Anda di halaman 1dari 23

PERILAKU HARIAN KAKATUA PUTIH BESAR JAMBUL KUNING

(Cacatua galerita) DI MEGA BIRD ORCHID FARM BOGOR

EBIS BISRI ABDILLAH

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perilaku Harian Kakatua
Putih Besar Jambul Kuning (Cacatua galerita) di Mega Bird Orchid Farm Bogor
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2017

Ebis Bisri Abdillah


NIM G34110027
ABSTRAK
EBIS BISRI ABDILLAH. Perilaku Harian Kakatua Besar Jambul Kuning (Cacatua
galerita) di Mega Bird Orchid Farm Bogor. Dibimbing Oleh RR DYAH
PERWITASARI dan YENI ARYATI MULYANI.

Kakatua putih besar jambul kuning (Cacatua galerita) merupakan salah satu
burung yang keberadaannya di alam semakin menurun. Berdasarkan PP No.7
Tahun 1999 tentang Pengawetan Spesies Tumbuhan dan Satwa, burung ini
termasuk burung yang dilindungi di Indonesia. Penelitian ini dilakukan untuk
mengidentifikasi dan mendeskripsikan pola perilaku harian kakatua putih besar
jambul kuning di dalam kandang penangkaran di MBOF. Pengamatan dilakukan
terhadap dua pasang burung dengan metode ad libitum sampling dan focal animal
sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku yang teramati yaitu ingesti,
lokomosi, istirahat, membersihkan tubuh, seksual dan bersuara. Hasil pengukuran
suhu kandang kakatua putih besar jambul kuning di MBOF yaitu berkisar 23.1-
32.8 oC dengan kelembapan 53.8-86.0%. Perilaku yang paling banyak dilakukan
kakatua putih besar jambul kuning di MBOF adalah perilaku istirahat dengan
frekuensi pada jantan 35% dan betina 42%. Perilaku yang paling sedikit dilakukan
oleh kedua pasangan kakatua putih besar jambul kuning adalah bersuara dengan
frekuensi jantan 1% dan betina 2%.

Kata kunci: Cacatua galerita, perilaku harian, MBOF.

ABSTRACT

EBIS BISRI ABDILLAH. Daily Behavior of the Yellow Crested Cockatoo in the
Breeding Cage at Mega Bird Orchid Farm Bogor. Supervised by RR DYAH
PERWITASARI and YENI ARYATI MULYANI.

The sulphur-crested cockatoo (Cacatua galerita) is one of birds whose


existence in nature is declining. Based on Government Regulation No.7/1999 on
the Preservation of Species of Plants and Animals, this bird includes birds which
are protected in Indonesia. This study was conducted to identify and describe the
pattern of daily behavior of sulphur-crested cockatoo in captive breeding grounds
at MBOF. Observation were made on two pairs of birds using ad libitum and focal
animal sampling methods. The results showed that observed behaviors were
ingestion, locomotion, rest, body cleansing, sexual and voice. The result of sulphur-
crested cockatoo cage temperature measurements at MBOF range about 23.1-
32.8oC with humidity 53.8-86.0%. The most frequent behavior of sulphur-crested
cockatoo in MBOF was resting behavior with 35% of male and 42% of female. The
rare behaviors performed by both sulphur-crested cockatoo pairs are voiced males
1% and females 2% of frequency.

Keywords: Cacatua galerita, daily behavior, MBOF.


PERILAKU HARIAN KAKATUA PUTIH BESAR JAMBUL KUNING
(Cacatua galerita) DI MEGA BIRD ORCHID FARM BOGOR

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Biologi

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-
Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan pada April hingga Mei 2015 ini adalah Perilaku
Harian Kakatua Putih Besar Jambul Kuning di dalam Kandang Penangkaran di
Mega Bird Orchid Farm Bogor.
Terimakasih penulis ucapkan kepada Dr Ir RR Dyah Perwitasari, M.Sc dan
Dr Ir Yeni Aryati Mulyani, M.Sc selaku pembimbing. Terimakasih juga penulis
ucapkan kepada Dr Triadiati M.si selaku penguji skripsi. Terimakasih juga penulis
ucapkan kepada Drs Megananda Daryono MBA dan Supriyanto Akdiatmodjo
selaku pengelola MBOF atas ijin yang diberikan untuk melakukan penelitian di
MBOF. Terimakasih juga dihaturkan kepada Mas Gareng dan rekan-rekan MBOF
(Imam, Jainun, Hari, dan Huda) atas bantuan selama di lapangan. Ucapan
terimakasih juga disampaikan pada Bapak, Ibu, Ega dan Egi, serta sahabat
seperjuangan Biologi-48 yang telah memberikan semangat dan dorongan yang
diberikan dalam penyelesaian skripsi ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juni 2017

Ebis Biri Abdillah


DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
METODE 2
Waktu dan Tempat Penelitian 2
Obyek dan Alat 2
Metode Pengumpulan Data 3
HASIL DAN PEMBAHASAN 4
Kondisi Kandang dan Iklim Mikro 4
Perilaku Harian 5
SIMPULAN DAN SARAN 12
Simpulan 12
Saran 13
DAFTAR PUSTAKA 13
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
DAFTAR GAMBAR
1 Burung kakatua putih besar jambul kuning 2
2 Kandang kakatua putih besar jambul kuning 4
3 Kondisi suhu dan kelembapan udara kandang kakatua putih besar jambul
kuning di MBOF 5
4 Frekuensi perilaku harian kakatua putih besar jambul kuning (a) jantan
dan (b) betina 6
5 Frekuensi perilaku harian kakatua putih besar jambul kuning jantan (a)
pagi hari dan (b) sore hari 6
6 Frekuensi perilaku harian kakatua putih besar jambul kuning betina (a)
pagi hari dan (b) sore hari 6
7 Pola perilaku ingesti kakatua putih besar jambul kuning berdasarkan
jenis kelamin a) jantan dan b) betina 7
8 Pola perilaku lokomosi kakatua putih besar jambul kuning berdasarkan
jenis kelamin a) jantan dan b) betina 8
9 Pola perilaku istirahat kakatua putih besar jambul kuning berdasarkan
spesies kelamin a) jantan dan b) betina 9
10 Pola perilaku membersihkan tubuh kakatua putih besar jambul kuning
berdasarkan jenis kelamin a) jantan dan b) betina 10
11 Pola perilaku seksual kakatua putih besar jambul kuning 11
12 Pola perilaku bersuara kakatua putih besar jambul kuning berdasarkan
jenis kelamin a) jantan dan b) betina 12
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Burung paruh bengkok merupakan burung yang populasinya di alam


semakin menurun. Langkanya burung paruh bengkok di alam disebabkan oleh
kerusakan habitat (50%), perburuan (15%), perdagangan (3%), habitat yang sempit
disertai populasi yang sedikit (16%), dan sebab yang tidak diketahui (16%) (Low
1984). Burung paruh bengkok dikelompokkan ke dalam ordo Psittaciformes dan
memiliki famili tunggal yaitu Psittacidae. Burung paruh bengkok merupakan salah
satu famili yang memiliki keragaman spesies yang tinggi (337 spesies), tersebar di
kawasan tropis di seluruh dunia. Indonesia memiliki beragam spesies burung paruh
bengkok, sekitar 46 spesies burung terdapat di Pulau Papua (Beehler et al. 1986).
Beberapa spesies burung paruh bengkok yang dapat ditemukan di Papua yaitu
kakatua putih besar jambul kuning (Cacatua galerita), nuri kepala hitam (Lorius
lory) dan bayan irian (Eclectus rotatus). Kakatua putih besar jambul kuning
(Cacatua galerita) memiliki ukuran tubuh berkisar 30-52 cm. Bulu tubuh berwarna
putih dengan jambul berwarna kuning. Warna kuning juga terdapat di bawah sayap
dan ekor. Ukuran betina relatif lebih kecil dari jantan dan memiliki iris mata
berwarna coklat kemerahan (Prahara 2003).
Berdasarkan PP No.7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Spesies Tumbuhan
dan Satwa kakatua putih besar jambul kuning termasuk burung yang dilindungi di
Indonesia. International Union for Conservation of Nature and Natural Resources
(IUCN) Red List Version 2015.2 burung kakatua putih besar jambul kuning
termasuk kategori berisiko rendah (least concern). Berdasarkan IUCN Red list
kakatua putih besar jambul kuning tersebar di Indonesia, Papua Nugini, hingga
Australia yang kemudian diintroduksi ke Selandia Baru, Palau dan Puerto Rico. Di
Indonesia kakatua putih besar jambul kuning dapat ditemukan di wilayah Papua
Barat yang meliputi Sorong, Manokwari, Biak, Jayapura hingga Merauke (IUCN
2015).
Di habitat aslinya kakatua putih besar jambul kuning menghabiskan
waktunya untuk mencari makan. Mencari makan dilakukan dengan cara
berkelompok atau pun individu dan dapat menempuh jarak 8 km untuk mencari
makan. Di alam, makanan utama kakatua putih besar jambul kuning yaitu biji-bijian.
Selain itu, kakatua putih besar jambul kuning juga memakan kacang, umbi akar,
jagung, rimpang, tunas muda, kepala bunga dan nektar (Styche 2000). Kakatua
putih besar jambul kuning akan terbang berkeliling mengeluarkan suara yang keras
ketika mendapat gangguan (Forshaw dan Cooper 1989). Burung ini akan kembali
ke pohon yang tinggi untuk beristirahat ketika sore hari (Styche 2000).
Mega Bird Orchid Farm (MBOF) Bogor merupakan salah satu tempat
penangkaran burung terbesar di Indonesia. Penangkaran ini berlokasi di desa
Cijujung Tengah RT 05 RW 04, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor. MBOF
telah memiliki Surat Keputusan Direktorat Jendral PHKA No. SK. 22/IV-SET/2010
tentang Izin Usaha Penangkaran Burung yang Dilindungi Undang-Undang. Di alam,
populasi kakatua putih besar jambul kuning semakin menurun karena rusaknya
habitat. Sehingga penelitian perilaku bertujuan untuk mendukung pengelolaan eks-
2

situ secara lebih tepat, karena perilaku burung di dalam kandang mungkin berbeda
dengan perilaku di habitat aslinya. Penelitian ini dapat menjadi bahan evaluasi dan
perencanaan program ke depan seperti penyediaan kandang, pakan, jenis tenggeran
dan jenis sarang. Identifikasi dan deskripsi perilaku dapat memberikan informasi
referensi perilaku harian kakatua putih besar jambul kuning di penangkaran.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan


mendeskripsikan perilaku harian kakatua putih besar jambul kuning (Cacatua
galerita) di dalam kandang penangkaran di MBOF.

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April hingga Mei 2015. Penelitian
dilaksanakan di penangkaran Mega Bird Orchid Farm (MBOF) Bogor yang
berlokasi di Desa Cijunjung Tengah, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor Jawa
Barat.

Obyek dan Alat

Obyek dalam penelitian ini adalah empat ekor burung C. galerita berumur
sekitar 2-3 tahun yang terdiri atas dua pasang burung dalam 2 kandang berbeda
berukuran sekitar 4m x 3m x 4m. Kandang 1 berisi jantan 1 dan betina 1, dan
kandang 2 berisi jantan 2 dan betina 2. Alat yang digunakan yaitu, kamera digital,
termohigrometer (alat ukur suhu dan kelembapan), stopwatch digital dan alat tulis
serta Laptop Aspire E1-471 untuk pengolahan data (Ms. Excel).

Gambar 1. Burung kakatua putih besar jambul kuning


3

Metode Pengumpulan Data

Habituasi dan Identifikasi Individu Jantan dan Betina


Habituasi dan identifikasi individu dilakukan sebelum pengamatan perilaku
dilakukan. Habituasi dilakukan selama satu minggu untuk setiap kandang dengan
cara melakukan pemberian pakan secara rutin didampingi oleh perawat burung di
penangkaran MBOF. Pengamatan ketika habituasi dilakukan 1 - 3 jam pada pukul
09.00-12.00 WIB selama 5 hari untuk masing-masing kandang. Identifikasi
dilakukan dengan cara mengamati ciri-ciri morfologi jantan dan betina dan
menggunakan panduan buku Parrots a Guide to the Parrots of the World (Juniper
dan Mike 2010) dan Princeton of Guides Parrots of the World (Forshaw 2010).

Kondisi Kandang dan Iklim Mikro


Pengamatan kondisi kandang dilakukan dengan mengukur luas kandang serta
mencatat komponen yang ada dalam kandang. Variabel yang diukur dari iklim
mikro yaitu kelembapan dan suhu disertai keterangan cuaca saat pengamatan.
Pengukuran iklim mikro dilakukan setiap jam saat pengamatan. Selain pengukuran
iklim mikro juga dilakukan pengukuran ketinggian tempat. Ketinggian tempat
dilihat menggunakan software Google Earth (dihitung dari 0 m di atas permukaan
laut).

Pengamatan Perilaku
Semua aktivitas burung selama pengamatan dicatat langsung oleh pengamat
menggunakan metode Ad libitum sampling. Selanjutnya digunakan metode focal
animal sampling, yaitu satu individu C. galerita menjadi fokus pengamatan dalam
periode waktu yang telah ditentukan (Altman 1974). Perilaku yang diamati yaitu
ingesti, lokomosi, istirahat, membersihkan tubuh, reproduksi dan bersuara.
Pengamatan perilaku dilakukan pada empat individu berbeda yaitu pasangan satu
(jantan 1 dan betna 1) dan pasangan 2 (jantan 2 dan betina 2). Pengamatan perilaku
dilakukan selama 10 jam dalam satu hari. Pengamatan dimulai pada pukul 06.00-
12.00 WIB dan dilanjutkan pukul 13.00-17.00 WIB. Interval waktu yang digunakan
yaitu 50 menit pengamatn dan jeda 10 menit untuk istirahat antar waktu pengamatan
(sepasang burung/hari). Pengamatan sepasang burung/hari dilakukan menggunakan
cara rotasi yaitu 50 menit pertama untuk jantan dan 50 menit berikutnya betina.
Hari berikutnya 50 menit pertama untuk betina dan 50 menit berikutnya untuk
jantan. Pengamatan kandang 1 dilakukan selama 10 hari pertama dan 10 hari hari
berikutnya kandang 2. Pengamatan perilaku harian dilakukan selama 10 000 menit
(166.66 jam) dengan masing-masing individu sebanyak 2500 menit (41.66 jam).
Pengambilan data durasi dilakukan dengan cara mencatat langsung durasi suatu
perilaku yang sedang dilakukan oleh satu individu.

Analisis Data
Setiap perilaku diuraikan secara deskriptif. Gambaran umum perilaku
diperoleh dengan perhitungan persentase setiap perilakunya. Persentase frekuensi
setiap perilaku dihitung dengan mengacu Martin dan Bateson (1988), yakni:
4

𝐴
Persentase frekuensi perilaku (%) = 𝑥 100%
𝐵
Keterangan:
A : Jumlah frekuensi suatu perilaku
B : Jumlah keseluruhan frekuensi perilaku

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Kandang dan Iklim Mikro

Kandang C. galerita di MBOF keduanya terbuat dari besi dengan ukuran


kandang 48 m3. Di dalam masing-masing kandang terdapat 1 sarang buatan yang
terbuat dari kayu, 1 tempat makan dan tempat minum yang terbuat dari alumunium.
Pada kandang 1 terdapat empat tenggeran yang terbuat dari kayu. Pada kandang 2
hanya terdapat satu tenggeran yang terbuat dari kayu. Tenggeran pada kandang 2
tersisa satu tenggeran dikarenakan rusak akibat gigitan kakatua itu sendiri, sehingga
tenggeran jatuh ke lantai kandang. Pengelola menyediakan wadah tempat makan
berupa nampan yang terbuat dari alumunium, sedangkan untuk tempat minumnya
berupa mangkuk yang terbuat dari alumunium. Hal ini mencegah rusaknya tempat
makan dan minum burung akibat gigitannya.

Gambar 2. Kandang kakatua putih besar jambul kuning

Ketinggian tempat penangkaran yaitu 156 mdpl (di atas permukaan laut).
Kakatua putih besar jambul kuning di habitat aslinya dapat ditemukan sampai
ketinggian 2000 m. Hasil pengukuran suhu pada dua kandang kakatua putih besar
jambul kuning di MBOF yaitu berkisar 23.4 oC – 31.1 oC dengan kelembapan
57.3% - 84.3% pada kandang 1, sedangkan pada kandang 2 mencapai suhu 23.1 oC
- 32.8 oC dengan kelembapan 53.8% - 86.0% (Gambar 1). Di alam kakatua putih
besar jambul kuning biasa hidup dengan suhu -9 - 39 oC. Ketika suhu di bawah -9
o
C atau di atas 39 oC burung akan berpindah ke suhu normal (-9 - 39 oC) (Styche
2000)
5

35 100

Kelembapan (%)
30 80
25

Suhu (oC)
20 60
15 40
10
5 20
0 0

Waktu

suhu kandang 1 suhu kandang 2


kelembapan kandang 1 kelembapan Kandang 2

Gambar 3 Kondisi suhu dan kelembapan udara kandang kakatua putih


besar jambul kuning di MBOF.

Perilaku Harian

Perilaku harian yang teridentifikasi antara lain ingesti, lokomosi, istirahat,


membersihkan tubuh, seksual, dan bersuara. Hasil perhitungan frekuensi perilaku
(Gambar 4) menunjukkan bahwa sebagian besar waktu harian kakatua putih besar
jambul kuning di penangkaran MBOF digunakan untuk istirahat dengan frekuensi
pada jantan 35% dan betina 42%. Perilaku yang paling sedikit dilakukan oleh kedua
pasangan kakatua putih besar jambul kuning adalah bersuara dengan frekuensi
jantan 1% dan betina 2%. Perilaku istirahat jantan banyak dilakukan pada pagi hari
dari pada sore hari dengan persentase 48.75% dan 44.00%. Sedangkan pada betina
persentase perilaku istirahat pagi dan sore yaitu 41.85% dan 41.10% (Gambar 4.1
dan 4.2). Perilaku ingesti yang dilakukan jantan dan betina lebih banyak dilakukan
pada sore hari dengan persentase betina 16.95% dan jantan 13.05% (Gambar 4.1
dan 4.2). Pembagian waktu perilaku harian pagi dan sore dilakukan berdasarkan
aktivitas burung kakatua putih besar jambul kuning di alam yaitu pagi 6.5 menit
sebelum matahari terbit dan sore ketika cahaya matahari mulai berkurang (Styche
2000).
Kakatua putih besar jambul kuning menghabiskan waktunya dari pagi hari
secara individual atau berkelompok dan kembali pada sore hari untuk beristirahat
(Styche 2000). Perbedaan perilaku harian antara kakatua putih besar jambul kuning
di kandang dengan habitat alaminya dipengaruhi oleh kondisi lingkungan seperti
suhu dan kelembapan serta gangguan-gangguan yang disebabkan oleh mahluk
hidup lain yang ada di sekitar kandang atau pun habitat alaminya. Lingkungan
berpengaruh terhadap perilaku satwa, karena satwa yang dipelihara di dalam
kandang sedikitnya mengalami adaptasi terhadap lingkungan sekitar (Alcock
2001). Sistem pemeliharaan kakatua putih besar di MBOF adalah sistem intensif.
Sistem intensif yaitu sistem pengelolaan yang seluruh kebutuhan satwa diatur oleh
pengelola yang menyebabkan berubahnya perilaku terutama mencari makan dan
istirahat.
6

Seksual Bersuara Bersuara Ingesti


7% 1% 2% 16%
Ingesti Seksual
24%
Membersihkan 10%
tubuh 16%
Membersihkan Lokomosi
tubuh 17% 13%

Istirahat Lokomosi
35% 17%
Istirahat
42%
(a) ( (b) (
a) b)
Gambar 4 Frekuensi perilaku harian kakatua putih besar jambul kuning
(a) jantan dan (b) betina

Seksual Bersuara Ingesti Bersuara


Ingesti
7.15% 1.55% 10.65% Seksual 2.15% 13.05%
13.40% Lokomosi
Lokomosi
12.40%
Membersihkan 13.45%
tubuh 19.60%

Membersihkan
tubuh 15.65%

Istirahat Istirahat
48.75% 44%

(a) (b)

Gambar 4.1 Frekuensi perilaku harian kakatua putih besar jambul kuning
jantan (a) pagi hari dan (b) sore hari
Bersuara Bersuara
1.30% Seksual 1%
Seksual Ingesti
12.55% 9.30% Ingestif
5.35%
Membersihkan 16.95%
Lokomosi tubuh 13.80%
Membersihkan
19.60%
tubuh 21.10%

Lokomosi
18.50%

Istirahat Istirahat
41.85% 41.10%
(a) (b)

Gambar 4.2 Frekuensi perilaku harian kakatua putih besar jambul kuning
betina (a) pagi hari dan (b) sore hari
7

Perilaku ingesti
Perilaku ingesti (makan dan minum) meliputi aktivitas makan, minum,
defekasi (buang air besar), dan urinasi (buang air kecil) (Takandjandji dan Reny
2010). Kakatua putih besar di alam akan mencari makan sendiri dari pagi hari
sampai menjelang sore dan dapat menempuh jarak 8 km untuk mencari makan
(Styche 2000). Berbeda dengan burung yang berada di dalam kandang yang
mendapat pakan setiap waktu karena selalu disediakan oleh perawat setiap hari.
Perilaku ingesti kakatua putih besar jambul kuning dilakukan pada saat suhu
kandang meningkat di pagi hari dan pada saat suhu kandang mulai menurun pada
sore hari.
(a) 60 40
Durasi (menit)

50
30

Suhu (oC)
40
30 20
20 Jantan 1
10
10
0 0 Jantan 2
Suhu

Waktu (a)

(b) 60 40
Durasi (menit)

50
30

Suhu (oC)
40
30 20
20 Betina 1
10
10
0 0 Betina 2
Suhu

Waktu (b)

Gambar 5 Pola perilaku ingesti kakatua putih besar jambul kuning


berdasarkan jenis kelamin a) jantan dan b) betina

Hasil perhitungan durasi ingesti (Gambar 5) menunjukan bahwa jantan lebih


lama melakukan perilaku ingesti dari pada betina. Aktivitas ingesti mulai dilakukan
jantan dan betina pada pukul 08.00 WIB. Hal ini karena perawat burung
memberikan pakan pada pukul 08.00 WIB. Aktivitas ingesti mulai menurun saat
suhu lingkungan mulai naik pada pukul 09.00 WIB. Defekasi merupakan aktifitas
dalam perilaku ingesti dengan cara membuang hasil metabolism dalam bentuk
padat (Takandjandji dan Mite 2008). Perilaku defekasi pada kakatua putih besar
jambul kuning yang teramati di MBOF dilakukan setelah aktivitas makan pada pagi
hari. Pada saat suhu mulai menurun pukul 14.00 WIB, aktivitas ingesti jantan mulai
meningkat kembali dan menurun sampai hari mulai gelap.
Di alam kakatua putih besar jambul kuning biasa mencari makan secara
individual atau pun berkelompok (Styche 2000). Secara berkelompok biasanya
burung yang lebih dewasa akan lebih dulu menghampiri pakan kemudian diikuti
oleh burung lainnya dan setelah selesai kawanan burung akan pergi ke pepohonan
untuk beristirahat. Untuk mendapatkan biji jagung yang masih tertanam di tanah,
8

burung ini biasanya bertengger di batangnya kemudian langsung memakannya atau


dengan cara memotong batangnya lalu membawa jagung tersebut ke atas pohon
yang kemudian akan membuang kulitnya dan memakan bijinya (Styche 2000).

Perilaku lokomosi (berjalan, memanjat, menggelantung, dan terbang)


Perilaku lokomosi yang teramati antara lain berjalan, memanjat, dan terbang.
Perilaku lokomosi jantan lebih lama dibandingkan dengan betina. Perilaku
lokomosi jantan lebih lama dilakukan pada pagi hari pukul 11.00 WIB dan paling
sebentar pada pukul 08.00 WIB. Pada sore hari jantan banyak melakukan lokomosi
ketika hari mulai gelap pada pukul 16.00 WIB. Hal tersebut dikarenakan jantan
melindungi sarang yang digunakan oleh betina untuk istirahat dan berkembangbiak.
Ketika betina memasuki masa reproduksi, jantan berperan menjaga dan melindungi
kotak sarang dari luar (Takandjandji 2005).
60 40
(a)
50
Durasi (menit)

30

Suhu (oC)
40
30 20
20 Jantan 1
10
10 Jantan 2
0 0
Suhu

Waktu (a)

60 40
(b) 50
Durasi (menit)

30
Suhu (oC)

40
30 20
20 Betina 1
10
10 Betina 2
0 0
Suhu

Waktu (b)

Gambar 6 Pola perilaku lokomosi kakatua putih besar jambul kuning


berdasarkan jenis kelamin a) jantan dan b) betina

Gambar 6 (b) menunjukan bahwa perilaku lokomosi betina lebih sebentar


terutama pada betina 2. Hal ini karena pada kandang betina 2 tenggeran lebih sedikit.
Perilaku lokomosi lebih lama dilakukan oleh betina 1. Kedua pasang kakatua putih
besar jambul kuning di MBOF cukup sensitif terhadap gangguan di sekitar
lingkungan kandang. Gangguan yang dialami disebabkan kehadiran manusia asing
(jarang atau belum pernah dilihat burung tersebut) dan burung-burung yang
kandangnya bersebelahan dengan kandang kakatua putih besar jambul kuning di
MBOF.
9

Perilaku istirahat (tidur, diam/bertengger dan memasuki sarang)


Frekuensi perilaku istirahat kakatua putih besar jambul kuning di MBOF
lebih tinggi dibandingkan dengan perilaku lainnya. Frekuensi pada jantan (41.85%
pada pagi hari dan 41.10% pada sore hari) dan betina (48.75% pada pagi hari dan
44.00% pada sore hari) (Gambar 4.1 dan 4.2). Peningkatan suhu pada siang hari
membuat perilaku jantan lebih lama untuk diam, tidur, dan bertengger untuk
menghindari panas sinar matahari. Betina lebih lama melakukan aktivitas istirahat
dari pada jantan (Gambar 7). Pada pukul 06.00 WIB baik jantan dan betina tidak
banyak melakukan aktivitas. Perilaku istirahat paling sedikit dilakukan pada pukul
08.00 WIB. Hal ini karena semua individu melakukan aktivitas ingesti terutama
makan.

(a) 60 40
50
Durasi (menit)

30

Suhu (oC)
40
30 20
20 Jantan1
10
10
Jantan2
0 0
Suhu

Waktu (a)

(b) 60 40
50
Dursi (menit)

30
Suhu (oC)

40
30 20
20 Betina 1
10
10
Betina 2
0 0
Suhu

Waktu (b)

Gambar 7 Pola perilaku istirahat kakatua putih besar jambul kuning


berdasarkan spesies kelamin a) jantan dan b) betina
Perilaku istirahat kakatua putih besar di MBOF lebih sering dilakukan di atas
sarang dari pada di atas tenggeran. Perilaku istirahat dilakukan dengan menurunkan
bagian tubuh diikuti dengan menurunkan kedua sayap dan sesekali memejamkan
mata untuk tidur. Gill (2007) mengungkapkan bahwa perilaku istirahat dilakukan
sebagai upaya untuk mengurangi aktivitas agar suhu tubuh tidak meningkat. Di pagi
hari, kakatua putih besar jambul kuning akan berpindah dari tenggeran dengan daun
yang rimbun secara individual maupun berkelompok ke tempat yang terbuka untuk
berkumpul dan berjemur (Styche 2000). Di dalam kandang penangkaran tempat
bertengger burung sangat terbatas, tetapi terdapat tenggeran untuk berjemur di pagi
hari sehingga cukup sesuai dengan habitat aslinya
10

Perilaku membersihkan tubuh (menelisik, menggaruk, membersihkan paruh)


Perilaku membersihkan tubuh dilakukan sepanjang hari di sela-sela
aktivitas lain (Gambar 8). Perilaku membersihkan tubuh pada burung sangat
penting agar bulu tetap mengilap, sehat dan segar (Shabrina 2015). Perilaku
memelihara tubuh dalam hal menelisik dan menggaruk pada burung dilakukan
untuk merapikan bulu dan mengeluarkan benda-benda asing yang menempel pada
tubuh (Rekapermana et al. 2006). Perilaku membersihkan tubuh pada kakatua putih
besar jambul kuning di MBOF dilakukan setiap waktu tanpa dipengaruhi suhu
lingkungan. Menelisik merupakan aktivitas yang sering dan lama dilakukan dengan
cara memasukan dan menggerakan paruh ke bagian tubuh (dada, sayap, punggung
dan ekor). Menggaruk dilakukan pada bagian kepala atau leher menggunakan salah
satu kaki secara cepat.
(a) 60 40
Durasi (menit)

50
30

Suhu (oC)
40
30 20
20 Jantan 1
10
10
0 0 Jantan 2
Suhu

Waktu (a)
(b) 60 40
Durasi (menit)

50
30
Suhu (oC)

40
30 20
20 Betina 1
10
10
0 0 Betina 2
Suhu

Waktu (b)

Gambar 8 Pola perilaku membersihkan tubuh kakatua putih besar


jambul kuning berdasarkan jenis kelamin a) jantan dan b)
betina

Perilaku reproduksi
Perilaku reproduksi lebih lama dilakukan oleh pasangan 1 (Gambar 9).
Perilaku ini lebih sering dilakukan ketika siang hari saat suhu mulai naik sampai
sore hari saat suhu lingkungan mulai menurun yaitu dari pukul 10.00-15.00 WIB.
Perilaku reproduksi kakatua putih besar jambul kuning yang teramati adalah
perilaku bercumbu. Perilaku bercumbu berkaitan erat dengan proses reproduksi
dimulai saat satwa mencapai usia dewasa kelamin dengan pertemuan dan pemilihan
jodoh (Suratmo 1979). Perilaku bercumbu kakatua putih besar jambul kuning di
MBOF diawali dengan jantan mengejar betina, kemudian mengadu paruh dan
11

saling menelisik, betina menggesekkan kepala ke bulu leher jantan. Hal ini sesuai
dengan pendapat Immelman (1983) bahwa aktivitas bercumbu pada burung yang
berpasangan dimulai dengan saling mendekat untuk mencapai keseimbangan antara
birahi jantan dan betina sampai saat yang diinginkan kedua pasangan untuk
kopulasi.
Hidayati (1996) menyatakan bahwa aktivitas kawin ditandai dengan
terjadinya kopulasi, mulai naiknya jantan ke atas betina dengan posisi jantan
mematuk kepala betina. Sama halnya dengan yang teramati pada kakatua putih
besar jambul kuning di MBOF. Di MBOF aktivitas bersarang di mulai pada bulan
April dan bertelur pada bulan Juni. Hal ini karena di penangkaran aktivitas
bersarang tidak dipengaruhi oleh cuaca seperti di alam. Di alam reproduksi
dipengaruhi oleh cuaca terutama hujan. Aktivitas bersarang biasanya dimulai oleh
pasangan muda pada bulan Juni dengan mengunjungi sarang yang musim
sebelumnya digunakan oleh pasangan yang lebih dewasa. Puncak bersarang terjadi
pada bulan Juli dan September, dan dilanjutkan bulan Desember (hanya musim
1992/93) (Styche 2000).

60 40
50
Durasi (menit)

30

Suhu (oC)
40
30 20
20 Pasangan 1
10
10
Pasangan 2
0 0
Suhu

Waktu

Gambar 9 Pola perilaku seksual kakatua putih besar jambul kuning

Perilaku bersuara
Perilaku bersuara pada kakatua putih besar jambul kuning di MBOF lebih
sebentar dibandingkan dengan perilaku lainnya. Bersuara diawali dengan
menegakan dan menundukkan kepala diikuti dengan merentangkan sayap dan
jambul, kemudian membuka paruh dan mengeluarkan suara. Bersuara dilakukan
untuk mempertahankan diri serta memikat betina dalam proses perkawinan (Rianti
2012). Hasil pengamatan menunjukkan kakatua putih besar jambul kuning di
MBOF hanya memiliki satu variasi suara yakni “raaa”. Menurut Strange (2001),
untuk panggilan peringatan kakatua putih besar jambul kuning akan bersuara “raaa.
Perilaku bersuara kakatua putih besar jambul kuning di MBOF lebih lama
dilakukan oleh betina 1 (Gambar 10). Hal ini karena betina 1 sedang dalam masa
berkembang biak. Hasil pengamatan menunjukan bahwa ketika betina keluar dari
sarang dan bersuara, maka jantan akan mengikuti bersuara. Bersura dilakukan di
sela-sela aktivitas lain ketika sore hari sampai hari mulai gelap dengan durasi dan
frekuensi yang bervariasi. Pasangan 2 (jantan 2 dan betina 2) lebih jarang bersuara
karena tidak dalam masa berkembang biak. Jantan 2 dan betina 2 hanya bersuara
sesekali yaitu ketika mendapat gangguan dari lingkungan. Pola perilaku kakatua
putih besar jambul kuning di MBOF disajikan pada gambar 10.
12

(a) 60 40
50

Durasi (menit)
30

Suhu (oC)
40
30 20
20 Jantan 1
10
10
Jantan 2
0 0
Suhu

Waktu (a)
60 40
(b) 50
Durasi (menit)

30

Suhu (0C)
40
30 20
20 Betina 1
10
10
Betina 2
0 0
Suhu

Waktu (b)

.
Gambar 10 Pola perilaku bersuara kakatua putih besar jambul kuning
berdasarkan jenis kelamin a) jantan dan b) betina

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Perilaku kakatua putih besar jambul kuning yang teridentifikasi di MBOF


yaitu ingesti, lokomosi, istirahat, memelihara tubuh, seksual dan bersuara. Perilaku
yang paling dominan dilakukan oleh kedua pasang kakatua putih besar jambul
kuning di MBOF adalah istirahat. Perilaku yang paling sedikit dilakukan adalah
bersuara. Sebagian besar aktivitas yang dilakukan adalah ingesti, lokomosi, dan
istirahat. Perilaku burung ini dipengaruhi oleh suhu dan lingkungan sekitar
kandang. Perilaku istirahat mulai meningkat frekuensinya seiring dengan
meningkatnya suhu. Perilaku menghindar dan menjaga sarang dilakukan sebagai
bentuk respon terhadap gangguan dari luar.
13

Saran

MBOF perlu meningkatkan pakan biji-bijian seperti kacang dan jagung.


Perbaikan tenggeran-tenggeran yang rusak dan pembuatan sarang lebih dibuat
seperti keadaan di habitat aslinya. Kondisi kandang sebaiknya lebih disesuaikan
dengan habitat aslinya sehingga tidak menghilangkan sifat alami burung kakatua
putih besar jambul kuning. Pemantauan yang lebih intensif dan perlu diadakannya
rumah sakit burung di MBOF karena MBOF merupakan salah satu penangkaran
burung terlengkap di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Altman J. 1974. Observational Study of Behavior: Sampling Methods. Chicago


(US): University of Chicago Pr.
Alcock J. 2001. Animal Behavior: An Evolutionnary Approah. 7th ed. Sunderland
(GB): Sinauer.
Beehler BM, Pratt TK, Zimmerman DA. 1986. Bird of New Guinea. New Jersey
(US): Princeto University Pr.
Forshaw JM, Cooper WT. 1989. Parrot of the World 3rd ed. Sunderland (GB):
Landshow.
Forshaw JM. 2010. Princeton of Guides Parrots of the World. New Jersey (US):
Princeton University Pr.
Gill F. 2007. Ornithology 3rd Ed. New York (US): WH Freeman Company.
Hidayati BSW. 1996. Perilaku reproduksi dan karakteristik mikro habitat tempat
bertelur burung gosong (Megapodius reinwardtii Dummont 1823) di
Taman Burung Pulau Moyo [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
[IUCN] International Union Conservation of Nature Version 2015.2. 2015. IUCN
Red List of Threatened Species [Internet]. [diunduh pada 2015 Agustus 7].
Tersedia Pada: Http//www.iucnredlist.org.
Immelman. 1983. Introduction to Ethology. Newyork (US): Plenum Pr.
Juniper T, Mike P. 2010. Parrots a Guide to the Parrots of the World. London (GB):
Christoper Helm Publishers.
Low R. 1984. Endenger Parrot. Dorset (UK): Blandford Pr.
Martin P, Bateson P. 1993. Measuring Behavior An introduction Guide 2nd
Edition. Cambidge (UK): Cambridge Universuty Pr.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 tentang
Pengawetan Spesies Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi.
Prahara W. 2003. Perawatan dan Penangkaran Burung Paruh Bengkok yang
Dilindungi. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Rekapermana M, Thohari A, Masy’ud B. 2006. Pendugaan spesies kelamin
menggunakan ciri-ciri morfologi dan perilaku harian pada gelatik jawa di
penangkaran. Media Konservasi. 9(3): 89-97.
Rianti D. 2010. Perilaku prakawin burung cenderawasih belah rotan (Cicinnurus
magnificus) di Syoubri kawasan penyangga cagar alam pegunungan arfak
[skripsi]. Manokwari (ID): Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Negeri Papua.
14

Shabrina A. 2015. Teknik pemeliharaan dan perilaku harian nuri bayan (Eclectus
roratus Muller 1777) di MBOF dan ASTI, Bogor [skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Strange M. 2001. A Photographic Guide to the Birds Of Indonesia. Jakarta (ID):
PT Java Book Indonesia.
Styche A. 2000. Distribution and behaviournal ecology of the sulphur-crested
cockatoo (Cacatua galerita L.) in New Zealand [tesis]. Wellington (NZ):
Victoria University of Wellington.
Suratmo FG. 1979. Prinsip Dasar Perilaku Satwaliar. Bogor (ID): Fakultas
Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Takandjandji M. 2005. Karakteristik Burung dari Pulau Sumba. Jakarta (ID):
Majalah Kehutanan Indonesia Edisi ke-4.
Takandjandji M, Mite M. 2008. Perilaku burung beo alor di penangkaran Oilsonbai,
Nusa Tenggara Timur. Buletin Plasma Nutfah. 14(1):43-48.
Takandjandji M, Reny S. 2010. Pengelolaan dan perilaku burung elang di pusat
penyelamatan satwa Cikananga Sukabumi. Jurnal Penelitian Hutan dan
Konservasi Alam. 7(3):257-270.
Waristo H, Bismark M. 2009. Penyebaran dan populasi burung paruh bengkok pada
beberapa tipe habitat di Papua. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi
Alam. 7(1):93-102.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 18 Desember 1993 dari pasangan
Iwan Lirayana dan Evi Sopiah. Penulis adalah putra pertama dari tiga bersaudara.
Tahun 1999-2005 penulis mengawali pendidikan di SDN Cikopomayak 3,
dilanjutkan di SMPN 2 Jasinga pada tahun 2005-2008 dan SMAN 1 Jasinga pada
tahun 2008-2011. Penulis diterima sebagai mahasiswa program S1 (Sarjana)
Institut Pertanian Bogor tahun 2011 melalui jalur SNMPTN Undangan. Penulis
diterima di Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
angkatan 48.
Selama menuntut ilmu di IPB, penulis mengikuti beberapa organisasi dan
beberapa kegiatan kepanitian di antaranya UKM Paskibra (Menwa), HIMABIO,
MPF dan MPD. Penulis aktif pada organisasi kemahasiswaan sebagai pengurus
Himpunan Mahasiswa Biologi (HIMABIO) periode 2012-2013. Di UKM Pakibra,
penulis pernah menjadi petugas pengibar bendera pada upacara Hari Pendidikan
Nasional pada tahun 2012 dan Upacara Kemerdekaan pada tahun 2012 dan 2013
sebagai pengibar bendera. Penulis pernah menjadi tim pelatih bendera pada acara
Dies Natalis IPB tahun 2014. Pada tahun 2012-2016, penulis aktif mengisi
kegiatan-kegiatan dalam kampus dan luar kampus sebagai pengisi acara akustik.
Penulis pernah menjadi juara 1 cipta puisi tingkat TPB, juara 2 akustik Spirit
FMIPA tahun 2013 dan 2015.
Penulis telah melaksanakan studi lapang di kawasan Telaga Warna Puncak
dan praktik lapang di penangkaran burung MBOF pada tahun 2014. Tugas akhir
dalam pendidikan tinggi diselesaikan dengan menulis skripsi dengan judul
“Perilaku Harian Kakatua Putih Besar Jambul Kuning (Cacatua galerita) di Mega
Bird Orchid Farm Bogor” di bawah bimbingan Dr Ir RR Dyah Perwitasari, M.Sc
dan Dr Ir Yeni Aryati Mulyani, M.Sc.

Anda mungkin juga menyukai