Anda di halaman 1dari 9

MEMBRAN EKTRA EMBRIONAL PADA AVES

Oleh :
Kelompok 4
Mustika Faurisa B1A016079
Sekar Tyas Pertiwi B1A016080
Eliningsih B1A016081
Riama Kustianingrum B1A016082
Enrico Daffa Ulhaq B1A016084
Camelina Simbolon B1A016085
Anisa Istiqomah B1A016086
Nisa Baiti B1A016087
Yana Setiani Putri B1A016088

TUGAS TERSTRUKTUR PERKEMBANGAN HEWAN

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2017
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Membran ekstra embrional adalah membran atau selaput seluler yang
dibentuk bersamaan dengan perkembangan embrio dan berperan penting dalam
perkembangan embrio. Membran ekstra embrional merupakan perluasan-
perluasan berlapis membran dari jaringan-jaringan embrio. Pada dasarnya
membran-membran tersebut adalah lipatan-lipatan yang pada akhirnya tumbuh
mengelilingi embrio dan menghasilkan empat kantung pada embrio yang sedang
tumbuh. Masing-masing membran terbentuk dari sel-sel yang berasal dari dua
lapisan nutfah berbeda. Membran ekstra embrional berfungsi sebagai sarana untuk
mengeluarkan sisa metabolisme, dan sebagai perlindungan baik dari faktor fisik,
kemis, maupun biologis di lingkungan mikro serta makro, agar embrio dapat
berkembang dan tumbuh dengan baik.
Semua embrio vertebrata membutuhkan lingkungan berair untuk
perkembangan. Pada kasus ikan dan amfibia, sel telur biasanya diletakkan di laut
atau kolam sekitarnya dan tidak membutuhkan ruang khusus yang terisi air.
Pergerakan vertebrata ke darat hanya dapat terjadi setelah evolusi struktur-struktur
yang akan memungkinkan reproduksi di lingkungan-lingkungan yang kering. Dua
struktur semacam itu masih ada saat ini : (1) telur bercangkang dari burung dan
reptil yang lain, serta segelintir mamalia (monotrema), dan (2) uterus mamalia
marsupialia dan euteria. Di dalam cangkang atau uterus, embrio dari hewan-
hewan ini dikelilingi oleh cairan di dalam kantong yang terbentuk oleh sebuah
membran yang disebut amnion. Oleh sebab itu reptil (termasuk burung) dan
mamalia disebut amniota (Campbell, 2010).
Akan tetapi, pada ayam, perkembangan juga mencakup pembentukan
membran eksraembrionik (extra embryonic membrane), membran yang terletak di
luar embrio. Bagian-bagian lapisan germinal yang terletak diluar embrio
berkembang menjadi empat membran ektraembrionik, yang masing-masing
lembar sel berasal dari dua lapisan germinal. Korion (chorion), yang sepenuhnya
mengelilingi embrio dan membran-membran ekstraembrionik yang lain, berfungsi
dalam pertukaran gas. Amnion pada akhirnya menyelubungi embrio dalam rongga
amnion pelindung yang terisi cairan. Di bawah embrio yang sedang berkembang,
kantong kuning telur (yolk sac) menyelubungi kuning telur, yang menyediakan
nutrien-nutrien hingga saatnya menetas. Alantois (allantois) membuang produk-
produk zat buang dan berkontribusi terhadap pertukaran gas. Keempat membran
ekstraembrionik ini menyediakan sistem pendukung kehidupan bagi
perkembangan embrionik lebih lanjut di dalam cangkang telur atau uterus dari
seekor amniota (Campbell, 2010).

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian membran ektraembrionik pada aves?
2. Apa saja jenis-jenis dan fungsi dari membran ekstraembrionik pada aves?

C. Tujuan
Mengetahui perkembangan, jenis-jenis, dan fungsi membran
ekstraembrional pada aves.

PEMBAHASAN

Terdapat empat macam selaput embrio pada aves yaitu kantung yolk (yolk
sac/saccus vitelinus), amnion, korion (chorion), serta alantois. Telur ayam
dilengkapi dengan yolk yang sangat banyak. Kandungan yolk yang besar ini
digunakan untuk mengantisipasi kebutuhan bahan makanan yang dibutuhkan
embrio selama perkembangan dalam telur. Amnion merupakan selaput yang
membungkus janin sehingga tidak berhubungan langsung dengan sekitarnya.
Korion tumbuh disekitar kantung yolk dan membungkus seluruh kantung tersebut,
lalu melekat pada cangkang telur (Yatim, 1984).
Masing-masing dari empat membran utama yang menyokong embrio
merupakan lembaran sel-sel yang berkembang dari lembaran epithelium yang
berada di sisi luar proper embrio. Sel-sel kantung kuning telur (yolk sac) akan
mencerna kuning telur, dan pembuluh darah yang berkembang di membran itu
akan membawa nutrien ke dalam embrio. Lipatan lateral jaringan ekstra embrional
menjulur di atas bagian atas embrio tersebut dan menyatu untuk membentuk dua
membran tambahan, yaitu amnion dan korion, yang dipisahkan oleh perluasan
ekstra embrional berupa selom (rongga). Amnion membungkus embrio dalam
kantung yang penuh cairan, yang melindungi embrio dari kekeringan, dan
bersama-sama dengan korion menyediakan bantalan bagi embrio agar terlindung
dari guncangan mekanis. Korion terletak paling luar, strukturnya dibentuk
bersamaan dengan pembentukan amnion. Korion melekat pada permukaan dalam
cangkang dan berperan dalam pertukaran gas O2 dan CO2 pada reptil dan aves.
Korion berdiferensiasi menjadi bagian embrional yang menyusun plasenta pada
mamalia. Membran keempat, yaitu alantois, berasal dari pelipatan ke luar perut
belakang embrio. Alantois adalah kantung yang memanjang ke dalam selom
ekstraembrionik. Alantois berfungsi sebagai kantung pembuangan untuk asam
urat, yaitu limbah bernitrogen yang tidak larut dari embrio. Sementara alantois
terus mengembang, alantois menekan korion ke membran vitelin, yaitu lapisan
dalam cangkang sel telur. Bersama-sama, alantois dan korion membentuk organ
respirasi pada embrio (Campbell, 2004).
Tahap-tahap proses pembentukan selaput embrio aves menurut
Sumantadinata (1981). adalah :
1. Yolk sac
Yolk sac adalah selaput ekstra embrio yang dibentuk paling awal. Selaput
embrio ini dibangun oleh splanknopleura dengan endoderm disebelah dalam dan
mesoderm splanknik di luarnya. Mesoderm splanknik akan terdapat pembuluh-
pembuluh darah vitelin. Terbentuknya yolk sac sejalan dengan pelipatan lapisan
endoderm yang menjadi atap arkenteron, untuk membentuk saluran pencernaan
makanan. Fungsi yolk sac adalah menghantar untuk embrio, tempat asalnya sel
kelamin. Mesoderm splankniknya merupakan sumber sel-sel darah dan
merupakan organ hemopoletetik paling awal (Soeminto, 2000).
2. Amnion
Amnion adalah selaput embrio yang langsung membungkus embrio,
berupa kantung yang tipis berisi cairan amnion dan embrio dapat bebas
bergerak didalamnya. Lapisan penyusun amnion adalah somatopleura dengan
ektoderm dibagian dalam dan mesoderm somatik diluar. Pembentukan amnion
sejalan dengan terpisahnya bagian intra embrio dari bagian ekstra embrio. Amnion
berfungsi melindungi embrio dari dehidrasi, perlekatan organ-organ tubuh yang
sedang terbentuk, memberi ruang untuk pergerakan embrio, dan memberi
perlindungan terhadap goncangan mekanik.
3. Albumen
Banyak mengandung air untuk menjaga kelembaban di dalam telur.
Selama perkembangan albumen mengental karena airnya semakin berkurang.
Setelah alantois tumbuh membesar, albumen akan terdorong ke ujung stalalantois
yang mengabsorbsi dan mentransfer melalui pembuluh darah ke dalam embrio
untuk digunakan sebagai nutrisi. Splanknopleura pembungkus albumen disebut
kantung albumen (Djuhanda, 1981).
4. Korion
Korion merupakan selaput embrio yang terluar. Terbentuk oleh lipatan
kearah luar dari amnion. Susunan lapisan ektoderm (diluar) dan mesoderm
somatik (didalam) korion berlawanan dengan amnion, oleh karena itu korion
kadang-kadang disebut amnion palsu (false amnion). Korion akan membungkus
selaputselaput embrio lainnya. Korion dibentuk dari somatopleura bersamaan
dengan pembentukan amnion. Lapisan penyusunnya dibentuk oleh adanya
pelipatan yang berlawanan dengan amnion. Ektoderm diluar dan mesoderm
somatik didalam. Korion berada dibawah selaput cangkang dan cangkang kapur
telur. Fungsi penting korion adalah menyerap ion Ca dari cangkang telur dan
mendistribusikannya untuk pembentukan rangka (tulang) embrio melalui
pembuluh darah allantois (Kosasih, 1975). Korion terbentuk dari trofoblast yang
diliputi oleh mesoderm. Korion akan berkembang menjadi dua lapisan yaitu:
a. Lapisan langhans atau cytotrofoblast
Lapisan langhans atau cytotrofoblast yaitu lapisan dalam yang berhubungan
dengan mesoderm dan terdiri sel-sel yang batasnya jelas.
b. Lapisan synsititium atau synsitiotrofoblast
Lapisan synsititium atau synsitiotrofoblast yaitu lapisan luar yang
berhubungan dengan lapisan desidua yang terdiri dari protoplasma sel dan inti sel
tanpa batas-batas sel.
Korion berdiferensiasi dan tumbuh pesat antara hari ke-9 dan 20. Korion
mengeluarkan cairan enzim yang mencairkan sel-sel desidua dan pembuluh darah,
mengeluarkan cabang-cabang pada seluruh permukaannya dan sekitar desidua
menjadi villi choriallis. Korion yang melekat pada desidua basalis dan tumbuh
subur disebut chorion frondusum. Sebaliknya villi yang banyak, makin berkurang
dan akhirnya menghilang. Hal ini disebabkan oleh desidua kapsularis sangat
sedikit mengandung pembuluh darah, sehingga kurang makanan , yang berakibat
korion menjadi gundul disebut chorion leave.
5. Alantois
Alantois merupakan selaput embrio yang terbentuk paling akhir, bermula
sebagai evaginasi ventral dari usus belakang, tersusun oleh lapisan lembaga
endoderm dan mesoderm splanknik, serupa dengan yolk sac, pada ayam, alantois
dan korion (korioalantois) berperan dalam respirasi melalui pembuluh- pembuluh
darah alantois, terjadi juga penyerapan kalsium melalui pembuluh- pembuluh
darah tersebut sehingga cangkang kapur akan menjadi rapuh dan hal ini
memudahkan penetasan kelak. Bagian proximal alantois membentuk tangkai
alantois yang pangkalnya akan tetap berada dalam tubuh embrio. Bagian distal
alantois membentuk kantong yang tumbuh membesar ke dalam coelum kestrel
embrio, yang hampir memenuhi rongga telur, selain itu alantois berada dibawah
korion (Carlson, 1999).
Jumlah dan jenis membran ekstra embrional bervariasi pada hewan
vertebrata. Ikan dan amphibi hanya memiliki membran ekstra embrional berupa
yolk sac (yolk sac/saccus vitellinus). Reptil dan aves memiliki 4 membran ekstra
embrional yaitu, amnion, chorion, allantois dan saccus vitellinus, pada mamalia
chorion berdiferensiasi menjadi bagian embrional yang menyusun plasenta
(Sumantadinata, 1981).
Burung dan mamalia mempunyai membran ekstra embrionik yang sama
dengan reptilia, darimana hewan tersebut berkembang. Ketiga golongan hewan
tersebut sering disebut amniota karena ketiganya sama-sama mempunyai amnion.
Reproduksi burung sangat mirip dengan reptilian, kecuali bahwa burung
mengerami telurnya. Kecuali monotremata primitive yang bertelur, mamalia tidak
mempunyai telur kleidoik dan membran ekstra embrionik membantu dalam
pembentukan plasenta (Ville et al., 1988)
PENUTUP

Kesimpulan:
1. Membran ekstra embrional adalah membran atau selaput seluler yang
dibentuk bersamaan dengan perkembangan embrio dan berperan
penting dalam perkembangan embrio.
2. Terdapat empat macam selaput embrio pada ayam yaitu kantung yolk
(yolk sac/saccus vitelinus), amnion dan korion (serosa), serta alantois.
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, N.A., Reece, J.B. 2004. Biology, 5th ed. San Fransisco: Benjamin
Cummings.
Carlson, Bruce M. 1999. Human Embryology and Developmental Biology. New
York: Mosby.
Djuhanda, T. 1981. Embriologi Perbandingan. Bandung: Armico.
Kosasih, G. 1975. Embriologi Kedokteran. Jakarta: CV EGC.
Soeminto, 2000. Embriologi Vertebrata. Purwokerto: Fakultas Biologi UNSOED.
Sumantadinata, K. 1981. Pengembangbiakan Ikan-Ikan Pemeliharaan di
Indonesia. Bogor: Sastra Budaya.
Ville, C. A., Walker, W. F. and Barnes, R. D. 1988. Zoologi Umum. Jakarta:
Erlangga.
Yatim, Wildan. 1984. Embriologi. Bandung: Tarsito.

Anda mungkin juga menyukai