Oleh :
Kelompok 1
FAKULTAS PERTANIAN
2021
BAB I
PENDAHULUAN
perubahan secara teratur yang disebut siklus estrus. Pada fase estrus yang dalam
bahasa latin disebut oestrus yang berarti “kegilaan” atau “gairah”, hipotalamus
estrus yang terdiri atas proestrus, estrus, mesestrus dan diestrus atau secara global
umunya dikenal dengan phase folikel (fase pertumbuhan, yang ditandai dengan
level estrogen tinggi, sedangkan fase luteal memiliki waktu yang cukup panjang
ditandai dengan perkembangan corpus luteum dan kadar progreteron tinggi) sekresi
FSH terjadi secara ritmis selama 4-5 hari sebelum birahi, menjelang fase luteal
pertumbuhan folikel.
perubahan yang teratur setelah hewan betina mengalami pubertas. Pada kondisi ini,
siklus reproduksi telah siap dimulai. Dalam siklus estrus selalu melibatkan organ-
organ reproduksi dan diatur oleh hormon-hormon reproduksi. berahi atau estrus
atau heat, didefinisikan sebagai periode waktu dimana betina menerima kehadiran
pejantan, kawin , atau dengan kata lain dara atau betina sudah aktif aktivitas
sexualitasnya. Lamanya waktu siklus berahi dari seekor hewan dihitung dari mulai
munculnya berahi, sampai munculnya berahi lagi pada periode berikutnya. Dengan
demikian, dalam makalah ini akan dibahas mengenai siklus estrus, fase-fase estrus,
usaha untuk mempercepat timbulnya estrus postpartus lebih detail lagi pada ternak
mamalia.
PEMBAHASAN
Pada hewan betina sekali pubertas telah tercapai dan musim reproduksi
telah dimulai, estrus akan terjadi pada hewan betina yang tidak bunting menurut
suatu siklus yang teratur dan khas. Estrus atau birahi adalah periode atau waktu
hewan betina siap menerima pejantan untuk melakukan perkawinan. Interval waktu
antara timbulnya satu periode estrus kepermulaan periode estrus berikutnya disebut
adenohipofise.
tiga golongan. Golongan pertama,hewan monoestrus yaitu hewan yang hanya satu
kali mengalami periode estrus per tahun, contohnya beruang, srigala, dan
kambing, babi, kerbau dan lain-lain. Golongan ketiga, hewan poliestrus bermusim
yaitu hewan-hewan yang menampakkan siklus estrus periodik hanya selama musim
tertentu dalam satu tahun, contohnya domba yang hidup di negara dengan empat
musim.
2.2. Fase-fase siklus estrus
selama siklus estrus maka siklus estrus dibedakan menjadi empat fase yaitu
dibedakan menjadi fase folikuler atau estrogenik yang meliputi proestrus dan
estrus, serta fase luteal atau progestational yang terdiri atas metestrus/postestrus
dan diestrus.
Proestrus
periode pada saat folikel de Graff sedang tubuh akibat pengaruh FSH dan
2 atau 3 hari, kemudian membesar akibat meningkatnya cairan folikuler yang berisi
hormon estrogenik. Estrogen yang diserap oleh pembuluh darah dari folikel akan
dan lapisan bersilia pada tuba falopii pertumbuhannya meningkat, mukosa uteri
sekresi mukus yang tebal dan berlendir dari sel-sel goblet seriks, vagina bagian
anterior, dan kelenjar-kelenjar uterus. Pada sapi dan kuda terjadi perubahan dari
mukus yang lengket dan kering menjadi mukus kental seperti susu, dan pada akhir
proestrus berubah lagi menjadi mukus yang terang, transparan, dan menggantung
pada vulva. Corpus luteum dari periode sebelumnya mengalami vakuolisasi,
Estrus
penerimaan pejantan oleh hewan betina. Selama periode estrus, umumnya betina
akan mencari dan menerima pejantan untuk kopulasi. Folikel de Graff menjadi
Selama atau segera setelah periode ini terjadi ovulasi akibat penurunan FSH dan
meningkatka LH dalam darah. Pada periode ini, tuba falopii mengalami perubahan
yaitu menegang, berkontraksi, epitelnya matang, cilianya aktif, dan sektesi cairan
menangkap ovum matang. Uterus akan berereksi, tegang, dan pada beberapa
dengan cepat dan lendir disekresikan. Serviks mengendor, agak oedematus, dan
epitel yang berkornifikasi tanggal. Vulva mengendor dan oedematus pada semua
spesies, pada babi sangat jelas. Pada sapi terdapat leleran yang bening dan
transparan seperti seutas tali menggantung pada vulva. Pada akhir estrus terjadi
Metestrus/Postestrus
pertumbuhan cepat korpus luteum yang berasal dari sel-sel granulosa yang telah
pecah di bawah pengaruh LH. Metestrus sebagian besar berada di bawah pengaruh
menghambat sekresi FSH sehingga tidak terjadi pematangan folikel dan estrus
tidak terjadi. Pada periode ini, uterus mengadakan persiapan untuk menerima dan
memberi makan embrio. Pada awal postestrus, epitelium pada karunkula uterus
pendarahan. Sekresi mukus menurun dan diikuti pertumbuhan yang cepat dari
maka uterus dan saluran reproduksi yang lain akan beregresi kekeadaan kurang
aktif.
Diestrus
Diestrus merupakan fase terakhir dan terlama dalam siklus estrus ternak-ternak
mensuplai zat-zat makanan bagi embrio bila terjadi kebuntingan. Kondisi ini akan
terus berlangsung selama masa kebuntingan dan korpus luteum akan dipertahankan
sampai akhir masa kebuntingan. Serviks menutup rapat untuk mencegah benda-
benda asing memasuki lumen uterus, mukosa vagina menjadi pucat, serta lendirnya
mulai kabur dan lengket. Apbila tidak terjadi kebuntingan, maka endometrium dan
mulai berkembang dan akhirnya kembali ke fase proestrus. Pada beberapa spesies
yang tidak termasuk golongan poliestrus atau poliestrus bermusim, setelah periode
diestrus akan diikuti anestrus. Anestrus yang normal akan diikuti oleh proestrus.
Secara fisiologis, aneastrus ditandai oleh ovarium dan saluran kelamin yang tenang
dan tidak berfungsi. Anestrus fisiologis dapat diobservasi pada negara-negara yang
mempunyai 4 musim, yaitu musim semi dan panas pada domba serta selama
musim dingin pada kuda. Selama anestrus, uterus kecil dan kendor, mukosa vagina
pucat, lendirnya jarang dan lengket, serta serviks tertutup rapat dengan mukosa
yang pucat. Aktivitas folikuler dapat terjadi dan ovum dapat berkembang tetapi
Fase Anestrus
Ditandai dengan ovarium dan saluran kelamin yang tenang dan tidak berfungsi.
Anestrus normal akan diikuti oleh proestrus yang terjadi selama seminggu. Selama
anestrus, uterus mengendur adan lendir vagina jarang dan lengket. Mucosa vagina
Siklus estrus yang terjadi pada ternak adalah karena pengaturan hormonal
untuk tiap jenis dan bangsa ternak itu sendiri.Hal ini menyebabkan lama siklus
dapat berpengaruh terhadap sisklus estrus adalah makanan, musim dan lingkungan
sosial ternak.
Hormonal
Lapisan sel theca interna dan sel granulosa folikel de Graaf menghasilkan hormon
mengakibatkan folikel de Graaf pecah dan terjadi ovulasi. Setelah ovulasi hormon
yang telah turun lagi kadarnya merangsang sel theca interna membentuk corpus
luteum kembali.
Makanan
terlambat sehingga etstrus periode pertama pada sapi betina tertunda sampai umur
2 tahun.
pada sapi perah dara, akan berpengaruh terhadap efisiensi reproduksi yang secara
pakan yang baik pada musim penghujan dan kurang baik pada musim kemarau.
ternak domba, kambing dan unggas. Hal ini selain berhubungan dengan lamanaya
penyinaran atau panjang siang hari juga berhubungan dengan pakan pada musim
mencapai umr 20 minggu dapat merangsang aktivitas seksual domba betina muda.
Cahaya dan suhu merupakan faktor yang berpengaruh terhadap efisiensi proses
produksi pada ternak. Menurut salisbury dan Van de Mark, 1985, cahaya
merupakan faktor primer dalam pengaruh musim terhadap fertilitas. Didaeeah yang
memiliki musim dengan periode siang dan malam yang tidak sama, fertilitas
tertinggi terdapat pada musim semi dan fertilitas terendah sering terjadi selama
musim panas.
hari dan jumlah makanan hijauan yang berbeda-beda dari satu musim ke musim
yang lain. Domba merupakan ternak yang mempunyai respon terhadap siang hari
yang berkurang dan disebut pekawin hari pendek. Sebaliknya, Unggas merespon
terhadap siang hari yang bertambah dan disebut pekawin hari panjang.
jenisnya misalnya dengan menaiki ternak yang lain atau tingkah laku sering
kencing. Rangsangan seksual tersebut merangsang jantan untuk kawin bukan untuk
Feromon dalam air kencing merupakan tanda oleh ternak jantan akan adanya
betina dalam keadaan estrus. Tanda flehmen merupakan respon yang sering
mengangkat kepala dan dijulurkan, bibir dilipat keatas dengan mulut sedikit
terbuka.
dua hari sekali dengan dikeluarkan dari kandang dapat meningkatkan angka
keberhasilan konsepsi 64 %.
Estrus post partus atau estrus pertama setelah melahirkan merupakan mata
rantai yang penting dalam proses reproduksi sehingga harus mendapatkan perhatian
Pada masa awal setelah melahirkan, hewan betina harus menghasilkan susu
untuk anaknya dan menyiapkan uterus, ovarium, dan oran-organ kelamin yang lain,
serta sistem endoktrin yang memulai siklus yang normal agar dapat bereproduksi
lagi. Pada masa ini, umumnya siklus estrus tidak akan segera terjadi karena
pengaruh umpan balik negatif dari progesteron yang dihasilkan oleh korpus luteum
plasma terutama untuk aktivitas folikuler dan sekresi estradiol. Pengeluaran GnRH
secara episodik merupakan prasarat untuk memulai aktivitas siklus ovarium pada
induk.
kurus. Pemberian pakan yang berkualitas dengan jumlah yang mencukupi pada
masa akhir kebuntingan dan awal laktasi merupakan keharusan agar sapi tetap
keseimbangan energi negatif. Pada sapi dengan reproduksi susu yang tinggi harus
mendapat makanan dengan jumlah dan kualitas yang lebih banyak dibandingkan
Ransum yang diberikan pada induk sapi perah digunakan oleh tubuh untuk
zat-zat tergantung pada bobot tubuh induk, tingkat pertumbuhan, tinggi rendahnya
Masa kering yang cukup akan mampu mengembalikan kondisi tubuh induk
sehingga pada saat melahirkan sapi dalam kondisi siap. Perpanjangan masa kering
akan mampu mempercepat perbaikan kondisi tubuh induk meskipun tidak akan
saat hasil air susu menurun atau sapi sedang kering dapat digunakan untuk
Birahi setelah beranak biasanya tidak teramati secara sempurna oleh peternak
mendapatkan hasil yang baik maka pengamatan birahi sebaiknya dilakukan dua
kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari. Gejala-gejala birahi akan lebih mudah
teramati bila induk-induk berada diluar kandang bersama-sama yaitu berdiri diam
bila dinaiki atau menaiki betina lain. Cara lain adalah menempatkan betina
KESIMPULAN
1. Estrus atau birahi adalah periode atau waktu hewan betina siap menerima
estrus.
diestrus, anestrus.
4. Estrus post partus atau estrus pertama setelah melahirkan merupakan mata
Butler, W.R., R.W. Everett and C.E. Coopock. 1981. The Relationship Between
Energy Balance, milk production, and involution in postpartum Holstein
cows, J. Animal Sci. 53: 742—748
Hafez, E.S.E. 1993. Reproduction in Farm Animals. Sixth Ed. Lea and Fibiger.
Philadelphia
Howard, H.S., E.P. Alseth, G.D. Adams, and L.J. Bush. 1987. Infuence of dietary
crude protein on dairy cows rproductive performance. J. Dairy Sci. 70:
1563—1571
Hunter, R.H.F. 1995. Fisiologi dan Teknologi Reproduksi Hewan Betina Domestik.
Penerjemah DK Harya Putra. Institut Teknologi Bandung. Bandung
Noakes, D.E. 1996. Normal Oestrous Cycles. Dalam Arthur, G.H., D.E Noakes, H.
Pearson, dan T.J. Parkinson. Veterinary Reproduction andObstetrics. Seventh
Ed. WB Saunders Company Limited. London, Philadelphia, Toronto Sydney,
Tokyo
Oxenreider, S.L., and W.C. Wagner. 1971. Effect of lactation and energy intake on
postpartum activity in the cows. J. Dairy Sci. 33: 1026—1031