Anda di halaman 1dari 3

PERSEBARAN DAN DIVERSITAS INVERTEBRATA DI DESA WISATA SUMBERAWAN,TOYOMARTO,

MALANG
Kelompok 4.3 B : Devi Era Rachmawati, Kiki Rizka Novelia
Jurusan Biologi, Fakultas MIPA Universitas Brawijaya

ABSTRAK

Invertebrata sebagai bioindikator keanekaragaman hayati dapat mencerminkan spesies dan komposisi
komunitas lebih akurat. Hal ini dikarenakan ukuran invertebrata yang kecil sehingga membuat mereka peka
terhadap kondisi sekitar, sehingga memungkinkan terjadinya mobilitas ketika terjadi perubahan kondisi suatu
lingkungan. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui diversitas invertebrata yang terdapat di Desa Wisata
Sumberawsn, Toyomarto, Malang.. Praktikum Persebaran dan Diversitas ini menggunakan beberapa metode
yaitu, metode Visual Encounter, Sweeping Net, Gpoyok, dan Yellow Pan Trap. Keempat metode ini memiliki hasil
arthropoda yang berbeda beda, tergantung dimana tempat kita mengambil sampel, menunjukkan habitat dari
athropoda yang ditemukan. Diversitas serangga yang didapatkan menunjukkan aktivitasnya dalam melakukan
aktifitas, untuk menentukan tergolong dalam diurnal atau nokturnal. Mayoritas Arthropoda yang ditemukan adalah
Formicidae.

Kata kunci : Athropoda, biodiversitas, indeks niali penting, kerapatan.

HALAMAN PERNYATAAN

Kami yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa

Laporan yang berjudul Persebaran Dan Diversitas Invertebrata Di Desa Wisata Sumberawan,Toyomarto,
Malang ini adalah hasil kerja Kelompok 4.3B dan tidak mengandung sedikitpun unsur plagiarism (menyalin
dari kelompok/subkelompok lain).
Adapun pembagian tugas sebagai berikut :
Devi Era R : Pendahuluan, hasil dan pembahasan (visual encounter, gopyok), dan
kesimpulan
Kiki Rizka : Abstrak, metode praktikum, hasil dan pembahasan (sweeping net,
yellow pan trap)
Pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya, tidak terpaksa namun dengan kesadaran anggota tim:
Devi Era Rachmawati, Kiki Rizka
Malang, 3 Maret 2019

DAFTAR PUSTAKA

Geralch, Justin., Samways Michael, James Pyrke. 2013. Land invertebrates as bioindicators: General Overview of
Available Taxonomic Groups. Journal Insect Conserv. 17: 831–850.
Goncalves, M & Pereira. 2012. Abuundance and Diversity of Soil Arthropods in the Olive Grove Ecosystem.
Journal of Insect Science. 12(20).
Ramon, G & D. A. Domonso. 2015. The Role of Antis (Hymnoptera: Formicidae) in Forensic Entomology. REMCB.
36:19-36.
Rutledge, 2014. Pitfalltrap as a method for Studying Population of Carbidae. Journal of Animal Ecoloy. 33(2): 301-
310.
I. LATAR BELAKANG III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Invertebrata sebagai bioindikator 3.1 Visual Encounter
keanekaragaman hayati dapat mencerminkan Berdasarkan pengamatan yang dialkukan
spesies dan komposisi komunitas lebih akurat indeks diversitas tertinggi terdapat pada jam 09.30-
daripada vertebrata, Hal ini dikarenakan ukuran 09.45 WIB. Kerapatan relatif terbesar terletak pada
invertebrata yang kecil sehingga membuat mereka pukul 09.30-09.45 WIB yaitu pada ordo Lepidoptera.
peka terhadap kondisi sekitar, sehingga Kelimphaan terbesar berasal dari famili Formicida,
memungkinkan terjadinya mobilitas ketika terjadi yaitu pada rentang waktu 09.45-10.00 dan 10.00-
perubahan kondisi suatu lingkungan. Kareakteristik 10.15. INP menunjukkan peranan ekologis suatu
tersebut memberikan berbagai taksa sebagai spesies dalam lingkungannya, INP terbesar dimiliki
perespon lingkungan yang spesifik. Selain itu, oleh famili Formicidae. Formicidae emiliki peran yaitu
invertebrata merupakan sejumlah besar sebagai dekomposer dan sebagai predator pada
keanekaragaman yang merupakan komponen lingkungan serasah (Ramon, 2010). Formicidae
penting keanekaragaman hayati, dan meskipun merupakan makhluk diurnal, formicidae aktif mencari
secara historis diabaikan dalam strategi konservasi makan pada rentang waktu 07.30-09.30 dan akan
dan pemantauan, mereka kini menjadi aset penting terus bertambah sapai waktu petang, sehingga
dalam ekologi lanskap dan kotak alat pelestarian kerapatan relatif terjad pada pukul 09.30-09.45. Hasil
(Geralch, 2013). pengamatan visual encounter dapat dilihat pada
Pengamatan dilaksanakn di Desa Wisata gambar 1.
Sumberawan yang meruapakan desa wisata di
bidang ekologi. Sehingga praktikum inin bertujuan
untuk mengetahui diversitas invertebrata yang
terdapat di Desa Wisata Sumberawsn, Toyomarto,
Malang.. Manfaat dari praktikum ini adalah dapat
mengetahui diversitas arthropoda di Hutan Wisata
Sumberawan sehingga mengetahui bagaimana
kondisi ekologis kawasan yang telah dijasikan
sebagai kawasan wisata.

II. METODE PENELITIAN


2.1. Waktu dan Tempat
Praktikum Konservasi dan Biodiversitas
dilaksanakan pada dua sesi yaitu pengamatan dan
analisis data. Pengamatan dilaksanakan pada hari
Senin, 11 Februari 2019 pada pukul 06.00-12.00
WIB. Praktikum dilaksanakan di Desa Wisata
Sumberawan, Toyomarto, Kecamatan Singosari,
Kabpaten Malang, Jawa Timur. Sedangkan analisis
data berlangsung pada hari Jumat, 15 Februari Gambar 1. Analisis data Atrhropoda dengan Visual
2019. Analissi bertempat di Laboratorium Ekologi Encounter (a) Kerapatan Relatif, (b) H’,(c) INP
dan Diversitas Hewan, Gedung MIPA, Fakultas
MIPA, Universitas Brawijaya, Malang. 3.2 Sweeping Net
2.2. Cara Kerja Berdasarkan pengamatan yang dilakukan
Praktikum Persebaran dan Diversitas ini Indeks diversitas Shanon Weinner menunjukkan
menggunakan beberapa metode yaitu, metode angka 3,6 hal ini menandakan bahwa diversitas
Visual Encounter, Sweeping Net, Gpoyok, dan arthropoda cenderung sedang dan tinggi, dan grafik
Yellow Pan Trap. Dilakukan pengamatan menunjukkan Taxa Richess yang tinggi pula yaitu
menggunakan tiap metode dengan membagi sebasar 18 spesies. Hal ini berdasarkan Rutlege,
menjadi sub-sub kelompok. Ditentukan lokasi untuk 2014) yang menyatakan bahwa, Indeks diversitas
masing-masing metode. Metode visual encounter arthropoda 1-3 menunjukkan bahwa diversitas
dilakukan dengan pengamtan pada beberapa tersebut cenderung sedang dan tinggi. Nilai INP
tumbuhan berbunga sebanyak 3 kali secara terjadi kodominan yaitu antara Flatidae dan
konsisten dengan jeda 15 menit. Metode Sweeping Homoptera. Hal ini menunjukkan bahwa komposisi
Net menggunakan jaring sebaga penangkap arthropoda tidak terlalu setimpang. Hasil pengamtan
arthropoda, dengan menetukan tempat yang belum sweeping Net dapat dilihat pada gambar 2.
pernah dileati , dan berjalan lurus sepanjang 10
langkah dengan menggerkana net secara zig-zag.
Metode gopyok merupakan metode memkul perdu,
dengan membentangkan kain dibawahnya, dan
memukul pohon secar akonsisten. Metode Yellow
Pan Trap menggunakan perangkap berupa wadah
berwarna kuning yang telah diisi dengan air, alkohol
dan detergen. Semua serangga yang telah (a) (b)
didapatkan akan dilakukan identifikasi di
Laboratorium Ekologi dan Diversitas Hewan
Jurusan Biologi, FMIPA, UB, Malang.
Jumlah kerapatan relatir terbesar dimiliki oleh famili
Formicidae. Jumlah KR mempengaruhi INP, terbukti
dengan nilai INP tertinggi berasal dari famili
Formicidae. Peranan Formicidae adalah sebagai
dekomposer dan predator serasah (Ramon, 2015).
Hasil pengamatan menggunakan Yellow Pan Trap
dapat diliat pada gambar 4.

(c)

Gambar 2. Analisis data Arthropoda dengan


Sweeeping net (a) KR, (b) H’, (c) INP

3.3 Gopyok
Berdasarkan hasil pengamatan yang (a) (b)
dilakukan indeks diversitas tertinggi terdapat pada
tanaman kersen yaitu sebesar 1,37. Indeks Nilai
Penting tertinggi ini dimiliki oleh famili Formicidae
dan Arachnidae. Ditunjukkan dengan ditemukannya
Formicidae dan Arachnidae pada keempat pohon
yang diamati yaitu kersen, mangga, beringin dan
jambu air. Hal ini menunjukkan peranan dari (c)
keduanya adalah paling besar dalam
lingkungannya. Formicidae berperan penting Gambar 4. Analisa data Arthropodo dengan Metode
sebagai dekomposer dan juga predator di atas Yellow Pan Trap (a) KR (b) H’ (c) INP
serasah. Selain itu Formicidae yang hidup secara
berkoloni berperan sebagai predator pengendali IV. KESIMPULAN DAN SARAN
alami serangga (Goncalves, 2012). Arachnidae 4.1. KESIMPULAN
memiliki fungsi ekologis sebagai predator, polinator, Pengamatan Arthropoda dapat dilakukan
dan detrivor (Ramon, 2015). Hasil pengamatan dengan 4 metode yaitu Metode Visual Encounter,
menggunakan metode Gopyok dapat dilihat pada Sweeping Net, Gopyok dan Yellow Pan Trap.
gambar 3. Keempat metode ini memiliki hasil arthropoda yang
berbeda beda, tergantung dimana tempat kita
mengambil sampel, menunjukkan habitat dari
athropoda yang ditemukan. Diversitas serangga yang
didapatkan menunjukkan aktivitasnya dalam
melakukan aktifitas, untuk menentukan tergolong
dalam diurnal atau nokturnal.
4.2. SARAN
(a) (b) Perlu dilakukan brifieng mengenai keempat
metode penangkapan athropoda sehari sebelum
pelaksanaan praktikum agar pemahaman praktikan
lebih matang. Praktikan perlu memahami teknik-teknik
khusus yang perlu dilakukan pada tiap-tiap metode,
sehingga menimimalisisr kesalah penangkapan
serangga.
(c)
Gambar 3. Analisa data Arthropoda dengan
Metode Gopyok (a) KR (b) H’ (c) INP

3.4 Yellow Pan Trap


Metode Yellow Pan Trap merupakan
metode yang paling mudah digunakan dan tidak
memerlukan keahlian khusus untuk
menggunakannya. Yellow pan trap menggunakan
wadah berwarna kuning sebagai perangkapnya.
Digunakan cairan kimia yaitu alkohol dan detergen
yang berfungsi sebagai pemecah tegangan
permukaan, sehingga serangga akan tenggelam
ketika memijaknya. Sedangkan etanol berfungsi
untuk mengawetkan arthropoda yang tertangkap.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan. metode
pengamatan dengan Yellow pan trap.

Anda mungkin juga menyukai