PENDAHULUAN
“Dan dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan
air itu segala macam tumbuh-tumbuhan, maka Kami keluarkan dari tanaman yang
menghijau itu butir yang banyak” (Q.S Al An’am : 99) (Rossidi, 2014).
1
3. Apa saja anggota marga alga berdasarkan berbagai macam habitat?
1.3 Tujuan
Tujuan dari praktikum biodiversitas alga yaitu :
1. Mengetahui susunan tubuh berbagai jenis alga.
2. Mendeskripsikan ciri-ciri masing-masing kelas alga.
3. Mengetahui anggota marga alga berdasarkan berbagai macam habitat.
1.4 Manfaat
Manfaat dari praktikum biodiversitas alga yaitu dapat mengetahui dan
mengidentifikasi berbagai jenis alga dari berbagai macam habitat.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Mikroalga
2.2 Makroalga
Makroalga merupakan alga yang berukuran besar dengan struktur tubuh berupa
thallus dan memiliki pigmen klorofil. Makroalga memiliki peranan penting di
perairan laut baik secara ekologi maupun ekonomi. Makroalga dapat dijumpai hidup
dan melekat pada tipe substrat seperti pasir, berlumpur, bahkan pada tipe substrat
3
keras seperti karang dan batu. Makroalga hidup dengan menancapkan dirinya pada
substrat berlumpur, pasir, karang, karang mati, kulit kerang, batu, kayu bahkan
sebagai epifit dengan menancapkan dirinya pada tumbuhan lain. Distribusi alga laut
dapat dibagi menurut kedalaman. Alga hijau dominan pada bagian permukaan di
daerah intertidal, dan alga coklat dominan sepanjang bagian tengah dan bawah
daerah intertidal dan pada bagian permukaan subtidal, dan alga merah dominan
sepanjang batas bawah dari zona fotik. Alga cokelat berukuran mulai dari epifit
mikroskopik sampai yang paling besar yaitu Macrocystis, dengan panjang 60 m.
Struktur yang sederhana dari alga coklat yaitu tersusun menegak, filamen bercabang
atau filamen tidak bercabang dan sistem dasar berfilamen (Fitri, 2016).
4
BAB III
METODE PRAKTIKUM
Praktikum biodiversitas alga dilaksanakan pada hari Senin tanggal 9 Maret 2020
pukul 15.40 WIB di Laboratorium Ekologi Jurusan Biologi Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum biodiversitas alga yaitu air sawah, air
sungai, air kolam, air parit, kerokan batu yang hijau licin dan ditempeli alga, dan
campuran semua bahan yang didapat. Keenam sampel digunakan untuk dilihat
spesies alga yang terdapat didalamnya.
Cara kerja pada praktikum biodiversitas alga yang pertama yaitu disiapkan alat
dan bahan. Dikocok sampel air, kemudian diambil sampel air menggunakan pipet
tetes dan diletakkan diatas objek glass. Objek glass yang sudah diisi sampel air,
ditutup dengan cover glass. Diamati sampel air dibawah mikroskop. Digambar alga
yang ditemukan pada sampel air tersebut. Dilakukan identifikasi terhadap alga yang
ditemukan.
5
BAB IV
1 2
1 2 (Kumaji, 2012)
Perbesaran total 400x Perbesaran total 400x
Ket. : 1 = Inti; 2 = Kloroplas
4.1.2 Klasifikasi
Klasifikasi Navicula sp. menurut Kumaji (2012) yaitu :
Kingdom : Protista
Division : Chrysophyta
Class : Bacillariophyceae
Order : Pennales
Family : Naviculaceae
Genus : Navicula
Species : Navicula sp.
4.1.3 Pembahasan
Hasil dari pengamatan pada Navicula sp. yaitu memiliki struktur tubuh dari
depan berbentuk seperti perahu, sedangkan dari samping tampak seperti kotak
(hipoteka) dengan bagian tutup (epiteka). Dinding sel navicula tersusun dari bahan
kersik. Pigmen yang dimiliki navicula selain klorofil juga karotin dan xantofil. Inti
sel terletak di tengah-tengah sel. Pada sel-sel yang telah mati mengendap di dasar
6
laut dan merupakan lapisan tanah diatom yang bermanfaat sebagai alat penggosok,
bahan isolasi, dan bahan dinamit.
Cara perkembangbiakannya dengan membelah diri. Sebelum sel membelah,
volume protoplasma bertambah, sehingga antara kotak dan tutup terlepas. Inti sel
membelah menjadi dua, kemudian di ikuti terbaginya sitoplasma menjadi dua.
Masing-masing belahan akan mendapatkan kotak saja atau tutup saja. Penebalan
sitoplasma bagian tengah akan membentuk kotak baru dari masing-masing
belahan. Tutup yang lama tetap menjadi kotak sel yang baru, dan kotak yang lama
mejadi tutup dari sel yang baru.
Navicula sp. dapat ditemukan diwilayah perairan tawar hingga laut. Secara
umum Navicula sp. juga tersebar didaerah berlumpur, tetapi penyebaran Navicula
sp. juga dapat melekat pada substrat atau batu. Pada praktikum ini Navicula sp.
ditemukan pada air parit. Hal itu dapat dikarenakan Navicula sp. dapat hidup
dilingkungan yang terdapat polusi organik yang berat. Menurut Hidayat (2016)
Spesies dari golongan Navicula umumnya ditemukan di semua perairan tawar,
laut, dan epipelic. Secara umum, Navicula sp. tidak hanya tersebar di daerah
berlumpur, tetapi distribusi organisme ini juga ditemukan menempel pada substrat
bersama dengan diatom dan ditemukan melekat pada batu.
7
Hasil dari pengamatan Spirogyra sp. yaitu :
3
4 2
1
5
(Pratiwi, 2015)
Perbesaran total 400x Perbesaran total 400x
Ket. : 1 = Sitoplasma; 2 = Dinding sel; 3 = Inti sel; 4 = Spiral kloroplas
4.2.2 Klasifikasi
Klasifikasi Spirogyra sp. menurut Pratiwi (2015) yaitu :
Division : Chlorophyta
Class : Chlorophyceae
Order : Zygnematales
Family : Zygnemataceae
Genus : Spirogyra
Species : Spirogyra sp.
4.2.3 Pembahasan
Hasil dari pengamatan Spirogyra sp. memiliki bentuk tubuh yang berfilamen.
Memiliki sitoplasma yang terbungkus dinding sel. Intinya terletak ditengah, setiap
sel memiliki satu atau lebih kloroplas yang memanjang. Bagian sisi halus atau
bergerigi. Spirogyra sp. mengapung bebas dalam massa di atas permukaan air dan
digerakkan demi arus air. Tetapi ada juga yang tetap melekat pada substrat dengan
cara menahan. Mereka autotrofik di alam karena mengandung pigmen fotosintesis
dan melakukan fotosintesis untuk memproduksi makanan mereka sendiri.
Menurut Pratiwi (2015) Spirogyra sp. merupakan salah satu jenis alga
berfilamen (filamentous algae) dari kelas Chlorophyceae yang tumbuh di perairan
tawar. Perkembangbiakan Spirogyra sp. dilakukan secara aseksual melalui
8
fragmentasi (pemutusan talus) dan perkembangbiakan seksual melalui konjugasi.
Perkembangan biomassa yang cepat menyebabkan Spirogyra sp. dapat
mendominasi suatu perairan, sehingga seringkali dianggap sebagai gulma. Filamen
Spirogyra sp. mulai tumbuh di dasar perairan yang dangkal atau menempel pada
batuan ataupun tumbuhan air, lalu mengapung ke permukaan membentuk
hamparan yang luas seperti karpet (pond scums). Jumlah biomassa Spirogyra sp.
yang banyak ini memiliki potensi yang besar untuk dimanfaatkan lebih lanjut.
Spirogyra sp. yang diamati pada praktikum ini ditemukan di air sawah dan
campuran dari keenam sampel air yaitu air sawah, air sungai, air kolam, air parit,
dan kerokan batu. Hal tersebut dikarenakan pada air sawah dan air campuran
tersebut terdapat limbah organik termasuk kotoran hewan maupun anorganik yang
disebabkan oleh pupuk yang dipakai oleh petani di sawah. Spirogyra sp. juga dapat
digunakan sebagi bioindikator terhadap air yang tercemar. Hal tersebut sesuai
dengan pendapat Awal (2014) yang menyatakan bahwa mikroalga yang ternasuk
kedalam indikator pencemaran berat adalah Phormodium, Pyrobotrys,
Oscillatoria, Chlorella, Anacystis, Nitzschia, Lepocinclis, Tetraedron, Phacus,
Stigeoclonium, Chlamydomonas, Agemenellum, Anabaena, Euglena, Spyrogyra,
Chlorococcum, Ghomponema, Lyngbya, Carteria, Chlorogonium, Arthrospira.
4.3.2 Klasifikasi
9
Klasifikasi Calothrix crustacea menurut Komarek (2012) yaitu :
Domain : Bacteria
Phylum : Cyanobacteria
Class : Cyanophyceae
Order : Nostocales
Family : Rivulariaceae
Genus : Calothrix
Species : Calothrix crustacea
4.3.3 Pembahasan
Hasil dari pengamatan Calothrix crustacea memiliki ciri morfologi yaitu
filament meruncing. Tidak bercabang atau memiliki percabangan palsu. Memiliki
heterokist yaitu sel yang pucat, kandungan selnya terlihat homogen dan memiliki
dinding yang transparan. Memiliki akinet yaitu sel yang berdinding tebal yang
berfungsi untuk perkembangbiakan setelah mengalami masa istirahat. Hal tersebut
sesuai dengan pendapat Komarek (2012) yang menyatakan bahwa Calothrix
crustacea mempunyai filamen meruncing dan tidak bercabang/memiliki
percabangan palsu. Percabangan palsu dapat lepas dari trikom induk. Heterokist
biasanya basal dan jika ada akinet berdekatan dengan heterokist basal.
Calothrix crustacea yang diamati pada praktikum ini ditemukan pada
kerokan batu yang ditempeli alga yang dialiri oleh air. Pengambilan sampel air ini
dilakukan di batu-batu aliran sungai. Spesies ini ditemukan didaerah tersebut
dikarenakan hidup melapisi batu-batuan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat
Komarek (2012) yang menyatakan bahwa Calothrix crustacea hidup pada air
tawar, air laut dan mungkin melapisi batu – batuan atau menempel pada ganggang
dan tanaman aquatik lainnya.
4.4 Bacillariophyceae
4.4.1 Tabel Pengamatan
Hasil dari pengamatan Bacillariophyceae yaitu :
10
Gambar Pengamatan Foto Pengamatan Gambar Literatur
4.4.2 Klasifikasi
Klasifikasi Bacillariophyceae menurut Fitri (2016) yaitu :
Kingdom : Protista
Division : Heterokontophyta
Class : Bacillariophyceae
4.4.3 Pembahasan
Hasil dari pengamatan Bacillariophyceae memiliki ciri-ciri morfologi yaitu
bersel tunggal, memiliki dinding sel yang diperkaya dengan silika. Dinding selya
terdiri dari dua belahan yaitu epiteka dan hipoteka. Hal tersebut sesuai dengan
pendapat Fitri (2016) yang menyatakan bahwa Bacillariophyceae merupakan
kelompok mikro alga yang umumnya bersel tunggal, eukariotik, dan dinding
selnya diperkaya oleh silika. Dinding selnya disebut dengan frustule, yang terdiri
dari dua belahan, yaitu epiteka dan hipoteka yang saling menutupi (overlaping) dan
kedua belahan ini dipersatukan oleh girdle.
Bacillariophyceae yang diamati pada praktikum ini ditemukan pada sampel
kerokan batu yang ditempeli alga dan dialiri oleh air. Pengambilan sampel air ini
dilakukan di batu-batu aliran sungai. Spesies ini ditemukan didaerah tersebut
dikarenakan hidup melapisi batu-batuan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Fitri
(2016) yang menyatakan bahwa Berdasarkan cara hidupnya, umumnya
Bacillariophyceae pada aliran sungai bersifat epilitik, yaitu menempel pada
substrat batu. Bacillariophyceae digunakan sebagai indikator kualitas air karena
penyebarannya yang luas diseluruh dunia, serta kekhasannya pada beberapa
kondisi lingkungan berbeda, kekayaan jenisnya, dan kecepatannya dalam
11
merespon perubahan karakter fisika dan kimia badan perairan. Bacillariophyceae
memiliki toleransi yang luas terhadap faktor-faktor lingkungan yang umum seperti
pH, temperatur, dan kadar oksigen, serta salinitas. Bacillariophyceae juga sangat
ekstensif digunakan sebagai indikator perubahan lingkungan, seperti eutrofikasi,
asidifikasi (kadar asam), salinitas (kadar garam), perubahan level laut dan
perubahan penggunaan lahan.
2 1
4.5.2 Klasifikasi
Klasifikasi dari Chlorella sp. menurut Imelda (2018) yaitu :
Division : Chlorophyta
Class : Chlorophyceae
Order : Chlorococcales
Family : Oocystaceae
Genus : Chlorella
Species : Chlorella sp.
4.5.3 Pembahasan
Hasil dari pengamatan Chlorella sp. memiliki ciri morfologi yaitu bentuk
umum sel-sel Chlorella sp. adalah bulat atau elips (bulat telur). Termasuk
fitoplankton bersel tunggal (unicellular) yang soliter, namun juga dapat dijumpai
12
hidup dalam koloni atau bergerombol. Memiliki warna hijau karena pigmen yang
mendominasi adalah klorofil. Chlorella sp. merupakan organisme eukariotik
(memiliki inti sel) dengan dinding sel yang tersusun dari komponen selulosa dan
pektin sedangkan protoplasmanya berbentuk cawan. Hal tersebut sesuai dengan
pendapat Imelda (2018) yang menyatakan bahwa Chlorella sp. memiliki bentuk sel
bulat, kecil dan memiliki diameter sel <10 μm dengan kloroplas parietal tunggal
yang hampir mengisi sel. Chlorella sp. adalah jenis alga dari divisi yang
merupakan alga hijau. Chlorophyceae (alga hijau) merupakan alga yang berasal
dari divisi Chlorophyta. Selnya mengandung klorofil a dan b.
Chlorella sp. yang diamati pada praktikum ini ditemukan pada sampel air
kolam yang sangat berwarna hijau. Hal tersebut dikarenakan Chlorella sp. dapat
ditemukan pada air yang tercemar dan dapat digunakan sebagai bioindikator. Hal
tersebut sesuai dengan pendapat Imelda (2018) yang menyatakan bahwa Chorella
sp. dimanfaatkan untuk mengetahui pengaruh logam berat karena kemampuan
tumbuh Chlorella sp. pada lingkungan tercemar. Beberapa penelitian yang telah
dilakukan untuk menguji efekifitasnya antara lain untuk penyerapan logam berat
Zn dan Pb.
BAB V
13
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum biodiversitas alga yaitu sebagai berikut.
1. Susunan tubuh dari masing-masing alga yang ditemukan dari pengamatan
yaitu Chlorella sp. berbentuk bulat atau bulat telur, Spirogyra sp. berbentuk
filamen, Navicula sp. memiliki karakteristik bentuk seperti kapal yang khas,
dan Calothrix sp. berbentuk filamen heterositik.
2. Ciri-ciri dari masing-masing kelas alga antara lain kelas Cyanophyceae
memiliki ciri khas yaitu talus diselubungi oleh selaput bening seperti gelatin,
kelas Chlorophyta memiliki ciri khas yaitu mengandung pigmen warna hijau
yang jelas seperti tumbuhan tingkat tinggi, dan kelas Bacillariophyceae
memiiki karakteristik yaitu dinding selnya terbuat dari silika.
3. Anggota marga yang telah ditemukan rata-rata memiliki habitat yang sama
yaitu pada ekosistem air tawar walaupun ada yang hidup di ekosistem air laut.
5.2 Saran
Saran untuk praktikan dari praktikum biodiversitas alga yaitu harap lebih teliti
dalam mencari sampel air yang akan digunakan untuk bahan praktikum.
14
DAFTAR PUSTAKA
Awal, J., Tantu, H., dan Tenriawaru, E. 2014. Identifikasi Alga (Algae) sebagai
Bioindikator Tingkat Pencemaran di Sungai Lamasi Kabupaten Luwu. Jurnal
Press.
Winarno, F.G 2001. Teknologi Pengelolaan Rumput Laut. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.
15