Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Biologi, Volume 7 No 1, Januari 2018

Hal. 43-51

ISOLASI, UJI AKTIVITAS, DAN OPTIMASI INHIBITOR α-AMILASE


ISOLAT KAPANG ENDOFIT TANAMAN BINAHONG (Anredera cordifolia)
(Ten.) Steenis

Diani Ajeng Prahesti, Sri Pujiyanti, dan MG Isworo Rukmi


Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro, Tembalang
50275, Semarang. dianny.ajeng@gmail.com, spujiyanto@hotmail.com,
isworo.rukmi@gmail.com. Telp. 081379077114, 081325495389, 0811288428

ABSTRAK
Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit hiperglikemia yang disebabkan insensitifitas sel terhadap insulin yang
berdampak pada adanya glukosa dalam darah dan urin. Inhibitor α-amilase adalah senyawa yang mengambat
pemecahan karbohidrat menjadi glukosa oleh enzim amilase. Binahong (Anredera cordifolia) telah
dimanfaatkan masyarakat Indonesia sejak dahulu untuk mengobati berbagai penyakit diantaranya untuk anti
diabetes. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan isolat kapang endofit tanaman binahong serta mengetahui
kemampuan aktivitas inhibitor α-amilase dari isolat terpilih dengan perlakuan sumber karbon dan pH medium
produksi. Isolasi kapang endofit dilakukan dari akar, batang, daun binahong pada medium PDA. Uji inhibitor
α-amilase dilakukan dengan menggunakan substrat amilum dan pengukuran penghambatan dilakukan dengan
metode spektrofotometri. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu rancangan acak
lengkap satu faktor yaitu sumber karbon yang meliputi sukrosa, laktosa, dan maltosa. Sumber karbon terbaik
selanjutnya dilanjutkan uji dengan variasi pH yaitu pH 5, 6, dan 7. Data yang diperoleh dianalisis dengan
Analysis of Variance (ANOVA). Hasil isolasi diperoleh 5 isolat kapang endofit dengan satu isolat potensial
yaitu isolat DT dengan kemampuan inhibisi 91,43%. Sukrosa adalah sumber karbon terbaik untuk inhibitor α-
amilase dengan persentase 58,91%, sedangkan pH 5 adalah pH medium produksi terbaik dengan sumber
karbon sukrosa dengan persentase 37,83%. Hasil uji statistik menunjukkan sukrosa sebagai sumber karbon
terbaik dibandingkan maltosa dan laktosa, dan pH 5 sebagai pH medium terbaik untuk produksi inhibitor α-
amilase.

Kata kunci : inhibitor α-amilase, kapang endofit, Anredera cordifolia, diabetes mellitus

ABSTRACT
Diabetes mellitus (DM) is a hyperglycemia disease caused by insensitivity of cells to insulin that causes the
presence of glucose in blood and urine. The α-amylase inhibitors is a compound that inhibit carbohydrates
breakdown into glucose by amylase enzyme. Binahong (Anredera cordifolia) has been used by Indonesian
people since long time ago to treat various diseases such as for anti-diabetic. The aims of study were to obtained
the endophytic fungal isolated from Binahong plant, and find out of their ability of α-amylase inhibitor activity
by treatment of carbon source and pH of production medium. The isolating endophytic fungal from binahong
roots, stems, and leaves in medium PDA. The α-amylase inhibitory test was using starch substrate and the α-
amylase inhibitory measure using spectrophotometric method. The study was used one factor CRD i.e. carbon
source including sucrose, lactose, and maltose. The best carbon source then continued to test with variation
pH 5,6, and 7. The data obtained were then analyzed by Analysis of Variance (ANOVA). Five endophytic
fungal isolated from binahong were only one isolated i.e DT should high potensial in inhibiting α-amylase
91,43%. The best carbon source for inhibitory α-amylase i.e sucrose with the percentage of 58,91%, while pH
5 is the best pH medium production continous treatment carbon source sucrose with the percentage 37,83%.
The result of statistical test showed that sucrose as the best carbon source just than lactose and maltose, and
pH 5 as the best medium pH for the production α-amylase inhibitor.

Key words : α-amylase inhibitor, endophyte fungi, Anredera cordifolia, diabetes mellitus

PENDAHULUAN
Jurnal Biologi, Volume 7 No 1, Januari 2018
Hal. 43-51

Diabetes mellitus adalah penyakit dapat mengembalikan sensitifitas reseptor insulin


hiperglikemia akibat ketiadaan insulin atau (Andrieyani et al., 2015), dapat membantu proses
insensitifitas sel terhadap insulin. Penyakit ini penyembuhan penyakit degeneratif seperti stroke,
disebabkan oleh pola hidup yang tidak sehat, diabetes, dan pembengkakan jantung (Manoi,
genetik, peningkatan obesitas serta gangguan 2009). Manfaat tanaman binahong ini diperoleh
hormonal dan lainnya, sehingga mengakibatkan dari keberadaan senyawa aktif yang dihasilkan oleh
tubuh kehilangan keseimbangan cairan yang tanaman yang bisa merupakan kontribusi dari
berdampak pada gejala, klinis seperti adanya mikroba endofit yang berada dalam tanaman yang
substansi glukosa dalam urin. Menurut data dapat berupa bakteri, aktinomiset, atau kapang.
Internasional Diabetes Federation (IDF) tahun Kapang endofit adalah organisme yang
2015 jumlah penderita diabetes mencapai 425 juta hidup di dalam jaringan tanaman tanpa
jiwa dan diperkirakan akan terus meningkat dan menyebabkan gejala penyakit terhadap tanaman
mencapai sekitar 642 juta jiwa (55%) pada tahun inangnya dan memiliki potensi besar untuk
2040. Pengobatan diabetes mellitus dilakukan menghasilkan metabolit sekunder yang bermanfaat
secara medis dan tradisional, pengobatan medis sebagai senyawa obat, dan senyawa bioaktif
dengan menggunakan obat-obat farmasi jenis tersebut antara lain alkaloid, terpenoid, sterois,
acarbose atau pemberian insulin buatan dan quinon, dan fenol (Zhao et al., 2010).
pengobatan tradisional menggunakan tanaman Penggunaan kapang endofit penghasil
tradisional seperti daun sirsak dan binahong inhibitor α-amilase dapat digunakan sebagai
(Mardiana, 2012), dan kulit manggis (Hariana, alternatif untuk solusi dalam mendapatkan obat
2013). antidiabetes. Inhibitor α-amilase adalah senyawa
Di Indonesia, tanaman binahong telah yang dapat menghambat aktivitas enzim α-amilase
dimafaatkan sebagai obat tradisional karena yang berperan dalam memecah pati menjadi
memiliki keunggulan antara lain tanaman mudah maltosa atau glukosa konfigurasi alfa. Kapang
didapatkan, mudah dikembangbiakan, ramah endofit dari tanaman binahong digunakan karena
lingkungan, telah digunakan secara turun temurun kemungkinan besar ada senyawa hasil metabolit
dan tidak tergantung pada teknologi, meskipun sekunder dari kapang endofit yang sama dengna
juga memiliki kelemahan seperti keterbatasan senyawa metabolit sekunder tanaman binahong
penyediaan bahan di lingkungan yang tidak yang mampu menghasilkan kemampuan inhibitor
sebanding dengan laju pertumbuhan dan terhadap enzim α-amilase. latar belakang di atas
perkembang biakan tanaman. Penelitian menjadikan perlunya dilakukan penelitian terkait
sebelumnya tentang tanaman binahong kapang endofit tanaman binahong dan
menyatakan bahwa ekstrak binahong dapat kemampuannya dalam penghambatan enzim α-
menurunkan glukosa darah dan memperbaiki sel- amilase serta mengetahui aktivitas inhibisi α-
sel β-prankreas yang rusak (Sukandar et al., 2011), amilase dengan perlakuan sumber karbon dan pH.

METODE PENELITIAN

Bahan. Bahan yang digunakan dalam tua, dan daun tua. Sampel batang diambil batang
penelitian ini antara lain : sampel tanaman ujung, batang tengah, dan batang pangkal dekat
binahong (A. cordifolia) yang terdiri dari isolat permukaan tanah. Sampel akar diambil akar ujung,
akar, batang, daun, media PDA, media PDB, akar tengah, dan pangkal akar (Tirtana et al., 2013).
larutan acarbose 1%, akuades steril, kloramfenikol, Sampel akar, batang, dan daun selanjutnya dicuci
alkohol 70%, soluble starch, enzim α-amilase, menggunakan air mengalir hingga tanah dan
buffer fosfat (K2HPO4), reagen DNS kotoran hilang. Sampel direndam dalam alkohol
(dinitrosalicylic acid), maltosa, sukrosa, laktosa 70% selama 1 menit, kemudian direndam dalam
NaOH, NaOCl, HCl, dan pewarna LCB (lactofenol larutan NaOCl 0,5% selama 5 menit, selanjutnya
cotton blue). direndam dalam alkohol 70% selama 1 menit,
Sampling dan Isolasi kapang endofit. selanjutnya direndam kembali dalam larutan
Sampling dilakukan secara acak berstrata pada akuades selama 3 menit, kemudian sampel
ketiga bagian tanaman binahong yang digunakan. ditiriskan di atas tissue steril (Coombs and Franco
Sampel daun diambil daun muda, daun setengah (2003) dalam Pujiyanto (2010). Sampel daun
Jurnal Biologi, Volume 7 No 1, Januari 2018
Hal. 43-51

selanjutnya dipotong dengan ukuran 1 cm x 1 cm 1% digunakan sebagai larutan pembanding


dan disayat, sedangkan untuk sampel batang dan (Karthic, 2008).
akar dipotong dengan ukuran 1 cm kemudian Persen (%) inhibitor di kalkulasi dengan rumus :
dibelah memanjang menjadi dua, selanjutnya ( ) ( )
Inhibitor (%) = ( )
x
sampel ditanam dalam media PDA. Sampel
diinkubasi selama 7 hari pada suhu ruang hingga 100%
koloni kapang tumbuh dalam media PDA. Air Isolat kapang yang memiliki aktivitas inhibitor α-
bilasan akhir digoreskan ke media PDA yang amilase tertinggi kemudian dipilih untuk
digunakan sebagai kontrol, kemudian diinkubasi digunakan dalam uji lebih lanjut.
selama 7 hari pada suhu ruang (Phoanda, 2014). Optimasi waktu optimum inhibitor α-
Pemurnian dan Pembuatan stok kultur. amilase. Optimasi produksi inhibitor α-amilase
Koloni kapang endofit yang tumbuh berbeda secara dilakukan dengan menumbuhkan biakan kapang
makroskopis dalam media cawan petri, selanjutnya endofit hasil seleksi penghasil inhibitor α-amilase
dipindahkan satu koloni ke PDA steril tertinggi dalam medium produksi PDB. Koloni
menggunakan ose tajam (Ariyono, 2014). isolat kapang endofit terpilih pada PDA miring
Pembuatan kultur stok dilakukan dengan cara yang berumur 5 hari ditambahkan dengan 5 mL
koloni isolat murni ditanam ke tabung reaksi yang akuades steril, spora dilepaskan dengan ose tajam
berisi medium PDA miring, selanjurnya diinkubasi dan dihomogenkan (Dewi et al., 2005). Suspensi
pada suhu ruang selama 5 sampai 7 hari, hingga spora diukur kerapatan optiknya (OD) dengan
terjadi sporulasi untuk kemudian disimpan pada spektrofotometer pada λ600 sampai OD mencapai
suhu 2-4 °C dalam lemari pendingin (Listiandiani, 0,5 (Widhyastuti, 2007). Inokulum sebanyak 1 mL
2011). ditambahkan dalam 150 mL medium produksi.
Kultur kapang endofit untuk Biakan kemudian diinkubasi pada suhu ruang dan
memproduksi inhibitor α-amilase. koloni isolat dishaker dengan kecepatan 120 rpm. Untuk
kapang endofit pada PDA miring yang berumur 5 mengetahui waktu optimum produksi, setiap 24
hari ditambahkan dengan 5 mL akuades steril, jam selama 11 hari dilakukan pengambilan kultur
spora dilepaskan dengan ose tajam dan sebanyak 1 mL kemudian disentrifugasi pada
dihomogenkan (Dewi et al., 2005). Suspensi spora kecepatan 4000 rpm selama 15 menit. Supernatan
diukur OD dengan spektrofotometer λ600 sampai yang diperoleh digunakan untuk menguji aktivitas
OD mencapai 0,5 (Widhyastuti, 2007). Inokulum inhibitor (Pujiyanto, 2014).
sebanyak 1 mL ditambahkan dalam labu Pengaruh sumber karbon terhadap
erlenmeyer 100 mL yang berisi 30 mL medium aktivitas produksi inhibitor α-amilase. Koloni
produksi, selanjutnya diinkubasi selama 5 hari isolat kapang endofit terpilih pada PDA miring
pada suhu ruang dan dishaker pada kecepatan 120 yang berumur 5 hari ditambahkan dengan 5 mL
rpm (Suciatmih, 2011). Biakan kapang endofit akuades steril, spora dilepaskan dengan ose tajam
selanjutnya disentrifuge pada 4000 rpm selama 20 dan dihomogenkan (Dewi et al., 2005). Suspensi
menit, supernatan yang diperoleh digunakan untuk spora diukur kerapatan optiknya (OD) dengan
uji inhibitor α-amilase (Pujiyanto, 2010). spektrofotometer pada λ600 sampai OD mencapai
Uji inhibitor α-amilase dan seleksi 0,5 (Widhyastuti, 2007). Inokulum sebanyak 1 mL
kapang endofit penghasil inhibitor α-amilase. ditambahkan dalam 30 mL medium produksi dan
Supernatan hasil kultur digunakan untuk pengujian dishaker dengan kecepatan 120 rpm selama 6 hari,
inhibitor α-amilase yang dilakukan dengan cara selanjutnya sebanyak 1 mL starter ditambahkan
500 µL supernatan sampel ditambahkan dengan dalam 30 mL medium produksi. Sebagai bentuk
500 µL enzim α-amilase yang telah dilarutkan perlakuan sumber karbon media produksi diganti
dengan buffer fosfat pH 6,9. Larutan campuran dengan sumber karbon lain, yaitu sukrosa, laktosa,
diinkubasi selama 10 menit pada suhu 25°C, dan maltosa. Kultur diinkubasi selama 8 hari pada
kemudian reaksi ditambahkan 1000 µL substrat suhu ruang dan dishaker dengan kecepatan 120
amilum, selanjutnya larutan kembali diinkubasi rpm. Kultur kemudian disentrifuge pada 4000 rpm
selama 10 menit pada suhu 25°C. Larutan selama 15 menit, supernatan yang diperoleh diuji
campuran ditambahkan 2000 µL reagen aktivitas inhibitor α-amilase.
dinitrosalicylic acid (DNS) dan dipanaskan dalam Pengaruh pH terhadap aktivitas
air mendidih yang bertujuan untuk menghentikan produksi inhibitor α-amilase. Inokulum
reaksi. Larutan campuran yang telah dingin sebanyak 1 mL ditambahkan dalam 30 mL medium
selanjutnya diukur nilai absorbansinya dengan produksi dan dishaker dengan kecepatan 120 rpm
spektrofotometer λ540 untuk mengetahui nilai selama 6 hari, selanjutnya sebanyak 1 mL starter
absorbansi inhibitor α-amilase. Larutan acarbose ditambahkan dalam 30 mL medium produksi
Jurnal Biologi, Volume 7 No 1, Januari 2018
Hal. 43-51

dengan sumber karbon terbaik dari hasil perlakuan hari pada suhu ruang dan dishaker dengan
sebelumnya. Sebagai bentuk perlakuan pH media kecepatan 120 rpm. Kultur kemudian disentrifuge
produksi dibuat dengan beberapa tingkatan pH, pada 4000 rpm selama 15 menit, supernatan yang
yaitu pH 5, 6, dan 7. Kultur diinkubasi selama 8 diperoleh diuji aktivitas inhibitor α-amilase.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Isolasi kapang endofit. Isolasi merupakan proses media yang umum dan mengandung komponen
pemisahan suatu jenis mikroba dari mikroba dasar yang dibutuhkan untuk pertumbuhan kapang.
mikroba jenis lain dari habitat aslinya. Hasil isolasi Selain jenis media yang digunakan, kondisi
diperoleh lima isolat kapang endofit dari semua lingkungan seperti kelembaban, pH dan suhu dapat
bagian tanaman yang digunakan, yaitu isolat DT, mempengaruhi pertumbuhan kapang. Menurut
DST1, DST2, BP, dan AU. Koloni kapang endofit Agusta (2009) menyatakan bahwa medium PDA
yang tumbuh dari hasil isolasi setiap bagian merupakan salah satu medium yang kaya nutrisi
tanaman binahong menunjukan bahwa kapang dan dapat mempercepat pertumbuhan jamur
endofit mampu tumbuh dengan baik dalam media endofit pada hari ketiga atau keempat.
PDA, karena media tersebut merupakan salah satu

Tabel 4.1. Hasil pengamatan makroskopis dan mikroskopis kapang endofit pada hari ke 7
Pengamatan makroskopis Pengamatan mikroskopis
N
Isolat Warna Warna Bentuk Bentuk Warna
o. Ukuran Spora
permukaan dasar hifa hifa
Besar dan
Makroko
memenuhi
nidia
1 DT Putih Putih permukaan Sirkular Bersepta Hialin
bentuk
media
lonjong
Besar dan
DST1 memenuhi
2 (Aspergillus Hijau Hijau tua permukaan Sirkular Bersepta Hialin Konidia
sp.) media

Sedang
dan
memenuhi
3 DST2 Hijau tua Hijau tua sebagian Irregular Bersepta Coklat Konidia
permukaan
media

Kecil dan
tumbuh di
Coklat bagian
4 BP Coklat Irregular Bersepta Coklat Konidia
kehijauan tengah
media

Makroko
Besar dan
AU nidia
Putih memenuhi
5 (Fusarium Putih Sirkular Bersepta Hialin bentuk
kekuning permukaan
sp.) bulan
media
sabit
Jurnal Biologi, Volume 7 No 1, Januari 2018
Hal. 43-51

Gambar 1. (a) Morfologi koloni isolat DT, (b) pengamatan mikroskop isolat DT

Uji aktivitas inhibitor α-amilase dan seleksi terang, artinya reaksi antara gula pereduksi dan
kapang. Uji aktivitas inhibitor α-amilase reagen DNS semakin kecil, karena terhambatnya
dilakukan untuk mengetahui isolat kapang endofit hidrolisis amilum oleh enzim α-amilase untuk
yang memiliki kemampuan penghambatan menghasilkan produk. Menurut Irawan (2011)
terhadap α-amilase terbaik dari kelima isolat berkurangnya produk yang dihasilkan oleh substrat
kapang endofit yang diperoleh. Dari hasil uji dan enzim ditandai dengan berkurangnya
aktivitas inhibitor α-amilase kelima isolat kapang kepekatan warna, semakin kurang intensitas
endofit menggunakan metode spektrofotometri kepekatan warna maka semakin sedikit pula
didapatkan bahwa isolat DT mempunyai produk yang terbentuk. Hasil dari seleksi kelima
kemampuan penghambatan terbaik dengan isolat kapang endofit diperoleh isolat DT sebagai
persentase 91,43 %. Hasil uji aktivitas ini isolat dengan aktivitas inhibisi α-amilase tertinggi
menunjukan bahwa isolat kapang endofit DT yang selanjutnya digunakan untuk mengetahui
memiliki kemampuan untuk menghambat aktivitas waktu optimasi inhibitor α-amilase dan perlakuan
enzim α-amilase dari senyawa aktif metabolit terhadap sumber karbon serta pH medium
sekunder yang dihasilkan isolat, karena nilai produksi.
absorbansi kecil dan menghasilkan warna paling

100 91.43
90 82.22
80
70
Inhibisi (%)

60
50
40
30 21.17
20
7.19 4.96
10
0
DST2 DST1 DT AU BP
Isolat kapang endofit
.
Gambar 2. Hasil uji aktivitas inhibitor α-amilase isolat kapang endofit binahong
Optimasi produksi inhibitor α-amilase. α-amilase. Dari hasil penelitian diperoleh hari
Optimasi inhibitor α-amilase dilakukan pada isolat kedelapan, adalah waktu optimum aktivitas
DT dengan tujuan untuk mengetahui waktu produksi inhibitor α-amilase oleh isolat DT dengan
optimum inhibitor α-amilase yang dilihat dari persentase 71,98 % dan pada hari selanjutnya
kurva waktu optimum aktivitas produksi inhibitor aktivitas inhibitor menunjukkan penurunan,
Jurnal Biologi, Volume 7 No 1, Januari 2018
Hal. 43-51

sehingga fermentasi dihentikan. Berdasarkan hasil menstimulasi kapang endofit untuk menghasilkan
penelitian, dapat dikatakan bahwa pada hari metabolit sekunder sebagai mekanisme bertahan
kedelapan isolat DT telah masuk dalam fase hidup. Metabolit sekunder biasanya hanya
stasioner. Fase stasioner ini merupakan fase diproduksi pada fase stasioner pertumbuhan
dimana jumlah sel hidup dan mati relatif sama, (Robinson, et al., 2001).
jumlah nutrisi mulai berkurang, sehingga

80 72.98
70 67.11
60 55.79
Inhibisi (%)

50 47.95 46.05
48.76
40 43.77
28.32 34.78
30 29.28
20 23.53

10
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Waktu (hari)

Gambar 3. Grafik ihibisi α-amilase isolat DT selama 11 hari inkubasi pada suhu ruang

Pengaruh sumber karbon terhadap aktivitas biosintesis inhibitor α-amilase, dan dapat
inhibitor α-amilase. Karbon merupakan mempercepat proses biosintesis inhibitor α-amilase
makronutrien yang dibutuhkan dalam yang prosesnya kemungkinan sama dengan
pertumbuhan mikroorganisme, dalam hal ini biosintesis acarbose dapat menghambat kerja
kapang endofit. Penelitian ini menggunakan enzim α-amilase. Menurut Zhang (2002)
sumber karbon yang berbeda jenisnya untuk menyatakan sukrosa merupakan jenis disakarida
melihat kemampuan sumber karbon dalam yang diperlukan oleh acarbose dalam proses
menghasilkan inhibitor α-amilase dengan sintesisnya dan mampu diberi pengaruh
persentase tertinggi. Berdasarkan hasil uji inhibitor penghambatan oleh acarbose. Hasil analisis secara
menunjukkan bahwa sukrosa merupakan sumber statistika dengan menggunakan ANOVA (analysis
karbon yang memiliki aktivitas penghambatan of variance) diperoleh hasil bahwa sumber karbon
terbaik terhadap enzim α-amilase dengan rerata memberi pengaruh nyata terhadap aktivitas inhibisi
persentase sebesar 58,91%, diikuti maltosa α-amilase karena nilai Fhitung > Ftabel dengan taraf
40,45%, dan laktosa dengan persentase 15,42%. signifikasi 5%, sehingga dilakukan uji lanjut Tukey
Dari hasil uji inhibitor menandakan bahwa sukrosa (BNJ) untuk mengetahui apakah terdapat pasangan
merupakan disakarida yang memiliki ikatan perlakuan yang berbeda nyata.
glikosida yang mungkin berperan dalam proses
Jurnal Biologi, Volume 7 No 1, Januari 2018
Hal. 43-51

70
58.91 (a)
60

50

Inhibisi (%)
40.45 (b)
40

30

20 15.42 (c)

10

0
Sukrosa Laktosa Maltosa
Sumber karbon
.
Gambar 4. Pengaruh sumber karbon terhadap aktivitas inhibisi α-amilase isolat DT

Pengaruh pH terhadap aktivitas inhibitor α- inhibitor terdapat pada pH 4,5 – 5,0 dan pada pH
amilase. pH atau derajat keasaman merupakan 6,9 merupakan pH optimum untuk amylase
salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi mamalia (PPA). Kaitan pH medium sukrosa dan
kerja enzim maupun inhibitor enzim, dalam persentase aktivitas inhibitor α-amilase adalah
penelitian ini kaitannya dengan inhibitor α- sukrosa lebih mudah mengalami hidrolisis pada
amilase. Menurut Obiro et. al (2008) menyatakan kondisi pH asam, sehingga lebih cepat memicu
aktivitas inhibitor α-amilase dipengaruhi oleh pH, sintesis senyawa metabolit sekunder sejenis
temperatur, waktu inkubasi serta adanya ion acarbose yang dihasilkan oleh isolat DT dalam
tertentu. Berdasarkan hasil uji inhibitor α-amilase menghambat aktivitas enzim α-amilase. Hasil
diperoleh bahwa pH 5 adalah pH medium produksi analisis secara statistika dengan menggunakan
dengan persentase aktivitas tertinggi sebesar ANOVA (analysis of variance) diperoleh hasil
37,83%, pH 7 sebesar 30,43%, dan pH 6 sebesar bahwa pH memberi pengaruh berbeda tidak nyata
27,8%. Dari hasil penelitian diketahui bahwa isolat terhadap aktivitas inhibisi α-amilase karena nilai
DT mampu menghambat kerja enzim α-amilase Fhitung < Ftabel dengan taraf signifikan 5%, sehingga
dengan cara menghasilkan metabolit sekunder uji lanjut tidak diperlukan untuk membedakan
terbaik pada pH medium 5. Menurut Obiro (2008) perlakuan pH.
menyatakan bahwa pH optimum untuk aktivitas

40 37.83 (a)
35
30.43 (a)
30 27.8 (a)
Inhibisi (%)

25
20
15
10
5
0
5 6 7
pH

Gambar 5. Pengaruh pH medium terhadap aktivitas inhibisi α-amilase isolat DT


Jurnal Biologi, Volume 7 No 1, Januari 2018
Hal. 43-51

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat bahwa sukrosa merupakan sumer karbon yang
disimpulkan bahwa hasil isolasi dari tanaman terbaik untuk memproduksi inhibitor α-amilase
binahong (Anredera cordifolia) didapatkan 5 isolat isolat DT dibandingkan sumber karbon maltosa
kapang endofit yaitu isolat DT, DST1, DST2, AU dan laktosa, dan hasil uji statistik pengaruh pH
dan BP. Isolat kapang endofit DT memiliki medium produksi menunjukkan bahwa pH medium
kemampuan aktivitas inhibitor α-amilase dengan 5 sampai 7 tidak mempengaruhi inhibitor α-
rerata penghambatan sebesar 91,43%. Hasil uji amilase isolat DT dalam medium dengan sumber
statistik pengaruh sumber karbon menunjukkan karbon sukrosa.

DAFTAR PUSTAKA
Agusta, A. 2009. Biologi dan Kimia Jamur Endofit. Akar Tanaman Bakau (Bruguiera
Penerbit ITB, Bandung. gymnorrhiza) terhadap Bakteri Escherichia
Andrieyani, A. Hanapi, A. G. Fasya, dan H. Hasanah. coli dan Staphylococcus aureus. J. e-Biomedik.
2015. Identifikasi Senyawa Flavonoid dan 2(1):1-5
Efek Terapi Ekstrak Etanol 70% Umbi Pujiyanto, S. dan R. S. Ferniah. 2010. Aktivitas
Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) inhibitor alpha-glukosidase bakteri endofit PR-
terhadap Kadar Glukosa Darah dan Aktivfitas 3 yang diisolasi dari tanaman pare (Mimordica
SOD (Superoksida dismutase) Jantung Tikus charantia) . Bioma. 12(1):1-5
yang Diinduksi Aloksan. Alchemy. 4(1):73-78 Robinson, T., D. Singh., P. Nigan. 2001. Solid-State
Dewi, C., T. Purwoko, A. Pangastuti. 2005. Produksi Fermentation : a Promising Microbial
Gula Reduksi oleh Rhizopus oryzae dari Technology for Secondary Metabolites
Substrat Bekatul. J. Bioteknologi. 2(1):21-26 Produstion. App. Microbiol. Biotechnol.
Hariana, A. 2013. 262 Tumbuhan Obat dan 55(3):284-289
Khasiatnya. Penebar Swadaya. Jakarta. Suciatmih, Yuliar, dan D. Supriyati. 2011. Isolasi,
Irawan, F. 2011. Aktivitas Antidiabetes dan Fitokimia Identifikasi, dan Skrining Jamur Endofit
Ekstrak Air dan Metanol Daun Waru Penghasil Agen Biokontrol dari Tanaman di
(Graptophyllum pictum (L.) Giff.). [Skripsi]. Lahan Pertanian dan Hutan Penunjang Gunung
Bogor : IPB. Salak. J. Tek. Ling. 12(2):171-186
Karthic, K., K.S Kirthiram, S. Sadasivan, dan B. Sukandar, E. Y., A. Qowiyyah, dan L. Larasari. 2011.
Thayumanavan. 2008. Identification of α- Effect of Methanol Extract Hearhleaf
amilase Inhibitors from Syzygium cumini Linn madeiravine (Anredera cordifolia (TEN.)
seeds. Indian J. Exp. Biol. 46:677-680 Steenis) Leaves on Blood Sugar in Diabetes
Listiandiani, K. 2011. Identifikasi Kapang Endofit Mellitus Model Mice. J. Med. Planta. 1(4):1-
ES1, ES2, ES3, dan ES4 dari Broussonetia 10
papyrifera Vent. dan Pengujian Aktivitas Tirtana, Z. Y. G., L. Sulistyowati, A. Cholil. 2013.
Antimikroba. [Skripsi]. Jakarta : Universitas Eksplorasi Jamur Endofit pada Tanaman
Indonesia. Kentang (Solanum tuberosum L.) serta Potensi
Manoi, F. 2009. Binahong sebagai Obat. Warta Antagonismenya terhadap Phytophthora
Penelitian dan Pengembangan Tanaman infestans (Mont.) de Barry Penyebab Penyakit
Industri 15 (1) : 3-5 Hawar Daun Secara In Vitro. J. HPT. 1(3):91-
Mardiana, L. 2012. Daun Ajaib Tumpas Penyakit. 101
Penebar Swadaya. Jakarta. Widhyastuti, N. 2007. Produksi Kitinase
Obiro, W. C., T. Zhang, and B. Jiang. 2008. The Ekstraseluler Aspergillus rugulosus 501 secara
Nutraceutical Role of the Phaseolus vulgaris Optimal pada Media Cair. Berita Biologi.
α-amylase inhibitor. Br. J. Nutr. 100:1-12 8(6):547-553.
Phoanda, T.C., Robert B., P.M. Wowor, dan Jimmy Zhang, C.S., 2002. Genomic Analysis of Secondary
P. 2014. Uji Efek Antikbakteri Jamur Endofit Metabolite Producing Actinomycetes : AcbM
Jurnal Biologi, Volume 7 No 1, Januari 2018
Hal. 43-51

is a 2-epi-5-epi-valiolone 7-kinase. Producting Bioactive Compounds Originally


Dissertation. Bergische Universitat, from their Host Plants”. A. Mendez-Vilas (ed).
Wuppertal. Current Research, Technology and Education
Zhao, J., L. Zhou, J. Wang, T. Shan, L. Zhong, X. Liu, Topics in Applied Microbiology and Microbial
and X. Gao. 2010. “Endophytic Fungi for Biotechnology. 567-576

Anda mungkin juga menyukai