Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Proses pembentukan senyawa alelopati merupakan proses interaksi antar
spesies atau antar populasi yang menunjukkan suatu kemampuan organisme
untuk mempertahankan kelangsungan hidup dengan berkompetisi organisme
lain. (Muller, 2008).
Alelopati merupakan peristiwa interaksi antar makhluk hidup yang satu
dengan yang lainnya melalui senyawa kimia. Tumbuhan dapat menghasilkan
zat kimia yang dapat merangsang atau menghambat pertumbuhan tanaman
jenis lain yang tumbuh bersaing disekitarnya. Senyawa kimia tersebut dapat
ditemukan pada jaringan tumbuhan (daun, batang, akar, rhizome, bunga, buah,
dan biji). Senyawa-senyawa tersebut dapat terlepas dari jaringan tumbuhan
melalui berbagai cara yaitu melalui eksudat akar. Pencucian, penguapan, dan
pembusukan bagian-bagian organ yang mati. Umumnya senyawa yang
dikeluarkan termasuk golongan fenol (Aini, 2008).
Agerium conyzoides merupakan salah satu gulma yang dapat berpotensi
sebagai bioherbisisda karena mempunyai senyawa alelopat. Potensi ini dapat
dilihat dari indikasi dominannya babadotan dibandingkan gulma lain dalam
suatu lahan (Sukamto, 2007)
Senyawa racun dari gulma Agerium conyzoides dapat dikeluarkan baik
dari tumbuhan yang masih hidup seperti daun dan batang. Senyawa ini akan
mengakibatkan gangguan perkembangan biji, terhambatnya pertumbuhan
memanjang dari akar, batang, dsb.
Muhabbibah (2009) telah melakukan penelitian tentang potensi ekstrak
basah daun dan batang Agerium conyzoides terhadap presentase
perkecambahann gulma mimosa pudica dalam cawan petri selama sembilan
hari, didapatkan hasil bahwa konsentrasi ekstrak 15% berpengaruh menekan
paling besar terhadap laju perkecambahan pada spesies M. pudica
dibandingkan konsentrasi yang lain (0, 2.5, 5, dan 10%).
Pada awalnya alelopati hanya dikaji tentang efek negatifnya terhadap
tanaman budidaya. Namun terkait konteks permasalahan yang lain, alelopati
memiliki potensi sebagai herbisida dan pestisida biologis serta pola
penanaman yang lebih efektif terutama dalam pola tanam wanatani. Maka dari
berbagai kajian yang telah ada, praktikum ini bertujuan untuk mempelajari
pengaruh alelopati tanaman Agerium conyzoides terhadap pertumbuhan
tanaman kangkung.
B. Tujuan praktikum
Untuk mengetahui pengaruh senyawa beracun atau alelopati dari gulma
agerum conyzoides pada tanaman kangkung.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Kangkung
Kangkung merupakan tanaman yang dapat tumbuh lebih dari satu tahun.
Tanaman kangkung memiliki sistem perakaran tunggang dan cabang-cabang akar
menyebar kesemua arah, dapat menembus tanah sampai kedalaman 60 hingga 100
cm, dan melebar secara mendatar pada radius 150 cm atau lebih, terutama pada
jenis kangkung air (Djuariah, 2007). Tanaman kangkung darat diklasifikasikan
sebagai berikut (Suratman, 2000):
Kingdom : Plantae(tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta(berpembuluh)
Superdivisio : Spermatophyta(menghasilkan biji)
Divisio :Magnoliophyta(berbunga)
Kelas : Dicotyledone(berkeping dua/dikotil)
Sub kelas : Asteridae
Ordo : Solanales
Familia : Convolvulaceae(suku kangkung-kangkungan)
Genus : Ipomea
Spesies : Ipomea reptans Poir
Kangkung merupakan tanaman yang dapat tumbuh lebih dari satu tahun.
Tanaman kangkung memiliki sistem perakaran tunggang dan cabang-cabangnya
akar menyebar kesemua arah, dapat menembus tanah sampai kedalaman 60
hingga 100 cm, dan melebar secara mendatar pada radius 150 cm atau lebih,
terutama pada jenis kangkung air (Djuariah, 2007).
Batang kangkung bulat dan berlubang, berbuku-buku, banyak mengandung air
(herbacious) dari buku-bukunya mudah sekali keluar akar.Memiliki percabangan
yang banyak dan setelah tumbuh lama batangnya akan menjalar (Djuariah, 2007).
Kangkung memiliki tangkai daun melekat pada buku-buku batang dan di
ketiak daunnya terdapat mata tunas yang dapat tumbuh menjadi percabangan baru.
Bentuk daun umumnya runcing ataupun tumpul, permukaan daun sebelah atas
berwarna hijau tua, dan permukaan daun bagian bawah berwarna hijau muda.
Selama fase pertumbuhanya tanaman kangkung dapat berbunga, berbuah, dan
berbiji terutama jenis kangkung darat. Bentuk bunga kangkung umumnya
berbentuk “terompet” dan daun mahkota bunga berwarna putih atau merah
lembayung (Maria, 2009).
Buah kangkung berbentuk bulat telur yang didalamnya berisi tiga butir biji.
Bentuk buah kangkung seperti melekat dengan bijinya. Warna buah hitam jika
sudah tua dan hijau ketika muda. Buah kangkung berukuran kecil sekitar 10 mm,
dan umur buah kangkung tidak lama. Bentuk biji kangkung bersegi-segi atau
tegak bulat. Berwarna cokelat atau kehitam-hitaman, dan termasuk biji berkeping
dua. Pada jenis kangkung darat biji kangkung berfungsi sebagai alat perbanyakan
tanaman secara generatif (Maria, 2009).

B. Alelopati
Pada tahun 1937 Molisch pertama kali menggunakan istilah alelopati yang
didefinisikan sebagai interaksi biokimia antara semua jenis tumbuhan
termasuk mikroorganisme yang bersifat penghambatan maupun perangsangan
(Rice, 1984). Rice (1984) juga mendifinisikan alelopati sebagai pengaruh
positif atau negatif yang bersifat langsung maupun tidak langsung dari suatu
tanaman terhadap tanaman lainnya melalui senyawa kimia yang dikeluarkan
ke lingkungannya. Alelopati merupakan senyawa kimia yang dihasilkan oleh
tumbuh tumbuhan baik sewaktu masih hidup atau setelah mati (Moenandir,
1993).
Terdapat dua jenis alelopati yang terjadi di alam, yaitu alelopati yang
sebenarnya dan alelopati fungsional. Alelopati yang sebenarnya adalah
pelepasan senyawa beracun dari tumbuhan ke lingkungan sekitarnya dalam
bentuk senyawa aslinya yang dihasilkan. Sedangkan alelopati fungsional ialah
pelepasan senyawa kimia ke lingkungan yang telah mengalami perubahan
akibat mikroba tanah (Sastroutomo, 1990).
Pada suatu agroekosistem, senyawa alelopati kemungkinan dapat
dihasilkan oleh gulma, tanaman semusim dan tahunan, serta mikroorganisme
(Junaedi et al., 2006). Potensi senyawa ini hampir berada di seluruh bagian
tumbuhan, termasuk daun, bunga, buah, batang, akar, rizom, dan biji (Putnam,
1986). Senyawa-senyawa alelopati dapat dilepaskan dari jaringan
tumbuhtumbuhan dalam berbagi cara termasuk melalui penguapan, eksudat
akar, pencucian, dan pembusukan bagian-bagian organ yang mati
(Sastroutomo, 1990). Fenomena alelopati mencakup semua tipe interaksi
kimia antar tumbuhan, antar mikro organisme, atau antara tumbuhan dan
mikro organisme. Adanya senyawa alelopati tumbuhan perlu dipertimbangkan
dalam budidaya tanaman karena akan memberikan pengaruh negatif pada
pertumbuhan tanaman.
Beberapa jenis gulma yang diduga berpotensi mengeluarkan senyawa
alelopati cukup besar jumlahnya. Gulma menahun yang memiliki potensi
alelopati diantaranya Agropyron repens, Cirsium arvense, Cyperus rotundus,
dan Imperata cylindrica, serta gulma semusim seperti Setaria sp
(Sastroutomo, 1990). Alelopati dapat digunakan untuk menekan gulma
melalui berbagai cara, diantaranya dengan penggunaan sebagai mulsa atau
pencampuran dengan tanah (Iqbal and Cheema, 2008).
Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk membuktikan keberadaan
senyawa alelopati pada tumbuhan. Hasil penelitian Pane et al. (1988)
menunjukkan A. conyzoides, I. Cylindrica, dan C. rotundus memiliki pengaruh
alelopati dan menurunkan prduksi padi gogo. Penelitian Nugroho dan
Moenandir (1988) menunjukkan bahwa alelopati C. rotundus dapat mereduksi
berat kering akar dan tajuk, tinggi, dan jumlah daun pada tanaman kacang
tanah. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Fitria et al. (2011) menunjukkan
ekstrak gulma C. rotundus, A. conyzoides, dan D. adscendens mempengaruhi
jumlah daun, jumlah cabang dan bobot buah tomat.
BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat


Pelaksanaan praktikum dilakukan pada hari kamis, 11 April 2019 sampai 2
Mei 2019, pada jam 13.00 – Selesai di screen house Fakultas Pertanian,
Universitas Borneo Tarakan.
B. Alat dan bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum yaitu: blender, kertas
filter, kapas, beker dan gelas ukur, gunting, timbangan, gulma ageratum
conyzoides, tanaman kangkung, Aguadest, polibag, tanah, cangkul dan
ayakan.
Dosis ekstrak daun ageratum conyzoides yaitu:
P0 : 0 ml/polibag
P2 : 50 ml/ polibag
P2 : 100 ml/ polibag
C. Prosedur Kerja
1. Bersihkan ageratum conyzoides dan potong-potonglah
2. Buatlah ekstrak ageratum conyzoides dengan blender, dengan
perbandingan 50 gr daun ageratum conyzoides ditambah air sebanyak 250
ml
3. Saringlah ekstrak daun ageratum conyzoides, hasil saringan ekstrak daun
ageratum conyzoides disimpan di wadah.
4. Siapkan 1,6 kg tanah yang telah diayak dan dikeringkan selama 3 hari.
5. Apabila tanah sudah kering masukkan 4 kg tanah dan 1 kg pupuk kandang
ayam ke dalam polibag ukuran 5 kg. kemudian masukkan tanaman satu
kangkung yang sudah berusia 1 mst, Buatlah sebanyak 6 polibag.
6. Berikan air sebanyak 250 ml setiap 2 hari sekali hingga tanaman berusia 6
mst
7. Siramlah perlakuan ekstrak daun ageratum conyzoides dengan dosis 0
ml/polibag, 50 ml/polibag, dan 100 ml/polibag.
8. Lakukan pemberian ekstrak daun ageratum conyzoides ke tanaman
kangkung yang berusia 1 mst, 2 mst, 3 mst.
9. Setelah tanaman kangkung berusia 4 mst, amati berat gulma bagian atas,
dan berat kering akar gulma.
D. Parameter pengamatan
1. Tinggi tanaman kangkung
Tinggi tanaman kangkung diamati pada saat tanaman kangkung berusia 2
mst, 3 mst dan 4 mst.
2. Jumlah daun kangkung
Jumlah daun kangkung diamati pada saat tanaman kangkung berusia 2
mst, 3 mst, dan 4 mst
3. Jumlah gulma yang tumbuh
Jumlah gulma yang tumbuh pada tanaman kangkung diamati pada saat
tanaman kangkung berusia 2 mst, 3 mst, dan 4 mst.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
1. Tabel pengamatan p0 (kontrol)

P0
Tanaman U1 U2
Tinggi Jumlah Jumlah Tinggi Jumlah Jumlah
Ke
daun gulma daun gulma
1 mst 6,1 5 - 6 5 -
2 mst 11.8 9 - 8.5 9 -
3 mst 22.3 11 - 16.5 10 -
4 mst 29.8 13 15 36 18 19
Rata-rata 17,5 9 16,7 10

2. Tabel pengamatan p1(50 ml)

P1
Tanaman U1 U2
Tinggi Jumlah Jumlah Tinggi Jumlah Jumlah
Ke
daun gulma daun gulma
1 mst 6 5 - 5,9 5 -
2 mst 8.6 5 - 10 9 -
3 mst 22.9 9 - 15.2 12 -
4 mst 43 11 5 28.8 16 18
Rata-rata 20.1 7 14 10

3. Tabel pengamatan p2(100 ml)

Tanaman P2
Ke U1 U2
Tinggi Jumlah Jumlah Tinggi Jumlah Jumlah
daun gulma daun gulma
1 mst 6 5 - 6 5 -
2 mst 10 10 - 7.5 9 -
3 mst 23 13 - 20.3 13 -
4 mst 35.7 17 2 35.1 16 1
Rata-rata 18,6 11 17.2 10

B. Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, Hasil pengamatan terhadap
tinggi tanaman sawi akibat pemberian cairan A. conyzoides menunjukkan
terjadi penekanan pertumbuhan tanaman kangkung. Dari hasil pengamatan
tersebut, terlihat rata-rata tinggi tanaman yang paling tinggi adalah pada
perlakuan P1 U1 yaitu 20.1 cm sedangkan yang terendah adalah pada
perlakuan P1 U2 yaitu 14 cm.
Berdasarkan hasil tersebut, dapat diketahui bahwa pemberian cairan A.
conyzoides dapat menekan pertumbuhan tanaman kangkung, dikarenakan
pada gulma A.conyzoides mengandung bahan kimia yang dikenal dengan
istilah alelopati di mana suatu senyawa yang dikeluarkan untuk menghambat
pertumbuhan tanaman, sehingga fotosintesis, respirasi akan terganggu yang
menyebabkan terganggunya pertumbuhan tanaman. Sedangkan pada
perlakuan yang tidak diberikan cairan tersebut tumbuh subur seperti tanaman
kangkung lainnya.
Aktivitas GA diketahui berperan di dalam merangsang pertumbuhan,
sehingga apabila enzim tersebut terhambat maka pertumbuhan juga terhambat,
dan dalam hal ini tanaman sawi akan terhambat. Penghambatan lebih besar
pada tanaman lebih muda karena aktivitas enzim pertumbuhan umumnya
sangat aktif pada tanaman muda dibandingkan tanaman yang lebih dewasa.
Hasil penelitian juga menunjukkan penghambatan akibat pemberian ekstrak A.
conyzoides yaitu Aini (2008) menyatakan bahwa A. conyzoides mempunyai
senyawa alelopati yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Alelopati merupakan merupakan fenomena dari suatu tanaman yang
melepaskan zat melepaskan zat penghambat yang menghambat pertumbuhan
tanaman lain yang berbagi habitat yang sama. Alelopati adalah mekanisme
interaksi biokimia yang interaktif, baik merangsang ataupun menghambat
perkembangan semua jenis tanaman organisme, jadi, tidak semua alelopati
bersifat negatif, ada beberapa senyawa alelopati yang bersifat positif baik
secara langsung ataupun tidak langsung. Peristiwa alelopati sebenarnya
merupakan tipe persaingan, dimana persaingnaya dapat bersifat interaspesifik
maupun interspesifik. Alelopati memainkn peran penting dalam dominasi
tanaman, suksesi, pembentukan komunitas tanaman, dan klimaks vegetasi, dan
produktifitas.
B. Saran
Diharapkan peserta praktikum dapat memberkan kontribusi lebih terhadap
praktikum yang akan dilakukan selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Aini, B. 2008. Pengaruh Ekstrak Alang-alang (Imperata cylindrica), Bandotan


(Ageratum conyzoides) dan Teki (Cyperus rotundus) Terhadap
Perkecambahan Beberapa Varietas Kedelai (Glycine max L). Skripsi.
Universitas Islam Negeri Malang. Malang.
Djuariah, D. 2007. Evaluasi Plasma Nutfah Kangkung Di Dataran Medium
Rancaekek. Jurnal Hortikultura 7(3):756-762.

Iqbal J., and Z.A. Cheema. 2008. Purple nutsedge (Cyperus rotundus L.)
management in cotton with combined aplication of sorgaab and
SMetolachor. Pak. J.Bot 40(6):2383-2391.
Junaedi, A, M.A. Chozindan K. Ho Kim, 2006.,Ulasan perkembangan terkini
kajian alelopati (Current research status of allelopathy). Jurnal Hayati
Vol. 13. hal : 79-84.
Maria, G.M. 2009. Respon Produksi Tanaman Kangkung Darat (Ipomea reptans
Poir) Terhadap Variasi Waktu Pemberian Pupuk Kotoran Ayam. Jurnal
Ilmu Tanah 7(1) : 18-22.
Moenandir, J. 1993. Persaingan Gulma dengan Tanaman Budidaya. Ilmu
Gulma Buku III. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. 101 hlm.
Muhabbibah, D. N. A. (2009). Pengaruh jenis dan konsentrasi ekstrak gulma
terhadap perkecambahan beberapa biji gulma. [Skripsi]. Malang: Jurusan
Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri
Malang.
Muller . 2008. Principles of Ecology in Plant Production. CAB: Int. Pub.

Putnam AR, Weston LA. 1986. Adverse impact of allelopathy in agricultural


systems. Di dalam: Putnam AR, Tang CS (ed). The Science of
Allelopathy. New York: John Wiley & Sons. hlm 43-56.

Pane, H., O.R. Madkar., H. Djajasukanta., dan D.S. Satiaatmadja. 1988. Beberapa
Aspek Persaingan dan Alelopati Gulma Utama Lahan Kering terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Padi Gogo. Prosiding Konferensi ke-IX, Jilid II.
Himpunan Ilmu Gulma Indonesia. Bogor. 113-123 hal.
Sastroutomo, S.S. 1990. Ekologi Gulma. PT Gramedia. Jakarta
Sukamto. (2007). Babadotan (Ageratum conyzoides) Tanaman Multi Fungsi.
Warta Puslitbangbun 13(3).
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai