Kelompok 3
2020
ABSTRACT
The objectives of this research were to determineflavonoid content and total antioxidant
capacity of Ethanolic extract of Binahong Leaf [Anredera cordifolia (Ten.) Steenis]. Total
flavonoid were evaluated using Chang (2002) method, identification of flavonoid using thin
layer chromatography and color reaction. Evaluation of antioxidant activity using ferric
reducing antioxidant power (FRAP) method. The results shows that ethanolic extract of
Binahong leaf possess total flavonoids 11,266 mg/kg (fresh) and 7,687 mg/kg (dry). Flavonoids
contain in both extracts were flavonols group. Ethanolic extract of Binahong possess total
antioxidant 4,25 mmol/100g (fresh) and 3,68 mmol/100g (dry).
Keywords: total flavonoids, total antioxidant, ferric reducing antioxidant power, Anredera
cordifolia Steenis.
ABSTRAK
Kata kunci: flavonoid total, antioksidan total, ferric reducing antioxidant power, Anredera
Cordifolia (Ten.) Steenis.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Radikal bebas merupakan suatu senyawa asing yang masuk ke dalam tubuh dan
merusak sistem imunitas tubuh. Radikal bebas tersebut dapat timbul akibat berbagai proses
kimia yang kompleks dalam tubuh, polutan lingkungan, radiasi zat-zat kimia, racun, makanan
cepat saji, dan makanan yang digoreng pada suhu tinggi. Jika jumlahnya berlebih, radikal
bebas akan memicu efek patologis. Radikal bebas yang berlebih dapat menyerang apa saja
terutama yang rentan seperti lipid, protein dan berimplikasi pada timbulnya berbagai penyakit
degeneratif. Oleh karena itu pembentukan radikal bebas harus dihalangi atau dihambat dengan
antioksidan.
Senyawa-senyawa yang mampu menghilangkan, membersihkan, menahan efek radikal
disebut antioksidan. Antioksidan menstabilkan radikal bebas dengan melengkapi kekurangan
elektron yang dimiliki radikal bebas, dan menghambat terjadinya reaksi berantai dari
pembentukan radikal bebas. Selain itu, antioksidan juga berguna untuk mengatur agar tidak
terjadi proses oksidasi berkelanjutan di dalam tubuh.
Keanekaragaman hayati Indonesia sangat berpotensi dalam penemuan senyawa baru
sebagai antioksidan. Beberapa penelitian menunjukan bahwa beberapa tumbuhan terbukti
bermanfaat melindungi tubuh manusia dari bahaya radikal bebas, karena adanya antioksidan
yang terdapat dalam tumbuhan tersebut. Secara alami, tumbuhan yang mengandung
antioksidan tersebar pada berbagai bagian tumbuhan seperti akar, batang, kulit, ranting, daun,
buah, bunga dan biji (Hutapea, 2005).
Tumbuhan yang berkhasiat sebagai obat memiliki zat-zat penting yang sangat berperan
dalam menentukan aktivitas kerja tumbuhan obat tersebut, salah satunya yaitu flavonoid yang
umumnya terdapat pada tumbuhan sebagai glikosida. Flavonoid termasuk senyawa fenolik
alam yang potensial sebagai antioksi dan salah satu tumbuhan yang menarik untuk diteliti
sebagai komponen aktif antioksidan adalah binahong. Secara empiris beragam khasiat
binahong telah diakui, untuk mengatasi beberapa penyakit seperti luka bakar, kanker, dan
jantung.
Metode FRAP adalah satu-satunya metode yang secara langsung mengukur antioksidan
dalam bahan. Vargia (2002) mengamukakan bahwa metode FRAP adalah metode yang
digunakan untuk menguji antioksidan dalam tumbuh – tumbuhan. Kelebihan metode FRAP
ini yaitu metodenya yang murah, cepat, dan reagen yang digunakkan cukup sederhana serta
tidak menggunakan alat khusus untuk menghitung total antioksidan.
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
Tanaman binahong adalah tanaman asli yang berasal dari Amerika selatan. Namun ada
juga yang menyebut tanaman binahong berasal dari cina. Binahong merupakan tumbuhan
menjalar yang berumur panjang dan panjangnya bisa mencapai lebih kurang 5 m. Tanaman ini
tumbuh baik di cuaca tropis dan sub-tropis.
Tumbuhan ini berakar berbentuk rimpang dan berdaging lunak. Batangnya lunak,
silidris, saling membelit, berwarna merah, bagian dalam solid, permukaan halus, kadang
membentuk semacam umbi yang melekat di ketiak daun dengan bentuk tak beraturan dan
bertekstur kasar. Berdaun tuggal, tangkainya sangat pendek, tersusun berseling, berwarna
hijau, bentuk jantung, panjang 5-10 cm, lebar 3-7 cm, helaian daun tipis lemah, ujug runcing,
pangkal berlekuk, tepi rata, permukaan licin. Bunganya menjemuk berbentuk tandan,
bertangkai panjang, muncul di ketiak daun, mahkota berwarna krem keputih-putihan berjumlah
lima helai tidak berlekatan, panjang helai mahkota 0,5 – 1 cm, berbau harum.
Morfologi tumbuhan
a. Daun
b. Batang
Batang dari tanaman binahong lunak, berbentuk silindris, saling membelit, permukaan
halus dan berwarna merah.
c. Bunga
d. Akar
Sistematika tumbuhan
Ordo : Caryophyllales
Famili : Basellaceae
Genus : Anredera
Manfaat binahong
Daun binahong digunakan untuk pengobatan berbagai jenis penyakit seperti typus, maag,
radang usus dan ambeien serta untuk menyembuhkan luka dalam dan luar paska operasi. Daun
binahong dapat pula dimanfaatkan untuk mengatasi gatal-gatal, disentri, anemia, geger otak,
batuk, borok yang menahun, gusi berdarah, mimisan, jerawat, kencing manis, kurang nafsu
makan, sakit paru-paru, patah tulang, radang ginjang, sesak napas, usus bengkak.
Zat-zat yang dikandung
Berbagai khasiat binahong tersebut tidak lepas dari kandungan kimia yang ada di dalam nya.
1. Flavonoid
Beragam riset menunjukkan flavonoid dari ekstrak daun binahong memiliki aktifitas
farmakologi sebagai antiinflamasi, misalnya terjadi melalui efek penghambatan pada jalur
metabolism asam arakhidona, pembentukan prostaglandin, hingga pelepasan histamine pada
radang.
2. Asam oleanolik
Asam oleanolik termasuk golongan triterpenoid yang merupakan sumbet anti oksidan di
tanaman. Sistem perlindungan oleh asam oleanolik adalah dengan mencegah racun menyusup
ke dalam sel dengan cara meningkatkan system pertahanan selSama oleanolik juga bersifat
antiinflamasi.
3. Protein
Binahong juga kaya protein dengan berat molekul besar. Hal tersebut menjadi keuntungan
karena protein dapat menjadi antigen yang memacu pembentukan antibodi. Protein ini juga
mampu menstimulasi produksi nitrit oksidase hingga dapat meningkatkan aliran darah berisi
nutrisi ke tiap jaringan sel.
4. Asam askorbat
Asam askorbat dikenal sebagai vitamin c. Kehadiran asam askorbat dapat meningkatkan daya
tahan tubuh terhadap infeksi, memelihara membrane mukosa, mempercepat penyambuhan,
serta anti oksidan. Asam askorbat pun memiliki pernan penting untuk mengaktifkan enzim
prolil hidroksilase yang menunjang tahap hidroksilasi ketika kolagen dibentuk.
5. Saponin
Saponin adalah glikosida, yaitu metabolit sekunder yang banyak terdapat di alam, terdiri dari
gugus gula yang berikatan dengan aglikon atau sapogenin.
Khasiat tumbuhan
1. Sariawan berat
2. Pusing
3. Sakit perut
1. Menyembuhkan luka dalam dan luka luar seperti baru operasi, typhus, radang usus,
maag dan wasir.
2. Pembengkakan dan pembekuan darah.
3. Memulihkan kondisi lemah setelah sakit.
4. Rhematik, luka memar (akibat benturan, terpukul atau terkilir)
5. Mencegah stroke
B. Teori Simplisia
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami
pengolahan apapun juga dan kecuali diyatakan lain simplisia merupakan bahan yang
dikeringkan. Simplisia dapat berupa simplisia nabati, simplisia hewani dan simplisia pelikan
atau mineral.
1. Jenis Simplisia
Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau
eksudat tanaman. Yang dimaksud dengan eksudat tanaman adalah isi sel yang
secara spontan keluar dari tanaman atau yang dengan cara tertentu dikeluarkan dari
selnya, atau zat-zat nabati lainnya yang dengan cara tertent dipisahkan dari
tanamannya.
Simplisia hewani adalah simplisia yang berupa hewan utuh, bagian hewan atau zat-
zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni.
Simplisia mineral atau pelikan adalah simplisia yang berupa bahan pelikan atau
mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum
berupa zat kimia murni.
Untuk menjamin keseragaman senyawa aktif, keamanan maupun kegunaannya, maka simplisia
harus memenuhi persyaratan minimal. Dan untuk memenuhi persyarata minimal tersebut, ada
beberapa faktor yang berpengaruh, antara lain adalah:
Agar simplisia memenuhi persyaratan minimal yang ditetapkan, maka ketiga faktor
tersebut haus memenuhi persyaratan minimal yang ditetapkan.
Metode yang digunakan dalam produksi untuk setiap jenis simplisia sangat tergantung
dari faktor ekonomi. Ini dapat disarankan untuk mengumpulkan bahan simplisia dari tumbuhan
liar, jika di alam banyak terdapat dan biayanya rendah, sebaliknya di alam langka dan beaya
tinggi maka perlu untuk dibudidaya. Misalnya di Meksiko, umbi Dioscorea spp. Dikumpulkan
dari tumbuhan liar, sedangkan di Eropa daun digitalis diproduksi dengan budidaya. Selain
faktor ekonomi, pemilihan metode produksi simplisia juga tergantung dari faktor Iingkungan.
Suatu permintaan yang tinggi simplisia yang dikumpulkan dari tumbuhan liar akan berakibat
tumbuhan itu akan menjadi Iangka atau bahkan terancam kepunahan. Contoh yang mutakhir
adalah ditemukannya obat kanker, yaitu paklitaksel atau turunan taxol dari kulit batang Taxus
brevifolia, suatu tumbuhan kecil yang berasal dari Amerika Utara bagian barat. Di masa
mendatang untuk simplisia yang banyak diminta dan alasan faktor lingkungan serta kualitas
yang seragam (terstandardisasi) maka langkah budidaya sangat diperlukan. Obat akan
dikumpulkan atau dibudidaya di seluruh dunia. (Anonim, 1990)
Pada dasarnya tidak ada perbedaan antara cara budidaya (cultivation) tanaman obat dan
tanaman hortikultura dan pertanian Iainnya. Beberapa faedah dari budidaya tanaman obat dari
pada pengumpulan dari tumbuhan liar. Kondisi tanah, keteduhan, kelembaban, penyakit
tanaman dapat diawasi. Pemanenan lebih menjamin keseragaman tahap perkembangan dan
tumbuh bersama pada Iuas tanah yang terbatas. Hal ini memudahkan penanganan bahan pada
tahap penanganan pasca panen. Pengeringan harus dilakukan secepatnya dan efisien, sehingga
kandungan aktif farmakologik tidak berubah. Semua faktor tersebut akan menjamin
dihasilkannya simplisia yang berkualitas tinggi serta seragam.
b) Iklim.
Suhu, curah hujan, jam kena cahaya, dan tinggi tanah merupakan faktor iklim yang sangat
penting untuk perkembangan tumbuhan. Pada umumnya tumbuhan tidak tahan terhadap
perubahan iklim yang mendadak, tetapi sangat cocok dengan iklim yang sesuai pada waktu
tumbuhan itu ditemukan tumbuh subur.
c) Tanah
Tinggi-rendah pH tanah sangat berpengaruh terhadap perkembangan tumbuhan, hal ini sangat
tergantung atas kandungan alkali. Tanah yang kaya humus dan kandungan alkali rendah, maka
tanah itu bersifat asam, sedangkan kandungan alkali tinggi mengakibatkan pH tinggi. Berbagai
sifat tanah mirip dengan berbagai faktor iklim dan tumbuhan akan menyesuaikan untuk tumbuh
pada tipe tanah berbeda. Akan tetapi, kebanyakan tumbuhan akan tumbuh dengan baik pada
tanah yang netral, kaya humus, dan komposisi tanah terdiri dari partikel halus dan hebih kasar,
sehingga terjadi kombinasi yang baik antara kemampuan mengikat air dan permeabilitas udara.
d) Pengairan
Untuk berkembang baik tumbuhan memerlukan air yang cukup. Apabila curah hujan rendah
maka tanah pertanian perlu diairi, dengan cara lewat pematang atau langsung disirami.
Ketersediaan air yang baik dan cukup merupakan kunci keberhasilan budidaya tanaman obat.
(Depkes,1985)
2) Penyiapan simplisia
Dalam penyiapan atau pembuatan simplisia, tahapan yang perlu diperhatikan adalah (1) bahan
baku simplisia, (2) proses pembuatan simplisia, dan (3) cara pengepakan/pengemasan dan
penyimpanan simplisia.
Setelah dilakukan pemanenan bahan baku simplisia, maka tahapan penanganan pasca panen
adalah sebagai berikut.
a) Sortasi basah.
Tahap ini perlu dilakukan karena bahan baku simplisia harus benar dan murni, artinya berasal
dari tanaman yang merupakan bahan baku simplisia yang dimaksud, bukan dari tanaman lain.
Dalam kaitannya dengan ini, perlu dilakukan pemisahan dan pembuangan bahan organik asing
atau tumbuhan atau bagian tumbuhan lain yang terikut. Bahan baku simplisia juga harus bersih,
artinya tidak boleh tercampur dengan tanah, kerikil, atau pengotor lainnya (misalnya serangga
atau bagiannya).
b) Pencucian.
Pencucian seyogyanya jangan menggunakan air sungai, karena cemarannya berat. Sebaiknya
digunakan air dari mata air, sumur, atau air ledeng (PAM). Setelah dicuci ditiriskan agar
kelebihan air cucian mengalir. Ke dalam air untuk mencuci dapat dilarutkan kalium
permanganat seperdelapan ribu, hal ini dilakukan untuk menekan angka kuman dan dilakukan
untuk pencucian rimpang.
c) Perajangan.
Banyak simplisia yang memerlukan perajangan agar proses pengeringan berlangsung lebih
cepat. Perajangan dapat dilakukan “manual” atau dengan mesin perajang singkong dengan
ketebalan yang sesuai. Apabila terlalu tebal maka proses pengeringan akan terlalu lama dan
kemungkinan dapat membusuk atau berjamur. Perajangan yang terlalu tipis akan berakibat
rusaknya kandungan kimia karena oksidasi atau reduksi. Alat perajang atau pisau yang
digunakan sebaiknya bukan dan besi (misalnya “stainless steel” eteu baja nirkarat).
d) Pengeringan.
Pengeringan merupakan proses pengawetan simplisia sehingga simplisia tahan lama dalam
penyimpanan. Selain itu pengeringan akan menghindari teruainya kandungan kimia karena
pengaruh enzim. Pengeringan yang cukup akan mencegah pertumbuhan mikroorganisme dan
kapang (jamur). Menurut persyaratan obat tradisional pengeringan dilakukan sampai kadar air
tidak lebih dari 10%. Cara penetapan kadar air dilakukan menurut yang tertera dalam Materia
Medika Indonesia atau Farmakope Indonesia. Pengeringan sebaiknya jangan di bawah sinar
matahari langsung, melainkan dengan almari pengering yang dilengkapi dengan kipas
penyedot udara sehingga terjadi sirkulasi yang baik. Bila terpaksa dilakukan pengeringan di
bawah sinar matahari maka perlu ditutup dengan kain hitam untuk menghindari terurainya
kandungan kimia dan debu. Agar proses pengeringan berlangsung lebih singkat bahan harus
dibuat rata dan tidak bertumpuk. Ditekankan di sini bahwa cara pengeringan diupayakan
sedemikian rupa sehingga tidak merusak kandungan aktifnya.
e) Sortasi kering.
Simplisia yang telah kering tersebut masih sekali lagi dilakukan sortasi untuk memisahkan
kotoran, bahan organik asing, dan simplisia yang rusak karena sebagai akibat proses
sebelumnya.
f) Pengepakan dan penyimpanan.
Bahan pengepak harus sesuai dengan simplisia yang dipakai. Bahan pengepak yang baik adalah
karung goni atau karung plastik. Simplisia yang ditempatkan dalam karung goni atau karung
plastik praktis cara penyimpanannya, yaitu dengan ditumpuk. Selain itu, cara menghandelnya
juga mudah serta cukup menjamin dan melindungi simplisia di dalamnya. Pengepak lainnya
digunakan menurut keperluannya. Pengepak yang dibuat dari aluminium atau kaleng dan seng
mudah melapuk, sehingga perlu dilapisi dengan plastik atau malam atau yang sejenis dengan
itu. Penyimpanan harus teratur, rapi, untuk mencegah resiko tercemar atau saling mencemari
satu sama lain, serta untuk memudahkan pengambilan, pemeriksaan, dan pemeliharaannya.
Simplisia yang disimpan harus diberi label yang mencantumkan identitas, kondisi, jumlah,
mutu, dan cara penyimpanannya. Adapun tempat atau gudang penyimpanan harus memenuhi
syarat antara lain harus bersih, tentutup, sirkulasi udara baik, tidak lembab, penerangan cukup
bila diperlukan, sinar matahari tidak boleh leluasa masuk ke dalam gudang, konstruksi dibuat
sedemikian rupa sehingga serangga atau tikus tidak dapat Ieluasa masuk, tidak mudah
kebanjiran serta terdapat alas dari kayu yang baik (hati-hati karena balok kayu sangat disukai
rayap) atau bahan lain untuk meletakkan simplisia yang sudah dipakai tadi. (Anonim,1992)
C. Teori Ekstraksi
Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu zat dari campurannya dengan menggunakan
pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak substansi yang diinginkan tanpa
melarutkan material lainnya.
Secara garis besar, proses pemisahan secara ekstraksi terdiri dari tiga langkah dasar yaitu:
1. Penambahan sejumlah massa pelarut untuk dikontakkan dengan sampel, biasanya melalui
proses difusi.
2. Zat terlarut akan terpisah dari sampel dan larut oleh pelarut membentuk fase ekstrak.
Ekstraksi merupakan suatu proses pemisahan kandungan senyawa kimia dari jaringan
tumbuhan ataupun hewan dengan menggunakan penyari tertentu. Ekstrak adalah sediaan pekat
yang diperoleh dengan cara mengekstraksi zat aktif dengan menggunakan pelarut yang sesuai,
kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa
diperlakukan sedemikian, hingga memenuhi baku yang ditetapkan (Depkes RI 1995).
Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan sifat tertentu,
terutama kelarutannya terhadap dua cairan tidak saling larut yang berbeda. Pada umumnya
ekstraksi dilakukan dengan menggunakan pelarut yang didasarkan pada kelarutan komponen
terhadap komponen lain dalam campuran, biasanya air dan yang lainnya pelarut organik. Bahan
yang akan diekstrak biasanya berupa bahan kering yang telah dihancurkan, biasanya berbentuk
bubuk atau simplisia (Sembiring, 2007).
Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang terdapat pada
bahan alam. Bahan-bahan aktif seperti senyawa antimikroba dan antioksidan yang terdapat
pada tumbuhan pada umumnya diekstrak dengan pelarut. Pada proses ekstraksi dengan pelarut,
jumlah dan jenis senyawa yang 7 masuk kedalam cairan pelarut sangat ditentukan oleh jenis
pelarut yang digunakan dan meliputi dua fase yaitu fase pembilasan dan fase ekstraksi. Pada
fase pembilasan, pelarut membilas komponen-komponen isi sel yang telah pecah pada proses
penghancuran sebelumnya. Pada fase ekstraksi, mula-mula terjadi pembengkakan dinding sel
dan pelonggaran kerangka selulosa dinding sel sehingga pori-pori dinding sel menjadi melebar
yang menyebabkan pelarut dapat dengan mudah masuk kedalam sel. Bahan isi sel kemudian
terlarut ke dalam pelarut sesuai dengan tingkat kelarutannya lalu berdifusi keluar akibat adanya
gaya yang ditimbulkan karena perbedaan konsentrasi bahan terlarut yang terdapat di dalam dan
di luar sel (Voigt, 1995).
Ekstraksi secara umum dapat digolongkan menjadi dua yaitu ekstraksi padat cair dan
ekstraksi cair-cair. Pada ekstraksi cair-cair, senyawa yang dipisahkan terdapat dalam campuran
yang berupa cairan, sedangkan ekstraksi padat-cair adalah suatu metode pemisahan senyawa
dari campuran yang berupa padatan (Anonim, 2012).
Pada bahan alami, solute biasanya terkurung di dalam sel sehingga paa proses
pengontakan langsung antara pelarut dengan solute mengakibatkan terjadinya pemecahan
dinding sel karena adanya perbedaaan tekanan antara di dalam dengan di luar dinding sel.
Proses difusi solute dari padatan menuju permukaan padatan dan solute berpindah dari
permukaan padatan menuju cairan berlangsung secara seri. Apabila salah satu berlangsung
relatif lebih cepat, maka kecepatan ekstraksi ditentukan oleh proses yang lambat, tetapi bila
kedua proses berlangsung dengan kecepatan yang tidak jauh berbeda, maka kecepatan ekstraksi
ditentukan oleh kedua proses tersebut (Sediawan dan Prasetya, 1997).
2. Perkolasi
Perkolasi merupakan metode ekstraksi dengan bahan yang disusun secara unggun dengan
menggunakan pelarut yang selalu baru sampai prosesnya 10 sempurna dan umumnya
dilakukan pada suhu ruangan. Prosedur metode ini yaitu bahan direndam dengan pelarut,
kemudian pelarut baru dialirkan secara terus menerus sampai warna pelarut tidak lagi
berwarna atau tetap bening yang artinya sudah tidak ada lagi senyawa yang terlarut.
Kelebihan dari metode ini yaitu tidak diperlukan proses tambahan untuk memisahkan
padatan dengan ekstrak, sedangkan kelemahan metode ini adalah jumlah pelarut yang
dibutuhkan cukup banyak dan proses juga memerlukan waktu yang cukup lama, serta tidak
meratanya kontak antara padatan dengan pelarut (Sarker, S.D., et al, 2006).
Pada metode ini melibatkan pemanasan selama proses ekstraksi berlangsung. Adanya panas
secara otomatis akan mempercepat proses ekstraksi dibandingkan dengan cara dingin.
Beberapa jenis metode ekstraksi cara panas, yaitu:
1. Ekstraksi refluks
Ekstraksi refluks merupakan metode ekstraksi yang dilakukan pada titik didih pelarut
tersebut, selama waktu dan sejumlah pelarut tertentu dengan adanya pendingin balik
(kondensor). Pada umumnya dilakukan tiga sampai lima kali pengulangan proses pada
rafinat pertama. Kelebihan metode refluks adalah padatan yang memiliki tekstur kasar
dan tahan terhadap pemanasan langsung dapat diekstrak dengan metode ini. Kelemahan
metode ini adalah membutuhkan jumlah pelarut yang banyak (Irawan, B., 2010).
Pengertian Flavonoid
Flavonoid adalah senyawa yang terdiri dari 15 atom karbon yang umumnya tersebar di
dunia tumbuhan. Lebih dari 2000 flavonoid yang berasal dari tumbuhan telah diidentifikasi,
tetapi ada tiga kelompok yang umum dipelajari, yaitu antosianin, flavonol,
dan flavon. Antosianin (dari bahasa Yunani anthos, bunga dan kyanos, biru-tua) adalah
pigmen berwarna yang umumnya terdapat di bunga berwarna merah, ungu, dan
biru. Pigmen ini juga terdapat di berbagai bagian tumbuhan lain misalnya, buah tertentu,
batang, daun dan bahkan akar. Flavnoid sering terdapat di sel epidermis. Sebagian besar
flavonoid terhimpn di vakuola sel tumbuhan walaupun tempat sintesisnya ada di luar
vakuola.
D. Metode Spekfotometri
a. Definisi
Spektrofotometer UV-Vis adalah alat yang digunakan untuk mengukur transmitansi,
reflektansi dan absorbsi dari cuplikan sebagai fungsi dari panjang gelombong serta untuk
pengukuran didaerah ultra violet dan didaerah tampak. Semua metode spektrofotometri
berdasarkan pada serapan sinar oleh senyawa yang ditentukan, sinar oleh senyawa yang
ditentukan, sinar yang digunakan adalah sinar yang semonokromatis. Spektrofotometer
sesuai dengan namanya merupakan alat yang terdiri dari spektrometer dan fotometer.
Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombong tertentu
dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang
diabsorbsi.
Jadi spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi cahaya secara relatif jika
energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang
gelombang. Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum sinar tampak yang
sinambung dan monokromatis. Sel pengabsorbsi untuk mengukur perbedaan absorbsi antara
cuplikan dengan blanko ataupun pembanding.
Spektrofotometer UV-Vis ( Ultra Violet-Visible) adalah salah satu dari sekian banyak
instrumen yang biasa digunakan dalam menganalisa suatu senyawa kimia. Spektrofotometer
umum digunakan karena kemampuannya dalam menganalisa begitu banyak senyawa kimia
serta kepraktisannya dalam hal preparasi sampel apabila dibandingkan dengan beberapa
metode analisa. Spektrofotometri UV-Vis melibatkan energi elektronik yang cukup besar
pada molekul yang dianalisis, sehingga spektrofotometer UV-Vis lebih banyak dipakai
untuk analisis kuantitafi dibanding kualitatif.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Kandungan flavonoid total diuji menggunakan metode Chang, (2002), identifikasi flavonoid
menggunakan kromatografi lapis tipis (KLT) dan reaksi warna. Pengujian antioksidan total
menggunakan metode ferric reducing antioxidant power (FRAP).
B. Alat
Alat yang digunakan yaitu pisau, tabung reaksi, gelas kimia, ayakan ukuran 65 mesh, batang
pengaduk, stirrer, corong, pipet tetes, pipet ukur, labu Erlenmeyer, gelas piala, kertas saring,
tissue, lumpang, penjepit tabung, vortex, pemanas listrik, timbangan analitik, mikropipet,
rotary evaporator, spektrofotometer UV-Vis.
C. Bahan
Daun binahong, aquades, butanol, asam asetat, etanol p.a, asam klorida, alumunium klorida,
natrium asetat trihidrat, 2,4,6- tri-pridyal-s-triazine(TPTZ) lempeng KLT 60 F254, feri klorida
heksahidrat, fero sulfat heptahidrat.
D. Cara kerja
1. Preparasi sampel
Sampel daun binahong yang akan digunakan berupa sampel segar yang dipetik dari
tumbuhan binahong tersebut. Sampel segar ini selanjutnya dibagi menjadi dua bagian
yaitu bagian untuk serbuk segar dan bagian untuk serbuk kering. Serbuk kering diperoleh
dari sampel segar yang dibersihkan terlebih dahulu, kemudian dikeringkan secara alami
di udara dengan tidak dikenai sinar matahari langsung selama ± 7 hari, kemudian
diblender dan diayak dengan ayakan 65 mesh. Serbuk segar diperoleh dari sampel segar
yang dipotong-potong hingga menjadi serbuk tanpa adanya pengeringan.
2. Penentuan Kadar Air.
Penentuan kadar air ditentukan dengan metode pemanasan menggunakan oven. Sampel
ditimbang sebanyak ± 3 g di dalam cawan porselin, dimasukan dalam oven dengan
temperetur pemanasan 105 ºC selama 3 jam kemudian didinginkan, lalu sampel
ditimbang. Kemudian dipanaskan kembali dengan oven dan didinginkan sampai
mencapai berat konstan. Rumus perhitungan kadar air sebagai berikut:
3. Rendemen
Rendemen Pengujian daun binahong diperoleh dari berat ekstrak binahong yang
dihasilkan dibagi dengan berat binahong yang digunakan.
BAB IV
PEMBAHASAN
Tabel 1. Hasil preparasi sampel binahong [Anredera cordifolia (Ten.) Steenis] dilihat secara
organoleptik, hasil perhitungan kadar air dan rendemen.
Karakteristik Serbuk Kadar Air Rendemen
organoleptik
Bentuk Serbuk
Warna Hijau tua
Bau Berbau khas 81,99 3,29 %
Rasa Pahit dan sepat %
Tekstur Halus dan lembab
Pada sampel segar tidak mengalami proses pengolahan lebih lanjut sehingga warna
masih terlihat cerah. Hal tersebut sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Winarno
dkk (1980), yaitu proses pengeringan menyebabkan pigmen warna menjadi rusak dan
berkurang, sampel segar memiliki kandungan air masih tinggi sehingga kandungan cairan
masih besar yang membuat tekstur sampel halus dan lembab. Hal ini juga didukung oleh
penelitian Nia (2009), yang menyatakan bahwa perbedaan tekstur pada sampel anggur laut
diakibatkan karena adanya proses pengeringan.
Kandungan Flavonoid
Flavonoid totalpada sampel segar daun binahong diperoleh dengan cara memasukan
nilai absorbansi pada kurva standar kuersetin dengan persamaan kurva yaitu y = 0,0278x –
0,0022 sehingga hasil dari besar flavonoid pada sampel segar daun binahong yaitu sebesar
11,23 mg/kg. kandungan flavonoid pada sampel segar lebih besar, karena pada proses preparasi
sampel segar tidak mengalami pemanasan. Hal tersebut dikarenakan proses pemanasan dapat
membuat kadar dari senyawa flavonoid berkurang. Lusivera (2002) mengatakan bahwa proses
pemanasan ini dapat mengakibatkan penurunan kadar total flavonoid sebesar 15 – 78 %.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa total antioksidan pada kedua sampel ini
memiliki perbedaan, yang menunjukan bahwa proses pengolahan sampel memberikan
pengaruh yang berbeda terhadap uji aktivitas antioksidan. Senyawa antioksidan sangat
mudah mengalami perubahan. Berbagai jenis pengolahan dapat mengakibatkan hilangnya
senyawa antioksidan yang terdapat pada suatu sampel.
BAB V
PENUTUP
KESIMPULAN
1. Flavonoid yang terkandung pada ekstrak daun binahong dari sampel segar dan kering adalah
7,81 mg/kg dan 11,23 mg/kg.
2. Jenis flavonoid yang diperoleh dari hasil isolasi dan identifikasi serbuk segar dan serbuk
kering ekstrak etanol daun binahong ialah flavonol.
3. Ekstrak etanol daun binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) memiliki kapasitas
sebagai antioksidan. Sampel kering memiliki total antioksidan sebesar 3,68 mmol/100 g
dan pada sampel segar sebesar 4,25 mmol/100 g.
DAFTAR PUSTAKA
Chang C. Yang M, Wen Hand Chern J. 2002. Estimation of Total Flavonoid Content in
Halvorsen BL, et al. 2002. A Systematic Screening of Total Antioxidant In Dietary Plants.
J. Nutrition.
Kumalaningsih. 2007. Antioksidan dan Penangkal Radikal Bebas. Jakarta: Penerbit Trubus
Agrisarana.
Prior, R.L., X.Wu., dan K. Schaich. 2005. Standardized Method for the Determination of
Anonim.1990. Materia Medika Indonesia Jilid I-VI, Dep. Kes. R.I. Jakarta.
Anonim.1992. Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik, Dep. Kes. R.I. Jakarta.
nursawatikim.blogspot.com