Anda di halaman 1dari 14

ACARA V

PENGARUH MACAM MEDIA TERHADAP PERTUMBUHAN STEK


BATANG TANAMAN HIAS

A. Waktu dan Tempat Pelaksaan


Hari : Rabu
Tanggal : 11 september 2019
Tempat : Kebun percobaan wedomartani, Ngemplak, sleman,Yogyakarta

B. Tujuan
1. Mempelajari dan mempraktekkan perbanyakan tanaman hias dengan stek
batang.
2. Mengetahui pengaruh komposisi media tanam yang tepat untuk
pertumbuhan stek batang tanaman hias.uj

C. Tinjauan Pustaka
Nama Aglaonema berasal dari bahasa Yunani, yaitu Aglos yang berarti
sinar dan Nema yang berarti benang. Dengan demikian, secara harfiah
Aglaonema berarti benang yang bersinar. Fakta ini tampak dari salah satu
spesies Aglaonema, yakni Aglaonema costatum, yang memiliki tulang daun
berwarna putih cerah membelah kehijauan permukaan daun, sehingga
tampak menyerupai benang yang bersinar (Subono dan Andoko, 2005).
Klasifikasi Aglaonema berdasarkan kedudukannya dalam taksonomi
tumbuhan sebagai berikut :
Filum : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub-divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Araceales
Famili : Araceae
Genus : Aglaonema

45
46

Spesies : Aglaonema modestum, Aglaonema brevispathum, Aglaonema


cochinchinense, Aglaonema pumilum, Aglaonema hospitum, Aglaonema
simplex, Aglaonema commutatum, Aglaonema costatum, Aglaonema
densinervisum, Aglaonema crispum. (Leman, 2006).
Tanaman bougainvillea berasal dari amerika selatan, tanaman ini sering
ditanam dikawasan perumahan. Pada waktu tanaman ini berbunga, tanaman
ini mempunyai kebiasaan merontokkan bberapa daunnya. Benntuknya dalah
pohon kecil ynag sukar tumbuh tegak. Bougainvillea disebut tanaman bunga
kertas karena bentuk seludang yang tipis dan mempunyai ciri-ciri seperti
kertas.
Tanaman Bouganvillea ditemukan dibalitas daerah karangploso pada
tanah gembiur berpasir, terbuka, dan selalu terkena sinar matahari.
Klasifikasi ilmiah bouganvillea
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliopsida
Kelas : Nyctaginaccac
Genus : Bouganvillea
Spesies : Boiganinvillea sp.
Tanaman Dieffenbacihia (blanceng) merupak yanaman yang tergolong
tales/keladi mudah ditanam ditempat ynag teduh dan tempat yang didinari
matahari. Daun besar, panjang (± 40 cm), warnah hijau tua bintik-bintik
kuning tak beratura. Air yang keluar dari tanaman dape menyebabkan gatal
bila terkena kulit.
Klasifikasi tanaman dieffenbacia
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Euphorbiavveae
Genus : Acalypha
Species : Dieffenbachia sp.
Stek merupakan salah satu teknik perbanyakan vegetatif yang cukup
mudah dilakukan, sederhana serta tidak membutuhkan biaya produksi dan
47

investasi yang besar (Sofyan dan Muslimin 2006). Penyediaan sumber bibit
melalui stek pucuk, yang jika ditanam pada kondisi yang menguntungkan
untuk regenerasi akan tumbuh dan berkembang menjadi tanaman yang cepat
tumbuh dan berkualitas baik.
Salah satu cara perbanyakan yaitu secara vegetatif dengan menggunakan
stek batang. Salah satu keuntungan menggunakan stek adalah bibit yang
dihasilkan seragam, sama dengan induknya (true to type) dengan waktu
berbuah 7-8 bulan setelah tanam. Pemilihan bagian stek yang digunakan pada
perbanyakan akan mempengaruhi percepatan pertumbuhan bibit suatu
tanaman. Bahan stek bisa berasal dari bagian ujung batang dan bisa berasal
dari bagian tengah atau bawah batang, akan tetapi percepatan dalam
pertumbuhannya berbeda dikarena kandungan auksin yang terdapat
dimasingmasing bagian tanaman berbeda. Auksin paling banyak terdapat
dibagian ujung dari tanaman semakin kebawah atau semakin jauh dari ujung
tanaman maka kandungan auksin semakin berkurang. Menurut
(Zuryanisa,2006) Untuk mengurangi transpirasi, daun pada stek dipotong dan
disisakan ± 30% dan selanjutnya bahan stek dimasukkan dalam bak yang
telah diisi air. Pemotongan dilakukan dengan cara pemotongan diantara nodul
(dua ruas daun). Daun yang terdapat pada bahan stek yang diambil dipotong
dan disisakan 1/3 daun guna mengurangi penguapan. Bagian pangkal stek
dipotong miring (45°). Hal ini dimaksudkan untuk besarnya permukaan
penyerapan air dan pertumbuhan akar yang maksimal. (Setiawan,2014).
Keberhasilan tumbuh suatu stek sangat bergantung dari berbagai faktor
seperti, bahan stek, media penyetekan, zat pengatur tumbuh (ZPT) yang
digunakan, dan faktor lingkungan terutama cahaya matahari, suhu dan
kelembaban (Hartman et al. 2002 dalam Nugroho et al. 2014). Pemberian zat
pengatur tumbuh mampu memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan
tanaman apabila diberikan sesuai dengan kebutuhan dari tanaman. Auksin
merupakan salah satu hormon tumbuhan yang disusun di daerah tunas
ujung (meristem apikal), sehingga ketersediaan auksin sangat penting dalam
proses inisiasi pembentukan akar adventif. Keberadaan hormon auksin juga
48

berperan penting dalam proses diferensiasi dan perpanjangan sel (erdag et


all , 2010), sehingga dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas akar stek.
Selain itu penggunaan media tanam merupakan aspek penting dalam
perbanyakan tanaman secara stek, karena media tumbuh diperlukan sebagai
sarana penyedia nutrisi (hara tanah), kelembaban, suhu dan oksigen yang
optimal. Penggunaan zat pengatur tumbuh akan memberikan hasil yang
efektif apabila ditunjang dengan penggunaan media tanam yang mengandung
banyak hara, auksin akan memobilisasi kandungan hara dalam media tanam,
dengan demikian memacu terbentuknya perakaran (Johnson and Zak dalam
Bhardwaj and Mishra, 2002).
Menurut Ashari (2006) fungsi media perakaran yang digunakan menanam
stek adalah memegang stek agar tidak mudah goyah, memberikan
kelembaban yang cukup dan mengatur peredaran aerasi. Oleh karena itu,
media yang digunakan haruslah mampu memberikan aerasi yang cukup,
mempunyai daya pegang air dan drainase yang baik serta bebas dari jamur
dan bakteri patogen. Atonik merupakan zat yang berbentukk cair berwarna
coklat dan mudah larut dalam air. Bahan aktifnya adalah Natrium
Orthonitrofenol 0,2 %, natrium paranitrofenol 0,3 %, natrium 2,4 %
dinitrofenol 0,005% dan natrium 5 nitroguaikol 0,1%.
Adapun media tanam yang digunakan dalam perbanyakan tanaman secara
stek
1. Tanah
Tanah merupakan hasil pelapukan dari batuan. Jenis tanah dibedakan
menjadi dua, yaitu tanah mineral dan tanah organik. Tanah mineral
adalah tanah yang merupakan hasil pelapukan dari bahan-bahan mineral,
sedangkan tanah organik adalah tanah yang berasal dari hasil pelapukan
bahan-bahan organik. Tanah organik memiliki bahan organik dalam
jumlah yang tinggi, misalnya tanah gambut. Setiap jenis tanah memiliki
sifat fisik dan sifat kimia yang berbeda, sebagai contoh tanah latosol
memiliki sifat kimia yang kurang baik, memiliki KTK yang rendah
disebabkan oleh bahan organik sedikit dan memerlukan tambahan unsur
49

hara N, P, K, Ca, Mg dan beberapa unsur mikro. Tanah latosol


mengandung hidrooksida besi atau aluminium (Murbandono, 1993).
Harjadi (1996) menyatakan tiga fungsi primer tanah dalam mendukung
kehidupan tanaman, yaitu memberikan unsur-unsur mineral, sebagai
medium pertukaran maupun sebagai tempat persediaan; memberikan air
dan melayaninya sebagai reservooir ; sebagai tempat berpegang dan
bertumpu untuk tegak.
2. Arang Sekam
Arang sekam merupakan media tanam yang porous dan memiliki
kandungan karbon (C) yang tinggi sehingga membuat media tanam ini
menjadi gembur (Prayugo, 2007). (Wuryaningsih,1994) menyatakan
bahwa 8 arang sekam dapat digunakan sebagai media karena memiliki
sifat ringan (berat jenis = 0.2 kg/L), kasar (banyak pori) sehingga
sirkulasi udara tinggi, berwarna coklat kehitaman sehingga dapat
mengabsorbsi sinar matahari dengan efektif, serta dapat mengurangi
pengaruh penyakit khusus bakteri
3. Kompos
Pengomposan dapat didefinisikan sebagai proses biokimia, di mana
bermacam-macam kelompok mikroorganisme menghancurkan bahan
organik menjadi bahan seperti humus, yang mempunyai sifat sama
dengan pupuk kandang (Gaur, 1982). Kompos merupakan hasil akhir
suatu proses fermentasi tumpukan sampah, serasah tanaman maupun
bangkai binatang. Ciri-ciri kompos yang baik adalah berwarna cokelat,
bertekstur remah, berkonsistensi gembur dan berbau lapuk (Nurhaeti,
2009). Menurut Lingga dan Marsono (2001) kandungan utama dari
kompos adalah bahan organik yang berfungsi untuk memperbaiki kondisi
tanah. Unsur lainnya bervariasi cukup banyak dengan kadar rendah
seperti nitrogen, fosfor, kalium, kalsium dan magnesium.
4. Pupuk Kandang
Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kandang ternak baik
berupa kotoran padatnya bercampur sisa makanannya maupun air
50

kencingnya sekaligus (Lingga, 1998). Pupuk kandang merupakan sumber


unsur hara makro dan mikro tanaman. Menurut Soepardi (1983) pupuk
kandang merupakan salah satu bahan organik yang dapat memperbaiki
sifat fisik tanah dan mikro bagi tanaman. Menurut Samekto (2006) pupuk
kandang dapat digolongkan ke dalam 10 pupuk organik yang memiliki
beberapa kelebihan, yaitu memperbaiki struktur tanah, menaikkan daya
serap tanah terhadap air, menaikkan kondisi kehidupan di dalam tanah,
dan sebagai sumber zat makanan bagi tanaman.

D. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Ember
b. Cethok
c. Gembor
d. Sarung tangan (lateks)
e. Gunting tanaman
f. Pinset
g. Plastik
2. Bahan
a. Pupuk kompos
b. Arang sekam
c. Polybag
d. Larutan atonik
e. Larutan fungisida
f. Batang Aglonema
g. Batang Bougenville
h. Batang Diffenbacia
51

E. Cara Kerja
1. Membuat media tanam yaitu dengan mencampurkan pupuk kompos dan
arang sekam dengan perbandingan 1:1.
2. Memasukkan media tanam kedalam polybag sebanyak 2⁄3 bagian dari
polybag.
3. Memotong batang aglonema sebanyak 1 batang dengan panjang 8 cm,
batang diffenbacia sebanyak 4 batang dengan panajang masing-masing
batang 8 cm, kemudian batang bougenville sebanyak 5 batang dengan
panjang 20 cm dan dipotong miring dengan salah satu sisinya runcing.
4. Merendam batang tanman yang telah dipotong didalam larutan atonik
selama 5 menit, kemudian rendam kedalam larutan fungisida selama 3
menit.
5. Menanam batang stek aglonema dan diffenbacia kedalam pot dengan
cara horizontal, serta stek batang bougenville secara vertikal (dengan
posisi tunas mengarah ke atas).
6. Menyiram tanaman hingga lembab lalu sungkup menggunakan plastik.
7. Letakan polybag ditempata yang ternaungi.
8. Melakukan penyiraman sebanyak 2 kali dalam sehari.

F. Hasil Pengamatan
Tabel 5.1 Hasil Pengamatan Stek Tanaman Bugenville (A4)
T1 T2 T3 T4 T5
P
PT JT JD PT JT JD PT JT JD PT JT JD PT JT JD
1 2.5 1 3 0.2 1 3.5 3.5 1 2 0.3 1 0 2.6 1 1
2 0 0 0 3 1 0 0 0 0 2.5 1 2 6 1 0
3 0.8 1 0 0 0 1.8 1.8 1 5 5.5 2 6 6.9 1 2
4 1.5 3 11 0 0 3.5 3.5 2 8 7.4 2 11 8 1 1
5 2 3 10 0 0 3 3 1 8 13 2 21 2 1 1

R 1.36 1.6 4.8 0.64 0.2 2.36 2.36 1 4.6 5.74 1.6 8 5.1 1 0.8

Sumber :Praktikum Teknologi Budidaya Tanaman Hortikultura 2019


52

Tabel 5.2 Hasil Pengamatan Stek Tanaman Diffenbachia (A4)


T1 T2 T3 T4
P
PT JT JDPT JT JD PT JT JD PT JT JD
1 2.9 1 0 0 0 0 3 2 0 4 1 0
2 5.6 1 0 3 1 0 42 1 0 7 1 1
3 8.7 1 18.3 2 1 9.2 2 1 9.4 2 1
4 15.8 2 217 2 2 19.5 3 1 18.7 2 2
5 17 1 220 1 2 23 3 1 18 1 3
9.6 11.7 2.2 11.4
R 10 1.2 1 12 1 0.6 1.4 14
6 8 2 2
Sumber :Prak1tikum Teknologi Budidaya Tanaman Hortikultura 2019

Tabel 5.3 Hasil Pengamatan Stek Tanaman Aglaonema (A4)


Tanaman 1
P
PT JT JD
1 1 1 0
2 0 0 0
3 0 0 0
4 0 0 0
5 0 0 0
R 0,2 0,2 0
Sumber : Praktikum Teknologi Budidaya Tanaman Hortikultura 2019

Tabel 5.4 Hasil Pengamatan Stek Tanaman Bougenville (A1)


T1 T2 T3 T4 T5
P
PT JT JD PT JT JD PT JT JD PT JT JD PT JT JD
1 1.93 3 2.33 0.83 4 0.5 0 0 0 1.1 2 1.5 1.07 3 2
2 0 0 0 2.85 2 1.5 0 0 0 3.5 1 5 1.3 2 1.5
3 0 0 0 0.5 3 0 0 0 0 3.7 1 4 0.43 3 0
4 0 0 0 0.65 2 0 0 0 0 3.9 1 4 0.35 2 0
5 1,2 1 3 0 0 0 0 0 0 4 1 4 0 0 0

R 0.62 0.8 1.06 0.96 2.2 0.4 0 0 0 3.24 1.2 3.7 0.63 2 0.7

Sumber :Praktikum Teknologi Budidaya Tanaman Hortikultura 2019


53

Tabel 5.5 Hasil Pengamatan Stek Tanaman Diffenbachia (A1)


T1 T2 T3 T4
P
PT JT JD PT JT JD PT JT JD PT JT JD
1 0.4 1 0 0 0 0 1 1 0 0.8 1 0
2 1.1 1 0 0 0 0 3.4 1 0 1.5 1 0
3 8.9 1 1 0.6 1 0 2.6 1 0 1.75 2 0
4 15 1 1 4.2 1 1 8.9 1 1 3.7 2 0
5 15.7 1 1 4.7 1 1 9.3 1 2 7.2 2 0

R 8.22 1 0,6 1.9 0.6 0.4 5.04 1 0.6 2.99 1.6 0

Sumber : Praktikum Teknologi Budidaya Tanaman Hortikultura 2019

Tabel 5.6 Hasil Pengamatan Stek Tanaman Aglaonema (A1)


Tanaman 1
P
PT JT JD
1 0 0 0
2 0 0 0
3 2,9 1 1
4 5,3 1 1
5 7 1 1
R 3,04 0,6 0,6
Sumber : Praktikum Teknologi Budidaya Tanaman Hortikultura 2019

Keterangan :
P : Pengamatan
R : Rata- rata
PT : Panjang Tunas (cm)
JT : Jumlah Tunas (cm)
JD : Jumlah Daun

G. Pembahasan
Stek merupakan salah satu teknik perbanyakan vegetatif yang cukup
mudah dilakukan, sederhana serta tidak membutuhkan biaya produksi dan
investasi yang besar (Sofyan dan Muslimin 2006). Menurut Ashari (2006)
fungsi media perakaran yang digunakan menanam stek adalah memegang
54

stek agar tidak mudah goyah, memberikan kelembaban yang cukup dan
mengatur peredaran aerasi.
Pada praktikum kali ini menggunakan 3 tanaman yaitu Bougenville,
Diffenbachia, dan Aglaonema dengan perlakuan media tanamn yang berbeda
dimana kelompok A1 menggunakan media tanam arang sekam, pupuk
kompos, dan tanah dengan perbandingan 1:1:1, sedangkan pada kelompok A4
menggunakan media tanam yang digunakan adalah pupuk kompos dan arang
sekam dengan perbandingan 1:1. Dan dengan melakukan perawatan berupa
penyirama sebanyak 2 kali sehari dengan tujuan untuk membantu tanaman
dalam pertumbuhan dan pertumbuhan mata tunas dan menjaga kelembaban
tanah, serta pemberian POC pada tanggal 30 Oktober 2019 dan tanggal 2
November 2019 dengan dosis 2 ml per liter. dengan tujuan untuk menutrisi
tanaman dan mempercepat dalam perkembangan dari tanaman itu sendiri.
Berdasarkan hasil pengamatan praktikum diatas didapat disimpulkan
bahwa Bougenville dan dieffenbachia didapatkan hasil yang paling tinggi
pada media tanam pupuk kompos dan arang sekam dengan perbandingan 1:1.
Hal ini dikarenakan arang sekam merupakan media tanam yang pourus dan
memiliki kandungan karbon (C) yang tinggi sehingga membuat media tanam
menjadi gembur (Prayugo, 2007). Wuryaningsih dan Darliah (1994)
menyatakan bahwa arang sekam dapat digunakan sebagai media karena
memiliki sifat ringan, banyak pori (kasar) sehingga sirkulasi udara tinggi,
berwarna coklat kehitaman sehingga dapat mengabsorpsi sinar matahari
dengan efektif, serta dapat mengurangi pengaruh penyakit khusus bakteri.
Namun media tanam ini memiliki kandungan unsur hara yang sangat sedikit
sehingga membutuhkan unsur hara yang cukup banyak yaitu menggunakan
pupuk kompos dengan perbandingan 2:1 agar tanaman dapat bertumbuh
secara optimal. Bahan organik yang banyak akan mengalami proses
pelapukan atau dekomposisi yang dilakukan oleh mikroorganisme. Melalui
proses tersebut akan dihasilkan karbondioksida (CO2), Air (H2O), dan
mineral. Mineral yang dihasilkan merupakan sumber unsure hara yang dapat
55

diserap tanaman sebagai zat makanan (Wuryan, 2008). Hal tersebut tidak
sesuai dengan teori
Aglaonema didapatkan hasil yang paling tinggi pada media tanam tanah,
arang sekam dan pupuk kompos dengan perbandingan 1:1:1. Hal ini
dikarenakan arang sekam merupakan media tanam yang pourus dan memiliki
kandungan karbon (C) yang tinggi sehingga membuat media tanam menjadi
gembur (Prayugo, 2007). Media tanah juga mampu menahan air sehingga
unsur hara dapat diserap oleh akar secara optimal. Selain itu penambahan
kompos karena kompos memiliki unsur hara yang lengkap dan dapat
memperbaiki sifat fisik dan struktur tanah, meningkatkan daya menahan air,
kimia tanah dan biologi tanah sehingga pertumbuhannya baik.
Berdasarkan hasil pengamatan tanaman stek yang mati terjadi karena
faktor lingkungan yaitu kurangnya penyiraman, dan harusnya tanaman
mendapatkan cahaya yang cukup untuk membantu proses fotosintesisnya
sehingga tanaman dapat tumbuh dengan optimal. Selain itu disebabkan oleh
kurangnya kesterilan alat yang digunakan.
Tanaman bougenville lebih cocok ditanam pada media tanam tanah,
kompos dan arang sekan dengan perbandingan 1:1:1 karena komposisi media
yang seimbang antra ketiga bahan tersebut menyediakan unsur hara yang
cukup untu stek. Campuran media dengan jumlah yang sama menyebabkan
media dalam keadaan ideal dan cocok untuk pertumbuhan dan tanaman.
Media tanggal dapat menyerap air secara optimal sehingga unsur hara mudah
terlarut dan diserap akar, aerasi menjadi lebih baik sehingga oksigen masuk
kedalam tanah dan mengakibatkan pertumbuhan tanaman menjadi optimal.
pemberian pupuk kompos dan arang sekam dengan tanah memperbaiki sifat
fisik tanah yang bertekstur keras sehinggaakar sulit untuk menembusnya.
Arang sekam juga mempunyai sifat poroua serta aerasi dan drainase yang
baik sedangkan pupuk kompos memiliki kandungan unsur hara yang lengkap.
Sedangkan pada tanaman differenbachia dan aglonema lebih cocok ditanam
kompos pada media tanam kompos dan arang sekam dengan perbandingan
1:1 karena media tanam kompos dapat menyerap air secara optimal sehingga
56

unsur hara mudah terlarut dan diserap akar, aerasi menjadi lebih baik
sehingga oksigen masuk kedalam tanah dan mengakibatkan pertumbuhan
tanaman menjadi lebih baik sehingga oksigen masuk kedalam tanah dan
mengakibatkan pertumbuhan tanaman menjadi optimal. arang sekam juga
mempunyai sifat porous serta aerasi dan drainase yang baik sedangkan pupuk
kompos memiliki kandungan unsur hara lengkap.

H. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa :
1. Cara budidaya stek adalah dengan menyiapkan media campuran tanah,
pupuk kompos dan arang sekam, menyiapkan bahan stek, merendam
bahan stek dengan ZPT dan fungisida, menanam bahan stek ke media
tanam.
2. Komposisi media tanam yang baik adalah menggunakan pupuk kompos
dan arang sekam dengan perbandingan 2:1.
DAFTAR PUSTAKA

Ashari, S. 2006. Hortikultura. Aspek Budidaya. UI-Press. Jakarta. 487 hal.

Bhardwaj, D.R. and U.K. Mishra, 2002. Propagation of Sub Himalayan Maple
(Acer oblongum) through Stem Cuttings under Mist Chamber Unit. Journal
of Trop. Forest Science 14 (4): 513-514.

Chew, S. 2010. Anatomical features of bougainvillea (nytaginaccac). Studies by


undrgraduate researchers at guelph, 4 (1): 72-78.

Erdag B.B., Emck, Y.C., and Aydogan, S.K. (2010). Clonal root formation: New
insights and perspectives. Annu, plant rev., 37: 127-156

Gaur, A.C. 1982. Improving Soil Fertility Through Organic Recycling. Project
Field No. 15. FAO of United Nations. Rome. 85 p

Lingga, P. 1998. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Cet. Ke-15. Penebar Swadaya.


Jakarta. 163 hal.

Murbandono, H. S. L. 1993. Membuat Kompos. Penebar Swadaya. Jakarta. 44


hal.

Nugroho J. D., Irdika M., Agus P., Endang S., 2014. Keberhasilan Stek Merbau
(Intsia bijuga (Colebr.) O. Kuntze) Menggunakan Auksin (IBA/ NAA) Dan
Inokulum Fungi Ektomikoriza. Prosiding Seminar Nasional Silvikultur I dan
Pertemuan Tahunan Masyarakat Silvikultur Indonesia. Makasar 29-30
Agustus 2013

Nurhaeti, Y. 2009. 1001 Cara Menghasilkan Pupuk Organik. Penerbit ANDI.


Yogyakarta. 70 hal.

Prayugo, S. 2007. Media Tanam untuk Tanaman Hias. Penebar Swadaya. Jakarta

Samekto, R. 2006. Pupuk Kandang. PT Citra Aji Parama. Yogyakarta. 44 hal.

Setiawan, A. 2014. Studi Awal Perbanyakan Vegetatif Nyawai (Ficus Variegata)


Dengan Metode Stek. Informasi Teknis. 15(1):21-29.

Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian.
Institut Pertanian Bogor. Bogor. 591 hal

Subono, M dan Andoko, A. 2005. Meningkatkan Kualitas Aglaonama. Cet IV.


Agromedia Pustaka. Depok.

57
Wuryaningsih, S dan Darliah. 1994. Pengaruh Media Sekam Padi terhadap
Pertumbuhan Tanaman Hias Pot Spathiphyllum. Buletin Penelitian
Tanaman Hias. 2(2):119-129

Zuryanisa. 2006. Pengaruh waktu dan persentase pemangkasan tunas terhadap


pertumbuhan vegetatif dan produksi buah. Jurnal Hortikultura. 4 (2):16-20.

58

Anda mungkin juga menyukai