyak sel (multiseluler). Alga memiliki ukuran
yang beragam mulai dari micrometer hingga beberapa meter panjangnya.
Berdasarkan ukurannya alga digolongkan menjadi dua macam yaitu mikroalga dan
makroalga (Winarno, 2001). Mikroalga merupakan alga dengan bentuk ukuran dan
jasad yang bersifat mikroskopik sedangkan makroalga merupakan alga dengan
bentuk ukuran dan jasad yang bersifat makroskopik. Allah SWT. berfirman pada
Quran surah Al An’am ayat 99 yang artinya

“Dan dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan
air itu segala macam tumbuh-tumbuhan, maka Kami keluarkan dari tanaman yang
menghijau itu butir yang banyak” (Q.S Al An’am : 99) (Rossidi, 2014).

Ayat diatas menjelaskan tentang Allah menciptakan tumbuh-tumbuhan yang


hijau dari air hujan dari langit, tumbuh-tumbuhan yang dimaksud dalam ayat ini
bukan hanya tumbuhan yang hanya dapat dilihat disekitar lingkungan, namun alga
juga termasuk karena merupakan organisme berklorofil. Alga banyak ditemukan
dihabitat perairan, baik air laut maupun air tawar, contohnya yaitu air sungai, air
kolam, air sawah. Alga yang ditemukan pada air yang berbeda juga berbeda
spesiesnya. Oleh karena itu praktikum ini sangat penting dilakukan untuk
mengetahui berbagai macam alga pada berbagai macam habitat.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada praktikum biodiversitas alga yaitu :
1. Bagaimana susunan tubuh berbagai jenis alga?
2. Bagaimana ciri-ciri masing-masing kelas alga?

1
3. Apa saja anggota marga alga berdasarkan berbagai macam habitat?
1.3 Tujuan
Tujuan dari praktikum biodiversitas alga yaitu :
1. Mengetahui susunan tubuh berbagai jenis alga.
2. Mendeskripsikan ciri-ciri masing-masing kelas alga.
3. Mengetahui anggota marga alga berdasarkan berbagai macam habitat.
1.4 Manfaat
Manfaat dari praktikum biodiversitas alga yaitu dapat mengetahui dan
mengidentifikasi berbagai jenis alga dari berbagai macam habitat.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mikroalga

Mikroalga pada umumnya merupakan tumbuhan renik berukuran mikroskopik


(diameter antara 3-30 µm) yang termasuk dalam kelas alga dan hidup sebagai koloni
maupun sel tunggal di seluruh perairan tawar maupun laut. Mikroalga hidup di
berbagai habitat perairan dan dapat ditemukan mulai di bagian sedimen sampai area
intertidal. Mikroalga umumnya bersel satu atau berbentuk benang dan selama
hidupnya merupakan plankton. Mikroalga juga merupakan kelompok fitoplankton
atau plankton jenis nabati. Oleh karenanya, mikroalga lazim disebut sebagai
fitoplankton. Fitoplankton memiliki zat hijau daun (klorofil) yang berperan dalam
menghasilkan bahan organik dan oksiden dalam air. Sebagai dasar mata rantai pada
siklus makanan di laut, fitoplankton menjadi makanan alami bagi zooplankton baik
yang masih kecil maupun yang dewasa. Selain itu, fitoplankton juga menjadi nutrisi
bagi larva ikan dan vertebrata, mikroba dan organisme yang lebih besar seperti
udang, kepiting, kerang, ikan (Pratiwi, 2015).

Mikroalga dapat dibagi menjadi 10 divisi dan 8 divisi merupakan bentuk


unicellular. Dari 8 divisi algae, 6 divisi telah digunakan untuk keperluan budidaya
perikanan sebagai pakan alami. Divisi mikroalga tersebut yaitu alga hijau
(chlorophyta), cyanobacteria, diatom – chrysophyta, chrysophyta, rhodophyta,
euglenophyta, cryptophyta, phyrrophyta. Dewasa ini fitoplankton telah banyak
dimanfaatkan untuk berbagai keperluan manusia antara lain bidang perikanan,
industri farmasi dan makanan suplemen, pengolahan limbah logam berat, sumber
energi alternatif biodiesel (Komarek, 2012).

2.2 Makroalga

Makroalga merupakan alga yang berukuran besar dengan struktur tubuh berupa
thallus dan memiliki pigmen klorofil. Makroalga memiliki peranan penting di
perairan laut baik secara ekologi maupun ekonomi. Makroalga dapat dijumpai hidup
dan melekat pada tipe substrat seperti pasir, berlumpur, bahkan pada tipe substrat

3
keras seperti karang dan batu. Makroalga hidup dengan menancapkan dirinya pada
substrat berlumpur, pasir, karang, karang mati, kulit kerang, batu, kayu bahkan
sebagai epifit dengan menancapkan dirinya pada tumbuhan lain. Distribusi alga laut
dapat dibagi menurut kedalaman. Alga hijau dominan pada bagian permukaan di
daerah intertidal, dan alga coklat dominan sepanjang bagian tengah dan bawah
daerah intertidal dan pada bagian permukaan subtidal, dan alga merah dominan
sepanjang batas bawah dari zona fotik. Alga cokelat berukuran mulai dari epifit
mikroskopik sampai yang paling besar yaitu Macrocystis, dengan panjang 60 m.
Struktur yang sederhana dari alga coklat yaitu tersusun menegak, filamen bercabang
atau filamen tidak bercabang dan sistem dasar berfilamen (Fitri, 2016).

4
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum biodiversitas alga dilaksanakan pada hari Senin tanggal 9 Maret 2020
pukul 15.40 WIB di Laboratorium Ekologi Jurusan Biologi Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat

Alat yang digunakan pada praktikum biodiversitas alga yaitu mikroskop


cahaya untuk mengetahui dan megidentifikasi alga pada berbagai habitat. Kaca
benda atau objek glass yang berfungsi untuk meletakkan objek yang akan dilihat di
mikroskop dan kaca penutup atau cover glass untuk menutup objek yang telah
diletakkan pada kaca benda. Pipet tetes berfungsi untuk memindahkan bahan yang
akan digunakan dalam praktikum dengan ketelitian yang kecil.

3.2.2 Bahan

Bahan yang digunakan pada praktikum biodiversitas alga yaitu air sawah, air
sungai, air kolam, air parit, kerokan batu yang hijau licin dan ditempeli alga, dan
campuran semua bahan yang didapat. Keenam sampel digunakan untuk dilihat
spesies alga yang terdapat didalamnya.

3.3 Cara Kerja

Cara kerja pada praktikum biodiversitas alga yang pertama yaitu disiapkan alat
dan bahan. Dikocok sampel air, kemudian diambil sampel air menggunakan pipet
tetes dan diletakkan diatas objek glass. Objek glass yang sudah diisi sampel air,
ditutup dengan cover glass. Diamati sampel air dibawah mikroskop. Digambar alga
yang ditemukan pada sampel air tersebut. Dilakukan identifikasi terhadap alga yang
ditemukan.

5
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Navicula sp.


4.1.1 Tabel Pengamatan
Hasil dari pengamatan Navicula sp. yaitu :

Gambar Pengamatan Foto Pengamatan Gambar Literatur

1 2
1 2 (Kumaji, 2012)
Perbesaran total 400x Perbesaran total 400x
Ket. : 1 = Inti; 2 = Kloroplas

4.1.2 Klasifikasi
Klasifikasi Navicula sp. menurut Kumaji (2012) yaitu :
Kingdom : Protista
Division : Chrysophyta
Class : Bacillariophyceae
Order : Pennales
Family : Naviculaceae
Genus : Navicula
Species : Navicula sp.
4.1.3 Pembahasan
Hasil dari pengamatan pada Navicula sp. yaitu memiliki struktur tubuh dari
depan berbentuk seperti perahu, sedangkan dari samping tampak seperti kotak
(hipoteka) dengan bagian tutup (epiteka). Dinding sel navicula tersusun dari bahan
kersik. Pigmen yang dimiliki navicula selain klorofil juga karotin dan xantofil. Inti
sel terletak di tengah-tengah sel. Pada sel-sel yang telah mati mengendap di dasar

6
laut dan merupakan lapisan tanah diatom yang bermanfaat sebagai alat penggosok,
bahan isolasi, dan bahan dinamit.
Cara perkembangbiakannya dengan membelah diri. Sebelum sel membelah,
volume protoplasma bertambah, sehingga antara kotak dan tutup terlepas. Inti sel
membelah menjadi dua, kemudian di ikuti terbaginya sitoplasma menjadi dua.
Masing-masing belahan akan mendapatkan kotak saja atau tutup saja. Penebalan
sitoplasma bagian tengah akan membentuk kotak baru dari masing-masing
belahan. Tutup yang lama tetap menjadi kotak sel yang baru, dan kotak yang lama
mejadi tutup dari sel yang baru.

Navicula sp. dapat ditemukan diwilayah perairan tawar hingga laut. Secara
umum Navicula sp. juga tersebar didaerah berlumpur, tetapi penyebaran Navicula
sp. juga dapat melekat pada substrat atau batu. Pada praktikum ini Navicula sp.
ditemukan pada air parit. Hal itu dapat dikarenakan Navicula sp. dapat hidup
dilingkungan yang terdapat polusi organik yang berat. Menurut Hidayat (2016)
Spesies dari golongan Navicula umumnya ditemukan di semua perairan tawar,
laut, dan epipelic. Secara umum, Navicula sp. tidak hanya tersebar di daerah
berlumpur, tetapi distribusi organisme ini juga ditemukan menempel pada substrat
bersama dengan diatom dan ditemukan melekat pada batu.

Menurut Hidayat (2016) alga dapat digunakan sebagai bioindikator kualitas


lingkungan perairan. Bioindikator adalah organisme yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasi pengaruh polutan terhadap kualitas lingkungan. Beberapa
keuntungan penggunaan alga sebagai bioindikator adalah alga dapat terdistribusi
pada daerah-daerah tertentu, banyak alga yang dapat hidup sepanjang tahun,
respons yang cepat terhadap perubahan lingkungan yang terpolusi, mudah
dideteksi keberadaannya, serta adanya alga tertentu menunjukkan adanya polutan
tertentu pula. Navicula sp. merupakan spesies yang baik untuk mengindikasi
adanya polusi organik yang berat karena mampu hidup didalamnya sementara
spesies lainnya tidak mampu tumbuh.

4.2 Spirogyra sp.


4.2.1 Tabel Pengamatan

7
Hasil dari pengamatan Spirogyra sp. yaitu :

Gambar Pengamatan Foto Pengamatan Gambar Literatur

3
4 2
1
5

(Pratiwi, 2015)
Perbesaran total 400x Perbesaran total 400x
Ket. : 1 = Sitoplasma; 2 = Dinding sel; 3 = Inti sel; 4 = Spiral kloroplas

4.2.2 Klasifikasi
Klasifikasi Spirogyra sp. menurut Pratiwi (2015) yaitu :
Division : Chlorophyta
Class : Chlorophyceae
Order : Zygnematales
Family : Zygnemataceae
Genus : Spirogyra
Species : Spirogyra sp.
4.2.3 Pembahasan
Hasil dari pengamatan Spirogyra sp. memiliki bentuk tubuh yang berfilamen.
Memiliki sitoplasma yang terbungkus dinding sel. Intinya terletak ditengah, setiap
sel memiliki satu atau lebih kloroplas yang memanjang. Bagian sisi halus atau
bergerigi. Spirogyra sp. mengapung bebas dalam massa di atas permukaan air dan
digerakkan demi arus air. Tetapi ada juga yang tetap melekat pada substrat dengan
cara menahan. Mereka autotrofik di alam karena mengandung pigmen fotosintesis
dan melakukan fotosintesis untuk memproduksi makanan mereka sendiri.
Menurut Pratiwi (2015) Spirogyra sp. merupakan salah satu jenis alga
berfilamen (filamentous algae) dari kelas Chlorophyceae yang tumbuh di perairan
tawar. Perkembangbiakan Spirogyra sp. dilakukan secara aseksual melalui

8
fragmentasi (pemutusan talus) dan perkembangbiakan seksual melalui konjugasi.
Perkembangan biomassa yang cepat menyebabkan Spirogyra sp. dapat
mendominasi suatu perairan, sehingga seringkali dianggap sebagai gulma. Filamen
Spirogyra sp. mulai tumbuh di dasar perairan yang dangkal atau menempel pada
batuan ataupun tumbuhan air, lalu mengapung ke permukaan membentuk
hamparan yang luas seperti karpet (pond scums). Jumlah biomassa Spirogyra sp.
yang banyak ini memiliki potensi yang besar untuk dimanfaatkan lebih lanjut.

Spirogyra sp. yang diamati pada praktikum ini ditemukan di air sawah dan
campuran dari keenam sampel air yaitu air sawah, air sungai, air kolam, air parit,
dan kerokan batu. Hal tersebut dikarenakan pada air sawah dan air campuran
tersebut terdapat limbah organik termasuk kotoran hewan maupun anorganik yang
disebabkan oleh pupuk yang dipakai oleh petani di sawah. Spirogyra sp. juga dapat
digunakan sebagi bioindikator terhadap air yang tercemar. Hal tersebut sesuai
dengan pendapat Awal (2014) yang menyatakan bahwa mikroalga yang ternasuk
kedalam indikator pencemaran berat adalah Phormodium, Pyrobotrys,
Oscillatoria, Chlorella, Anacystis, Nitzschia, Lepocinclis, Tetraedron, Phacus,
Stigeoclonium, Chlamydomonas, Agemenellum, Anabaena, Euglena, Spyrogyra,
Chlorococcum, Ghomponema, Lyngbya, Carteria, Chlorogonium, Arthrospira.

4.3 Calothrix crustacea


4.3.1 Tabel Pengamatan
Hasil dari pengamatan Calothrix crustacea yaitu :

Gambar Pengamatan Foto Pengamatan Gambar Literatur

Perbesaran total 100x Perbesaran total 100x (Komarek, 2012)

4.3.2 Klasifikasi

9
Klasifikasi Calothrix crustacea menurut Komarek (2012) yaitu :
Domain : Bacteria
Phylum : Cyanobacteria
Class : Cyanophyceae
Order : Nostocales
Family : Rivulariaceae
Genus : Calothrix
Species : Calothrix crustacea
4.3.3 Pembahasan
Hasil dari pengamatan Calothrix crustacea memiliki ciri morfologi yaitu
filament meruncing. Tidak bercabang atau memiliki percabangan palsu. Memiliki
heterokist yaitu sel yang pucat, kandungan selnya terlihat homogen dan memiliki
dinding yang transparan. Memiliki akinet yaitu sel yang berdinding tebal yang
berfungsi untuk perkembangbiakan setelah mengalami masa istirahat. Hal tersebut
sesuai dengan pendapat Komarek (2012) yang menyatakan bahwa Calothrix
crustacea mempunyai filamen meruncing dan tidak bercabang/memiliki
percabangan palsu. Percabangan palsu dapat lepas dari trikom induk. Heterokist
biasanya basal dan jika ada akinet berdekatan dengan heterokist basal.
Calothrix crustacea yang diamati pada praktikum ini ditemukan pada
kerokan batu yang ditempeli alga yang dialiri oleh air. Pengambilan sampel air ini
dilakukan di batu-batu aliran sungai. Spesies ini ditemukan didaerah tersebut
dikarenakan hidup melapisi batu-batuan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat
Komarek (2012) yang menyatakan bahwa Calothrix crustacea hidup pada air
tawar, air laut dan mungkin melapisi batu – batuan atau menempel pada ganggang
dan tanaman aquatik lainnya.

4.4 Bacillariophyceae
4.4.1 Tabel Pengamatan
Hasil dari pengamatan Bacillariophyceae yaitu :

10
Gambar Pengamatan Foto Pengamatan Gambar Literatur

Perbesaran total 100x Perbesaran total 100x (Fitri, 2016)

4.4.2 Klasifikasi
Klasifikasi Bacillariophyceae menurut Fitri (2016) yaitu :
Kingdom : Protista
Division : Heterokontophyta
Class : Bacillariophyceae
4.4.3 Pembahasan
Hasil dari pengamatan Bacillariophyceae memiliki ciri-ciri morfologi yaitu
bersel tunggal, memiliki dinding sel yang diperkaya dengan silika. Dinding selya
terdiri dari dua belahan yaitu epiteka dan hipoteka. Hal tersebut sesuai dengan
pendapat Fitri (2016) yang menyatakan bahwa Bacillariophyceae merupakan
kelompok mikro alga yang umumnya bersel tunggal, eukariotik, dan dinding
selnya diperkaya oleh silika. Dinding selnya disebut dengan frustule, yang terdiri
dari dua belahan, yaitu epiteka dan hipoteka yang saling menutupi (overlaping) dan
kedua belahan ini dipersatukan oleh girdle.
Bacillariophyceae yang diamati pada praktikum ini ditemukan pada sampel
kerokan batu yang ditempeli alga dan dialiri oleh air. Pengambilan sampel air ini
dilakukan di batu-batu aliran sungai. Spesies ini ditemukan didaerah tersebut
dikarenakan hidup melapisi batu-batuan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Fitri
(2016) yang menyatakan bahwa Berdasarkan cara hidupnya, umumnya
Bacillariophyceae pada aliran sungai bersifat epilitik, yaitu menempel pada
substrat batu. Bacillariophyceae digunakan sebagai indikator kualitas air karena
penyebarannya yang luas diseluruh dunia, serta kekhasannya pada beberapa
kondisi lingkungan berbeda, kekayaan jenisnya, dan kecepatannya dalam

11
merespon perubahan karakter fisika dan kimia badan perairan. Bacillariophyceae
memiliki toleransi yang luas terhadap faktor-faktor lingkungan yang umum seperti
pH, temperatur, dan kadar oksigen, serta salinitas. Bacillariophyceae juga sangat
ekstensif digunakan sebagai indikator perubahan lingkungan, seperti eutrofikasi,
asidifikasi (kadar asam), salinitas (kadar garam), perubahan level laut dan
perubahan penggunaan lahan.

4.5 Chlorella sp.


4.5.1 Tabel Pengamatan
Hasil pengamatan dari Chlorella sp. yaitu :

Gambar Pengamatan Foto Pengamatan Gambar Literatur

2 1

Perbesaran total 100x (Imelda, 2018)


Perbesaran total 100x
Ket : 1 = Kloroplas; 2 = Dinding sel

4.5.2 Klasifikasi
Klasifikasi dari Chlorella sp. menurut Imelda (2018) yaitu :
Division : Chlorophyta
Class : Chlorophyceae
Order : Chlorococcales
Family : Oocystaceae
Genus : Chlorella
Species : Chlorella sp.
4.5.3 Pembahasan
Hasil dari pengamatan Chlorella sp. memiliki ciri morfologi yaitu bentuk
umum sel-sel Chlorella sp. adalah bulat atau elips (bulat telur). Termasuk
fitoplankton bersel tunggal (unicellular) yang soliter, namun juga dapat dijumpai

12
hidup dalam koloni atau bergerombol. Memiliki warna hijau karena pigmen yang
mendominasi adalah klorofil. Chlorella sp. merupakan organisme eukariotik
(memiliki inti sel) dengan dinding sel yang tersusun dari komponen selulosa dan
pektin sedangkan protoplasmanya berbentuk cawan. Hal tersebut sesuai dengan
pendapat Imelda (2018) yang menyatakan bahwa Chlorella sp. memiliki bentuk sel
bulat, kecil dan memiliki diameter sel <10 μm dengan kloroplas parietal tunggal
yang hampir mengisi sel. Chlorella sp. adalah jenis alga dari divisi yang
merupakan alga hijau. Chlorophyceae (alga hijau) merupakan alga yang berasal
dari divisi Chlorophyta. Selnya mengandung klorofil a dan b.
Chlorella sp. yang diamati pada praktikum ini ditemukan pada sampel air
kolam yang sangat berwarna hijau. Hal tersebut dikarenakan Chlorella sp. dapat
ditemukan pada air yang tercemar dan dapat digunakan sebagai bioindikator. Hal
tersebut sesuai dengan pendapat Imelda (2018) yang menyatakan bahwa Chorella
sp. dimanfaatkan untuk mengetahui pengaruh logam berat karena kemampuan
tumbuh Chlorella sp. pada lingkungan tercemar. Beberapa penelitian yang telah
dilakukan untuk menguji efekifitasnya antara lain untuk penyerapan logam berat
Zn dan Pb.

BAB V

13
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum biodiversitas alga yaitu sebagai berikut.
1. Susunan tubuh dari masing-masing alga yang ditemukan dari pengamatan
yaitu Chlorella sp. berbentuk bulat atau bulat telur, Spirogyra sp. berbentuk
filamen, Navicula sp. memiliki karakteristik bentuk seperti kapal yang khas,
dan Calothrix sp. berbentuk filamen heterositik.
2. Ciri-ciri dari masing-masing kelas alga antara lain kelas Cyanophyceae
memiliki ciri khas yaitu talus diselubungi oleh selaput bening seperti gelatin,
kelas Chlorophyta memiliki ciri khas yaitu mengandung pigmen warna hijau
yang jelas seperti tumbuhan tingkat tinggi, dan kelas Bacillariophyceae
memiiki karakteristik yaitu dinding selnya terbuat dari silika.
3. Anggota marga yang telah ditemukan rata-rata memiliki habitat yang sama
yaitu pada ekosistem air tawar walaupun ada yang hidup di ekosistem air laut.
5.2 Saran

Saran untuk praktikan dari praktikum biodiversitas alga yaitu harap lebih teliti
dalam mencari sampel air yang akan digunakan untuk bahan praktikum.

14
DAFTAR PUSTAKA

Awal, J., Tantu, H., dan Tenriawaru, E. 2014. Identifikasi Alga (Algae) sebagai
Bioindikator Tingkat Pencemaran di Sungai Lamasi Kabupaten Luwu. Jurnal

Dinamika. 5(2): 21-34.


Fitri, W., dan Putra, A. 2016. Variasi Morfologi Diatom Epilitik sebagai Indikator
Lingkungan pada Kisaran Salinitas Berbeda di Perairan Banda Bakali dan
Lubuk Minturun. Ipteks Terapan. 9(3): 236-246.
Hidayat, N. 2016. Bioproses Limbah Cair. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Imelda, S., Claudia, C., Lambui, O., dan Suwastika, I. 2018. Kultivasi Mikroalga
Isolat Lokal Pada Medium Ekstrak Tauge. Natural Science. 7(2): 148-157.
Komarek, J., Nedbalova, L., dan Hauer, T. 2012. Phylogenetic Position and
Taxonomy of Three Heterocytous Cyanobacteria Dominating the Littoral of
Deglaciated Lakes, James Ross Island, Antarctica. Polar Biol. 35:759-774.
Kumaji, S., Katili, A., dan Lalu, P. 2012. Identifikasi Mikroalga Epilitik sebagai
Biomonitoring Lingkungan Perairan Sungai Bulango Provinsi Gorontalo.
Edu
Biosfer.1(2): 1-10.
Pratiwi, N., Krisanti, M., Ayu, I., Iswantari, A., dan Apriadi, T. 2015. Serapan
Kalsium dan Nutrien oleh Alga Berfilamen Spirogyra sp. pada Lama
Penyinaran Berbeda. Limnotek. 22(1): 96-105.
Rossidi, A. 2014. Fenomena Flora dan Fauna dalam Al Quran. Malang: UIN Maliki

Press.
Winarno, F.G 2001. Teknologi Pengelolaan Rumput Laut. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.

15

Anda mungkin juga menyukai