B. Tujuan
1. Mempelajari dan mempraktekkan perbanyakan tanaman hias dengan stek
batang.
2. Mengetahui pengaruh komposisi media tanam yang tepat untuk
pertumbuhan stek batang tanaman hias.uj
C. Tinjauan Pustaka
Nama Aglaonema berasal dari bahasa Yunani, yaitu Aglos yang berarti
sinar dan Nema yang berarti benang. Dengan demikian, secara harfiah
Aglaonema berarti benang yang bersinar. Fakta ini tampak dari salah satu
spesies Aglaonema, yakni Aglaonema costatum, yang memiliki tulang daun
berwarna putih cerah membelah kehijauan permukaan daun, sehingga
tampak menyerupai benang yang bersinar (Subono dan Andoko, 2005).
Klasifikasi Aglaonema berdasarkan kedudukannya dalam taksonomi
tumbuhan sebagai berikut :
Filum : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub-divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Araceales
Famili : Araceae
Genus : Aglaonema
45
46
investasi yang besar (Sofyan dan Muslimin 2006). Penyediaan sumber bibit
melalui stek pucuk, yang jika ditanam pada kondisi yang menguntungkan
untuk regenerasi akan tumbuh dan berkembang menjadi tanaman yang cepat
tumbuh dan berkualitas baik.
Salah satu cara perbanyakan yaitu secara vegetatif dengan menggunakan
stek batang. Salah satu keuntungan menggunakan stek adalah bibit yang
dihasilkan seragam, sama dengan induknya (true to type) dengan waktu
berbuah 7-8 bulan setelah tanam. Pemilihan bagian stek yang digunakan pada
perbanyakan akan mempengaruhi percepatan pertumbuhan bibit suatu
tanaman. Bahan stek bisa berasal dari bagian ujung batang dan bisa berasal
dari bagian tengah atau bawah batang, akan tetapi percepatan dalam
pertumbuhannya berbeda dikarena kandungan auksin yang terdapat
dimasingmasing bagian tanaman berbeda. Auksin paling banyak terdapat
dibagian ujung dari tanaman semakin kebawah atau semakin jauh dari ujung
tanaman maka kandungan auksin semakin berkurang. Menurut
(Zuryanisa,2006) Untuk mengurangi transpirasi, daun pada stek dipotong dan
disisakan ± 30% dan selanjutnya bahan stek dimasukkan dalam bak yang
telah diisi air. Pemotongan dilakukan dengan cara pemotongan diantara nodul
(dua ruas daun). Daun yang terdapat pada bahan stek yang diambil dipotong
dan disisakan 1/3 daun guna mengurangi penguapan. Bagian pangkal stek
dipotong miring (45°). Hal ini dimaksudkan untuk besarnya permukaan
penyerapan air dan pertumbuhan akar yang maksimal. (Setiawan,2014).
Keberhasilan tumbuh suatu stek sangat bergantung dari berbagai faktor
seperti, bahan stek, media penyetekan, zat pengatur tumbuh (ZPT) yang
digunakan, dan faktor lingkungan terutama cahaya matahari, suhu dan
kelembaban (Hartman et al. 2002 dalam Nugroho et al. 2014). Pemberian zat
pengatur tumbuh mampu memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan
tanaman apabila diberikan sesuai dengan kebutuhan dari tanaman. Auksin
merupakan salah satu hormon tumbuhan yang disusun di daerah tunas
ujung (meristem apikal), sehingga ketersediaan auksin sangat penting dalam
proses inisiasi pembentukan akar adventif. Keberadaan hormon auksin juga
48
E. Cara Kerja
1. Membuat media tanam yaitu dengan mencampurkan pupuk kompos dan
arang sekam dengan perbandingan 1:1.
2. Memasukkan media tanam kedalam polybag sebanyak 2⁄3 bagian dari
polybag.
3. Memotong batang aglonema sebanyak 1 batang dengan panjang 8 cm,
batang diffenbacia sebanyak 4 batang dengan panajang masing-masing
batang 8 cm, kemudian batang bougenville sebanyak 5 batang dengan
panjang 20 cm dan dipotong miring dengan salah satu sisinya runcing.
4. Merendam batang tanman yang telah dipotong didalam larutan atonik
selama 5 menit, kemudian rendam kedalam larutan fungisida selama 3
menit.
5. Menanam batang stek aglonema dan diffenbacia kedalam pot dengan
cara horizontal, serta stek batang bougenville secara vertikal (dengan
posisi tunas mengarah ke atas).
6. Menyiram tanaman hingga lembab lalu sungkup menggunakan plastik.
7. Letakan polybag ditempata yang ternaungi.
8. Melakukan penyiraman sebanyak 2 kali dalam sehari.
F. Hasil Pengamatan
Tabel 5.1 Hasil Pengamatan Stek Tanaman Bugenville (A4)
T1 T2 T3 T4 T5
P
PT JT JD PT JT JD PT JT JD PT JT JD PT JT JD
1 2.5 1 3 0.2 1 3.5 3.5 1 2 0.3 1 0 2.6 1 1
2 0 0 0 3 1 0 0 0 0 2.5 1 2 6 1 0
3 0.8 1 0 0 0 1.8 1.8 1 5 5.5 2 6 6.9 1 2
4 1.5 3 11 0 0 3.5 3.5 2 8 7.4 2 11 8 1 1
5 2 3 10 0 0 3 3 1 8 13 2 21 2 1 1
R 1.36 1.6 4.8 0.64 0.2 2.36 2.36 1 4.6 5.74 1.6 8 5.1 1 0.8
R 0.62 0.8 1.06 0.96 2.2 0.4 0 0 0 3.24 1.2 3.7 0.63 2 0.7
Keterangan :
P : Pengamatan
R : Rata- rata
PT : Panjang Tunas (cm)
JT : Jumlah Tunas (cm)
JD : Jumlah Daun
G. Pembahasan
Stek merupakan salah satu teknik perbanyakan vegetatif yang cukup
mudah dilakukan, sederhana serta tidak membutuhkan biaya produksi dan
investasi yang besar (Sofyan dan Muslimin 2006). Menurut Ashari (2006)
fungsi media perakaran yang digunakan menanam stek adalah memegang
54
stek agar tidak mudah goyah, memberikan kelembaban yang cukup dan
mengatur peredaran aerasi.
Pada praktikum kali ini menggunakan 3 tanaman yaitu Bougenville,
Diffenbachia, dan Aglaonema dengan perlakuan media tanamn yang berbeda
dimana kelompok A1 menggunakan media tanam arang sekam, pupuk
kompos, dan tanah dengan perbandingan 1:1:1, sedangkan pada kelompok A4
menggunakan media tanam yang digunakan adalah pupuk kompos dan arang
sekam dengan perbandingan 1:1. Dan dengan melakukan perawatan berupa
penyirama sebanyak 2 kali sehari dengan tujuan untuk membantu tanaman
dalam pertumbuhan dan pertumbuhan mata tunas dan menjaga kelembaban
tanah, serta pemberian POC pada tanggal 30 Oktober 2019 dan tanggal 2
November 2019 dengan dosis 2 ml per liter. dengan tujuan untuk menutrisi
tanaman dan mempercepat dalam perkembangan dari tanaman itu sendiri.
Berdasarkan hasil pengamatan praktikum diatas didapat disimpulkan
bahwa Bougenville dan dieffenbachia didapatkan hasil yang paling tinggi
pada media tanam pupuk kompos dan arang sekam dengan perbandingan 1:1.
Hal ini dikarenakan arang sekam merupakan media tanam yang pourus dan
memiliki kandungan karbon (C) yang tinggi sehingga membuat media tanam
menjadi gembur (Prayugo, 2007). Wuryaningsih dan Darliah (1994)
menyatakan bahwa arang sekam dapat digunakan sebagai media karena
memiliki sifat ringan, banyak pori (kasar) sehingga sirkulasi udara tinggi,
berwarna coklat kehitaman sehingga dapat mengabsorpsi sinar matahari
dengan efektif, serta dapat mengurangi pengaruh penyakit khusus bakteri.
Namun media tanam ini memiliki kandungan unsur hara yang sangat sedikit
sehingga membutuhkan unsur hara yang cukup banyak yaitu menggunakan
pupuk kompos dengan perbandingan 2:1 agar tanaman dapat bertumbuh
secara optimal. Bahan organik yang banyak akan mengalami proses
pelapukan atau dekomposisi yang dilakukan oleh mikroorganisme. Melalui
proses tersebut akan dihasilkan karbondioksida (CO2), Air (H2O), dan
mineral. Mineral yang dihasilkan merupakan sumber unsure hara yang dapat
55
diserap tanaman sebagai zat makanan (Wuryan, 2008). Hal tersebut tidak
sesuai dengan teori
Aglaonema didapatkan hasil yang paling tinggi pada media tanam tanah,
arang sekam dan pupuk kompos dengan perbandingan 1:1:1. Hal ini
dikarenakan arang sekam merupakan media tanam yang pourus dan memiliki
kandungan karbon (C) yang tinggi sehingga membuat media tanam menjadi
gembur (Prayugo, 2007). Media tanah juga mampu menahan air sehingga
unsur hara dapat diserap oleh akar secara optimal. Selain itu penambahan
kompos karena kompos memiliki unsur hara yang lengkap dan dapat
memperbaiki sifat fisik dan struktur tanah, meningkatkan daya menahan air,
kimia tanah dan biologi tanah sehingga pertumbuhannya baik.
Berdasarkan hasil pengamatan tanaman stek yang mati terjadi karena
faktor lingkungan yaitu kurangnya penyiraman, dan harusnya tanaman
mendapatkan cahaya yang cukup untuk membantu proses fotosintesisnya
sehingga tanaman dapat tumbuh dengan optimal. Selain itu disebabkan oleh
kurangnya kesterilan alat yang digunakan.
Tanaman bougenville lebih cocok ditanam pada media tanam tanah,
kompos dan arang sekan dengan perbandingan 1:1:1 karena komposisi media
yang seimbang antra ketiga bahan tersebut menyediakan unsur hara yang
cukup untu stek. Campuran media dengan jumlah yang sama menyebabkan
media dalam keadaan ideal dan cocok untuk pertumbuhan dan tanaman.
Media tanggal dapat menyerap air secara optimal sehingga unsur hara mudah
terlarut dan diserap akar, aerasi menjadi lebih baik sehingga oksigen masuk
kedalam tanah dan mengakibatkan pertumbuhan tanaman menjadi optimal.
pemberian pupuk kompos dan arang sekam dengan tanah memperbaiki sifat
fisik tanah yang bertekstur keras sehinggaakar sulit untuk menembusnya.
Arang sekam juga mempunyai sifat poroua serta aerasi dan drainase yang
baik sedangkan pupuk kompos memiliki kandungan unsur hara yang lengkap.
Sedangkan pada tanaman differenbachia dan aglonema lebih cocok ditanam
kompos pada media tanam kompos dan arang sekam dengan perbandingan
1:1 karena media tanam kompos dapat menyerap air secara optimal sehingga
56
unsur hara mudah terlarut dan diserap akar, aerasi menjadi lebih baik
sehingga oksigen masuk kedalam tanah dan mengakibatkan pertumbuhan
tanaman menjadi lebih baik sehingga oksigen masuk kedalam tanah dan
mengakibatkan pertumbuhan tanaman menjadi optimal. arang sekam juga
mempunyai sifat porous serta aerasi dan drainase yang baik sedangkan pupuk
kompos memiliki kandungan unsur hara lengkap.
H. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa :
1. Cara budidaya stek adalah dengan menyiapkan media campuran tanah,
pupuk kompos dan arang sekam, menyiapkan bahan stek, merendam
bahan stek dengan ZPT dan fungisida, menanam bahan stek ke media
tanam.
2. Komposisi media tanam yang baik adalah menggunakan pupuk kompos
dan arang sekam dengan perbandingan 2:1.
DAFTAR PUSTAKA
Bhardwaj, D.R. and U.K. Mishra, 2002. Propagation of Sub Himalayan Maple
(Acer oblongum) through Stem Cuttings under Mist Chamber Unit. Journal
of Trop. Forest Science 14 (4): 513-514.
Erdag B.B., Emck, Y.C., and Aydogan, S.K. (2010). Clonal root formation: New
insights and perspectives. Annu, plant rev., 37: 127-156
Gaur, A.C. 1982. Improving Soil Fertility Through Organic Recycling. Project
Field No. 15. FAO of United Nations. Rome. 85 p
Nugroho J. D., Irdika M., Agus P., Endang S., 2014. Keberhasilan Stek Merbau
(Intsia bijuga (Colebr.) O. Kuntze) Menggunakan Auksin (IBA/ NAA) Dan
Inokulum Fungi Ektomikoriza. Prosiding Seminar Nasional Silvikultur I dan
Pertemuan Tahunan Masyarakat Silvikultur Indonesia. Makasar 29-30
Agustus 2013
Prayugo, S. 2007. Media Tanam untuk Tanaman Hias. Penebar Swadaya. Jakarta
Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian.
Institut Pertanian Bogor. Bogor. 591 hal
57
Wuryaningsih, S dan Darliah. 1994. Pengaruh Media Sekam Padi terhadap
Pertumbuhan Tanaman Hias Pot Spathiphyllum. Buletin Penelitian
Tanaman Hias. 2(2):119-129
58