Anda di halaman 1dari 9

REPORT SHEET

TOPIK 5 : PENGAMATAN STRUKTUR MORFOLOGI KAPANG DAN KHAMIR

NAMA : Danila
NIM : 195090100111044
KELAS/ KELOMPOK : C/02

Tabel 1. Struktur Morfologi Kapang


Warna
Gambar Pengamatan Keterangan dan
Nama Isolat Koloni
(Mikroskopik) Fungsi Tiap Bagian
Kapang
Aerial
Mycellium :
hitam 1. Sporangiospora:
reproduksi aseksual
2. Sporangiofor:
tangkai sporangium
3. Stolon:
menghubungkan
Substrate 5 antar sporangiofor
Rhizopus sp. Mycellium : 4. Rhizoid: tempat
putih keabu- melekatnya
abuan (Sine 3 1 Rhizopus sp ke
2
& Soetarto, media agar/media
2018) 4 pertumbuhan
5. Sporangium: kotak
spora

Aerial 1. Konidia: Kantong


Mycellium : spora
hitam 6 2. Sterigma
(phialides): cabang
7 penghubung
tangkai konidia
5 3. Metulae: sterigma
Aspergillus
sekunder
sp. 3
Substrate 4. Vesicles:
4
Mycellium : menyimpan enzim-
hijau 2 enzim yang
kecoklatan 1 diperlukan sel,
penyimpanan
makanan untuk
fungi itu sendiri
5. Konidiofor/Stipes:
batang yang
menghubungkan
foot cells dengan
vesicles.
6. Foot cells: bagian
hifa yang tegak
7. Hifa: menyerap
nutrisi, sebagai
reproduksi vegetatif
Aerial
Mycellium :
putih
1. Konidiofor:
kemerahmud
tangkai pembentuk
aan (putih-
badan Fusarium sp.
pink)
2. Phialides:
2
memproduksi
konidia
3
1 3. Mikrokonidia:
Fusarium sp.
reporduksi aseksual
berbentuk
Substrate
4 bulat/silindris
Mycellium ;
4. Makrokonidia:
Putih (Fallo,
reproduksi aseksual
2017).
berbentuk bulan
sabit

Tabel 2. Struktur Morfologi Khamir

Warna Keterangan dan


Nama Isolat Koloni Gambar Pengamatan (Mikroskopik) Fungsi Tiap
Kapang Bagian
Saccharomyce 1. Mother cells:
1
s sp. sel induk
Putih 2 yang
kekuning- nantinya akan
kuningan/kre mengeluarka
m n tunas
3 2. Budding
4 cells:
menghasilka
n sel baru dari
tunas (tunas
yang
berkembang)
3. Sel mati
terwarnai
4. Sel hidup tak
terwarnai

Jenis Spora Tangkai Pembentuk


Isolat Kantong Spora
Aseksual Kantong Spora

Aspergillus sp. Konidiospora Konidia/Konidium Konidiofor

Rhizopus sp.
Sporangiospora Sporangium Sporangiofor

Fusarium sp.
Mikrokonidia
Konidia/Konidium Konidiofor
Makrokonidia

PEMBAHASAN LAPORAN

1. Jelaskan bagian-bagian tiap-tiap isolat Kapang dan Khamir beserta fungsinya


berdasarkan hasil pengamatan!

Pada isolat Rhizopus sp. berdasarkan hasil pengamatan terdiri atas sporangiosfor
untuk reproduksi aseksual, sporangiofor sebagai tangkai sporangium, stolon untuk
menghubungkan antar sporangiofor, rhizoid sebagai tempat melekatnya Rhizopus sp. ke
media agar/media pertumbuhan dan sporangium sebagai kotak spora.

Menurut Cappuccino & Sherman (2012), struktur Rhizopus sp. yang terlihat pada
Gambar 1 terdiri atas sporangium sebagai kotak spora, columella untuk pertukaran nutrisi
antara protoplasma dan spora yang berkembang, collarette sebagai dasar dari columella,
sporangiofor sebagai tangkai sporangium, stolon sebagai penghubung antar tangkai
sporangium, miselium yang satu tertanam dalam lapisan dan yang lainnya seperti antena
membentuk stolon, dan rhizoid untuk melekat di media.
(Cappuccino & Sherman, 2012)
Gambar 1. Bagian-bagian Rhizopus sp.

Pada isolat Aspergillus sp. berdasarkan hasil pengamatan terdiri atas konidia
sebagai kantong spora, sterigma (phialides) sebagai cabang penghubung tangkai konidia,
metulae sebagai sterigma sekunder, vesicles untuk menyimpan enzim-enzim yang
diperlukan sel dan penyimpanan makanan untuk fungi itu sendiri, konidiofor/Stipes
sebagai batang yang menghubungkan foot cells dengan vesicles, foot cells sebagai bagian
hifa yang tegak, dan hifa untuk menyerap nutrisi, sebagai reproduksi vegetatif.

Menurut Cappuccino & Sherman (2012), struktur Aspergillus sp. yang terlihat pada
Gambar 2 terdiri atas konidia sebagai kantong spora, sterigma sebagai cabang
penghubung antar konidiofor dengan konidia, vesicle sebagai tempat penyimpanan,
konidiofor sebagai tangkai bagi konidia, dan miselium untuk penyerapan nutrisi.

(Cappuccino & Sherman, 2012)


Gambar 2. Bagian-bagian dari Aspergillus sp.

Isolat Fusarium sp. berdasarkan hasil pengamatan terdiri dari konidiofor sebagai
tangkai pembentuk badan Fusarium sp., phialides untuk memproduksi konidia,
mikrokonidia: reporduksi aseksual berbentuk bulat/silindris, dan makrokonidia: reproduksi
aseksual berbentuk bulan sabit. Menurut Cappucino & Sherman (2012), struktur Fusarium
sp. yang terlihat pada Gambar 3 terdiri atas konidia yang merupakan kantong spora dan
tangkai konidia berupa konidiofor.
(Cappuccino & Sherman, 2012)
Gambar 3. Struktur Fusarium sp.

Struktur dari khamir yang diamati, yaitu Saccharomyces sp. terdiri atas mother cell
dan budding cell yang menurut Cappuccino & Sherman (2012), mother cell berfungsi
untuk berkembang menjadi tunas, dan tunas yang berkembang itu disebut budding cell
seperti yang terlihat pada Gambar 4.

(Cappuccino & Sherman, 2012)


Gambar 4. Struktur Saccharomyces sp.

2. Jelaskan manfaat ekologis tiap isolat Kapang dan Khamir!


Peran penting dari Aspergillus sp. adalah sebagai dekomposer, akan tetapi dapat
menyebabkan pembusukan yang merusak bagi tanaman yang ada di pertanian karena
menghasilkan mikotoksin (Abdel-Azeem dkk., 2019). Selain itu, Aspergillus sp. juga
bersifat patogen untuk hewan/manusia seperti dapat menyebabkan reaksi alergi dan infeksi
sistemik yang mengancam jiwa pada manusia (Paulussen dkk., 2016).
Peranan dari Rhizopus sp. sangat bermacam-macam. Terdapat beberapa spesies
yang dapat bertindak sebagai patogen tanaman, ada pula yang meurpakan penghasil enzim
untuk biofermentasi yang dapat diterapkan di industri dan produksi pangan. Akan tetapi,
spesies tertentu merupakan agen penyakit pada hewan, termasuk manusia (Gryganskyi
dkk., 2018). Rhizopus sp. seperti Rhizopus oligosporus juga berperan untuk fermentasi
kacang kedelai menjadi tempe yang baik, karena mengandung enzim dan senyawa
antibakteri yang dapat dapat menghambat pertumbuhan bakteri seperti Salmonella
typhimurium dan Shigella flexneri (Virgianti, 2015).
Fusarium sp. dikenal sebagai fungi patogen bagi tumbuhan dan hewan yang paling
merusak. Kerusakan pada tanaman yang dapat terjadi antara lain kebusukan akar pada
kacang polong, sindrom kematian mendadak pada kedelai, dan juga menyebabkan tanaman
pertanian layu. Pada hewan, spesies seperti Fusarium oxysporum dapat menyebabkan
imunodepresi pada tikus. Pada manusia, dapat menyebabkan infeksi yaitu fusariosis seperti
sinusitis atau onikomikosis (Sharma & Marques, 2018).
Khamir seperti Saccharomyces sp. berperan sebagai fermentor dan berperan di
fungsi biologis. Khamir ini memiliki kemampuan agen biokontrol yang dapat menghambat
patogen. Selain itu, Saccharomyces sp. juga dapat mengeluarkan zat antimikroba serta
membentuk biofilm pada permukaan bagian dari luka yang dibuat oleh sel patogen
(Hardianto dkk., 2018).

3. Mengapa pada isolat khamir tidak ditemukan mycellium (kumpulan hifa)?


Hal tersebut dikarenakan struktur khamir dan kapang yang berbeda. Khamir masih
berupa uniseluler yang masih lebih sederhana dibanding kapang. Lain halnya dengan
kapang yang multiseluler dan tumbuh sebagai filamen seperti benang yang disebut hifa.
Hifa sendiri terdiri dari satu atau lebih sel yang dikelilingi oleh dinding sel berbentuk
tabung. Karena khamir hanya bersel tunggal, sehingga belum mampu untuk menumbuhkan
hifa (Fullick, 2019).

4. Mengapa pada pengamatan khamir dilakukan pewarnaan menggunakan Methylen


Blue dan kapang menggunakan Lactophenol Cotton Blue?
Lactophenol Cotton Blue adalah pewarnaan yang digunakan untuk mewarnai
elemen pada fungi. Pewarna ini mengandung fenol yang mematikan organisme, asam laktat
yang menjaga struktur fungi, dan cotton blue yang mewarnai kitin di dinding sel jamur.
Pewarnaan ini memberikan warna biru pada di struktur seperti hifa dan juga sporanya
(Gautam & Avasthi, 2019). Pewarnaan ini sangat cocok untuk kapang dan untuk
pengamatan khamir berupa Saccharomyces sp. digunakan pewarna Methylene Blue
dikarenakan struktur khamir yang lebih sederhana.
Pada genus Sachharomyces, kitin hanyalah 1-2% dari dinding sel sehingga
pewarnaan Lactophenol Cotton Blue yang mewarnai kitin menjadi kurang efektif (Wróbel
dkk., 2013). Selain itu, pewarna Methylene Blue juga munah menembus sel khamir, tetapi
direduksi menjadi senyawa tak berwarna dalam sel hidup. Sehingga, pewarna ini hanya
mewarnai sel mati menjadi biru metilen sedangkan sel hidup tidak bewarna dan perlu
diingat bahwa waktu paparan pewarna yang lebih lama dapat memberikan hasil positif
palsu karena toksisitasnya (Kwolek-Mirek & Zadrag-Tecza, 2014).

5. Jelaskan manfaat dilakukannya identifikasi kapang dan khamir!


Identifikasi kapang dan khamir menjadi penting karena banyak jenis fungi tersebut yang
menjadi patogen. Pendataan identifikasi yang tepat akan membantu dalam pengobatan dan
perawatan yang semakin akurat terhadap jamur patogen (Pfaller dkk., 2012). Selain itu,
fungi juga memberikan manfaat untuk manusia seperti produsen dari beberapa makanan
seperti Agaricus yang dapat dikonsumsi atau sebagai fermentor untuk menghasilkan wine
dan keju. Fungi juga penting dalam hubungan simbiosis sehingga penting untuk
diidentifikasi dan dipelajari. Contoh simbiosisnya adalah mikoriza dan liken (Brown &
Smith, 2012).

DAFTAR PUSTAKA
Abdel-Azeem, A. M., Abdel-Azeem, M. A., Abdul-Hadi, S. Y., & Darwish, A. G. 2019. Recent
Advancement in White Biotechnology Through Fungi, Fungal Biology. Springer
Nature. Switzerland.

Brown, A., & Smith, H. 2012. Benson’s Microbiological Applications: Laboratory Manual
In General Microbiology, Short Version, Thirteenth Edition. McGraw-Hill
Education. New York.

Bzducha-Wróbel, A., Kieliszek, M., & Błażejak, S. 2013. Chemical composition of the cell wall
of probiotic and brewer’s yeast in response to cultivation medium with glycerol as a
carbon source. European Food Research and Technology, 237:489-499.

Cappuccino, J. G., & Sherman, N. 2012. Microbiology: A Laboratory Manual Tenth Edition.
Pearson. Boston.

Fallo, G. 2017. Pertumbuhan Fusarium Verticillioides, Aspergillus flavus, dan Eurotium chevalieri
pada Berbagai Media. Savana Cendana. 2(3):39-41.

Fullick, W. 2019. Human Infectious Disease And Public Health. Oxford University Press.
Oxford.

Gautam, A. K., & Avasthi, S. 2019. Methods in Fungal Biology: A Manual of Laboratory
Protocols. Scientific Publishers. Jodhpur.

Gryganskyi, A. P., Golan, J., Dolatabadi, S., Mondo, S., Robb, S., Idnurm, A., & Stajich, J. E.
2018. Phylogenetic and Phylogenomic Definition of Rhizopus Species. Genes, Genomes,
and Genetics Journal, 8:2007-2018.

Hardianto, Muhibuddin, A., & Sektiono, A. W. 2018. Optimalisasi Fosfat untuk Meningkatkan
Pertumbuhan Kerapatan Populasi dan Kemampuan Antagonis Saccharomyces cerevisiae
terhadap Fusarium sp. SAINTEKBU: Jurnal Sains dan Teknologi, 10(2): 27-41.

Kwolek-Mirek, M., & Zadrag-Tecza, R. 2014. Comparison of methods used for assessing the
viability and vitality of yeast cells. Federation of European Microbiological Societies,
14:1068-1079.

Paulussen, C., Hallsworth, J. E., Alvarez-Perez, S., Nierman, W. C., Hamill, P. G., Blain, D., . . .
Lievens, B. 2016. Microbial Biotechnology Special Issue Invitation on 'Biotechnological
Potential or Eurotiale Fungi'. Microbial Biotechnology, 10(2): 296-322.

Pfalle, M. A., Woosley, L. N., Messer, S. A., Jones, R. N., & Castanheira, M. 2012. Significance
of Molecular Identification and Antifungal Susceptibility of Clinically Significant Yeasts
and Moulds in a Global Antifungal Surveillance Program. Mycopathologia, 174:259-271.
Sharma, L., & Marques, G. 2018. Fursarium, an Entomopathogen. Pathogens, 7(93): 1-15.

Sine, Y. & E. S. Soetarto. 2018. Isolasi dan identifikasi kapang Rhizopus pada tempe gude
(Cajanus cajan L.). Savana Cendana. 3(4):67–68.

Virgianti, D. 2015. Uji Antagonis Jamur Tempe (Rhizopus Sp) Terhadap Bakteri Patogen
Enterik. Biosfera, 32(3):162-168.

Anda mungkin juga menyukai