Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

ANATOMI FISIOLOGI HEWAN

INDERA PENGECAP DAN PEMBAU

oleh

Aufaa Luthfi B.
185090100111052
Kelompok 3

Asisten PJ: Sarah Fadilah B.

LABORATORIUM BIOLOGI DASAR


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
ABSTRAK

Manusia memiliki 5 macam indera yang disebut panca indera.


Salah satu nya yaitu indera pembau dan pengecap. Papila merupkan
reseptor rasa pada lidah. Indera pembau dan pengecap merupakan
sistem sensorik yang digunakan untuk merasakan bau dan
rasa.Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui lokasi reseptor
pengecap, variasi waktu sensasi, kepekaan reseptor pembau dan untuk
mengetahui hubungan antara indera pengecap dan pembau. Manfaat
yang didapat pada praktikum ini adalah mampu mengetahui hubungan
antara indera pengecap dan pembau, untuk mengetahui faktor yang
mempengaruhi kepekaan resptor pembau dan pengecap dan mampu
mengetahui variasi waktu sensasi. Praktikum dilakukan dengan
beberapa metode dan probandus yang berbeda, yaitu probandus suka
pedas, flu, normal dan perokok pasif. Pada pengujian indera pengecap
dilakukan metode untuk mengetahui reseptor pengecap dan metode
untuk menghitung variasi waktu sensasi. Pada pengujian terhadap indera
pembau dilakukan metode untuk mengetahui kepekaan reseptor pembau
dan metode untuk mengetahui hubungan indera pengecap dan pembau.
Perbedaan latar belakang setiap orang mempengaruhi kepekaan indera.
Faktor yang mempengaruhi kepekaan indera pengecap dan pembau
yaitu, usia, kesehatan seseorang, rokok, gaya hidup dan kebiasaan
seseroang. Hasil praktikum menunjukkan adanya hubungan antara
indera pengecap dan pembau, misalnya pada perokok pasif senyawa
kimia yang terkandung dalam rokok merusak selaput lendir
danmengubah bentuk, jumlah papila dan sistem saraf di lidah.

Kata kunci: reseptor pengecap, reseptor pembau,papila


BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum dengan materi “Indera Pengecap dan Pembau”
dilakukan pada hari Selasa, 10 September 2019 pukul 13.00–15.00.
Praktikum ini dilakukan di Laboratorium Fisiologi Hewan, Jurusan
Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Brawijaya, Malang.

3.2 Metode Lokasi Reseptor Pengecap


Diawali dengan rongga mulut probandus dibersihkan dengan
berkumur air tawar dan keringkan lidah dengan kertas tisu. Kemudian
mata probandus ditutup agar tidak mengetahui larutan yang dicobakan.
Selanjutnya, dicelupkan cotton bud pada salah satu larutan, lalu
disentuhkan ke lidah probandus bagian ujung, tepi depan, tepi samping
(kanan-kiri), tengah dn pangkal. Kemudian, dicatat rasa yang timbul dan
daerah lidah yang peka terhadap larutan tersebut. Diulagi langkah ke-1
sampai ke-3 dengan menggunakan masing-masing larutan yang berbeda
(larutan 1 sampai 5). Terakhir, dicatat setiap pergantian larutan,
sebelumnya praktikan harus berkumur terlebih dahulu.

3.3 Metode Menghitung Waktu Sensasi


Diawali dengan rongga mulut dibersihkan dengan berkumur air
mineral. Kemudian, ditentukan waktu sensasi pada lidah probandus
dengan cara sebagai berikut, dikeringkan permukaan lidah dengan
kertas tisu dan pertahankan agar lidah diluar mulut. Diletakkan sedikit
larutan gula pada lokasi yang sudah diketahui sensitif terhadap larutan
gula (pada latihan A) dan dihitung waktu yang diperlukan untuk
merasakan larutan gula tersebut dengan menggunakan stopwatch.
Terakhir, dikumur dengan air tawar, ditunggu setelah 3 menit kemudian
diulagi butir a dan b dengan menggunakan larutan asam sitrat, pil kina,
garam dapur dan bubuk cabe.

3.4 Metode Pembau


Diawali dengan mata probandus ditutup, dengan catatan
probandus tidak boleh flu atau pilek. Kemudian diambil salah satu
minyak (minyak wangi atau minyak kayu putih), lalu minyak diletakkan
dekat dengan kedua lubang hidung, dihitung OFT dan ORT
menggunakan stopwatch, kemudian probandus diminta untuk
menghirup dan menghembuskan lewat mulut.

3.5 MetodeHubungan Pengecap dan Pembau


Diawali dengan mata dan hidung probandus ditutup. Kemudian,
dibersihkan lidah dengan kertas tisu. Lalu, letakkan bahan pada lidah
probandus, secara bergantian. Bahan yang digunakan adalah buah naga,
apel dan mangga. Ditanyakan apayang dirasakan setiap kali buah
diletakkan di lidah dan apakah dapat membau dan mengecap. Diulangi
perlakuan, akan tetapi pada keadaan hidung terbuka. Terakhir, diulangi
perlakuan dua kali pada probandusyang sama dan diulangi perlakuan
untuk tipe probandusyag lain dan dibandingkan hasilnya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisa Hasil


4.1.1 Letak Reseptor Pengecap
Tabel 1. Letak Reseptor Pengecap
Probandus Letak Reseptor Pengecap
Tepi Tepi
Ujung Depan Belakang Pangkal
♀ Asin,
Asam, Manis, Pahit,
Suka Pedas Pedas Pedas Pedas Pedas

Asam,
Tidak Asin, Pahit,
  Flu Manis terasa Pedas Pedas

Manis,
Pedas, Asin, Pahit, Pedas,
Asin, Asam, Asam, Asam,
  Normal Asam Pedas Pedas Pahit
Asin,
Manis, Asam,
Pahit, Asin, Asam, Pahit,
  Perokok Pasif Pedas Pedas Pedas Pedas

Pedas, Manis,
♂ Suka Pedas Asin Adin Asam Pahit

Asam, Pahit,
  Flu Pedas Asin Pedas Manis
Manis Asin, Asam, Pahit,
Normal Pedas Pedas Pedas Pedas
4.1.2 Waktu Sensasi
Tabel 2 Waktu Sensasi (s)
Probandus Manis Asin Pahit
    LK LB LK LB LK LB
Suka
Pedas 02,47 01,95 06,66 01,58 4,25 02,68
♀ Flu 3,29 4,65 8,58 4,8 5,72 17
Normal 03,02 02,36 07,50 01,76 02,36 03,73
Perokok
Pasif 4,59 03,15 21,47 23,49 31,05 34,35
Suka
Pedas 02,71 02,63 01,81 03,86 01,06 02,46
♂ Flu 04,03 03,20 04,91 07,59 01,56 02,75
Normal 04,35 02,19 07,38 03,20 02,25 04,26

Probandus Asam Pedas

    LK LB LK LB
Suka
  Pedas 04,25 01,71 02,36 03,53

♀ Flu 13,96 8,43 22,26 26,04

Normal 02,62 02,31 03,34 04,93


Perokok
Pasif 03,63 18,19 43,68 05,33
Suka
Pedas 01,68 01,90 12,88 05,33

♂ Flu 04,18 06,27 15,81 18,18

  Normal 02,01 02,42 04,33 03,30

4.1.3 Kepekaan Indera Pembau


Tabel 3. Kepekaan Indera Pembau
ORT
Probandus UjiKepekaan OFT (s) (s)
  Suka Pedas M. Wangi 11,77 5,4
    M. Kayu 01,33 8,24
putih
  Flu M. Wangi 01,64 2,88
M. Kayu
♀   putih 6,05 5,14
  Normal M. Wangi 3,55 2,63
M. Kayu
    putih 3,14 3,55
  Perokok M. Wangi 22,25 35,03
M. Kayu
    putih 20,00 28,03
  Suka Pedas M. Wangi 10,456 7,723
M. Kayu
    putih 10,87 10,51
♂ Flu M. Wangi 4,36 7,66
M. Kayu
    putih 4,15 2,82
  Normal M. Wangi 1,15 0,42
M. Kayu
    putih 0,57 0,24

4.1.4 Hubungan Indera Pembau dan Perasa


Tabel 4 Hubungan Indera Pembau dan Perasa
Bahan Membau Mengecap
Probandus Makanan HT HB HT HB
  SukaPedas Apel X X ✓ ✓
    Mangga X X ✓ ✓
    Buah Naga X ✓ ✓ ✓
  Flu Apel X ✓ ✓ ✓
    Mangga X X X ✓
    Buah Naga X X ✓ ✓
♀ Normal Apel X ✓ ✓ ✓
    Mangga X X ✓ X
    Buah Naga X ✓ X ✓
PerokokPas
  if Apel X X ✓ ✓
    Mangga X ✓ X ✓
    Buah Naga X ✓ ✓ X
  SukaPedas Apel X X X X
    Mangga X X X X
    Buah Naga X X X X
  Flu Apel X ✓ ✓ ✓
♂   Mangga X ✓ ✓ ✓
    Buah Naga X X X ✓
  Normal Apel X ✓ X X
    Mangga X ✓ X X
    Buah Naga X X ✓ ✓

4.1.5 Mekanisme OFT dan ORT


Olfactory Fatigue Times (OFT) merupakan adaptasi untuk
stimulasi konstan dari sistem sensorik untuk membau atau mencium.
Pada saat praktikum digunakan dua jenis minyak yaitu minyak wangi
dan minyak kayu putih. Probandus dengan latar belakang berbeda
diminta untuk mencium aroma tersebut sampai terbiasa dengan bau
minyak tersebut hingga probandus mengingat bau nya dan probandus
menjadi sadar kembali.Menurut Arcadi(2017), stimulus menyebabkan
sel reseptor menghasilkan sinyal elektrik. Selanjutnya membran akan
menghentikan aliran ion, Dengan demikian dapat mencegah sinyal lebih
lanjut, sehingga membuat kita berhenti mencium. Dapat dikatakan suatu
ketidakmampuan normal sementara untuk membedakan bau tertentu
setelah kontak yang terlalu lama dengan senyawa kimia di udara.
Fenomena ini terjadi di dalam saraf yang aktif bekerja. Ketika terdapat
rangsangan yang kuat memasuki reseptor saraf, saraf menjadi terbiasa
dengan rangsangan ini. Hal ini terjadi karena tingkat perubahan dalam
membran saraf tidak memadai untuk mengimbangi stimulasi terus
menerus. Ini merupakan contoh adaptasi pembau. Menurut Krautwurst
(2016), tingkat adaptasi yang dihasilkan dari paparan udara yang berbau
akan bergantung pada konsentrasi bau yang dialami. Semakin lemah
konsentrasi bau yang dicium, maka akan semakin banyak adaptasi
mempengaruhi kekuatan yang dirasakan, karena pada konsentrasi yang
lebih rendah mungkin perlu mengendus lebih kuat dan sering. Waktu
pemulihan dapat berkisar dari detik hingga menit tergantung pada jenis
bau, konsentrasi bau dan durasi pengujian. Sensitivitas terhadap bau
dapat berkurang setelah mengendus sampel. Pada percobaan yang
dilakukan, waktu pemulihan (ORT) perokok pasif adalah yang terlama
diikuti probandus suka pedas, flu dan normal. Baik wanita ataupun pria
tidak terdapat perbedaan lama waktu ORT dan OFT yang signifikan.
Sehingga, dalam percobaan ini dapat disimpulkan bahwa jenis kelamin
tidak memengaruhi OFT dan ORT.

4.1.6 Faktor Kepekaan Indera Pembau Dan Pengecap


Setiap orang memiliki latar belakang yang berbeda-beda yang
dapat mempengaruhi sensitivitas indera pengecap dan pembau nya.
Pada percobaan kali ini, faktor yang mempengaruhi kepekaan indera
pembau dan pengecap antara lain, kesehatan reseptor indera, perokok
pasif dan kebiasaan makan makanan pedas. Ketika flu, sesnsitivitas
terhadap rasa akan berkurang karena mengalami gangguan saluran udara
yang mengurangi persepsi penciuman. Begitupula dengan perokok
pasif, dimana mengalami penuruanan kepekaan akibat zat kimia yang
terkandung dalam rokok mengganggu fungsi pernapasan dan
pengecapan. Menurut Rhoades dan David (2010), faktor yang
berpengaruh seperti, idiopatik, iatrogenik, penuaan, obat-obatan,
defisiensi vitamin, perubahan saluran pernapasan, neurologis dan
psikiatrik, trauma, neoplasia, laryngectomy total, dan merokok. Pada
indera pengecap, terdapat beberapa faktor yang dapat mengubah
persepsi rasa antaralain, usia seseorang. Penurunan cita rasa akan terjadi
seiring bertambahnya usia seseorang. Penurunan selera ini terjadi sekitar
usia 45 atau akhir 50 dengan penurunan sedikit terhadap rasa asam.
Penurunan rasa manis juga terjadi pada usia tua.
Faktor lainnya yaitu merokok. Perokok menempatkan indera
perasa dalam kontak dengan senyawa kimia yang sangat mengurangi
kemampuan indera perasa untuk mengidentifikasikan rasa asin, manis,
asam dan pahit. Faktor lain yaitu obesitas, kelebihan berat badan dapat
mengurangi kepekaan terhadap pengecapan rasa oleh papila lidah. Hal
ini terjadi karena seseorang dengan obesitas memiliki selera yang
kurang sensitif, sehingga rasa manis menjadi kurang manis, rasa asam
menjadi kurang asam, dan seterusnya. Faktor suhu. Suhu makanan atau
minuman yang ektrem, misal terlalu dingin dapat menghilangkan
kepekaan rasa sementara. Pada indera pembau, faktor adaptasi yaitu
kelelahan karena terus-menerus mencium bau yang kuat dapat
memengaruhi indera penciuman. Adaptasi dapat mengurangi intesitas
bau yang durasakan dan kualitas bau yang dirasakan. Faktor usia
berpengaruh terhadap kepekaan pembau. Penurunan ketajaman persepsi
bau seiring dengan bertambahnya usia. Perokok memiliki sensitivitas
yang lebih rendah daripada bukan perokok. Faktor lain seperti alergi, flu
dan pelatihan juga berkonstiribusi dalam peningkatan kepekaan
mempersepsi suatu bau (Reineccius, 2013).

4.1.7 Pengaruh Rokok Terhadap Indera Pembau dan Pengecap


Indera pembau dan pengecap merupakan sistem sensorik yang
digunakan untuk merasakan bau dan rasa. Kedua sistem tersebut
berhubungan dan bertanggung jawab untuk persepsi rasa dan aroma.
Sistem kerja kedua indera tersebut akan mengalami penurunan karena
beberapa faktor salah satunya adalah rokok. Perubahan dalam membau
dan mepersepsikan rasa akan muncul pada perokok aktif maupun pasif.
Pada saat indera penciuman dan saluran pernapasan terpapar zat
karsinogenetik asap rokok, maka akan mengalami gangguan kesehatan.
Gangguan kesehatan ini terkait dengan lama waktu pemaparan asap
rokok dan konsentrasi serta toksisitas rokok itu sendiri. Zat yang
terkandung dalam asap dapat menyebabkan pengurangan kemampuan
pembersihan saluran udara dan hiperplasia sel-sel lendir yang
mengakibatkan peningkatan produksi lendir. Paparan zat kimia
berbahaya asap rokok menghasilkan penurunan kapasitas produksi sel
sensorik, menyebabkan hilangnya kepekaan pembau. Pada saat rokok
dihisap, nikotin yang terkondensasi dalam asap rokok akan masuk ke
dalam rongga mulut dan menempel pada gigi, lidah, giginva, pucuk
pengecap dan membran reseptor rasa pengecap disekitar taste buds
sehingga menghalangi interaksi zat makanan kedalam reseptor pengecap
(taste buds) terutama pada rasa mais dan asin. Zat-zat kimia yang
terkandung dalam rokok tidak melumpuhkan kemampuan indera perasa
namun hanya menurunkan kepekaan reseptor. Merokok dapat
mengganggu indera pengecap dan pembau dalam bentuk pengenalan
sensorik dan merusak selaput lendir, karena ketika mengisap rokok,
asap akan masuk ke rongga mulut dan hidung. Akibatnya terjadi
perubahan bentuk dan jumlah papila dan sistem saraf di lidah
(Primasari, 2015).

4.2 Troubleshooting
Pada praktikum kali ini terdapat beberapa kendala salah satunya
pada probandus pria suka pedas tidak dapat merasakan semua rasa dan
merepresentasikan aroma setelah memakan cabai. Hal ini mungkin
disebabkan karena jangka waktu yang relatif cepat saat mengganti
makanan yang dirasakan di dalam mulut, sehingga sensasi pedas
menutupi semua rasa yang terjadi di lidah. Selanjutnya, terdapat kendala
dalam melakukan analisis data terhadap perokok aktif, karena
probandus perokok aktif sedang menjalankan puasa, akibatnya
probandus perokok aktif tidak dimasukkan kedalam praktikum.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang dilakukan mengenai indera
pengecap dan pembau dapat disimpulkan bahwa, indera pengecap pada
manusia adalah lidah yang letaknya di dalam rongga mulut. Fungsi lidah
adalah sebagai indera pengecap, mengatur letak makanan, membantu
mendorong makanan ke faring dan membantu dalam berbicara. Pada
permukaan lidah terdapat tonjolan-tonjolan kasar yang disebut papila.
Pada papila terdapat banyak sel reseptor pengecap yang disebut taste
buds yang memiliki kendali dalam merepresentasikan rasa. Terdapat 5
rasa yang berbeda yaitu, manis, asin, asam, pahit, umami. Pada dasarnya
kelima rasa tersebut dapat dirasakan oleh semua bagian lidah. Namun,
beberapa daerah lidah memiliki sensitivitas lebih tinggi dari yang lain,
seperti rasa manis di ujung depan lidah, rasa asin paling sensitif pada
pinggir depan lidah, rasa asam di damping lidah, dan rasa pahit di
belakang lidah. Sementara umami (gurih) dirasakan pada seluruh bagian
lidah. Papila dibagi menjadi 4 jenis, yaitu filiformis, fungiformis,
cirkumvallate dan foliate. Waktu sensasi dan kepekaan reseptor pembau
setiap orang berbeda karena beberapa faktor diantaranya mengalami
alergi, flu, suhu atau perokok. Sehingga, sensasi rasa, OFT dan ORT
yang diterima tiap orang berbeda. OFT merupakan Olfactory Fatigue
Times yaitu waktu yang dibutuhkan untuk mencapai kelelahan membau.
ORT adalah Olfactory Recovery Times yaitu, waktu yang diperlukan
untuk kembali membau. Hubungan antara indera pengecap dan pembau
terjadi karena hidung dan tenggorokan pada dasarnya berbagi jalan
napas yang sama, mengunyah beberapa makanan memungkinkan aroma
untuk masuk ke hidung melalui bagian belakang mulut.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan untuk memperbaiki
praktikum selanjutnya antara lain, diharapkan praktikan datang tepat
waktu ke laboratorium praktikum agar waktu praktikum lebih efektif
dan efisien. Diharapkan praktikan lebih kondusif pada saat praktikum
berlangsung. Diharapkan praktikan sudah mempelajari materi yang akan
dipraktikumkan agar perlakuan yang diberikan pada saat praktikum
hasilnya lebih maksimal serta diharapkan praktikan mengamati dengan
cermat setiap probandus dan tujuan pengujian agar lebih memahami
praktikum.
DAFTAR PUSTAKA

Arcadi, B. 2017. Perfumery: Techniques in Evolution Second Edition.


Cengage Learning. USA.
Chiras, D. 2017. Human Biology 5th Edition. Jones & Bartlett Learning.
USA.
Krautwurst, D. 2016. Taste and Smell. Springer. USA.
Patton, K. 2016. Anatomy and Physiology Ninth Edition. Elsevier
Health Sciences. USA.
Primasari, A. 2015. Pengukuran Sensitivitas Indera Pengecap Rasa
Manis Dan Asin Pada Mahasiswa Perokok. Dentika Dental
Journal. 17(1):30-33
Pearce, E. 2016. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.
Reineccius, g. 2013. Source book of flavors. Springer. USA.
Rhoades, R and David, R. 2010. Medical Physiology: Principles for
Clinical Medicine. Lippincott Williams & Wilkins. New York.
Rizzo, D. 2015. Fundamentals of Anatomy and Physiology. Cengage
Learning. USA.
Sherwood, L. 2010. Human Physiology From Cells to Systems7th Ed.
Yolanda Casio. Canada.
Yoshida, R and Yuzo, N. 2010. New Insights into the Signal
Transmission from Taste Cells to Gustatory Nerve Fibers.
Journal of Otorhinolarygology. 279(4): 101-134.

Anda mungkin juga menyukai