Anda di halaman 1dari 26

KAPORAN PRAKTIKUM

ANATOMI FISIOLOGI HEWAN

ANATOMI PISCES DAN AMPHIBIA

oleh :

Devi Era Rachmawati


175090101111005
Kelompok 6

Asisten PJ : Novita Purwatiningtyas

LABORATORIUM BIOLOGI DASAR


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2018
LEMBAR PERNYATAAN
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara yang sebagian besar lautan maka
hasil perikanan di Indonesia juga cukup besar yang dimanfaatkan
sebagai sektor unggulan perekonomian nasional (David, 2016). Ikan
memiliki keragaman bentuk, ukuran dan habitat serta distribusi dengan
perbedaan ruang dan waktu (Burhannudin , 2010). Morfologi ikan
secara umum mempunyai: caput : yaitu bagian ujung moncong sampai
ujung tutup ingsang paling belakang untuk mulut rahang atas, rahang
bawah, gigi, sungut, hidung, mata, ingsang, tutup ingsang, otak, jantung.
Truncus yaitu bagian badan mulai dari ujung tutup ingsang bagian
belakang sampai dengan permukaan sirip dubur yang terdapat sirip
punggung, dada, perut dan organ empedu, hati, lambung, usus, gonad,
gelembung renang, ginjal, limpa. Cauda yaitu bagian yang dimulai dari
permulaan sirip dubur sampai ujung sirip ekor bagian paling belakang
yang terdapat anus , sirip dubur, ekor, dan scute finlet (Andy, 2008).
Amfibi merupakan hewan bertulang belakang yang dapat hidup di dua
alam berdarah dingin, jantung terdiri dari 3 ruang, 2 atrium, dan 1
ventrikel. Respirasi dapat secara terpisah atau dalam kombinasi paru-
paru, kulit dan ingsang. Peredaran darah tertutup. Kaki memiliki selaput
dan anggota bagian depan lebih kecil daripada anggota bagian belakang
(Duellman et al,. 2015).
Pisces dan amfibi memiliki sistem hidup yang sama dengan
makhluk hidup lainnya berupa pernapasan, pencernaan, reproduksi,
ataupun peredaran darah. Namun apabila keduanya dibandingkan, maka
aka terlihat beberapa perbedaan antara sistem hidup pada ikan dan
amfibi baik berupa struktur maupun organ yang digunakan. Oleh karena
itulah, praktikum ini perlu dilakukan agar praktikan dapat mengetahui
sistem hidup pada ikan dan amfibi berserta organ-organnya sehingga
dapat dipelajari dan diaplikasikan dalam ilmu biologi.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada praktikum ini adalah bagaimana bentuk,
struktur, fungsi, serta susunan alat tubuh pada pisces dan amphibi?
1.3 Tujuan Praktikum
Tujuan pada praktikum anatomi pisces dan amphibi ini adalah
untuk mengetahui, mempelajari, dan memahami bentuk, struktur,
fungsi, serta susunan alat tubuh pada pisces dan amphibi.

1.4 Manfaat Praktikum


Manfaat yang dapat diperoleh dari praktikum ini adalah
praktikan dapat manfaakan pengetahuan yang diperoleh untuk membuka
usaha atau menggunakan pengetahuan yang diperoleh sebagai dasar
ilmu untuk mengembangkan suatu penelitian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Insectio dan Sectio


Metode pembelajaran pisces dan amfibi terbagi menjadi 2, yaitu
inspectio dan sectio. Inspectio merupakan pengamatan eksternal tanpa
menggunakan alat bantu melainkan melalui metode gambar dan analisa,
sedangkan sectio merupakan pengamatan bagian dalam atau internal
(Djuanda, 2008).

2.2 Pengertian Pisces dan Ciri-ciri


Pisces adalah golongan hewan akuatik yang hidupnya di dalam
air dengan tubuh yang terdiri atas kepala, badan, dan ekor. Permukaan
tubuhnya diselimuti oleh sisik dan berlendir. Tipe sisik pada pisces ada
4, yaitu ganoid, plakoid, stenoid, dan sikloid. Pisces memiliki suhu
tubuh yang dipengaruhi oleh lingkungannya atau bersifat poikiloterm.
Alat pernapasan pada pisces adalah insang yang ditutupi oleh
operculum. Pisces memiliki sisttem peredaran darah tunggal, yaitu
peredaran darah tertutup dan hanya sekali melewati jantung. Hewan ini
mengalami fertilisasi eksternal maupun internal, serta reproduksinya
dapat terjadi secara ovipar, vivipar, maupun ovovivipar (Anthony,
2013).

2.3 Pengertian Amphibi dan Ciri-ciri


Amfibi adalah golongan hewan yang dapat hidup di 2 alam,
yaitu air dan daratan. Amfibi merupakan hewan vertebrata yang
berdarah dingin dan bersifat poikiloterm yaitu suhu tubuhnya
dipenhgaruhi oleh lingkungannya. Permukaan tubuh amfibi diselimuti
oleh kulit yang berlendir. Amfibi mengalami metamorfosis sempurna,
dimana alat pernapasannya memiliki perbedaan sebelum dan sestelah
metamorfosis. Alat pernapasan ketika masih larva adalah insang,
sedangkan ketika dewasa hewan ini bernapas dengan paru-paru dan
kulit. Amfibi memiliki 3 ruang pada jantung dan berkembang biak
secara ovipar serta mengalami fertilisasi eksternal. Jumlah kaki pada
hewan ini adalah 4 atau yang disebut juga tetrapoda dengan alat
geraknya sebanyak 2 pasang kaki yang memiliki selaput renang di
ssetiap ela jari-jari kakinya (Iskandar, 2010).
2.4 Anatomi Pisces
Ikan memiliki keragaman bentuk, ukuran dan habitat serta
distribusi dengan perbedaan ruang dan waktu (Burhannudin , 2010).
Morfologi ikan secara umum mempunyai: caput : yaitu bagian ujung
moncong sampai ujung tutup ingsang paling belakang untuk mulut
rahang atas, rahang bawah, gigi, sungut, hidung, mata, ingsang, tutup
ingsang, otak, jantung. Truncus yaitu bagian badan mulai dari ujung
tutup ingsang bagian belakang sampai dengan permukaan sirip dubur
yang terdapat sirip punggung, dada, perut dan organ empedu, hati,
lambung, usus, gonad, gelembung renang, ginjal, limpa. Cauda yaitu
bagian yang dimulai dari permulaan sirip dubur sampai ujung sirip ekor
bagian paling belakang yang terdapat anus , sirip dubur, ekor, dan scute
finlet (Andy, 2008). Ditunjukkan oleh Gambar 1.

(Bond. C.E. 2009).


Gambar 1. Morfologi Ikan

Ikan mempunyai peredaran darah tertutup, bersifat tunggal,


yaitu terdapat satu jalur sirkulasi peredaran darah. Dimulai dari jantung,
darah menuju ke ingsang untuk melakukan pertukaran gas. Kemudian
dialirkan ke dorsal aorta dan terbagi ke segenap organ melalui saluran-
saluran kecil. Selain itu sebagian darah dari ingsang langsung kembali e
jantung. Jantung menjadi organ utama sistem peredaran darah pada ikan
(Iqbal, 2014). Ditunjukkan Gambar 2.
(Morris et al,. 2013)
Gambar 2. Sistem peredaran darah pada ikan

Alat ekskresi ikan berupa sepasang ginjal yang memanjang


(optonefos) yang berwarna kemerah-merahan. Mekanisme ikan pada air
tawar dan laut pasti berbeda. Ikan bernafas dengan ingsan dan urin
dikeluarkan melalui kloaka dan porus urogenitalis; dan karbondioksida
melalui ingsang. Pada ikan yang bernafas dengan paru-paru ,
karbondioksida dikeluarkan melalui paru-paru dan urin melalui kloaka.
Ikan pada air tawar mengekskresikan amonia dan aktif menyerap
oksigen melalui ingsang dan mengeluarkan urin dalam jumlah yang
besar. Sebaliknya, ikan yang hidup dilaut akan mengekskresikan amonia
melalui urin yang jumlahnya sedikit (Anthony P. Farrel, 2013).
Ditunjukkan Gambar 3.

(Anthony P. Farrel, 2013)


Gambar 3. Sistem ekskresi pada ikan
Alat pernafasan pada ikan adalah ingsang, ikan akan mengambil
oksigen yang terlarut di dalam air. Ikan yang memiliki tutup ingsang
pada fase inspirasi rongga mult akan membuka yang disebabkan adanya
gerakan samping tutup pada ingsang, dan pada fase ekspirasi air masuk
rongga celah mulut terturut. Terbukanya celah ingsang akan
menyebabkan air keluar yang akan menyentuh lembaran-lembaran
ingsang yang banyak mengandung kapiler darah, sehingga terjadi
pertukaran gas mengikat oksigen dan mengeluarkan karbon dikosida
(Goel et al,. 2008). Ditunjukkan Gambar 4.

(Goel et al,. 2008)


Gambar 4. (kiri) pernafasan menggunakan ingsang. (kanan) sistem
pernafasan pada ikan

Bagian reproduksi pada ikan yaitu komponen kelenjar kelamin


dan gonad, dimana pada ikan betina disebut ovarium dan pada jantan
disebut testis dan salurannya. Pengaturan sistem reproduksi beberapa
kelenjar endokrin mempunyai peranan didalamnya sesuai organ yang
bersangkutan. Ditunjukkan Gambar 5.

(Burhanuddin AI. 2010)


Gambar 5. Reproduksi jantan (kiri) dan betina (kanan)
Sistem pencernaan pada ikan terdiri atas mulut kerongkongan,
lambung, usus, dan anus. Kelenjar pencernaan terdiri dari hari dan
pankreas. Proses pencernaan, makanan dari rongga mulut masuk ke
kerongkongan dan selanjutnnya ke lambung. Lambung makanan masuk
ke usus, dan di usus terdapat cairan empedu yang membantu proses
pencernaan. Diusus halus, sari-sari makanan diserap dan di edarkan ke
darah seluruh bagian tubuh dan sisa makanan yang tidak diserap
dikeluarkan melalui anus (Burhanuddin AI. 2010). Gambar 6.

(Burhanuddin AI. 2010)


Gambar 6. Sistem pencernaan pada ikan

2.5 Anatomi Amphibi


Amfibi merupakan hewan bertulang belakang yang dapat hidup di dua
alam berdarah dingin, jantung terdiri dari 3 ruang, 2 atrium, dan 1
ventrikel. Respirasi dapat secara terpisah atau dalam kombinasi paru-
paru, kulit dan ingsang. Peredaran darah tertutup. Kaki memiliki selaput
dan anggota bagian depan lebih kecil daripada anggota bagian belakang
(Duellman et al,. 2015). Ditunjukkan Gambar 7.

(Duellman et al,. 2015)


Gambar 7. Morfologi kodok (amfibi)
Sistem peredaran darah amfibi termasuk peredaran tertutup dan
ganda, karena selamanya dalam pembuluh daeah dan sekali beredar
melalui jantung sebanyak dua kali. Sistem peredaran darah kodok terdiri
atas jatung, sinus venosus, konis arteriosus, aorta, arteri dan vena.
Jantung terdiri atas tiga ruangan dua atrium, dan satu ventrikel. Antara
ventrikel dan antrium terdapat katub (valvula) yang berfungsi mengatur
aliran darah. Darah dari seluruh tubuh (CO2) mengalir melalui sinus
venosis dan selanjutnya sampai di sserambi kanan (Antrium dekster),
yang akan masuk ke bilik ventrikel untuk dipompakan ke seluruh tubuh
melalui arteri pulmonalis, yang menuju ke paru paru untuk difusi CO2
dan O2. Selanjutnya mengalir ke vena pulmonalis menuju serambi kiri
(Antrium sinister), yang akan masuk ke bilik (valvula) yang
dipompakan ke konus arteolis selanjutnya ke aorta ventralis menuju ke
seluruh tubuh (Reaven J, 2003).
Sistem ekskresi pada amfibi yaitu sepasang ginjal dan paru-
paruyang berwaena merah kecoklatan, sebagai alatpenyaring yang akan
mengeluarkan zat sisa. Urin dikeluarkan melauli kantung kemih kloaka.
Kloaka merupakan saluran urin, kelamin dan pencernaan. Sedangkan
paru-pari mengeluarkan sisa pernafasan karbondioksida (Iqbal. A.B,
2014).
Organ utama sistem pernafasan amphibi adalah paru-paru,
permukaan kulit dan insang (pada saat kodok masih berudu dan hidup
didalam air. Paru-paru amfibi berupa sepasang kantung tipis dan elastis,
dindingnya dikelilingi banyak kapiler darah sehingga berwarna
kemerahan. Paru-paru amfibi berisi lipatan yang membentuk alviola
(kamar-kamar kecil). Kedua kantung paru-paru dihubungkan oleh
saluran bronkus pendek, yang bersatu menuju larynx (kotak suara)
dengan lubang yang disebut glottis. Pernapasan melalui paru-paru
melibatkan difusi. Rongga mulut dan paru-paru terhubung oleh bronkus
yang pendek (Bond. C.E. 2009).
Mekanisme pernapasan diatur oleh otot rahang bawah
(musculus submandibularis), musculus sternohyoideus, musculus
geniohyoideus, dan otot perut: Inspirasi: Otot sternohioideus
berkontraksi – rongga mulut membesar – O2 masuk melalui koane
(celah hidung) – koane menutup – otot submandibularis dan otot
geniohioideus berkontraksi – rongga mulut mengecil – O2 terdorong ke
paru-paru melalui celah-celah – terjadi pertukaran gas di paru-paru (O2
diikat oleh darah di kapiler dinding paru-paru, CO2 dilepaskan ke
lingkungan). Ekspirasi: Terjadi pertukaran gas di paru-paru – otot
submandibularis berelaksasi – otot perut dan sternohioideus
berkontraksi – paru-paru mengecil – udara tertekan keluar dan masuk ke
rongga mulut – koane membuka – celah tekak menutup – otot
submandibularis dan geniohioideus berkontraksi – rongga mulur
mengecil – CO2 terdorong keluar melalui koane(Bond. C.E. 2009).
Amfibi membuahi telur mereka dalam dua cara, yaitu fertilisasi
eksternal dan fertilisasi internal. Fertilisasi eksternal, digunakan oleh
sebagian besar kodok dan kodok, dimana jantan memegang betina
dalam pose yang disebut amplexus. Dalam amplexus, sperma jantan di
rilis diatas telur betina saat mereka diletakkan. Terlalu berisiko adalah
metode yang digunakan oleh banyak salamander dimana deposito paket
sperma jantan yang disebut spermatophore diletakan ke tanah. Betina
kemudian menariknya ke kloakanya di mana fertilisasi terjadi secara
internal. Sebaliknya, caecilian dan kodok ekor menggunakan fertilisasi
internal seperti reptil, burung dan mamalia. Deposito sperma jantan
langsung ke kloaka betina melalui organ intromittent (Bond. C.E. 2009).
Ditunjukkan Gambar 8.

(Bond. C.E. 2009)


Gambar 8. Alat reproduksi (a) betina dan (b) jantan

Sistem pencernaan pada kodok terdiri atas mulut,


kerongkongan, lambung, usus, usus besar dan tebal dan kloaka. Sistem
pencernaan mirip dengan ikan (Iqbal. A.B, 2014).
2.6 Daftar Istilah
Daftar istilah-istilah anatomi yang sering digunakan:
1. Cranial : ke arah kepala (cranium: kepala)
2. Caudal : ke arah ekor (cauda: ekor)
3. Superior : atas / ke arah atas
4. Inferior : bawah / ke arah bawah
5. Dorsal : ke arah punggung (dorsum: punggung)
6. Ventral : ke arah perut (venter: perut)
7. Abdominal : ke arah perut (abdomen: perut)
8. Thoracal : ke arah dada (thorax: dada)
9. Posterior : belakang / ke arah belakang
10. Anterior : depan / ke arah depan
11. Sinister : kiri
12. Dexter : kanan
13. Lateral : samping / ke arah sisi
14. Medial : tengah / ke arah tengah
15. Proximal : lebih ke arah / dekat batang badan
16. Distal : lebih menjauhi batang badan
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Anatomi Fisiologi Hewan dengan topik anatomi
pisces dan amphibi dilakukan pada hari Selasa, 30 Oktober 2018 pukul
13.00-15.00 di Laboratorium Biologi Dasar, Jurusan Biologi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya,
Malang.

3.2 Pengamatan Sectio


Ikan dipegang pada bagian dorsum, kemudian diseksi dengan
gunting ke arah longitudinal mulai dari anus sampai ventral aparatus
opercularis. Selanjutnya seksi dilanjutkan ke arah dorsal mulai dari
ujung pangkal pemotongan longitudinal yang telah diseksi kemudian
difeksi dengan jarum masing-masing pada bagian dorsum, venter, dan
cauda. Bagian dinding yang dibuka dipegang dengan pinset kemudian
digambar organ-organ yang diamati dan ditentukan fungsinya masing-
masing. Bagian-bagian yang diamati meliputi, Pneumatocyst, Cor
(jantung), Branchia, Gonad, Ventriculus dan intestinum, Hepar, Spleen,
Ren.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Analisa Prosedur


3.1.1 Pengamatan Pisces
Ikan nila yang sudah disiapkan oleh praktikan difoto sebelum
dibedah untuk mengamati morfologi sebelum dilakukan pembedahan
sehingga ikan nila siap untuk pembedahan. Ikan nila kemudian dibedah
menggunakan gunting dengan arah lungitudinal mulai dari anus sampai
ventral aparatus apeturalis, selanjutnya dari ujung pangkal pemotongan
longitudinal berfungsi untuk mengamati organ dalam pada ikan
sehingga bagian organ dalam ikan nila terlihat. Ikan yang sudah
terbedah kemudian difiksasi dengan jarum pentul pada pangkal dan
diamari organnya dengan bantuan pinset serta digambar dan difoto agar
terlihat organ-organ ikan nila dan diamati organ-organnya secara jelas.

3.1.2 Pengamatan Amphibi


Amfibi di masukan kedalam botol yang berisi kloroform untuk
melemaskan amfibi hingga pingsan. Kemudian setelah pingsan dan
lemas dipindahkan keatas steroform sehingga amfibi terhambat
pergerakannya yang kemudian juga difiksasi dengan jarum pentul
disetiap pangkal organnya secara melintang.. Bagian perut pada kodok
dibedah dengan hati-hati dari bagian kloaka hingga bagian perut atas
lalu kebagian kanan dan kiri hingga bagian ventral terbuka sehingga
lebih mudah mengamati organ anatomi pada kodok dan dilakukan
pengamatan secara sectio maupun inspectio. Sehingga setelah organ
dalam terlihat maka dapat diamati dan digambar pada lembar
pengamatan.

3.2. Analisa Hasil


3.2.1 Morfologi Pisces
Ikan Nila dengan pengamatan secara sectio mempunyai bentuk
mulut terminal dan tipe sisik stenoid agak memanjang dan bagian pipih
kesamping mempunyai sirip ekor, punggung, dada, perut, belakang,
mempunyai linea literalis dibagian badannya dan mempunyai
operkulum untuk gills. Mempunyai lima buah sirip yang mempunyai
fungsi masing-masing, mempunyai garis linea literalis terputus dan
terbagi dua. (Linnaeus, 2014). Ditunjukkan Gambar 9 dan Gambar 10.

Menurut literatur ikan nila termasuk:


Filum: Chordata
Kelas: Pisces
Suku: Cichlidae
Marga: Oreochormis
Spesies: Oreochormis sp. (Linnaeus, 2014).

Gambar 9. Pengamatan morfologi ikan nila

(Linnaeus, 2014)
Gambar 10. Morfologi ikan nila.
3.2.2. Morfoogi Kodok
Berdasarkan pengamatan kodok memiliki tungkai belakang
panjang dibandingkan dengan tungkai bagian depan, selain itu tungkai
bagian depan terdiri dari 4 bagian jari sedagkan bagian belakang
memiliki 5 bagian jari. Kodok memiliki caput (kepala) yang terdiri dari
mulut, hidung, mata, dan telinga. Mata kodok berpasangan dan
bentuknya menonjol keluar, yang terletak di sebelah postero dorsal dari
nares atau hidung. Mata tersebut terlindung oleh dua buah palpebra atau
kelopak mata, yaitu palpebra inferior (berupa kulit yang tidak dapat
digeser-geserkan). Mata juga dilindungi oleh selaput yang disebut
membran nictitans yang dapat digerakkan ke arah superior-inferior.
Selaput ini melindungi mata saat kodok berada di dalam air. Mulut
kodok berfunsi dalam pernafasan dan pengambilan makanan. Mulut
terletak pada ujung anterior dari caput, lebar dan dibatasi oleh os
mandibula (tulang rahang bawah) yang tidak bergigi dan os premaksilla
dan maksilla (tulang rahang atas) dengan gigi kecil berbentuk kerucut
tajam. Hidung (nares) berhubungan dengan mulut melalui struktur yang
disebut choane. Membran tympani atau selaput gendang pendengaran
terletak poste-lateral dari mata. Membran ini dikelilingi oleh annulus
tympanicus (cincin rawan) yang ditengahnya membayang columella
(tulang telinga) sebesar sebuah titik (Radiopoertro, 2010 ). Ditunjukkan
Gambar 11 dan Gambar 12.

Gambar 11. Pengamatan morfologi kodok


(Iskandar, 2010)
Gambar 12. Literatur Morfologi Kodok

3.2.3. Anatomi Ikan


Berdasarkan pengamatan inspectio Ikan Nila diperoleh organ-
organ yang terdiri atas: air blader yaitu gelembung renang yang terdiri
atas dua kantung gas yang terletak dibagian dorsal yang berfungsi untuk
mengendalikan daya apung pada ikan sehingga mampu menghemat
energi untuk berenang (Djuhanda, 2010). Jantung yang terdiri dari dua
ruang yaitu atrium (auricle) dan yang berdinding tipis, vertikel yang
berdinding tebal dan serta terdapat ruang tambahan yang disebut sinus
venosus yang berfungsi sebagai sistem transportasi dan sirkulasi darah
() Ingsang sebagai alat pernafasan pada ikan. Lambung. Usus. Hati
bentuknya besar, berwarna merah kecoklat-coklatan, letaknya di bagian
depan rongga badan dan meluas mengelilingi usus. Fungsi hati
menghasilkan empedu yang disimpan dalam kantung empedu untuk
membanfu proses pencernaan lemak (Duellman, 2012). Kantong
empedu, bentuknya bulat bila berisi penuh, berwarna kehijau-hijauan,
terletak pada bagian depan dari hati, mempunyai saluran yang disebut
ductus cysticus yang bermuara pada usus. Kantong empedu berfungsi
untuk menampung dan menyimpan empedu dan mencurahkannya ke
dalam usus bila diperlukan. Empedu berguna untuk mencernakan lemak
(Djuhanda, 2010). Ikan nila mempunyai organ-organ yang mengacu
pada sistem pencernaan yaitu hati, pankreas, empedu, lambung dan
usus, sistem sirkulasi yaitu jantung, sistem pernafasan yaitu ingsang,
sistem ekskresi yaitu kulit, pencernaan dan ginjal (Duellman, 2012). ).
Ditunjukkan Gambar 13 dan Gambar 14.

Gambar 13. Pengamatan anatomi organ ikan nila

(Djuhanda, 2010)
Gambar 14. Anatomi organ ikan nila

3.2.4. Anatomi kodok


Berdasarkan pengamatan anatomi organ kodok yang ditemukan
yaitu hati berfungsi mengeluarkan empedu yang disimpan dalam
kantung empedu yang berwarna kehijauan. Pankreas berwarna
Kekuningan, melekat diantara lambung dan usus dua belas jari
(duadenum) (Jasin, 2011). lambung, usus besar, usus halus, kloaka
empedu, jantung.
Alat pencernaan pada kodok terdiri dari mulut, pharink
(lanjutan dari cavum oris dengan bentuk yang pendek sekali dan
menyempit), oesophagus, gastrum (berdinding tebal dengan bagian
anterior dan melebar dibandingkan dengan bagian posteriornya), pylorus
(letaknya diantara gastrum dan duodenum dengan bentuk menyempit),
intestine dan colon. Kelenjar pencernaan pada amfibi, terdiri atas hati
dan pancreas (Jasin, 2011).
Alat pernapasan pada kodok berupa insang, kulit, dan paru-
paru. Larva kodok bernafas menggunakan insang luar. Kodok dewasa
bernafas dengan paru-paru. Paru-paru kodok merupakan dua buah
kantung yang sifatnya elastis terletak di sebelah dorsal dari gastrum dan
hepar. Permukaan sebelah dalam dari paru-paru memiliki lipatan-lipatan
yang berguna untuk memperluas bidang pencernaan. Paru-paru
berhubungan dengan udara luar melalui 2 bronkus, larynk yang
mengandung tali-tali volea, lalu pharynk dan lorong-lorong nasal. Paru-
paru berhubungan langsung dengan larynk. Larynk berhubngan dengan
rongga mulut melalui suatu celah yang disebut auditivus laryngis atau
glotis (Kimball, 2010).
Menurut (Kimball, 2010), sistem peredaran darah pada kodok
adalah peredaran darah tertutup dan ganda. Pada peredaran darah ganda,
darah melalui jantung sebanyak dua kali dalam sekali peredarannya.
Pertama darah dari jantung menuju ke paru-paru dan kembali ke
jantung. Kedua, darah dari seluruh tubuh menuju jantung dan diedarkan
kembali ke seluruh tubuh. Jantung kodok terdiri dari tiga ruang yaitu
atrium kiri, kanan, dan ventrikel. Diantara atrium dan ventrikel terdapat
klep yang mencegah agar darah dari ventrikel mengalir kembali ke
atrium. Pertukaran O2 dan CO2 terjadi di paru-paru. CO2 dilepaskan dan
diikat O2. Tetapi di ventrikel terjadi perncampuran CO2dan O2 yang
terjadi di dalam darah.
Pembuahan pada kodok dilakukan di luar tubuh. Kodok jantan
akan melekat di punggung betinanya dan memeluk erat ketiak si
betinanya dari belakang. Sambil berenang di air, kaki belakang kodok
jantan akan memijat perut kodok betina dan merangsang pengeluaran
telur. Pada saat bersamaan kodok jantan akan melepaskan spermanya ke
air, sehingga bisa membuahi telur-telur yang dikeluarkan si betina.
Telur tersebut berkembang menjadi larva dan mencari nutrisi yang
dibutuhkan dari lingkungannya, kemudian berkembang menjadi dewasa
dengan bentuk tubuh yang memungkinkannya hidup di darat, sebuah
proses yang dikenal metamorfosis (Radiopoertro, 2010).

Gambar 15. Pengamatan anatomi kodok

(Iskandar, 2010)
Gambar 16. Anatomi kodok
3.2.5 Trouble Shooting
Pada praktikum ini terjadi kesalahan saat membedah kodok
sehingga pada organ jantung kodok pecah sehingga banyak cairan
darah yang memenuhi organ katak yang menyulitkan pengidentifikasi
organ lainnya.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil pengamatan yang telah dilakukan bahwa
struktur anatomi pada ikan nila dan jenis sisik adalah ikan terdiri atas
pneumatocyst, jantung, insang (brachia), gonad (kelenjar kelamin),
ventriculus dan intestinum (tractus digestivus), hepar (hati), vesica fellea
yang berwarna kehijauan, limpa berwarna merah tua yang terdapat di
sebelah ventral lobus dorsalis hepatis, ren (ginjal) yang berwarna merah
tua, terletak di sebelah ventral columna. Jenis sirip dan sisik pada ikan
nila, ikan nila mempunyai sirip dada, sirip punggung, sirip dubur dan
sirip ekor serta jenis sisik pada ikan adalah stenoid. Kodok merupakan
hewan vetrebata yang hidup di dua alam. Anatomi organ katak meliputi
hati, paru-paru, lambung, ginjal, pankreas, jantung, empedu, usus besar,
usus halus yang mempunyai fungsi masing-masing dalam sistem
tubuhnya.

4.2. Saran
Pada praktikum selanjutnya diharapkan praktikan mengetahui
lebih jelas anatomi hewan yang diteliti dan berhati-hati saat membedah.
DAFTAR PUSTAKA

Andy Omar.S. Bin, 2008. Species Catalogue An Annotated and


Illustrated Catalogue Of Lutjanin Species Known to Date
Fosheries Synopsis. Food and Agriculture Organization of the
United Nations. Rome.
Anthony P. Farrel, 2013. Encyclopedia of Fish Physiology from
genome to eviromennt. AP Publisher Elsevier. Asterdam
Bond. C.E. 2009. Biology of Fishes. W.B Saunders Company.
Philladelphia. New York. London
Burhanuddin AI. 2010. Ikhtiologi: Ikan dan aspek kehidupannya.
Makasar: Yayasan Citra Emulsi.
David, 2016. Potensi Besar Perikanan Tangkap Indonesia. Analisis
Perekonomian pada Asisten Deputi Bidang Kelautan dan
Perikanan. Sekertariat Kabinet Republik Indonesia
Djuhanda, T. 2010. Analisa Struktur Vertebrata. Armico, Bandung.
Duellman, W.E. and L.Trueb. 2012.Biology of Amphibians. McGraw –
Hill Book Company, New York.
Duellman, William E. & Linda Trueb 2015. Biology of amphibians.
Johns Hopkins University Press. USA
Goel. Aruna.U. Shyamyla. M, 2008. New Radiant Science An
Integrated Appoarch. Allied Publishers. New Delhi
Hariyanto dkk,. 2007. Atlas Binatang. Penebar Swadaya. Jakarta
Iqbal. A.B, 2014 Ikhtiologi Ikan dan Segala Aspek Kehidupannya.
Deepublish publisher. Yogyakarta
Iskandar, D.T. 2010. Amphibi Jawa dan Bali, Seri Panduan
Lapangan. Puslitbang Biologi-LIPI.
Jasin. Maskoen. 2011. Zoologi Vertebrata untuk Perguruan Tinggi.
Sinar Wijaya, Surabaya.
Kimball, J. W. 2010. Biologi. Erlangga, Jakarta.
Linnaeus, 2014. Nile tilapia-Oreochormis niloticus. Food and
Agriculture Organization United Nations. http://www.fao.org.
USA.
Morris.J, Daniel.H. Knoll.A. Lue. R, 2013. Biology How Life Works.
Macmillan International Edition. USA. Canada
Radiopoertro. 2010. Zoologi. Erlangga, Jakarta.
Reaven J, 2003. Fish Diseasses and Disorders. PTK Woo. University
of Guelph. Canada

Anda mungkin juga menyukai