Anda di halaman 1dari 12

Tropisme

Tropisme (Gr. trope = membelok). Tropisme adalah gerak pertumbuhan dari bagian tubuh tumbuhan ke arah rangsangan atau menjauhi sumber rangsangan. Gerak tropisme ini dibedakan atas beberpa jenis yaitu sebagai berikut. a. Fototropisme (Gr. photos + trope) Fototropisme adalah gerak pertumbuhan tumbuhan menuju atau menjauhi sinar (cahaya matahari). Telah disepakati bahwa gerak pertumbuhan menuju rangsangan disebut tropisme positif, sedangkan gerak menjauhi sumber rangsangan disebut tropisme negatif.

Contohnya, pertumbuhan ujung batang membelok ke cahaya. Hal ini dapat dilihat pada tumbuhan yang ditanam dalam pot yang ditempatkan dalam rumah dekat jendela. Gerak daun dan ujung batang menuju cahaya disebut fototropisme positif, sedangkan gerakan ujung akar menjauhi cahaya adalah fototropisme negatif.

Gambar Fototropisme positif pada tumbuhan yang diletakkan di jendela

Bagi tumbuhan nilai respons ini sangat berguna, akar tumbuhan yang tumbuh ke bawah menjauhi cahaya tujuannya untuk mendapatkan air dan garam-garam mineral yang ada dalam tanah. Batang (pucuk) tumbuhan mengarah ke atas (ke cahaya) akan membuka daun-daunnya agar fotosintesis dapat berlangsung. Mekanisme respons fototropisme belum semuanya diungkapkan oleh para ahli. Charles Darwin dan putranya Francis (1928) menemukan bahwa benih tumbuhan rumput tumbuh membelok ke cahaya jika pucuk yang sedang tumbuh (koleoptil) sudah ada. Akan tetapi jika koleoptil itu dipotong, tumbuhan rumput tersebut tidak lagi menunjukkan

fototropisme positif. Mereka juga menemukan jika ujung tumbuhan dibungkus dengan kertas yang tidak tembus cahaya, fototropisme positif tidak terjadi walaupun sisa pucuknya disinari dari satu sisi. Apa yang menyebabkan terjadi demikian?

Gambar Percobaan Darwin dan putranya

Darwin menyimpulkan bahwa yang bertanggung jawab atas penginderaan cahaya adalah ujung koleoptil. Namun respon

pertumbuhan yang terjadi berada di bawah ujung koleoptil. Darwin dan putranya berhipotesis bahwa sinyal dipindahkan dari ujung ke arah bawah memanjang pada koleoptil tersebut. Beberapa tahun kemudian Peter Boysen-Jensen dari Denmark menguji hipotesis Darwin dan putranya menunjukkan bahwa sinyal tersebut merupakan suatu jenis bahan kimia yang dapat pindah tempat. Boysen-Jensen memisahkan ujung koleoptil dengan bagian bawahnya dengan gelatin yang memisahkan sel-sel untuk kontak dengan koleoptil, tetapi dapat melewatkan bahan kimia, benih tersebut membelok ke arah cahaya. Akan tetapi jika ujung koleoptil tersebut dipisahkan dari bagian bawahnya oleh bahan yang tidak dapat dilewati oleh bahan kimia (mika), tidak terjadi respon fototropisme.

Gambar Percobaan Boysen dan Jensen F.W. Went (1928) seorang ahli fisiologi dari Holland

mengekstraksi pembawa pesan kimia tropisme tersebut dengan

memodifikasi percobaan Boysen-Jensen. Went memotong koleoptil tumbuhan dan meletakkannya di atas sepotong agar-agar. Ia berpendapat bahwa pembawa pesan kimia itu berasal dari ujung koleoptil, seharusnya bahan kimia tersebut berdifusi ke dalam agar-agar dan potongan agar tersebut dapat menggantikan ujung koleoptil itu. Went menempatkan agar-agar tersebut ke koleoptil yang sudah dipotong ujungnya. Dan benih tumbuhan tersebut diletakkan di tempat gelap. Potongan agar yang diletakkan di tengah potongan koleoptil menyebabkan batangnya tumbuh lurus ke atas. Apa yang menyebabkan terjadinya hal demikian?

Gambar Percobaan Went ke 1

Gambar Percobaan Went ke II Akan tetapi jika potongan agar-agar itu ditempatkan tidak ditengah, maka koleoptil tumbuh membengkok menjauhi sisi yang ada potongan agar-agarnya (Gambar 8). Went menyimpulkan bahwa potongan agar tersebut mengandung bahan kimia yang dihasilkan oleh ujung koleoptil dan bahan tersebut merangsang pertumbuhan pada waktu bahan itu dialirkan ke bawah dari koleoptil dan pucuk akan membengkok ke arah cahaya karena konsentrasi bahan kimia perangsang pertumbuhan lebih tinggi pada sisi koleoptil yang gelap. Went menggunakan nama auksin untuk bahan kimia tersebut (hormon). (Bahasa Yunani auxein artinya meningkatkan). Auksin itu dimurnikan dan kemudian Kenneth Thimann dan temannya dari California menemukan struktur auksin tersebut. Hormon ini diidentifikasi sebagai indol asetic acid (disingkat IAA). Kemudian beberapa zat yang analog (molekul dengan fungsi yang sama) dengan

auksin juga disintesis untuk menggiatkan pemanjangan koleoptil. Beberapa auksin sintesis ini adalah 2.4 D (2,4 diklorofenoksiasetic acid) dan NAA (naftalen acetic acid). Nama auksin sekarang merupakan istilah umum yang berhubungan dengan IAA atau zat lain yang mempunyai pengaruh yang sama. Setelah ditemukan auksin ini ditemukan hormon yang lainnya pada tumbuhan, contohnya giberelin, sitokinin, dan asam absisat. Dari hasil penelitian para ahli menunjukkan bahwa fototropisme ini terjadi akibat ketidakseimbangan distribusi hormon auksin pada waktu tumbuhan disinari dari satu arah. Percobaan terhadap koleoptil tanaman jagung yang ditempatkan dalam kamar gelap menunjukkan terjadi pembelokan ujung koleoptil setelah diberi penyinaran di satu sisi. Hal ini disebabkan karena penyebaran auksin yang tidak sama mengalir dari ujung koleoptil ke sisi yang diberi cahaya dan sisi yang tidak diberi cahaya. Perbedaan jumlah auksin ini merangsang pemanjangan sel di satu sisi dan pembelokan ke arah sisi lain. Auksin di bagian yang disinari pindah tempat ke bagian yang tidak kena sinar dan menyebabkan pada bagian yang tidak disinari auksin lebih banyak. Hal ini akan menyebabkan pertumbuhan di bagian yang tidak disinari meningkat dibandingkan yang kena sinar, sehingga tumbuhnya membelok. Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa cahaya yang unilateral pada tangkai bunga matahari menyebabkan auksin yang tidak merata. Namun, penyebaran yang tidak merata pada sisi tangkai bunga tumbuhan tersebut dapat bertindak sebagai penghambat pertumbuhan di satu sisi.

Kita telah mengetahui bahwa penyinaran sebelah sisi dari pertumbuhan batang, menyebabkan redistribusi auksin menjauhi sisi yang menerima cahaya, yang menyebabkan perpanjangan di sebelah sisi yang tidak kena cahaya. Tampaknya, bahwa pigmen-pigmen yang menyerap cahaya biru mempengaruhi redistribusi hormon Indol asam asetat (IAA) ini. Hal ini mempengaruhi fototropisme pada batang. Bagaimana terjadinya fototropisme negatif pada akar? Telah ditemukan bahwa konsentrasi IAA yang optimum terhadap perpanjangan sel-sel akar kira-kira 100.000 kali kurang daripada konsentrasi IAA yang optimum untuk pemanjangan sel-sel batang (Gambar 9). Jadi dengan perkataan lain konsentrasi IAA yang menstimulus pertumbuhan batang akan menghambat pertumbuhan akar. Jika sistem akar tanaman (dalam air) disinari dari salah satu sisi, batang akan mengarah ke cahaya. Pada akar, auksin akan banyak pada bagian yang jauh dari cahaya, konsentasi yang tinggi itu akan menghambat pertumbuhan akar yang tidak kena cahaya, sehingga pada sisi yang berlawanan tumbuh lebih cepat, sehingga akar akan memanjang menjauhi cahaya. Tingginya intensitas cahaya dan lamanya penyinaran mempengaruhi gerakan fototropisme pada tumbuhan.

Grafik efek konsentrasi auksin yang berbeda pada akar dan batang

Gambar Perpindahan auksin kesisi lain pada kecambah gandum b. Geotropisme (Gr. geo = bumi + trope = membelok) adalah gerak bagian tumbuhan menuju atau menjauhi pusat bumi. Gerak ujung akar utama merupakan geotropisme positif, sedangkan gerak tumbuh batang adalah geotropisme negatif. Hal ini dapat diperlihatkan dengan percobaan tanaman jawer kotok dalam pot berdiri tegak, kemudian dibaringkan selama empat hari akan kelihatan pertumbuhan batang (pucuk) membelok ke atas. Dapat juga dilihat pada kecambah yang dibaringkan setelah 24 jam kelihatan pucuk mengarah ke atas sedangkan akarnya menuju ke bawah. Tumbuhan dapat membedakan atas dan bawah dengan adanya pengendapan statolit yaitu plastid khusus yang mengandung butiranbutiran pati pada sel-sel yang lebih rendah letaknya. Pada akar statolit terletak pada sel-sel tertentu di tudung akar. Menurut hipotesis, penumpukan statolit pada sel-sel yang bagian rendah akan memicu pendistribusian kalsium dan menyebabkan terjadi transpor auksin secara lateral pada akar. Auksin dan kalsium akan terakumulasi di sisi yang lebih rendah pada daerah pemanjangan akar. Pada akar, konsentrasi auksin yang tinggi akan menghambat pemanjangan sel dan

memperlambat pertumbuhan pada bagian yang lebih rendah pada akar tersebut. Geotropisme positif ini akan terus terjadi sampai akar tumbuhan tersebut tumbuh lurus ke bawah.

Gambar Batang menunjukkan geotropisme negatif

Gambar Pucuk geotropisme negatif, akar geotropisme positif Gerak fototropisme maupun gerak geotropisme dikontrol oleh hormon auksin. Jika tanaman diletakkan secara horizontal, batang akan mengarah ke atas dan akar akan menuju ke bawah. Jika tumbuhan diletakkan ditempat yang gelap, tumbuhan akan tergantung pada gravitasi dan tidak dipengaruhi oleh cahaya. Jika tanaman diletakkan

secara horizontal akan memperlihatkan bahwa dua pertiga auksin akan berada di sebelah bawah baik pada bagian ujung batang maupun pada akar bagian apeks. Jadi hormon bergerak ke sel-sel yang akan mengalami pemanjangan, oleh sebab itu hormon karena pengaruh gaya tarik bumi berada di sebelah bawah. Akibatnya pada akar terjadi pemanjangan sel-sel pada daerah yang sedikit hormon, sehingga akar akan membelok ke bawah, sedangkan pada pucuk sebaliknya.

Gambar Interaksi gravitasi dan auksin mengontrol gerak batang dan akar

c.

Tigmotropisme (Gr. thigma = singgungan atau sentuhan, trope = mengarah/membelok) Tigmotropisme adalah gerak dari bagian tumbuhan yang

membelok akibat persinggungan dengan suatu benda. Gerakan ini dapat dilihat pada ujung batang atau sulur tumbuhan memanjat yang membelit pada bambu atau ranting pohon, seperti tanaman anggur, kacang panjang, kacang buncis, mentimun, markisa, atau paria. Umumnya organ pelilit ini tumbuh lurus sampai dia menyentuh sesuatu, setelah menyentuh bambu atau benda lainnya, tanaman itu akan melilit. Apa yang menyebabkan terjadinya hal demikian? Pertumbuhan lebih cepat terjadi pada bagian yang tidak kena sentuh. Hal ini diduga disebabkan oleh peningkatan produksi etilen sebagai tanggapan terhadap rangsang mekanis.

Gambar Gerak Tigmotropisme pada sulur tanaman markisa

d. Hidrotropisme (Hydro = air, trope = mengarah/membelok) Hidrotropisme adalah gerakan yang dilakukan tumbuhan sebagai respon terhadap rangsangan yang berupa air. Akar tumbuhan akan melakukan gerak hidrotropisme positif. Kadang-kadang didapatkan bahwa respon atau reaksi tumbuhan terhadap rangsangan air lebih besar, jika dibandingkan dengan rangsangan gaya tarik bumi.

Anda mungkin juga menyukai