Anda di halaman 1dari 9

STUDI VARIASI MORFOLOGI DAN POLA PITA PROTEIN PADA VARIETAS KAMBOJA JEPANG ( Adenium obesum )

Dwi Hastuti 1), Suranto 1), dan Prabang Setyono 1)


1)

Program Studi Biosains Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta

ABSTRAK Kamboja jepang (Adenium obesum) merupakan tanaman hias yang mampu tumbuh dan berkembang di gurun yang tandus. A. obesum memiliki warna mahkota bunga yang beraneka macam. Variasi tanaman tersebut terjadi karena adanya pengaruh genetik dan lingkungan, sehingga dapat memunculkan fenotip yang mirip atau berbeda sama sekali. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variasi Adenium dari enam varietas yaitu obesum, cery, red lucas, red fanta, white bigben, dan hary poter yang dilihat dari morfologi, dan profil pola pita protein. Pendekatan yang digunakan dalam pengamatan morfologi yaitu dengan pengukuran panjang dan lebar daun dan pola pita protein dengan elektroforesis. Pola pita protein dilakukan dengan metode SDS-PAGE. Data kualitatif meliputi bentuk, warna daun dan bunga yang dideskripsikan dari masing-masing varietas. Data panjang dan lebar daun, serta diameter bunga yang disajikan dalam bentuk data morfometri dalam bentuk diagram batang dan dianalisis dengan Anova yang dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan {(Duncan Multiple Range Test (DMRT)}, diperoleh tingkat signifikan 0,000 pada taraf kepercayaan 95% yang berarti terdapat perbedaan yang nyata. Pola pita protein akar, batang, daun serta semua organ dianalisis secara kualitatif dengan menggunakan metode Hierarchical Cluster Analysis metode Average Linkage (Between Groups) program SPSS 10.0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari keenam varietas A. obesum memiliki karakter morfologi yang bervariasi warna daun hijau muda sampai hijau tua, tidak berbulu, tulang daun polos, sedangkan warna mahkota bunga merah muda sampai merah tua walaupun ada yang putih dan warna corong sama yaitu kuning. Pola pita protein yang terbentuk secara kualitatif terdapat variasi ketebalan diantara keenam varietas, yang menunjukkan adanya perbedaan kandungan proteinnya. Kata kunci: Adenium, morfologi, elektroforesis PENDAHULUAN Kamboja jepang (Adenium obesum) merupakan tanaman tropis yang mampu tumbuh dan berkembang di gurun yang tandus, sehingga mendapat julukan mawar gurun atau mawar padang pasir (desert rose). Tanaman ini dimanfaatkan sebagai tanaman hias, karena selain mudah dirawat, tahan terhadap kekeringan, bunga tanaman ini sangat bervariasi baik bentuk maupun warnanya. Getahnya berkasiat sebagai obat karena mengandung racun crystaline glycoside dan tanaman ini bermanfaat sebagai sarana relaksasi (Chuhairy & Sitanggang, 2004). Mudahnya tanaman ini diperbanyak secara vegetatif menggunakan batang dan preferensi konsumen yang relatif cepat berubah sangat berperan dalam mempersempit keanekaragaman genetik dan berpengaruh tinggi terhadap penurunan nilai ekonomi tanaman, merupakan alasan diperlukannya upaya-upaya untuk mengembangkan variasi-variasi baru dari A. obesum ini. Variasivariasi baru tersebut dapat diperoleh dengan cara eksplorasi varietas-varietas baru, persilangan, maupun dengan cara yang lebih modern, seperti fusi protoplas, dan mutasi (Soetarso, dkk., 1985). Variasi yang cukup tinggi pada bentuk, ukuran dan warna bunga A. obesum, menunjukkan adanya keragaman genetik yang cukup luas. Hal ini merupakan faktor penting dalam program pemuliaan tanaman, baik untuk materi persilangan maupun memperbesar keragaman genetik plasma nutfah itu sendiri (Soetarso, dkk., 1985). Persilangan-persilangan antar jenis (intraspesifik) maupun antar sifat-sifat baru dan unik yang berbeda dari kedua tetuanya sehingga akan lebih memperkaya keragaman genetik tanaman tersebut. Analisa molekuler secara modern merupakan pemaparan bahan genetik menggunakan alat yang dikenal sebagai elektroforesis. Prinsip dasar elektroforesis yaitu bahwa setiap genom tumbuhan (enzim/protein dan DNA) mempunyai berat yang berbeda-beda sehingga kecepatan bergeraknya pada media gel juga berbeda-beda dan hal ini dapat dilihat melalui pewarnaan (Sudarmono, 2006).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variasi morfologi daun dan bunga, karyotipe kromosom, dan variasi pola pita protein dari enam varietas A. obesum. METODE PENELITIAN A. Bahan dan Alat Tanaman kamboja jepang (A. obesum) dari enam varietas yaitu obesum (Var 1), cery (Var 2) , red lucas (Var 3), red fanta (Var 4), white bigben (Var 5) , dan hary poter (Var 6). Bahan kimia yang digunakan untuk analisa protein adalah akuabides, Sodium Dodecyl Sulphate (SDS), N-N-N-N-Tetra-MethylEthylnediamine (TEMED), Ammonium Persulphate (APS), iso-butanol jenuh, acrylamid, bisacrylamid, Tris HCl, Mercaptoethanol, Glycerol, Glycine, DTT, Bromphenol blue, Alkohol, Comassie blue, asam asetat glacial, dan marker protein Sigma M 4038. B. Metode Penelitian Pengamatan morfologi daun A. obesum dilakukan dengan cara mengukur panjang, lebar, bentuk , keadaan bulu, dan tulang daun. Pengambilan sampel daun mulai urutan kelima dari ujung tanaman yang pertumbuhannya optimum dengan penampilan, umur dan ukuran relatif seragam dan pernah berbunga. Sedangkan pengamatan morfologi bunga meliputi warna, diameter, dan tepi bunga, serta mengambil foto dari daun dan bunga tersebut. Untuk melakukan analisis pola pita protein dilakukan dengan metode SDS-PAGE (Laemmli, 1970). Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut: Pembuatan buffer ekstrak : 100 mM Tris HCl pH 8,5; 4% Mercaptoethanol; 20% Glycerol. Stok Polyacrylamid 30%: 29 gram Acrylamid; 1 gram Bisacrylamid; ditambah akuabides hingga volumenya mencapai 100 ml. SDS PAGE 12% : 4,8 ml stok polyacrylamid; 3 ml 1,5 M Tris pH 8,8; 0,12 10% SDS; ditambah akuabides hingga volumenya mencapai 12 ml. Stacking gel 3%: 2 ml stok polyacrylamid; 2,52 ml 1,5 M Tris pH 6,8; 0,3 ml SDS 10%; ditambah akuabides hingga volemenya mencapai 20 ml. Buffer Elektroda: 3 gr Tris; 14,4 gr Glycine; 10 ml SDS 10%. SDS sampel buffer: 2,5 ml 1,5 M Tris pH 6,8; 2 gr SDS; 0,5 gr DTT; 10 mg Bromphenol blue; 10 ml Glycerin; ditambah akuabides hingga volumenya mencapai 20 ml. Comassie blue: 0,1% Comassie blue dalam 100 ml destaining. Destaining: 50% methanol; 10% asam asetat glacial; 40% akuabides Setelah semua larutan dibuat, kemudian dilakukan langkah-langkah berikut. Akar, batang, daun, dan semua organ dari masing-masing varietas dicuci dengan akuabides hingga bersih kemudian dipotong kecil-kecil, ditimbang dengan berat masing-masing 0,5 gram,

dihancurkan dengan mortar dan pestle dicampur dengan extract buffer 1000 l. Setelah hancur dan homogen dimasukkan dalam tabung ependorf. Centrifuge disiapkan dan apabila centrifuge telah dingin (suhu +0oC), maka tabung ependorf dapat dimasukkan untuk disentrifuge dengan kecepatan 12.000 rpm selama 5 menit. Supernatant direbus selama dua menit, dengan tujuan supaya protein membuka. Membuat gel Polyacrylamide yang terdiri dari 2 bagian, yaitu separating gel yang terletak di bagian bawah dengan konsentrasi 12% dan stacking gel yang terletak di bagian atas dengan kepekatan 3%. Separating Gel dibuat dengan cara mencampur 10 ml Stok SDS PAGE 12%, ditambah 7 l Temed, dan 80 l APS 10%. Sedangkan stacking gel 3% dibuat dengan cara mencampur 5 ml stok 3% stacking gel, ditambah 3,5 l Temed, dan 50 l APS 10%. Larutan Gel Polyacrylamide dicampur, setelah homogen separating gel dimasukkan dalam glass electroforesis, setelah agak mengental ditambahkan isobutanol jenuh. Kemudian isobutanol jenuh tersebut dibuang dan stacking gel dimasukkan dalam glass electroforesis tepat di atas running gel. Sample comb kemudian dipasang pada stacking gel dan dilepas setelah memadat. Supernatan diisikan ke dalam lubang sampel sebanyak 10 l dengan menggunakan alat injeksi (stepper). Sebelum pemasangan plat kaca pada bak elektroforesis dipastikan bahwa sirkulator menunjukkan suhu tidak lebih dari 40C. Selanjutnya klip penjepit dan shield tube dari plat kaca dilepas dan selanjutnya plat kaca dipasang pada bak elektroforesis secara berhadap-hadapan, dengan plat kaca yang bertakik berada di sebelah dalam. Selanjutnya buffer elektroda diisikan lagi hingga penuh dan bak penutup dipasang kembali. Power supply dihidupkan untuk menjalankan proses elektroforesis dengan arus listrik sebesar 125 volt selama 90 menit atau supernatant sampai batas bawah. Setelah proses elektroforesis selesai, gel diambil dan dilanjutkan staining atau pewarnaan. Pewarnaan dilakukan dengan meletakkan gel yang telah dikeluarkan dari glass elektroforesis ke dalam baki plastik, kemudian dituang ke dalam larutan comassie blue dan dishaker selama semalam. Setelah direndam dalam comassie blue, kemudian gel dibilas dengan destaining sampai jernih. Bila gel sudah jernih, maka pencucian distop dengan cara mengganti destaining dengan larutan asam asetat glasial 10%.

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Morfologi Adenium obesum Hasil penelitian terhadap morfologi daun dan bunga dari enam varietas A. obesum terdapat adanya keragaman sifat-sifat morfologi. Adapun keragaman tersebut meliputi panjang dan lebar daun, diameter serta warna bunga dari keenam varietas A. obesum seperti pada Gambar 1

3. var. red lucas

6. var. hary poter

Hasil pengamatan morfologi dari keenam varietas A. obesum mengenai panjang dan lebar daun serta diameter bunga terdapat perbedaan. Hal ini dibuktikan dengan uji Anova yang menunjukkan adanya perbedaan signifikan. Dari hasil uji Anova terlihat bahwa tingkat signifikan panjang daun adalah 0.000 pada taraf kepercayaan 95 %. Hal ini berarti bahwa panjang daun tampak perbedaan yang nyata. Uji Anova terhadap lebar daun juga menunjukkan ada perbedaan yang nyata, yaitu tingkat signifikan 0,000 pada taraf kepercayaan 95%. Diameter bunga menunjukkan tingkat signifikan 0,000 pada taraf kepercayaan 95%, hal ini berarti diameter bunga juga menunjukkan perbedaan yang nyata. Secara morfologi dapat disimpulkan bahwa antara panjang dan lebar daun serta diameter bunga terdapat perbedaan yang nyata. Setelah diadakan uji lanjut terhadap panjang dan lebar daun serta diameter bunga dengan DMRT (Duncan) taraf 5% panjang daun terdapat dua variasi, lebar daun terdapat tiga variasi, dan diameter bunga terdapat lima variasi. Jadi terlihat bahwa diameter bunga menunjukkan lebih bervariasi dibandingkan dengan daun. B. Pola Pita Protein 1. Pola pita protein akar A. obesum Hasil elektroforesis pada gel polyakrilamid mengenai pola pita protein akar dari keenam varietas A. obesum dengan Marker kode M 4038 ditunjukkan pada Gambar 2.
kDa 205 116 97 84 66 55

AKAR

Gambar 1. Morfologi varietas A. obesum Keterangan : 1. var. obesum 2. var. cery 3. var. red lucas

tanaman dari enam

4. var. red fanta 5. var. white bigben 6. var. harry poter

36 29 24

Tabel 1. Rata-rata hasil pengukuran morfologi daun dan bunga dari enam varietas A. obesum. Panjang Lebar Diameter Varietas (cm) (cm) (cm) 1 8.15 b 2.91 bc 7.51 e a a 2 6.96 1.63 7.25 de 3 6.61 a 1.87 a 5.02 a b bc 8.75 2.80 6.02 b 4 a b 5 6.44 2.61 7.02 cd 8.41 b 2.99 c 6.81 c 6
Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom dan baris menunjukkan tidak berbeda nyata berdasar uji DMRT taraf 5%.

14

Gambar 2. Pola pita protein akar A. obesum Keterangan : M= Marker 1. var. obesum 4. var. red fanta 2. var. cery 5. var. white bigben 3. var. red lucas 6. var. hary poter Pola pita protein var. obesum (var. 1) dan var. cery (var. 2) secara umum tampak lebih tebal dibanding dengan varietas yang lain, hal tersebut menunjukkan kandungan proteinnya lebih tinggi daripada varietas yang lain. Sedangkan var. white bigben (var. 5) pola pita yang terbentuk ampak

Keterangan : 1. var. obesum 2. var. cery

4. var. red fanta 5. var. white bigben

paling tipis dan paling sedikit, ini berarti kandungan protein pada varietas tersebut lebih rendah. Pita protein dengan berat molekul 6 kDa dengan jenis protein myosin (Sigma Marker dengan kode M 4038, 1999) dari 2 (dua) varietas yaitu red lucas (var. 3) dan red fanta (var. 4) mengekspresikan pita paling tipis dibandingkan dengan keempat varietas lainnya. Demikian juga pita protein dengan berat molekul 69, 96, dan 145

kDa pada varietas white bigben (var. 5) tampak paling tipis. Ekspresi pola pita yang tipis tidak berarti bahwa varietas tersebut tidak memiliki jenis protein tertentu, tetapi mungkin hanya memiliki satu protein saja. Untuk mengetahui jarak kekerabatan antar varietas digunakan analisis Hierarchical Cluster Analysis dengan metode Average (Between Groups) program SPSS 10.00 dan dihasilkan dendrogram seperti terlihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Dendrogram pola pita protein akar A. obesum Hasil analisis menunjukkan bahwa profil protein pada dendrogram tersebut mengelompokkan A. obesum yang diuji ke dalam 4 kelompok. Varietas red lucas (var.3) dan var. red fanta (var.4) bergabung ke dalam satu kelompok, demikian juga var. obesum (var.1) dan var. cery (var.2) juga bergabung menjadi satu kelompok, sedangkan var. hary poter (var.6) dan var. white bigben (var.5) masing-masing membentuk kelompok tersendiri 2. Pola pita protein batang A. obesum Hasil elektroforesis pada gel polyakrilamid mengenai pola pita protein batang dari keenam varietas A. obesum dengan Marker kode M 4038 ditunjukkan pada Gambar 4.
kDa 205 116 97 84 66 55 45 36 29

Keterangan :M= Marker 1. var. obesum 2. var. cery 3. var. red lucas

4. var. red fanta 5. var. white bigben 6. var. hary poter

BATANG

14 6

Pola pita protein batang yang terbentuk dari keenam varietas juga menunjukkan adanya perbedaan, kecuali pada var. red kucas (var.3) yang tampak paling tipis bila dibandingkan dengan yang lain. Apabila dilihat dari kandungan proteinnya juga tidak menunjukkan perbedaan pita yang jelas. Pita protein dengan ukuran 92, 109 dan 119 kDa tidak tampak jelas pada var.red lucas (var. 3) dan var. red fanta (var. 4), sedangkan yang lain tampak lebih tebal. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan protein pada varietas tersebut lebih tinggi daripada yang lain. Berdasar Marker protein dengan kode M 4038, pita protein dengan berat molekul 6 kDa (myosin), dan 66 kDa (carbonyc anhydrase) dimiliki oleh semua varietas, sedangkan protein dengan berat molekul 20 kDa (phosphorylase b) hanya dimiliki var. cery (var. 2) dan var. white bigben (var.5). Untuk mengetahui jarak kekerabatan enam varietas A. obesum dengan menggunakan analisis Hierarchical Cluster Analysis dengan metode Average (Between Groups) program SPSS 10.0 dan dihasilkan dendrogram seperti ditunjukkan pada Gambar 5.

Gambar 4. Pola pita protein batang A. obesum

Gambar 5. Dendrogram pola pita protein batang A. obesum. Hasil analisis menunjukkan bahwa profil protein pada dendrogram pola pita batang, mengelompokkan A. obesum yang diuji ke dalam 3 kelompok. Varietas obesum (var. 1) dan var. hary poter (var. 6) bergabung ke dalam satu kelompok, var. cery (var. 2) dan var. white bigben (var. 5) bergabung dalam satu kelompok, demikian juga var. red lucas (var. 3) dan var. red fanta (var. 4). Varietas yang masuk dalam kelompok yang sama berarti varietas tersebut memiliki banyak persamaan dibandingkan dengan perbedaan. Sedangkan pengelompokan yang lebih jauh ( euclid distance) terdapat sedikit persamaan. 3. Pola pita protein daun A. obesum Pola pita protein daun keenam varietas A. obesum yang terbentuk pada elektroforesis dengan Marker kode M 4038 ditunjukkan pada Gambar 6.
kDa 205 116 97 84 66 55 36 29 20

DAUN

14 6

Keterangan : M= Marker 1. var. obesum 4. var. red fanta 2. var. cery 5. var. white bigben 3. var. red lucas 6. var. hary poter Pola pita protein daun yang terbentuk dari keenam varietas A. obesum menunjukkan perbedaan. Hal ini menunjukkan bahwa antara varietas satu dengan yang lain juga terdapat perbedaan kandungan proteinnya. Varietas obesum (var. 1) dan var. cery (var. 2) tampak lebih tebal dibandingkan varietas yang lain, hal ini berarti varietas tersebut kandungan proteinnya lebih tinggi. Tetapi var. red lucas (var. 3) dan var. white bigben (var. 5) mengekspresikan pola pita yang lebih tipis dibandingkan varietas yang lain, berarti varietas tersebut kandungan proteinnya lebih rendah. Pita protein dengan ukuran 155 kDa dimiliki oleh semua varietas, kecuali var. cery (var. 3) demikian juga pita protein dengan ukuran 122 kDa yang tidak dimiliki oleh var. white bigben (var. 5). Berdasar Marker protein kode M 4038 (Sigma, 1999) pita protein dengan berat molekul 116 kDa dengan jenis protein -lactalbumin dimiliki oleh keenam varietas A. obesum. Untuk mengetahui jarak kekerabatan antar varietas, digunakan analisis Hierarchical Cluster Analysis dengan metode Average (Between Groups) program SPSS 10.00 dan dihasilkan dendrogram seperti ditunjukkan pada Gambar 7.

Gambar 6. Pola pita protein daun A. obesum

Gambar 7. Dendrogram pola pita protein daun A. obesum.

Hasil analisis menunjukkan bahwa profil protein pada dendrogram tersebut mengelompokkan A. obesum yang diuji kedalam 5 kelompok. Varietas obesum (var. 1) dan var. cery (var. 2) bergabung dalam satu kelompok, sedangkan varietas yang lain yaitu var. red lucas (var. 3), var. red fanta (var. 4), var. white bigben (var. 5), dan var. hary poter (var. 6) membentuk kelompok tersendiri. 4. Pola pita protein semua organ A. obesum Pola pita protein semua organ hasil elektroforesis dengan Marker M 4038 menggunakan gel polyakrilamid dari keenam varietas A. obesum ditunjukkan pada Gambar 8.
kDa 205 116 97 84 66 55 45 36 29 20

SEMUA ORGAN

14 6

Pola pita protein yang terbentuk dari keenam varietas A. obesum menunjukkan adanya perbedaan. Hal ini berarti terdapat perbedaan kandungan proteinnya. Varietas obesum (var. 1) dan var. red lucas (var. 3) menunjukkan pola pita yang tebal dibanding dengan yang lainnya. Varietas cery (var. 2) mengekspresikan pola pita relatif tipis dibanding dengan yang lain. Pola pita yang terbentuk pada var. cery (var. 2) menunjukkan paling sedikit, yaitu tujuh pola pita tidak dimiliki var. cery (var. 2) sedangkan yang lain memiliki semuanya. Ekspresi pola pita yang tidak tampak dengan jelas, bukan berarti tidak memiliki pola pita protein dengan berat molekul tertentu. Hal ini karena dengan pengamatan secara visual dimungkinkan bisa terjadi. Berdasar Marker dengan kode M 4038 (Sigma, 1999) pita protein dengan berat molekul 6 kDa jenis protein myosin, 20 k Da jenis protein phosphorylase b, dan 66 kDa dengan jenis protein carbonic anhydrase dimiliki oleh semua varietas, kecuali var. cery (var. 2) yang tidak memiliki jenis protein carbonic anhydrase (66 kDa). Untuk mengetahui jarak kekerabatan antar varietas digunakan analisis Hierarchical Cluster Analysis dengan metode Average (Between Groups) program SPSS 10.00 dihasilkan dendrogram seperti ditunjukkan pada Gambar 9.

Gambar 8. Pola pita protein semua organ A. obesum (usia dua minggu). Keterangan : M= Marker 1. var. obesum 4. var. red fanta 2. var. cery 5. var. white bigben 3. var. red lucas 6. var. hary poter

Gambar 9. Dendrogram pola pita protein semua organ A. obesum. Hasil analisis menunjukkan bahwa profil protein pada dendrogram tersebut mengelompokkan A. obesum kedalam 4 kelompok. Varietas obesum (var. 1) dan var. hary poter (var. 6) bergabung dalam satu kelompok, var. red lucas (var. 3) dan var. red fanta (var. 4) juga bergabung menjadi satu kelompok. Sedangkan var. white bigben (var. 5) dan var. cery (var. 2) masingmasing membentuk kelompok sendiri. Bila dibandingkan dengan pola pita protein pada akar, batang, dan daun terutama varietas cery (var. 2) pada semua organ tampak paling tipis. Hal ini dapat terjadi karena pengambilan sampel pada semua organ dilakukan saat tanaman berumur dua minggu, sedangkan pengambilan sampel untuk pola

pita akar, batang, dan daun dilakukan pada tanaman berumur satu tahun. Pada usia tanaman masih muda tanaman belum membentuk protein dengan lengkap atau sempurna, sehingga pola pita protein belum terekspresi secara maksimal. KESIMPULAN Daun yang terpanjang adalah var. red fanta (8,75) cm dan terpendek var. white bigben (6,44) cm, daun terlebar adalah var. hary poter (2,99) dan tersempit var. cery (1,63) cm. Diameter bunga terbesar adalah var. obesum (7,51) cm dan terkecil var. red lucas (5,02) cm. Warna daun hijau muda sampai tua, tidak berbulu, tulang daun polos. Sedangkan bunga, memiliki warna dasar sama yaitu merah muda sampai merah tua, walaupun ada yang berwarna putih. Warna corong pada bunga, memiliki persamaan yaitu kuning. Di dalam buah terdapat biji sebesar lidi dengan panjang + 1 cm berjumlah 60 sampai 80 buah, di kedua ujungnya terdapat bulu-bulu yang berfungsi sebagai alat bantu reproduksi (dispersal) dengan angin. Berdasar analisis pola pita protein pada akar, batang, daun dan semua organ terlihat bahwa semuanya memiliki perbedaan kandungan protein yang ditunjukkan dengan perbedaan ekspresi tebal tipisnya pola pita protein. DAFTAR PUSTAKA Agromedia,. (2007). Kaya Dari Bisnis Tanaman Hias. Agromedia. Jakarta. Artama, W., 1991. Rekayasa Genetika. Pusat Antar Universitas Bioteknologi Universitas Gadjah Mada Jogyakarta. Batoro,. (2007). Kesatuan-kesatuan Klasifikasi Tumbuhan. www. kabmalang. go. id. Desember, 16, 2007. Chuhairy, H., dan M Sitanggang., 2004. Petunjuk Praktis Perawatan Adenium. PT. AgroMedia Pustaka. Jakarta. Crowder, L. V., 1997. Genetika Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Jogyakarta. Dwidjoseputro, D., 1984. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT. Gramedia Jakarta. Gardner, P. F., R.B. Pearce, and R.L. Mitchel., 1985. Physiology of Crop Plants. diterjemahkan oleh Herawati Susilo., 1991 Universitas Indonesia (UI Press) Jakarta. Harborne, J.B., 1987. Metode Fitokimia. ITB. Bandung. Horwitz, W., and G.W. Latimer, (2005). Official Methods of Analysis. AOAC International. Maryland. USA Kencana, I.P., dan Sintia, M., 2007. Usaha Adenium di Rumah. PT. Gramedia Jakarta. Laemmli V.K., 1970. Cleavage of structural proteins during the assembly of the heat of bacteriophage T4. Nature. 227, 680.

Lakitan, B., 1993. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. PT. Raja Grafindo Persada Jakarta. Lehninger, A.L., 1972. Biochemistry. Worth Publishers, Inc. New York. Prawoto, Sudjoko, dan Mariyam S., 1987. Evolusi. Karunika Universitas Terbuka Jakarta. Raharjo, S., 1993. Biokimia. Bidang Studi Ilmu dan Teknologi Pangan UGM Jogyakarta. Rothe, G.M., 1995. Electrophoresis of Enzymes. Springer Verlag. New York. Santoso, S., 2002. SPSS Versi 10 Mengolah Data Statistik Secara Profesional. Gramedia. Jakarta. Sudarmaji, S., 1996. Teknik Analisa Biokimiawi. Liberty. Jogyakarta Setyawan, A.D., Ari S., dan Sutarno., 2002. Biodiversitas Genetik, Spesies, dan Ekosistem Mangrove di Jawa. Kelompok Kerja Biodiversitas Jurusan Biologi Fakultas MIPA UNS Surakarta. Sitompil, S.M dan Guritno., 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada University Press. Jogyakarta. Soesanti, N., Tetri W., dan Widya M., 2006. Petunjuk Praktikum Mikroteknik. Jurusan Biologi Fakultas MIPA UNS Surakarta. Soetarso, Nandariyah, dan S. Hariati. 1985. Metode Pemuliaan Tanaman. UNS. Surakarta. Sudarmadji, S., 1996. Teknik Analisa Biokimia. Liberty. Jogyakarta. Sudarmono (2006). Pendekatan Konservasi Tumbuhan dengan Teknik Elektroforesis. Inovasi Online Vol. 7/XVIII/Mei 2007. Sugih, O., 2002. Adenium Agar Rajin Berbunga. Penebar Swadaya Jakarta. Suranto, Sajidan, Harliyono, Winarno K, dan Hariningsih E.S., 2000. Studi Variasi Populasi Ipomoea pes-caprae (L) Sweet di Jawa Tengah, Jawa Timur dan Yogyakarta. BioSmart 2(1): 28-33. Suranto., 2002. Pengaruh Lingkungan terhadap Bentuk Morfologi Tumbuhan. Enviro 1(2): 37-40. Tjitrosoepomo, G., 1988. Taksonomi Tumbuhan Spermatophyta. Gadjah Mada University Press. Jogyakarta Tomasouw, I., dan M Sitanggang., 2005. Membuat Adenium Berbonggol Indah dan Berbunga Lebat. PT. AgroMedia Jakarta. Tranggono, Z Noor., Djoko W., M Gardjito., dan M Astuti., 1988. Kimia Nutrisi Pangan. PAU Pangan dan Gizi UGM Jogyakarta. Widiyanti,. 2007. Studi Variasi Morfologi Biji, Serbuk Sari dan Pola Pita Isozim Padi (Oryza sativa) Varietas Rojolele. Tesis. Program Pascasarjana UNS Surakarta. Wijaya, S., dan Rahman, L., 2001. Fraksinasi dan Karakterisasi Protein Utama Biji Kedelai. ILMU DASAR 2(1): 49-54.

Wikipedia,.(2006).Elektroforesisgel.http://id..wikip edia.org/wiki/Elektroforesis. Desember, 29, 2006. Wikipedia,.(2007). Adenium. http://en.wikipedia.org/wiki/Scientific_class ification. May, 9, 2007. Wikipedia,.(2007). Isozyme. http://en.wikipedia.org/wiki/Isozyme. May, 24, 2007. Wikipedia,. (2007). Varietas. http://id.wikipedia.org/wiki/Varietas. Des, 16, 2007.

Anda mungkin juga menyukai