0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
24 tayangan7 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang morfologi, kandungan kimia, dan khasiat tanaman stroberi. Secara morfologi, stroberi memiliki akar, batang, daun, bunga, dan buah berwarna merah. Kandungan kimia utamanya adalah antosianin yang memberikan warna merah dan memiliki sifat antioksidan. Khasiat stroberi antara lain sebagai antiinflamasi, anti diabetes, dan dapat mencegah kanker.
Dokumen tersebut membahas tentang morfologi, kandungan kimia, dan khasiat tanaman stroberi. Secara morfologi, stroberi memiliki akar, batang, daun, bunga, dan buah berwarna merah. Kandungan kimia utamanya adalah antosianin yang memberikan warna merah dan memiliki sifat antioksidan. Khasiat stroberi antara lain sebagai antiinflamasi, anti diabetes, dan dapat mencegah kanker.
Dokumen tersebut membahas tentang morfologi, kandungan kimia, dan khasiat tanaman stroberi. Secara morfologi, stroberi memiliki akar, batang, daun, bunga, dan buah berwarna merah. Kandungan kimia utamanya adalah antosianin yang memberikan warna merah dan memiliki sifat antioksidan. Khasiat stroberi antara lain sebagai antiinflamasi, anti diabetes, dan dapat mencegah kanker.
2.1.1 Morfologi Tumbuhan Stroberi merupakan tanaman buah berupa herba yang ditemukan pertama kali di Chili, Amerika. Salah satu spesies tanaman stroberi yaitu Fragaria chiloensis menyebar ke berbagai negara Amerika, Eropa dan Asia. Selanjutnya spesies lain, yaitu F. vesca L. lebih menyebar luas dibandingkan spesies lainnya. Jenis stroberi ini pula yang pertama kali masuk ke Indonesia. Morfologi tanaman stroberi terdiri dari akar, batang, daun, bunga, dan buah. Klasifikasi botani tanaman stroberi menurut Lawrence (1960) adalah sebagai berikut: Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Keluarga : Rosaceae Genus : Fragaria Spesies : Fragaria spp Struktur akar tanaman stroberi terdiri atas pangkal akar (collum), batang akar (corpus), ujung akar (apeks), bulu akar (pilus radicalis), dan tudung akar (calyptras). Tanaman stroberi berakar tunggang (radix primaria), akarnya terus tumbuh memanjang dan berukuran besar. Panjang akarnya mencapai 100 cm, namun akar 2 tersebut hanya menembus lapisan tanah atas sedalam 15-45 cm tergantung jenis dan kesuburan tanahnya (Harianingsih, 2010). Tanaman stroberi memiliki batang yang pendek seolah-olah tidak berbatang dan bersifat merayap yang dapat hidup sampai bertahun-tahun. Namun, kadang-kadang hanya ditumbuhkan sebagai tanaman semusim. Beberapa jenis ada yang selalu berdaun, namun ada juga yang meranggas, tergantung tempat dibudidayakan (Ashari, 2006). Stroberi memiliki batang utama yang tersusun dengan daun- daun yang melingkari batang dengan jarak yang sangat rapat. Batang stroberi sangat pendek, bertekstur lunak dan tidak berkayu. Batangnya pun bersembunyi diantara tangkai-tangkai daun stroberi (Kurnia, 2005). Daun pada tanaman stroberi berfungsi sebagai tempat fotosintesis, transpirasi, dan sebagai alat pernapasan. Daun stroberi dengan tepi bergigi merupakan daun trifoliate Bagian-bagian daun terdiri epidermis, jaringan palisade, jaringan spons dan berkas pembuluh angkut daun. Masa pertumbuhan vegetatif membentuk daun-daun baru 8-12 hari dan bertahan 1-3 bulan kemudian kering. (Rohmayanti, 2013). Bunga tanaman stroberi memiliki lima sepal (kelopak bunga), lima petal (daun mahkota), 20 - 35 stamen dan ratusan putik yang menempel pada dasar receptacle (dasar bunga) (Gunawan, 1992). Bunga yang pertama kali mekar adalah bunga primer, kemudian disusul oleh bunga sekunder, tersier dan kuartener. Buah stroberi berwarna merah dimana pigmen warna merah tersebut berasal dari anthosianin (Ashari, 2006). Buah sejati yang berasal dari ovul telah terserbuki berkembang menjadi buah kering dengan biji keras. Struktur buah keras ini disebut achene (Gunawan, 1992). Buah ini berukuran kecil dan menempel pada receptacle yang membesar. Bentuk buah stroberi sangat bervariasi. Bentuk-bentuk ini ditentukan oleh sifat genetik. Terdapat delapan bentuk buah yang umum pada stroberi, yaitu oblate, globose, globose conic, conic long conic, necked, long wedge dan short wedge (Budiman dan Saraswati , 2008) 2.1.2 Kandungan Kimia Variabilitas dan kandungan pasti dari senyawa fenolik tertentu dari strawberry bergantung pada banyak faktor, seperti kualitas genetik, kondisi budidaya, tahap kematangan, waktu penyimpanan dan kondisi. Kandungan polifenol seperti sianidin, pelargonidin, dan glikosida kuersetin lebih dikontrol. Identifikasi fenolat pada makanan sangat penting karena sifat, ukuran, kelarutan, derajat, dan posisi glikosilasi dan konjugasi, memiliki dampak pada penyerapan, distribusi, dan metabolisme pada manusia (Sona et al, 2015). Strawberry biasanya dimakan dalam bentuk segar tapi sangat mudah rusak dengan penurunan kualitas yang cepat akibat pembusukan yang cepat. Antosianin pada strawberry adalah senyawa polifenol utama, yang memberikan warna merah pada buah strawberry, dan dapat digunakan sebagai pigmen alami (warna merah) untuk industri makanan. Kandungan antosianin strawberry, dibandingkan dengan buah berry umum lainnya, jauh lebih rendah daripada blueberry dan blackberry, dan lebih rendah dari pada raspberry. Karena dipengaruhi oleh seleksi kultivar, faktor lingkungan seperti cahaya, suhu, dan metode pertanian. Tingkat degradasi antosianin juga tergantung pada waktu dan suhu. Sejumlah antosianin strawberry meningkat menjadi rata-rata 4,3 kali lipat setelah satu minggu penyimpanan. Disebabkan karena besarnya kenaikan suhu. Setelah penyimpanan pada 0°C, kandungan antosianin naik 1,7 kali lipat, sedangkan pada penyimpanan 30°C, kenaikan yang jelas adalah 6,8 kali lipat. Produk strawberry, seperti pure yang disiapkan di bawah nitrogen atau karbon dioksida, menghasilkan retensi antosianin lebih besar daripada yang disiapkan di bawah udara. Dengan demikian, pengecualian oksigen yang dikontrol selama pemrosesan strawberry tampaknya mudah untuk memperbaiki stabilitas antosianin, namun beberapa kerugian dapat terjadi pada kondisi anaerobik selama penyimpanan. Faktor lain yang mempengaruhi struktur warna dan antosianin adalah pH. Modifikasi pH dapat mempengaruhi reaksi kimia pada senyawa fenolik, seperti antosianin. PH rendah (2,5) lebih baik untuk pelestarian polifenol dalam produk strawberry selama penyimpanan beberapa bulan dari pada nilai yang lebih tinggi, karena kandungan antosianin total berkorelasi dengan aktivitas antioksidan (Sona et al, 2015). 2.1.3 Khasiat Tumbuhan Strawberry telah dirujuk dalam banyak sumber dan farmakope resmi sebagai obat potensial, yaitu karena sifat astringen dan diuretiknya. Dalam bentuk pasta buah strawberry digunakan untuk menyembuhkan penyakit kulit dan luka, dan jus untuk inflamasi pada saraf dan paru-paru. Ekstrak daun strawberry memiliki efek anti- diabetes, antioksidan, anti-inflamasi, dan anti-apoptosis. Antioksidan pada strawberry juga membantu mengurangi resiko kardiovaskular dengan menghambat oksidasi kolesterol LDL, atau memperbaiki fungsi endotel vaskular. Hal ini dapat mengurangi resiko timbulnya trombosis. Diketahui bahwa beberapa senyawa dalam strawberry, seperti asam elagik dan kuersetin, telah menunjukkan aktivitas anti-kanker dalam bentuk yang dimurnikan atau fraksinasi, kadangkala diperkaya dengan komponen tertentu. Ekstrak strawberry dan senyawa murni antosianin (sianidin-3-glukosida, pelargonidin, dan pelargonidin-3- rutinosida) menunjukkan aktivitas antioksidan dan antiproliferatif sel tumor manusia secara in vitro. Dengan demikian, bisa menekan pertumbuhan sel kanker pada mulut, usus, dan prostat manusia. Efek pencegahan buah berry untuk kanker kerongkongan adalah karena potensinya untuk memodifikasi pemaparan beberapa gen yang berkaitan dengan kemajuan kanker mulut. Perlindungan dari tumorigenesis pada pra-pengobatan dengan ekstrak strawberry diamati juga untuk kanker payudara pada tikus, namun mekanisme pemberian chemoprevention ini masih belum jelas. Efek pelindung ekstrak strawberry pada fibroblas dermal manusia juga disebut (Sona et al, 2015). 2.2 Tanaman Obat 1. Antosianin Antosianin adalah pigmen larut air yang secara alami terdapat pada berbagai jenis tumbuhan. Sesuai namanya, pigmen ini memberikan warna pada bunga, buah, dan daun tumbuhan hijau, dan telah banyak digunakan sebagai pewarna alami pada berbagai produk pangan dan berbagai aplikasi lainnya. 2. Vitamin C Vitamin C adalah salah satu jenis vitamin yang larut dalam air dan memiliki peranan penting dalam menangkal berbagai penyakit. Vitamin ini juga dikenal dengan nama kimia dari bentuk utamanya yaitu asam askorbat. Vitamin C termasuk golongan vitamin antioksidan yang mampu menangkal berbagai radikal bebas ekstraselular 3. Posfat Fosfat adalah zat kimia yang memiliki sejumlah peran penting bagi tubuh, salah satunya membantu produksi energi dan pembentukan struktur sel. Berikut akan dijelaskan lebih lanjut mengenai berbagai manfaat fosfat bagi tubuh. 4. Besi Unsur hara mikro Besi (Fe) memiliki peranan sangat penting untuk pembentukan fungsi klorofil dan fotosintesis. Juga penting bagi pertumbuhan vegetatif tanaman yang sehat. 5. Kalsium Kalsium / calcium (Ca) merupakan salah satu unsur hara makro yang dibutuhkan tanaman. Kalsium diserap oleh tanaman dalam bentuk ion Ca++. Kalsium sebagian besar terdapat dalam daun berbentuk kalsium pektat yaitu pada bagian lamella pada dinding sel 6. Karbohidrat Karbohidrat merupakan suatu golongan senyawa yang terdiri dari atau dapat dihidrolisis menjadi polisakarida aldehid dan keton. Karbohidrat dalam tanaman adalah tepung atau amilum atau pati. Amilum adalah homopolimer (suatu polimer yang terbentuk oleh hanya satu macam unit monomerik) dari glukosa yang digabung oleh mata rantai yang sama dengan maltosa. Macam amilum utama adalah amilosa dan amilopektin (bila dilarutkan dengan iodin memberikan warna merah ungu). Sedangkan amilosa memberikan warna biru (Fressenden, 1997). 2.3 Metode Ekstraksi Ekstraksi adalah kegiatan penarikan zat aktif yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Ekstrak dari simplisia mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan senyawa yang tidak dapat larut seperti serat, karbohidrat, protein, dan lain- lain (Depkes, 2000) Metode Ekstraksi dengan Menggunakan Pelarut 1. Cara Dingin a. Maserasi merupakan proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan banyak pengocokan atau pengadukan pada suhu ruangan (kamar). Termasuk ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi kinetik dilakukan pengadukan yang terus-menerus. Remaserasi yaitu dilakukannya pengulangan pada penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama, dan seterusnya (Depkes, 2000). b. Perkolasi ialah suatu ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna dan biasanya dilakukan pada suhu ruangan. Proses ini terdiri pada beberapa tahapan yaitu pengembangan bahan, tahap maserat antara, tahap perkolasi sebenarnya terus menerus sampai diperoleh ekstrak yang jumlahnya 1-5 kali bahan (Depkes, 2000). 2. Cara Panas
a. Refluks merupakan ekstraksi pelarut pada suhu titik didihnya, pada
waktu tertentu dan dengan jumlah pelarut yang relatif terbatas serta konstan dengan adanya pendingin balik. Biasanya dilakukan pengulangan proses pada residu pertama 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses ekstraksi sempurna (Depkes, 2000).
b. Soxhlet merupakan ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang
selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik (Depkes, 2000).
c. Digesti ialah suatu ekstraksi kinetik dengan menggunakan
pengadukan bersambung pada suhu yang lebih dari suhu ruangan kamar, yaitu biasanya dilakukan pada suhu 40-50 C (Depkes, 2000).
d. Infus merupakan ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur
penangas air (bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 96-98 C) selama waktu tertentu (15-20 menit) (Depkes, 2000).
e. Dekok merupakan sediaan infus pada waktu yang lebih lama (30°) dan temperatur sampai titik didih air (Depkes, 2000).