Anda di halaman 1dari 16

PENGARUH ALELOPATI DAUN KAMBOJA (Plumeria rubra)

TERHADAP PERKECAMBAHAN BIJI SAWI HIJAU (Brassica


chinensis)

Oleh :

1. Ajeng Rizki Ramadania 17030244036


2. Adam Satrio Nurfadillah 17030244052
3. Siska Nur Azizah 17030244056

Biologi 2017 E

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
2019
I. Judul
Pengaruh alelopati daun kamboja (Plumeria rubra) terhadap perkecambahan
biji sawi hijau (Brassica chinensis).

II. Rumusan Masalah


Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka dapat dibuat rumusan masalah
sebagai berikut.
1. Bagaimana Pengaruh alelopati daun kamboja (Plumeria rubra) terhadap
perkecambahan biji sawi hijau (Brassica chinensis)?

III. Tujuan Penelitian


Tujuan dari praktikum ini adalah
1. Mengetahui pengaruh alelopati daun kamboja (Plumeria rubra) terhadap
perkecambahan biji sawi hijau (Brassica chinensis).

IV. Dasar Teori


A. Tanaman Kamboja (Plumeria rubra)
Tanaman kamboja atau dikenal dengan frangipani (Plumeria sp.) merupakan
jenis tumbuhan berbunga yang berasal dari Amerika Tengah dan Afrika (Criley,
1989). Tanaman ini ditemukan oleh Charles Plumier, seorang botanis Perancis.
Kamboja merupakan jenis tanaman tropis yang tumbuh subur di daratan rendah
sampai ketinggian tanah 700m di atas permukaan laut. Ciri khas tanaman ini
mudah tumbuh dan berkembang biak serta tidak memerlukan perawatan khusus.
Tanaman ka,boja dapat bertahan hidup sampai ratusan tahun karena merupakan
tanaman sekulen, yaitu jenis tanaman yang dapat menyimpan air pada seluruh
bagian mulai dari akar, batang, daun, dan bunganya.
Klasifikasi tanaman kamboja sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dycotyledonae
Bangsa : Apocynales
Suku : Apocynaceae
Marga : Plumeria
Jenis : Plumeria rubra

Tanaman kamboja mempunyai pohon dengan tinggi batang 1,5 – 6 m,


bengkok, dan mengandung getah. Tumbuhan asal Amerika ini biasanya ditanam
sebagai tanaman hias di pekarangan, taman, dan umumnya di daerah pekuburan,
atau tumbuh secara liar. Tumbuh di daerah dataran rendag 1 – 700 m di atas
permukaan laut. Rantignya besar, daun berkelompok rapat pada ujung ranting
bertangkai panjang, memanjang berbentuk lanset, panjang daun 20 – 40 cm,
lebar 6 – 12,5 cm, ujung meruncing, pangkal menyempit, teepi rata, tulang daun
menyirip. Bunga dalam rata, berkumpul di ujung ranting, kelopak kecil, sisi
dalam tanpa kelenjar, mahkota berbentuk corong, sisi dalam berambut, sisi luar
kemerahan atau putih, sisi dalam agak kuning/putih/merah, berbau harum,
tangkai putik pendek, tumpul, lebar, bakal buah ½, saling berjauhan, berbentuk
tabung gepeng memanjang, panjang 18 – 20 cm, lebar 1 – 2 cm, berbiji banyak,
biji bersayap, tanpa kuncung rambut, ketika masih muda berwarna hijau, setelah
tua kecoklatan (Dalimartha, 1999). Tanaman kamboja memiliki banyak senyawa
kimia diantaranya agoniadin, plumierid, asam plumerat, lipeal, dan asam
serotinat. Senyawa plumierid merupakan suatu zat pahit yang beracun. Menurut
Sastroamidjojo (1967) getah tanaman kamboja mengandung senyawa asam
plumeria, sedangkan kulitnya mengandung zat pahit beracun. Menurut
Syamsulhidayat dan Hutapea (1991) akar dan daun tanaman kamboja
mengandung senyawa saponin, flavonoid, dan polifenol, dan alkaloid.

B. Tanaman Sawi Hijau (Brassica chinensis)


Sawi hijau merupakan salah satu jenis sayuran yang digemari dan mudah
dalam pembudidayaanya. Biji sawi hijau dapat berkecambah dalam lingkungan
yang memenuhi syarat untuk melakukan perkecambahan, yaitu kandungan air
dan kelembaban yang harus cukup. Kadar air dalam biji sawi hijau bekisar 5 –
15%, pada kadar air ini kelembapan terlalu rendah untuk berlangsungnya
metabolisme sehingga tehap perkecambahan adalah kadar air biji sawi hijau
harus dinaikkan dengan cara perendaman atau ditempatkan pada lingkungan
yang tinggi uap air (Anggrahini, 2009)

C. Alelopati
Alelopati merupakan pelepasan senyawa bersifat toksik yang dapat
mengganggu pertumbuhan tanaman disekitarnya dan senyawa yang bersifat
alelopati disebut alelokimia (Kurniasih,2002). Sedangkan menurut Rice (1995),
Inderjit & Keating (1999) dan Singh et al (2003) mendefinisikan alelopati
sebagai pengaruh langsung maupun tidak langsung dari suatu tumbuhan terhadap
tumbuhan lainnya, baik yang bersifat positif maupun negatif melalui pelepasan
senyawa kimia ke lingkungannnya (Junaedi et al., 2006).
Alelopati terjadi pada tumbuhan dan dapat mengakibatkan tumbuhan di sekitar
penghasil allelopati tidak dapat tumbuh atau mati. Hal ini dilakukan untuk
memenangkan kompetisi nutrisi dengan tanaman lain yang berbeda jenis. Oleh
karena itu, alelopati dapat diaplikasikan sebagai pembasmi gulma sehingga
mengurangi penggunaan herbisida sintetik yang berbahaya bagi lingkungan
(Prabowo, 2010). Allelopati dapat mempengaruhi proses respirasi, fotosintesis,
aktivasi enzim, kadar hormon, ketersediaan mineral, pembelahan sel, dan
permeabilitas dinding dan membran sel (Chou 1999; Reigosa et al, 1999).
Beberapa senyawa alelopati menghambat pembelahan sel-sel akar,
menghambat pertumbuhan yaitu dengan mempengaruhi pembesaran sel,
menghambat respirasi akar, menghambat sintesis protein, menghambat aktivitas
enzim, serta menurunkan daya permeabilitas membran pada sel tumbuhan
(Soetikno, 1990).
Narwal (1999) dan Cipollini, et.al. (2008) menyatakan bahwa efek
penghambatan senyawa alelopati pada organisme target bisa terjadi secara
langsung maupun tidak langsung, namun bagaimana penghambatan terjadi di
alam belum bisa diketahui secara pasti. Hal ini dikarenakan terdapat faktor lain
selain alelokimia yang bisa menghambat pertumbuhan diantaranya kompetisi,
faktor biotik, dan abiotik (Brooks, 2008) sehingga penelitian ‘bioassay’ penting
dilakukan untuk mengevaluasi potensi alelokimia tersebut.
Senyawa alelopati kebanyakan dikandung pada jaringan tanaman, seperti akar,
ubi, rhizome, batang, daun, bunga, buah dan biji yang dikeluarkan tanaman
melalui cara penguapan, eksudasi akar, hasil lindihan dan pelapukan sisasisa
tanaman (Moenandir, 1988) yang mampu mengganggu pertumbuhan tanaman
lain di sekitarnya. Beberapa senyawa yang diidentifikasi sebagai alelopati adalah
flavanoid, tanin, asam fenolat, asam ferulat, kumarin, terpenoid, stereoid,
sianohidrin, quinon, asam sinamik dan derivatnya, (Risvi et al.,1992).

D. Sumber Senyawa Alelopati


Sumber senyawa alelopati yang bersifat racun tersebut dapat terjadi melalui
beberapa cara yaitu diantaranya eksudasi dari akar, larut dari daun segar melalui
air hujan atau embun, larut dari serasah yang telah terdekomposisi dan
transformasi dari mikroorganisme tanah. Pada umumnya konsentrasi senyawa
alelopati yang berasal dari daun segar jauh lebih rendah dibandingkan yang
berasal dari serasah yang telah terdekomposisi (Hasanuzaman, 1995).
Moenandir (1988), menyatakan sumber senyawa kimia yang mempunyai sifat
alelopati dapat berasal dari bagian-bagian tanaman seperti :
1. Akar
Akar dari tanaman Chaenopodium album dapat mengeluarkan senyawa
beracun bagi tanaman lain sejenis asam oksalat pada saat stadium pembungaan.
2. Batang
Batang juga dapat mengeluarkan senyawa alelopati, meskipun jumlahnya
tidak sebanyak daun.Namun demikian, batang seperti jerami yang dilapukkan
mengandung senyawa alelopati sehingga dapat sebagai sumber terjadinya
alelopati.
3. Daun
Daun merupakan tempat terbesar bagi senyawa alelopati beracun yang
mengganggu tanaman tetangganya atau tanaman yang berada disekitarnya.
4. Buah
Beberapa jenis buah mengandung senyawa alelopati walaupun
konsentrasinya kecil tetapi bisa menghambat perkecambahan biji dari buah
tersebut.
5. Bunga dan biji
Dalam bunga juga dikenal sejumlah senyawa yang dapat
menghambatpertumbuhan
E. Mekanisme Alelopati
Menurut Rice (1984) interaksi tersebut meliputi penghambatan dan pemacuan secara
langsung atau tidak langsung suatu senyawa kimia yang dibentuk oleh suatu
organisme (tumbuhan, hewan atau mikrobia) terhadap pertumbuhan dan
perkembangan organisme lain. Senyawa kimia yang berperan dalam mekanisme itu
disebut alelokimia. Pengaruh alelokimia bersifat selektif, yaitu berpengaruh terhadap
jenis organisme tertentu namun tidak terhadap organisme lain (Weston,1996)
1. Penguapan
Senyawa alelopati dapat dilepaskan melalui penguapan, seperti
Artemisia, Eucalyptus, dan Salvia. Senyawa kimia termasuk ke dalam golongan
terpenoid. Senyawa ini dapat diserap oleh tumbuhan di sekitarnya dalam bentuk
uap, bentuk embun, dan dapat pula masuk ke dalam tanah yang akan diserap akar.
2. Eksudat akar
Banyak terdapat senyawa kimia yang dapat dilepaskan oleh akar tumbuhan
(eksudat akar), yang kebanyakan berasal dari asam-asam benzoat, sinamat, dan
fenolat.
3. Pencucian
Senyawa kimia dapat tercuci dari bagian-bagian tumbuhan yang berada di atas
permukaan tanah oleh air hujan atau tetesan embun. Hasil cucian daun tumbuhan
Crysanthemum sangat beracun, sehingga tidak ada jenis tumbuhan lain yang dapat
hidup di bawah naungan tumbuhan ini.

4. Pembusukan organ tumbuhan


Tumbuhan atau bagian-bagian organ mati, senyawa-senyawa kimia yang
mudah larut dapat tercuci dengan cepat. Sel-sel pada bagian-bagian organ yang
mati akan kehilangan permeabilitas membrannya dan dengan mudah senyawa-
senyawa kimia yang ada didalamnya dilepaskan. Beberapa jenis mulsa dapat
meracuni tanaman budidaya atau jenis-jenis tanaman yang ditanam pada musim
berikutnya (Einhellig 1995).
Selain melalui cara-cara di atas, pada tumbuhan yang masih hidup dapat
mengeluarkan senyawa alelopati lewat organ yang berada di atas tanah maupun
yang di bawah tanah. Demikian juga tumbuhan yang sudah matipun dapat
melepaskan senyawa allelopati lewat organ yang berada di atas tanah maupun yang
di bawah tanah (Anonim, Tanpa tahun). Rohman (2001) menyebutkan bahwa
senyawa-senyawa kimia tersebut dapat mempengaruhi tumbuhan yang lain melalui
penyerapan unsur hara, penghambatan pembelahan sel, pertumbuhan, proses
fotosintesis, proses respirasi, sintesis protein, dan proses-proses metabolisme yang
lain.
Pengaruh alelopati terhadap pertumbuhan tanaman sebagai berikut:
1. Senyawa alelopati dapat menghambat penyerapan hara yaitu dengan
menurunkan kecepatan penyerapan ion-ion oleh tumbuhan.
2. Beberapa alelopati menghambat pembelahan sel-sel akar tumbuhan.
3. Beberapa alelopati dapat menghambat pertumbuhan yaitu dengan
mempengaruhi pembesaran sel tumbuhan.
4. Beberapa senyawa alelopati memberikan pengaruh menghambat respirasi akar.
5. Senyawa allelopati memberikan pengaruh menghambat sintesis protein.
6. Beberapa senyawa alelopati dapat menurunkan daya permeabilitas membran
pada sel tumbuhan.
Senyawa allelopati dapat menghambat aktivitas enzim.
F. Faktor yang Mempengaruhi Alelopati
Tanaman bervariasi didalam mengahsilkan senyawa kimia penyebab alelopati,
tergantung pada keadaan lingkungan tempat tumbuhnya. (Sastroutomo 1990)
mengemukakan bahwa hal ini dipengaruhi oleh faktor-faktor :
1. Kuantitas, kualitas dan lamanya penyinaran merupakan faktor yang sangat
penting mempengaruhi pembentukan senyawa alelopati. Semakin banyak dan
semakin lama suatu tanaman terkena sinar matahari kandungan alelopatinya
semakin banyak.
2. Kekurangan unsur hara dapat juga mempengaruhi produksi alelopati.
Kekurangan boron, kalsium, magnesium, nitrogen, fosfor, kalium, dan sulfur
diketahui dapat memacu prduksi senyawa alelopati pada beberapa jenis
tanaman.
3. Jenis dan umur jaringan tanaman memiliki pengaruh yang penting karena
senyawa alelopati tersebar tidak merata dalam tanaman. Makin tua umur
jaringan tanaman kandungan senyawa alelopatinya semakin besar.
4. Jenis tanaman yang menghasilkan senyawa kimia dan jenis tanaman yang
dipengaruhi juga memegang peranan penting karena senyawa kimia yang
bersifat alelopati tidak berpengaruh pada semua jenis tanaman. Selain itu, daya
hambat senyawa kimia penyebab alelopati dapat dipengaruhi oleh keadaan
pada waktu sisa tanaman mengalami pelapukan dan lamanya sisa tanaman
mengalami pelapukan.
V. Metode Penelitian
a. Jenis Penelitian :
Jenis praktikum yang dilakukan menggunakan metode eksperimental.
Eksperimen yang dilakukan berupa pembuatan ekstrak daun kamboja dan
perlakuan ekstrak daun kamboja terhadap perkecambahan biji sawi hijau.
b. Waktu dan Tempat :
Praktikum dilakukan pada tanggal 12 September 2019 untuk membuat filtrat
tumbuhan allelopati di Laboratorium Fisiologi Jurusan Biologi FMIPA Universitas
Negeri Surabaya dan pada tanggal 12-21 September 2019 menguji pengaruh
allelopati tanaman kamboja (Plumeria sp.) terhadap perkecambahan biji sawi hijau
(Brassica juncea L.).
c. Variabel :
1. Variabel Manipulasi
Konsentrrasi ektrak daun kamboja.
2. Variabel Kontrol
Jenis tumbuhan kamboja (Plumeria sp.), ukuran biji sawi (Brassica juncea L.),
jumlah biji sawi, volume pemberian ektrak, waktu penyiraman, dan cahaya.
3. Variabel Respon
Perkecambahan biji sawi (Brassica juncea L.).
d. Definisi Operasional Variabel :
Variabel manipulasi merupakan variabel yang dibuat berbeda. Dalam hal ini
adalah konsentrasi ektrak daun kamboja dengan 3 perlakuan yaitu perlakuan 1:7,
perlakuan 1:14, dan perlakuan 1:21. Variabel kontrol adalah variabel perlakuannya
dibuat sama, yaitu jenis tumbuhan kamboja (Plumeria sp.), ukuran biji sawi
(Brassica juncea L.), jumlah biji sawi, volume pemberian ektrak, waktu
penyiraman, dan cahaya. Sedangkan variabel respon adalah variabel yang diamati
yaitu perkecambahan biji sawi (Brassica juncea L.).
e. Alat dan bahan :
1) Alat
1. Tabung Erlenmeyer 2 buah
2. Kertas saring secukupnya
3. Timbangan 1 buah
4. Mortal dan alu 1 buah
5. Gelas ukur 1 buah
6. Corong penyaring 1 buah
7. Botol mineral 4 buah
8. Cawan petri 4 buah
2) Bahan
1. Daun Kamboja 30 gram
2. Biji Sawi hijau 40 biji
3. Air RO Unesa 300 ml
f. Rancangan Percobaan :
Melakukan pemilihan biji dan membuat ekstrak alelopati dari daun
kamboja menggunakan mortal dan alu

Ekstrak daun kamboja disaring menggunakan kertas saring memasukkan


ekstrak ke dalam botol mineral serta membiarkan selama 24 jam

Menyiram ekstrak alelopati ke 3 cawan petri yang telah ditanami biji sawi
(5 ml per hari) selama 10 hari

Mengamati dan menentukan persentase perkecambahan selama 10 hari


pada biji sawi

Membandingkan dengan perlakuan yang menggunakan air RO


VI. Hasil Pengamatan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, dapat diperoleh hasil
sebagai berikut :
Tabel 1. Hasil Pengamatan Harian Pengaruh Alelopati Daun Kamboja (Plumeria)
terhadap Perkecambahan Biji Sawi Merah (Brassica juncea L)
Biji Pengamatan Panjang Radikula (cm) Biji Yang IKP Presentase
Perlakuan
ke 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Tumbuh Tumbuh

1 - - 0,1 0,2 0,2 0,3 0,3 0,4 0,4 0,5 0 20,1 0%


2 - 0,1 0,2 0,3 0,4 0,4 0,5 0,5 0,6 0,6 7 2% 70%
3 - 0,1 0,3 0,4 0,4 0,4 0,4 0,5 0,5 0,6 10 100%
4 - 0,2 0,2 0,3 0,3 0,4 0,5 0,5 0,5 0,5 10 100%
Kontrol 5 - - 0,1 0,2 0,3 0,3 0,3 0,4 0,6 0,6 10 100%
(0%) 6 - 0,1 0,2 0,3 0,4 0,4 0,4 0,4 0,5 0,6 10 100%
7 - 0,2 0,3 0,4 0,4 0,4 0,5 0,5 0,6 0,6 10 100%
8 - - 0,1 0,2 0,3 0,4 0,4 0,5 0,5 0,6 10 100%
9 - 0,1 0,3 0,4 0,4 0,4 0,5 0,6 0,6 0,6 10 100%
10 - 0,1 0,3 0,4 0,4 0,4 0,5 0,5 0,6 0,6 10 100%
Ʃ - - -
0,09 0,21 0,31 0,35 0,38 0,43 0,48 0,54 0,58
1 - - - 0,1 0,1 0,1 0,2 0,2 0,2 0,3 0 17,4 0%
2 - 0,2 0,2 0,2 0,3 0,3 0,3 0,4 0,4 0,4 7 5% 70%
3 - 0,3 0,2 0,3 0,4 0,4 0,4 0,5 0,5 0,5 9 90%
4 - 0,1 0,1 0,1 0,2 0,2 0,2 0,3 0,3 0,3 10 100%
5 - - - 0,1 0,1 0,1 0,2 0,2 0,2 0,3 10 100%
1: 7
6 - 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,4 0,4 10 100%
7 - - - 0,1 0,1 0,1 0,2 0,2 0,2 0,3 10 100%
8 - 0,1 0,1 0,1 0,2 0,2 0,2 0,2 0,3 0,3 10 100%
9 - 0,1 0,1 0,1 0,1 0,2 0,2 0,2 0,2 0,3 10 100%
10 - 0,2 0,2 0,2 0,2 0,3 0,3 0,3 0,3 0,4 10 100%
Ʃ - - -
0,13 0,12 0,16 0,2 0,22 0,25 0,28 0,3 0,35
1 - - 0,1 0,1 0,1 0,1 0,2 0,2 0,2 0,2 0 16,7 0%
1: 14
2 - 0,1 0,1 0,1 0,1 0,2 0,2 0,2 0,3 0,3 7 6% 70%
3 - 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,3 0,3 0,3 0,3 7 70%
4 - - - 0,1 0,1 0,1 0,1 0,2 0,2 0,2 10 100%
5 - 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,4 0,4 0,4 0,4 10 100%
6 - 0,3 0,3 0,3 0,3 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 10 100%
7 - 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,5 0,5 0,5 0,5 10 100%
8 - 0,3 0,3 0,3 0,3 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 10 100%
9 - 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 10 100%
10 - - 0,1 0,1 0,1 0,2 0,2 0,2 0,3 0,3 10 100%
Ʃ - - -
0,19 0,21 0,22 0,22 0,26 0,3 0,31 0,33 0,33
1 - - - 0,2 0,3 0,3 0,4 0,4 0,4 0,4 0 16,5 0%
2 - 0,3 0,3 0,3 0,3 0,4 0,4 0,4 0,5 0,4 7 3% 70%
3 - 0,1 0,1 0,1 0,1 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 7 70%
4 - - - - 0,1 0,1 0,1 0,2 0,2 0,2 9 90%
5 - 0,2 0,2 0,2 0.2 0,2 0,2 0,3 0,3 0,3 10 100%
1 : 21
6 - - - 0,1 0,1 0,1 0,2 0,2 0,2 0,2 10 100%
7 - 0,2 0,2 0,2 0,2 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0 100%
8 - 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,4 0,4 0,4 10 100%
9 - 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,4 0,4 0,4 10 100%
10 - 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,3 0,3 0,3 0,3 10 100%
Ʃ - - -
0,16 0,16 0,19 0,24 0,27 0,31 0,32 0,31

VII. Analisis Data


Berdasarkan data pada tabel di atas menunjukkan pengaruh pemberian alelopati
daun kamboja (Plumeria) terhadap perkecambahan biji sawi merah (Brassica
juncea L). Perkecambahan biji sawi merah mulai tumbuh pada hari kedua di
semua perlakuan, namun pada perlakuan penambahan ekstrak pepaya terdapat
beberapa biji sawi merah yang belum tumbuh semua pada hari kedua. Pada
perlakuan perbandingan berat daun kamboja (Plumeria) dan akuades 1:7 dari
sepuluh biji yang tumbuh pada hari kedua hanya tujuh biji, perbandingan 1:14 dari
sepuluh biji yang tumbuh pada hari kedua hanya tujuh biji, dan perbandingan 1:21
dari sepuluh biji yang tumbuh pada hari kedua hanya tujuh biji. Perlakuan kontrol,
tanpa penambahan ekstrak daun pepaya sejumlah sepuluh biji mengalami
perkecambahan dengan nilai persentase perkecambahan biji 100%. Pada
konsentrasi perbandingan 1:7 sejumlah sepuluh biji yang berkecambah dengan
nilai persentase perkecambahan biji 100%. Konsentrasi perbandingan 1:14
sejumlah sepuluh biji yang berkecambah dengan nilai persentase perkecambahan
100% dan pada konsentrasi perbandingan 1:21 sepuluh biji berkecambah dengan
nilai persentase perkecambahan biji 100%. Perbedaan dari perkecambahan setiap
perlakuan adalah awal dari biji sawo merah tersebut mulai berkecambah. Selain
itu panjang radikula dari setiap perlakuan berbeda-beda, dapat dilihat pada hari
terakhir pengamatan (hari ke-10) panjang radikula pada perlakuan control sebesar
0,6 cm, perbandingan 1:7 sebesar 0,5 cm, perbandingan 1:14 sebesar 0,5 cm, dan
perbandingan 1:21 sebesar 0,4 cm. Sehingga semakin tinggi konsentrasi ekstrak
daun kamboja maka semakin pendek panjang radikula pada biji sawi merah.

VIII. Pembahasan
Berdasarkan analisis dari tabel pengaruh alelopati daun tanaman kamboja
(Plumeria) terhadap persentase perkecambahan biji sawi merah (Brassica juncea
L) selama 10 hari dapat diketahui bahwa senyawa alelopati pada daun kamboja
berpengaruh terhadap perkecambahan biji sawi merah. Hal tersebut dapat dilihat
dari waktu perkecambahan biji sawi merah yang terhambat akibat disiram oleh
ekstrak alelopati daun kamboja sebanyak 5 ml setiap hari (selama 10 hari).
Ekstrak daun kamboja tersebut mengandung senyawa alelopati. Alelopati dapat
mempengaruhi proses respirasi, fotosintesis, aktivasi enzim, kadar hormon,
ketersediaan mineral, pembelahan sel, dan permeabilitas dinding dan membran
sel (Chou 1999; Reigosa et al, 1999). Beberapa senyawa yang diidentifikasi
sebagai alelopati adalah flavanoid, tanin, asam fenolat, asam ferulat, kumarin,
terpenoid, stereoid, sianohidrin, quinon, asam sinamik dan derivatnya, (Risvi et
al.,1992).
Selain menghambat waktu perkecambahan, senyawa alelopati daun kamboja
juga menghambat pertumbuhan radikula atau pemanjangan radikula. Rata-rata
ukuran panjang radikula yang paling besar adalah pada penyiraman dengan air
akuades saja (kontrol) tanpa adanya ekstrak daun kamboja. Hal tersebut
dikarenakan beberapa senyawa alelopati menghambat pembelahan sel-sel akar,
menghambat pertumbuhan yaitu dengan mempengaruhi pembesaran sel,
menghambat respirasi akar, menghambat sintesis protein, menghambat aktivitas
enzim, serta menurunkan daya permeabilitas membran pada sel tumbuhan
(Soetikno, 1990).
Menurut Moenandir (1988), daun merupakan tempat terbesar bagi senyawa
alelopati beracun yang mengganggu tanaman tetangganya atau tanaman yang
berada di sekitarnya. Namun dari hasil penelitian ini, persentase biji sawi merah
berkecambah adalah 100% sampai hari terakhir (hari ke-10), hal ini dikarenakan
daun yang digunakan untuk ekstrak alelopati merupakan daun kamboja segar
sehingga perkecambahan biji tidak terhambat sampai hari terakhir. Karena, pada
umumnya konsentrasi senyawa alelopati yang berasal dari daun segar jauh lebih
rendah dibandingkan yang berasal dari serasah yang telah terdekomposisi
(Hasanuzaman, 1995).
Pada tabel 1., dapat dilihat bahwa pada perlakuan kontrol yaitu penyiraman
dengan air aquades tanpa diberi ekstrak daun kamboja, perkecambahan biji sawi
merah tidak terhambat. Biji sawi merah mulai berkecambah pada hari ke-2
dengan persentase perkecambahan sebesar 100%, hal tersebut sesuai dengan
waktu perkecambahan biji sawi merah pada umumnya yaitu selama 2 hari.
Sedangkan pada perlakuan penyiraman dengan perbandingan terkecil antara air
aquades dengan ekstrak daun kamboja berturut-turut yaitu 10 ml: 7 ml; 10 ml:
140 ml; 10 ml: 210 ml, dapat diketahui bahwa semakin banyak konsentrasi
ekstrak daun kamboja maka semakin lama waktu biji untuk mulai berkecambah.
Pada perbandingan air akuades dengan ekstrak daun kamboja sebesar 10 ml :
210 ml merupakan perbandingan yang paling efektif dalam menghambat
perkecambahan biji sawi merah yakni selama tiga sampai empat hari. Sedangkan
pada perbandingan 10 ml: 7 ml, perkecambahan biji terhambat selama dua hari
dan pada perbandingan 10 ml: 140 ml, biji terlambat berkecambah selama tiga
hari.

IX. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh allelopati daun kamboja (Plumeria) terhadap perkecambahan biji sawi
merah (Brassica juncea L), semakin tinggi konsentrasi zat allelopati yang
diberikan maka semakin terhambatnya pertumbuhan atau pemanjangan radikula
pada biji sawi merah, yang ditandai dengan IKP yang rendah yaitu pada
perlakuan 1:21 dengan IKP terendah 16,53%.
DAFTAR PUSTAKA
Cipollini, D., Stevenson, D., Cipollini, K., 2008, “Contrasting effects of allelochemicals
from two invasive plants on the performance of a nonmycorrhizal plant”,
International Journal Plant Science.
Dalimartha, S. 1999. Ramuan Tradisional Untuk Pengobatan Kanker. Hal 62-63.
Penebar Swadata. Jakarta.
Einhellig FA. 1995. Interactions involving allelopathy in cropping systems. Agron
J
Junaedi A, Chun SG, Lee SB, Chung IM, Kim KH. 2006. Rice allelopathic potential of
recombinant inbred lines in Nongan/Sathi cross. KoreanJ Crop Science 50 supp.
Kurniasih, B., 2002, “Sifat Perakaran Beberapa Varietas Padi Gogo dalam Cekaman
Residu Alelopati Gulma” JournalAgrivita 24, pp 47-52.
Moenandir, J. 1988. Pengantar Ilmu dan Pengendalian Gulma. Rajawali Press.
Jakarta.
Narwal, S.S., 1994.Allelopathy in crop production.Scientific Publisher,
India,pp:105
Rice, E.L, 1984, Allelopathy. Academic Press. p. 422, New York :USA.
Risvi, S. J. H., H. Haque, V. K. Singh and V. Risvi.1992. A discipline called
allelopathy. In :Risvi, S. J. H. and V. Risvi. 1992. Allelopathy. Chapman and Hall
Pub.Co. Ltd. Madras.
Sastroutomo, S.S 1990. Ekologi Gulma. Edisi 5,.Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Singh HP, Batish DR, Kohli RK. 2003. Allelopathic interaction and allelochemicals:
new possibilities for sustainable weed management. Crit Rev Plant Sci.
Soetikno, 1990, Ekologi Gulma, Yogyakarta : Kanisius.
Syamsuhidayat, S. S., dan Hutapea, J. R. 1991. Inventaris Tanaman Obat
Indonesia (I). Departemen Kesehatan RI. Jakarta. Hal 452—453.
Tampubolon, A. S. 1967. Obat Asli Indonesia. 214-215. Dian Rakjat. Jakarta.
Weston LA. 1996. Utilization of allelopathy for weed management in
agroecosystems. Agron J.

Anda mungkin juga menyukai