Anda di halaman 1dari 226

DASAR DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN

PENGENDALIAN
FISIK dan MEKANIK

Oleh:
Jurusan HPT

JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA


TEKNIK PENGENDALIAN
TEKNIK PENGENDALIAN

CARA KULTU CARA CARA


MEKANIS R
TEKNIS HAYAT KIMIA
I
CARA TANAMAN
PERATURA
FISIK RESISTEN
N

JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA


Pengendalian Fisik dan
Mekanik
Tindakan yang dilakukan dengan
tujuan secara langsung dan tidak
langsung :
1. Mematikan OPT
2. Mengganggu aktivitas fisiologis
3. Memodifikasi lingkungan sehingga
kurang sesuai bagi perkembangan
OPT

JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA


PENGENDALIAN FISIK
Cara ini lebih mengacu pada
pemanfaatan dan memodifikasi faktor
lingkungan fisik untuk mencegah atau
meminimalkan masalah OPT

JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA


METODE FISIKA meliputi:

Perlakuan Suhu dan Penggunaan Lampu


Kelembaban Perangkap

Pemanfaatan Penghalang dan


Gelombang suara Barier

Pengaturan
Atmosfir dalam
Gudang

JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA


Perlakuan Suhu dan
kelembaban

Tindakan ini dapat mempengaruhi


penyebaran, fekunditas, kecepatan
perkembangan, lama hidup dan
mortalitas OPT. Biasanya sangat
berhasil diterapkan dalam ruang
tertutup

JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA


Preventif dan Kuratif
• Suhu Rendah (di bawah 15 º C)
1. Refrigerasi Statik (contoh : GRANIFRIGOR)

2. Refrigerasi Mobile

JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA


Preventif dan Kuratif
• Menurunkan Kadar Air Bahan
Misal : Sitophilus sp. KA 10,5 %
R. dominica KA 8,0 %
• Pemanasan
Pemanasan bahan pangan yang sudah terserang pada suhu di
atas 60 ºC selama 2 jam. Energi panas diperoleh dengan
berbagai cara, antara lain :(i) sinar infra-merah (ii) gelombang
elektromagnetik, dan (iii) oven microwave.

JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA


Preventif dan Kuratif
• Vapor Heat Treatment

• Suhu Panas dan Dingin


Pemaparan buah (lalat buah) dalam air atau udara pada suhu
> 430C dan pada suhu dingin (0 – 2.220C). Untuk hama lain
dan patogen tanaman dengan pemanasan kering (>600C) dan
secepatnya didinginkan pada suhu - 170C atau lebih rendah

JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA


Penggunaan Lampu
Perangkap

Beberapa serangga hama dapat tertarik


dan terperangkap dengan cara ini, namun
cara ini tidak terlalu spesifik

JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA


JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Penghalang
atau Barriers

Penghalang sangat efektif mencegah


serangan OPT, seperti meninggikan
pematang, lembaran plastik sebagai
pagar keliling, pembungkusan buah dan
lain-lain. Cara ini lebih menekankan
aspek pencegahan

JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA


JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Pengaturan
Atmosfir Gudang
Modified Atmosphere Storage (MAS) atau Controlled
Atmosphere Storage (CAS) adalah teknik pengendalian
serangga hama pasca panen sekaligus juga
merupakan teknik penyimpanan. Prinsip dari sistem
ini adalah mengatur komposisi atmosfir di dalam
sistem penyimpanan. Dalam hal ini komposisi O2
dikurangi, sedangkan konsentrasi CO2 dinaikkan.

JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA


PENGENDALIAN MEKANIK

Cara ini bertujuan untuk mematikan atau


menghilangkan OPT secara langsung baik
dengan tangan atau bantuan alat dan bahan
lain

JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA


Pengendalian Mekanik
❑ Pengambilan dengan
tangan
❑ Gropyokan
❑ Memasang perangkap
❑ Pengusiran
❑ Cara lain

JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA


Pengambilan
dengan tangan

Pengumpulan kelompok telur, ulat,


kumbang, atau bagian tanaman terserang
mis. rogesan untuk penggerek pucuk tebu

JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA


Pengumpulan cabai
terserang antraknose Penggerek pucuk tebu

Pengumpulan ulat

JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA


Gerakan Pengumpulan
Kelompok Telur Penggerek

Gerakan massal pengumpulan


kelompok telur PBP

Bumbung bambu parasitoid

JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA


Gropyokan

Biasanya dilakukan untuk pengendalian tikus.


Agar berhasil harus dilakukan saat sawah
bero dan dilakukan secara masal dan
terkoordinasi

JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA


Gropyokan dan
Pengasapan

JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA


Memasang
perangkap
Perangkap serangga berguna untuk
mendeteksi dan pengelolaan. Ada
banyak jenis perangkap spt. yellow
sticky trap, pheromone trap, pitfall dll.

JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA


JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Bubu (perangkap tikus) Perangkap lalat buah tipe Steiner

Steiner Trap

Metil eugenol

JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA


TBS =Trap Barrier System ; LTBS = Linear Trap Barrier System

JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA


Pengusiran

Sasarannya adalah mengusir hama yang ada


di pertanaman atau yang sedang menuju ke
pertanaman. Banyak cara misal memasang
orang-orangan di sawah, menciptakan suara
gaduh

JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA


Mengusir/menghalau

Memedi sawah

JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA


Cara lain

Teknik lain disini termasuk menggoyang-


goyang pohon, menyikat, mencuci,
memisahkan bagian tanaman terserang,
memukul, menggunakan alat penghisap
serangga dll.

JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA


Managing Cucumber Beetles in
Organic Farming Systems

Pengendalian Tupai
dengan senapan angin

JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA


Selesai
JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
DASAR DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN

Pengendalian Secara
KULTUR TEKNIS
marigold

Oleh:
Jurusan HPT

Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan - Fakultas Pertanian - Universitas Brawijaya - 2013
TEKNIK PENGENDALIAN
TEKNIK PENGENDALIAN

CARA KULTUR CARA CARA


MEKANIS TEKNIS HAYAT KIMIA
I
CARA TANAMAN
PERATURAN
FISIK RESISTEN
Cultural Control

Manipulation of cultural practices


to the disadvantage of the pest
Cultural Control
□ Soil Preparation □ Multiple Cropping/
and Nutrition Mix Cropping
□ Sanitation □ Interplantings
□ Plant selection □ Trap crops
□ Rotation □ Soil Solarization
□ Planting dates
Soil Preparation
and Nutrition

• Tanah sehat mendorong kesehatan


tanaman
• Kesesuaian pH dan pemupukan adalah
penting
• Bahan organik yang tidak dikompos-
kan mendorong munculnya OPT
Soil Preparation
and Nutrition
• Plants with adequate nutrition can grow more
vigorously, allowing them to better tolerate pest
damage or to compete better with weeds
• Soil cultivation can kill pests by exposing them
to sunlight, predators and injuring them
Sanitation

• Removal of rubbish, infested or


decaying matter as well as crop
residues from around and in fields can
often eliminate breeding sites for
pests
• Cleaning equipment before moving
from infested areas
Contoh: Meminimalkan Resiko
Kerusakan oleh Lalat Buah

⦿ Sanitasi:
1. memanen segera buah yang
menunjukkan gejala
terserang atau kelewat
masak, cara ini lebih efektif
daripada memungut buah
busuk yang sudah jatuh ke
tanah yang kemungkinan
larva sudah keluar dan
membentuk pupa di dalam
tanah.
Contoh: Meminimalkan Resiko
Kerusakan oleh Lalat Buah

⦿ Sanitasi:
2. membenamkan buah yang
jatuh dalam tanah agar tidak
menjadi sumber infestasi.
Perlu dipertimbangkan
bahwa pembenaman dapat
mematikan parasitoid lalat Augmentarium
buah.
Kumpulkan dalam sangkar
AUGMENTARIUM
Plant Selection
Using seeds and planting materials
which are free of weed seeds, insects and
diseases. Buy plants from reputable
sources and choose resistant
cultivars when possible.
Crop Rotation

Planting similar crops in successive


years tends to increase pest
problems.
Crop Rotation

Works on a limited number of


pests, by replacing the host plant
with another crop for a period of
time, allowing the pest
population to be reduced due to
lack of a host.
Crop Rotation

For this strategy to work:


• The pest can not be highly mobile
• The host range of the pest can not be wide
• The source of the pest must be within the field
• The pest must not be able to survive in the
soil for a long period of time
Planting Dates

Some pests can be avoided by planting a


crop before a pest moves into the area.
Some root rot and germination problems
can be avoided by later plantings.
CONTOH:
Kalender Pranata Mangsa (Sunda)/
Pranoto Mongso (Jawa)/ Kerta Masa
(Bali)

Nenek moyang kita selama ribuan tahun telah


menghafalkan pola tanam, iklim dan fenomena alam
lainnya, akhirnya tersusunlah kalender tahunan yang
disebut Pranata Mangsa. Kalender ini bukan berdasarkan
Kalender Syamsiah (Masehi) atau Kalender Komariah
(Hijriah/Islam) tetapi berdasarkan kejadian-kejadian alam
yaitu seperti musim penghujan, kemarau, musim berbunga
dan letak bintang di alam raya, serta pengaruh bulan
purnama terhadap pasang surutnya air laut
Pranata Mangsa
Multiple Cropping /
Mixed Cropping

Growing a variety of crops together in the


same location:
• Increases the habitat for pest predators
• Limits the number of food plants for
specific pests
Interplantings

Avoid placing all plants of one kind


together. Alternate groups of different
plants within rows or patches.
Trap Crops

Plant a crop that is more attractive to a


pest than the one you intend to grow.
Crops which are planted to attract pests
away from the main crop
Then treat the pest on the infested decoy
plants.
marigold
Soil Solarization

Uses a plastic tarp to cover the soil. This tarp


heats up the soil moisture to levels which are
lethal to many fungi, nematodes, weeds, weed
seeds and other pest organisms
Cultural Control
Advantages Disadvantages
• Low cost (in most cases) • Not always applicable
• Effects on non-target • May not be sufficiently
organisms low effective
• No Toxicity or residue • Usually preventive in
problems nature, so it requires
planning
• May interfere with
normal cultural
operations
DASAR DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN

PENGENDALIAN
DENGAN Tanaman
Tahan dan
Peraturan
Oleh:
Jurusan HPT

Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan - Fakultas Pertanian –


TEKNIK PENGENDALIAN
TEKNIK PENGENDALIAN

CARA KULTUR CARA CARA


MEKANIS TEKNIS HAYATI KIMIA

CARA TANAMAN
PERATURAN
FISIK RESISTEN

Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan – Fakultas Pertanian –


Penggunaan
Ketahanan Tanaman
● Penggunaan varietas tanaman yang tahan
serangan hama atau kerusakan
● Penggunaan varietas yang menghambat
serangan hama melalui senyawa toksik atau
penolak atau melalui faktor fisik seperti warna
atau kekerasan jaringan
● Penggunaan varietas yang memiliki toleransi
tinggi terhadap kerusakan hama

Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan – Fakultas Pertanian –


Ketahanan Tanaman

Resisten Rentan Toleran


(Resistant) (Susceptible) (Tolerant)
Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan – Fakultas Pertanian –
Ketahanan Tanaman

Resisten Rentan Toleran


(Resistant) (Susceptible) (Tolerant)
Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan – Fakultas Pertanian –
DEFINISI atau BATASAN
Ketahanan Tanaman
❖ Painter (1951) mendefinisikan ketahanan tanaman
merupakan sifat-sifat tanaman yang dapat diturunkan
dan dapat mempengaruhi tingkat kerusakan oleh
serangga.
❖ Beck (1965) mengemukakan bahwa ketahanan tanaman
adalah semua ciri dan sifat tanaman yang
memungkinkan tanaman terhindar, mempunyai daya
tahan atau daya sembuh dari serangan serangga dalam
kondisi yang akan menyebabkan kerusakan lebih besar
pada tanaman lain dari spesies yang sama.

Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan – Fakultas Pertanian –


DEFINISI atau BATASAN
Ketahanan Tanaman
❖ Teetes (1996) menyatakan bahwa dalam praktek
pertanian, resistensi tanaman berarti kemampuan
tanaman untuk berproduksi lebih baik dibandingkan
tanaman lain dengan tingkat populasi hama yang sama

Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan – Fakultas Pertanian –


Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan – Fakultas Pertanian –
Mekanisme Ketahanan
Terhadap Hama
Painter (1951) membagi mekanisme ketahanan ke
dalam 3 bentuk, yaitu:
▪ Non-preferen ialah disukai atau tidak disukainya suatu
tanaman oleh serangga sebagai tempat bertelur,
berlindung, sebagai makanannya atau kombinasi dari
ketiganya
▪ Antibiotis yaitu semua pengaruh fisiologis yang merugikan
pada serangga dan bersifat sementara atau tetap, yang
merupakan akibat dari serangga yang makan dan mencerna
jaringan atau cairan tanaman tertentu

Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan – Fakultas Pertanian –


Mekanisme Ketahanan
Terhadap Hama
Painter (1951) membagi mekanisme ketahanan ke
dalam 3 bentuk, yaitu:
▪ Toleran ialah satu sifat yang dimiliki oleh tanaman yang
mampu menyembuhkan diri dari kerusakan serangan hama,
meskipun jumlah hama yang menyerang berjumlah sama
dengan yang menyerang pada tanaman peka.

Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan – Fakultas Pertanian –


Sifat Ketahanan Tanaman
1. Genetik : sifat tahan diatur sifat genetik yang
diwariskan
2. Morfologi : sifat morfologi tanaman yang tidak
menguntungkan hama. Misalnya, dinding sel
yang tebal, memiliki bulu.
3. Kimia : ketahanan akibat zat kimia yang
dihasilkan
4. Ekologi : yaitu ketahanan tanaman yang
disebabkan oleh pengaruh faktor lingkungan

Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan – Fakultas Pertanian –


Ketahanan Genetik
Berdasarkan Susunan Gen

1. Monogenik: sifat tahan diatur 1 gen (bisa


dominan atau resesif)
2. Oligogenik : sifat tahan diatur beberapa gen
yang menguatkan
3. Poligen : diatur banyak gen yang saling
menambah dan masing-masing memberikan
reaksi berbeda sehingga tingkat ketahanan
lebih luas.

Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan – Fakultas Pertanian –


Ketahanan Genetik
Berdasarkan Derajat Ketahanan

1. Ketahanan vertikal : hanya tahan terhadap 1


biotipe hama/patogen, sangat tahan dan mudah
patah karena muncul biotipe baru
2. Ketahanan horizontal : tipe ketahanan yang tidak
spesifik di semua jenis biotipe, diwariskan secara
poligonik. Kelemahan, masih memungkinkan
terjadinya serangan hama.

Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan – Fakultas Pertanian –


Ketahanan Vertikal

Efektif bila :
1. Hama yang dikendalikan merupakan satu-
satunya penyebab kerusakan
2. Ada rotasi varietas
3. Tidak diusahakan secara besar-besaran dalam
areal luas
4. Ditanam dengan sistem tumpangsari

Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan – Fakultas Pertanian –


Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan – Fakultas Pertanian –
Ketahanan Tanaman

Advantages Disanvantages
● No harmful effects on natural ● Pest resistant varieties or species of
enemies of pests or other non cultivated plants not available for all
targed organism pests
● No toxicity or residual problems ● Level of control may not be
● Can be a permanent solution sufficient
● Discovery and develoment is slow
● Resistant varieties may not be
agronomically acceptable
● Always preventative in nature and
thus require forward planning

Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan – Fakultas Pertanian –


Peraturan Dan
Perundang-Undangan

Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan – Fakultas Pertanian –


Peraturan
Pemerintah Indonesia mengatur
tentang perlindungan tanaman

Dalam:
▪ UU No. 12/1992 tentang Budidaya Tanaman
▪ PP No. 6/1995 tentang Perlindungan Tanaman

Melalui Lembaga Pemerintah:


BADAN KARANTINA PERTANIAN
Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan – Fakultas Pertanian –
Karantina Pertanian
(http://www.karantina.pertanian.go.id)

Pengertian:
Tempat pengasingan dan/atau tindakan sebagai upaya pencegahan
masuk dan tersebarnya hama dan
penyakit atau organisme pengganggu tumbuhan
dari luar negeri dan dari suatu area ke area lain
di dalam negeri atau keluarnya dari dalam wilayah
negara Republik Indonesia.

Tugas Pokok Karantina


adalah melaksanakan perkarantinaan tumbuhan
tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan hewan budidaya.

Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan – Fakultas Pertanian –


Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan – Fakultas Pertanian –
Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan – Fakultas Pertanian –
Karantina Tumbuhan
Bahan dan Bahan Pembawa produk Berupa tumbuhan

Karantina Hewan
Bahan dan Bahan Pembawa produk Berupa hewan
Dan Ikan

Karantina Hewan Dan Tumbuhan


Masa Sekarang: Karantina Hewan Dan Tumbuhan Di
Indonesia Di Lebur Menjadi Satu Yaitu Karantina
Pertanian Indonesia, Yang Menangani Karantina
Hewan Dan Tumbuhan

Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan – Fakultas Pertanian –


Fungsi Karantina Tumbuhan Di
Indonesia
1. Mencegah masuknya hama dan penyakit tumbuhan
karantina dari luar negeri ke dalam wilayah negara RI
2. Mencegah tersebarnya hama dan penyakit tumbuhan
karantina dari satu daerah ke daerah lain dalam
wilayah negara RI
3. Mencegah keluarnya hama dan penyakit tumbuhan
tertentu dari wilayah negara RI apabila negara tujuan
menghendakinya

Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan – Fakultas Pertanian –


Organisme Pengganggu Tumbuhan
Karantina (Optk)
● OPTK Golongan I 🡪 OPTK yang tidak bisa
dibebaskan dari media pembawanya dengan cara
perlakuan, biasanya OPTK ini tergolong patogen
● OPTK Golongan II 🡪 OPTK yang bisa dibebaskan dari
media pembawanya dengan menggunakan cara
perlakuan tertentu, biasanya hama

Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan – Fakultas Pertanian –


Organisme Pengganggu Tumbuhan
Karantina (OPTK)
● OPTK A1🡪 OPTK yang belum ada di wilayah Indonesia
● OPTK A2 🡪 Sudah ada di wilayah Indonesia namun
penyebaran masih terbatas pada daerah tertentu
● OPTP : Organisme Pengganggu Tumbuhan Penting
selain OPTK yang keberadaannya pada benih tanaman
yang dilalulintaskan dapat menimbulkan pengaruh
merugikan secara ekonomis terhadap tujuan penggunaan
benih tersebut misalnya: patogen yang terbawa benih

Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan – Fakultas Pertanian –


CONTOH OPTK Gol. II A1
Berbagai spesies lalat buah:
Anastrepa spp.; Bactrocera spp.
Rhagoletis spp. (menyerang buah apel)
Ceratitis capitata (menyerang buah jeruk)

CONTOH OPTK Gol. II A2 Ceratitis capitata

• Belalang Sexava nubila menyerang daun kelapa di


Kepulauan Sangihe Talaud (Sulawesi Utara), Maluku
Utara, dan Papua

CONTOH OPTK Gol. I A2


• Pada tahun 1990an, tan jeruk terserang CVPD ( Citrus
Vein Phloem Degeneration) oleh Liberobacter sp.

Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan – Fakultas Pertanian –


Tindakan Karantina (8P):

1. Pemeriksaan
2. Pengasingan
3. Pengamatan
4. Perlakuan
5. Penahanan
6. Penolakan
7. Pemusnahan
8. Pembebasan

Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan – Fakultas Pertanian –


Bakteri OPTK A1 Erwinia crhysantemi
Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan – Fakultas Pertanian –
Sertifikat Kesehatan Karantina
(Phytosanitary Certificate)

Surat keterangan yang dibuat oleh pejabat


berwenang di negara atau area
asal/pengirim/transit yang meyatakan bahwa
tumbuhan atau bagian-bagian tumbuhan yang
tercantum di dalamnya bebas dari OPT, OPTK,
OPTK Gol. I, OPTK Gol. II, dan atau OPTP

Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan – Fakultas Pertanian –


Contoh kasus:
● Globodera rostochiensis (nematoda sista kuning/NSK)
patogen kentang masuk ke Indonesia tahun 2000, dimulai
dari Sumatra 🡪 Jawa Barat (lembang) 🡪 Jawa Timur
(Batu) OPTK A1🡪 OPT
● OPTK A1 pada tanaman jagung, bakteri Pantoea sterwatii,
sudah mulai ditemukan di beberapa wilayah di Jawa Timur
tahun 2012-2013
● OPTK A1 tanaman padi, bakteri Burkhloderia glumae
Mulai masuk di kawasan Asia Tenggara, termasuk
Indonesia

Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan – Fakultas Pertanian –


Terima Kasih

Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan – Fakultas Pertanian –


DASAR DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN

Teknik
Pengendalian
Secara Kimia
Oleh:
Tim Jurusan HPT

Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan - Fakultas Pertanian - Universitas Brawijaya


TEKNIK PENGENDALIAN

TEKNIK
PENGENDALIAN

CAR KULT CARA CAR


MEKANI
A UR
TEKNI HAYA A
KIMI
S S TI A
CARA TANAMAN
PERATUR
FISIK RESISTE
AN
N
Chemical Control

The use of toxic substances or


pesticides to kill or repel
pests
Pengertian
MENURUT P.P. NO. 7 TAHUN 1973 :
PESTISIDA adalah semua zat kimia atau bahan lain serta
jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk :
1. Memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit-
penyakit yang merusak tanaman, bagian-bagian tanaman
atau hasil-hasil pertanian
2. Memberantas rerumputan
3. Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak
diinginkan
4. Mengatur dan merangsang pertumbuhan tanaman atau
bagian-bagian tanaman tidak termasuk pupuk
lanjutan…

5. Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada


hewan-hewan piaraan dan ternak
6. Memberantas atau mencegah hama-hama air
7. Memberantas atau mensegah binatang-binatang dan jasad
renik dalam rumah tangga, bangunan dan dalam alat-alat
pengangkutan
8. Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang
dapat menyebabkan penyakit pada manusia atau binatang
yang perlu dilindungi dengan penggunaan pada tanaman,
tanah dan air
MENURUT THE U.S. FEDERAL ENVIRONMENTAL
PESTICIDE CONTROL ACT :
a. Semua zat/campuran zat yang khusus untuk
mengendalikan, mencegah atau menolak gangguan dari
serangga, binatang pengerat, nematoda, cendawan,
gulma, virus, bakteri, jasad renik yang dianggap hama
kecuali virus, bakteri atau jasad renik yang terdapat
pada manusia dan binatang lainnya
b. Semua zat/campuran zat yang dimaksudkan untuk
digunakan sebagai pengatur pertumbuhan tanaman atau
pengering tanaman
Memilih Produk
Penggolongan
❑ Berdasarkan Asal bahan
❑ Berdasarkan OPT sasaran (spesies sasaran)
❑ Berdasarkan Cara masuk
❑ Berdasarkan Cara Kerja
Berdasarkan asal bahan

ANORGANIK

ORGANIK
PESTISIDA SINTETIS

ORGANIK
ASAL
MIKROBA
ORGANIK
ALAMI
ASAL
TANAMAN
PESTISIDA ANORGANIK

– MOLEKUL BAHAN AKTIF TIDAK MENGANDUNG RANTAI


KARBON TETAPI LOGAM BERAT
• Timbal (Pb) : arsenat
• Tembaga (Cu): cobox
• Belerang (S) : Sulfur
• Arsenik (Ar) : Warangan
PESTISIDA ORGANIK SINTETIK
□ PESTISIDA ORGANIK DIFORMULASI OLEH PABRIK
□ MOLEKUL BAHAN AKTIF MERUPAKAN SENYAWA KARBON (C)

■ RANTAI BUKAN AROMATIK,


□ MISALNYA PESTISIDA KARBAMAT (THIRAM, FERBAM,
ZIRAM, NABAM, ZINEB DLL.)

■ RANTAI AROMATIK / CINCIN


□ BENZIMIDAZOL
□ FOSFAT ORGANIK
□ PCNB dll.
PESTISIDA ORGANIK SINTETIK

• ORGANOKLORIN
• ORGANOFOSFAT
• KARBAMAT
• SINTETIK PIRETROID
contoh • NITROFENOL
• NITROGEN HETEROSIKLIK
• SENYAWA BENZEN
• BENZIMIDAZOL dll.
PESTISIDA ALAMI • annonine (sirsak)
• nikotin (tembakau)
• rotenon (Derris)
NABATI • azadiraktin (mimba)
• veratrin (Sabadilla)
• Meliacin (mindi)
ALAMI
• B. thuringinsis
• SlNPV
• Metarhizium
MIKROBA
• Actinomycetes
• Trichoderma
• Glyocladium
• dll.
Berdasarkan OPT sasaran

1. Insektisida (untuk serangga)


2. Herbisida (untuk gulma)
3. Fungisida (untuk jamur)
4. Akarisida/mitisida (untuk tungau)
5. Rodentisida (untuk tikus)
dll.
Lihat (Tabel 1)
Tabel 1. Klasifikasi pestisida, kegunaan, dan asal katanya

Kelas Pestisida Kegunaan Asal kata*

Akarisida membunuh tungau Gr. akari, kutu, atau tungau

Algisida membunuh ganggang L. alga, ganggang


membunuh / menolak
Avisida L. aves, burung
burung
L. bacterium, Gr. baktro,
Bakterisida membunuh bakteri
renik
L. fungus, Gr. spongos,
Fungisida membunuh jamur
jamur
L. herba, tumbuhan
Herbisida membunuh gulma
semusim
Insektisida membunuh serangga L. insectum, berbuku

Larvisida membunuh larva L. lar, topeng atau hantu


Mitisida membunuh tungau sama dengan Akarisida
Lanjutan Tabel 1 ………

Kelas Pestisida Kegunaan Asal kata*


L. molluscus, kerang lunak atau
Moluskisida membunuh bekicot
kerang
Nematisida membunuh nematoda L. nematoda, Gr. nema, benang

Ovisida membunuh telur L. ovum, telur

Pedikulisida membunuh kutu/caplak L. pedis, caplak

Piscisida membunuh ikan L. piscis, ikan

Predisida membunuh predator L. praeda, predator

Rodentisida membunuh roden L. rodere, mengerat

Silvisida mematikan pohon L. silva, hutan


Termitisida membunuh rayap L. termes, penggerek kayu
Senyawa kimia yang diklasifikasikan sebagai pestisida tanpa akhiran sida

Atraktans memikat serangga

Khemosterilan memandulkan serangga, atau hama vertebrata (burung, roden)

Defolian peluruh daun

Desikan mempercepat pengeringan pada tumbuhan

Desinfektan menghilangkan atau menginaktivasi mikroorganisme yang


merugikan
Zat pengatur mempercepat atau menghambat pertumbuhan pada serangga atau
tumbuh (IGR) tumbuhan
Feromon memikat serangga atau vertebrata

Repelen menolak serangga, kutu, tungau, atau vertebrata (kelinci, anjing,


burung dll.)
Berdasarkan Cara Masuk
1. Racun kontak.
Masuk ke dalam tubuh secara kontak atau melalui sentuhan
dengan permukaan luar tubuh, dapat mengakibatkan kematian
organisma sasaran setelah kena pada bagian tubuhnya.
2. Racun perut/lambung.
Aktivitas peracunan hanya setelah masuk ke dalam perut
melalui cara makan pada substrat yang terkena racun (daun,
batang, dsb), baik pada permukaan maupun secara sistemik
pada tanaman
3. Racun pernafasan.
Senyawa berupa gas atau berupa apa saja yang mudah
menguap, yang dapat diserap atau masuk ke dalam tubuh
melalui pernafasan
Berdasarkan Cara Kerja
Group Subgroup contoh
Physical poisons Heavy mineral oils, inert dust

Protoplasmic poisons Heavy metals, e.g., Hg, acids


Metabolic inhibitors Respiratory poison HCN, CO, H2S, rotenone,
dinitrophenols
Inhibitors of mixed-function oxidase Pyrethrine synergists
Inhibitors of carbohydrate metabolism Sodium fluoroacetate
Inhibitors of amine metabolism Chlordimeform
Insect hormones Juvenile hormone analogue
Neuroactive agents Anticholinesterases Organophosphorus compounds,
(nonmetabolic) carbamates.
Effectors of ion permeability DDT analogues, pyrethroids,
cyclodiene compounds, BHC.
Agents for nerve receptors Nicotine analogues
Stomach poisons Bacillus thuringiensis toxin
Sumber: Matsumura, 1975
Aplikasi Pestisida
⮚ Aplikasi Bijaksana:

Aman

Efektif

Efisien

⮚ Tujuan Aplikasi:
“ Mengurangi gulma/hama/penyakit sampai dibawah
nilai ambang ekonomis “
Azas penggunaan pestisida

BENAR Efektif

Penggunaa
n LEGAL
pestisida
(A) Meminimalkan dampak
negatif pestisida terhadap
BIJAKSANA pengguna, konsumen dan
lingkungan
(B) Efisien dan ekonomis
Faktor-faktor yang mempengaruhi
efikasi pestisida di lapangan

● Hubungan: sasaran - pestisida


- Kesesuaian antara pestisida dan OPT sasaran
- Penentuan bidang sasaran aplikasi yang tepat
- OPT sasaran masih peka terhadap pestisida tsb.
● Teknik penggunaan (teknik aplikasi)
- Kapan pestisida di gunakan? (Tepat waktu)
- Berapa takarannya? (Tepat takaran)
- Bagaimana menggunakannya? (Tepat cara)
kesesuaian
1. SASARAN & 2. PESTISIDA
kepekaan

TEKNIK APLIKASI

3. WAKTU 4. TAKARAN

5. CARA/METODA APLIKASI
Ingat!: 5 tepat dalam aplikasi
1. Tepat Sasaran

(1) SASARAN spesifik hama,


BIOLOGIS tanaman penyakit,
gulma.

SASARAN
APLIKASI

(2) BIDANG tanaman, daun,


spesifik air, tanah,
SASARAN OPT
gulma, dst.
Ingat!: 5 tepat dalam aplikasi
2. Tepat Jenis

Pilih jenis pestisida sesuai sasaran


Untuk hama serangga : insektisida
Untuk penyakit oleh jamur : fungisida

Lihat Tabel 1. Klasifikasi Pestisida


Ingat!: 5 tepat dalam aplikasi
3. Tepat Takaran
Baca keterangan Rekomendasi yang tertera pada label
kemasan pestisida
❑ Dosis : Jumlah pestisida yang dibutuhkan untuk setiap
satuan luas bidang sasaran (kg/ha; lt/ha )
❑ Konsentrasi : Jumlah pestisida yang dicampur untuk
setiap liter pelarut (gr/lt; ml/lt)
❑ Volume Semprot: Banyaknya larutan pestisida yang
digunakan untuk mengendalikan OPT per satuan luas
tertentu (mis: ha, m2) maupun per pohon, tanaman
Ingat!: 5 tepat dalam aplikasi
4. Tepat Waktu
PRINSIP : “ NO PEST NO SPRAY “
▪ Gunakan ambang pengendalian atau ambang
ekonomi( hama/penyakit ).
▪ Aplikasikan pestisida segera setelah gejala serangan
nampak (hama/penyakit ) sesuai ambang.
▪ Aplikasikan pestisida saat OPT pada tahap peka
terhadap pestisida.
▪ Aplikasikan pestisida saat udara tidak terlalu panas dan
tidak terlalu kering, angin tidak terlalu kencang.
Ingat!: 5 tepat dalam aplikasi
5. Tepat Cara

❑ Metoda aplikasi
❑ Parameter aplikasi dan kriteria pola semprotan
❑ Alat aplikasi
❑ Kalibrasi alat aplikasi
❑ Keamanan penggunaan pestisida
The decision to use a pesticide
should be based on:

❑ information obtained from monitoring/scouting


❑ knowledge of thresholds
❑ an awareness of potential benefits and risks
associated with a treatment
Questions to be thought through
carefully before using a pesticide:

❑ Is the pest you want to control listed on


the pesticide label?
❑ Does the label state that it controls the
pest or does it suppress the pest?
❑ Are you familiar with the relevant
university research and
recommendations?
❑ Is the recommended rate of application
economical for your operation?
Questions continued …

❑ Is the pesticide a restricted use


product?
❑ How toxic is the pesticide?
dermally? orally?
❑ Does the pesticide have the potential
to contaminate ground water, even
when label recommendations are
followed?
❑ Will the use of this pesticide expose
humans to health or safety risks
❑ Will use of this pesticide threaten
wildlife populations?
Chemical Control

Advantages Disadvantages
▪ Applicable to most pests ▪ May harm natural enemies
▪ Curative in effect and other non-target
▪ Grower may apply when organisms
and where required ▪ Resistance to the pesticide
▪ Enable high levels of can develop
control of most pests to be ▪ Often toxic to users and
achieved, so that may present residue
▪ Non-blemished produce problems
▪ Costs are high and recurring
as control is not permanent
Selesai
DASAR DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN

marigold

Oleh:
Jurusan HPT

Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan - Fakultas Pertanian - Universitas Brawijaya - 2013
TEKNIK PENGENDALIAN

CARA KULTUR CARA CARA


MEKANIS TEKNIS HAYATI KIMIA

CARA TANAMAN
PERATURAN
FISIK RESISTEN
Penggunaan Agens Pengendali Hayati
yaitu:
predator,
Parasit(oid),
pathogen, dan

kompetitor untuk pengendalian OPT


 Makna Agens Pengendali Hayati (biological
control agents) adalah suatu musuh alami
yang telah diteliti secara mendalam dan
telah diyakini kehandalannya serta layak
sebagai faktor pengendali populasi suatu
OPT yang efektif
 APH merupakan komponen dari
Pengendalian Hayati
Dari pandangan ekologis: Pengendalian
Hayati ialah “aksi parasit(oid), predator dan
patogen” dalam pemeliharaan kepadatan
populasi organisme lain pada suatu rata-rata
populasi yang lebih rendah daripada yang
akan terjadi jika musuh alami tersebut tidak
ada
 Tipe Pengendalian Hayati terapan (merupakan
manipulasi musuh alami oleh manusia untuk pengen-
dalian opt) dibagi menjadi tiga kategori pokok
yaitu:
a. Pengendalian hayati klasik ialah pengendalian suatu
jenis hama dengan Introduksi musuh alami.
b. Kegiatan Augmentasi musuh alami ialah upaya
meningkatkan populasi musuh alami atau efeknya
yang menguntungkan.
c. Kegiatan Konservasi musuh alami ialah upaya
melestarikan, melindungi dan menjaga populasi
musuh alami.
APH dikelompokkan menjadi:
1. Predator
suatu binatang yang makan binatang lain sebagai mangsa, baik
tubuhnya lebih kecil maupun lebih besar daripada dirinya.
2. Parasitoid
suatu serangga parasitik yang hidup di dalam atau pada serangga
(atau arthropoda lain) inang yang tubuhnya lebih besar dan
akhirnya membunuh inangnya
3. Patogen
suatu mikroorganisme yang hidup dan makan (memparasit) pada
atau di dalam suatu organisme inang yang lebih besar dan
menyebabkan inangnya sakit atau mati.
Contoh (APH) Predator

 Predator
1. Dolichodorus thoracicus (semut hitam)
2. Chilocorus sp (kumbang)
3. Atypena fomosana (laba-laba)
4. Oecophylla smaragdina
5. Lalat Syrphid
Predator
Metioche sp
Lalat Syrphid

Laba-laba

Adalia sp

Coccinelid
Contoh (APH) Parasitoid

 Parasitoid
o Tretrastichus brontispae
o Trichograma sp.
o Telenomus cuspis (parasitoid telur Helopeltis)
o Brachymeria sp. (parasitoid pupa)
Parasitoid
Brachymeria tibialis
Puparium Lalat Tachinid

B. teuta

Ichneumonidae
Lalat Tachinid
Diaeretiella rapae

Encarsia formosa

Aphytis on red-scale
Fopius arisanus

Diachasmimorpha longicaudata
Bactrocera sp
Contoh (APH) Patogen
 Patogen
Apabila individu yang terserang adalah serangga hama
disebut entomopathogen
o Bacillus thuringiensis (Bakteri)
o Serratia sp (Bakteri)
o Nuclear Polyhedrosis Virus (Virus)
o Baculovirus (Virus)
o Steinernema feltiae (Nematoda)
o Spicaria sp (Jamur)
o Beauveria bassiana (Jamur)
o Metarhizium anisopliae (Jamur)
o Lecanicillium lecanii (Jamur)
o Paecilomyces sp. (Jamur)
Contoh (APH) Patogen

 Patogen
Apabila yang terserang / mengintervensi aktifitas
patogen penyebab penyakit tanaman baik fase
parasitik maupun saprofitik disebut agens antagonis
o Pseudomonas fluorescen (Bakteri)
o Bacillus subtilis (Bakteri)
o Corynebacterium (Bakteri)
o Gliocladium sp. (Jamur)
o Trichoderma sp. (Jamur)
Patogen Serangga

NPV

Cendawan Paecilomyces

Baculovirus dan
Bacillus thuringiensis
Beauveria basiana

Bemisia terkena Beauveria


 Nematoda entomopatogen
Agens Pengendali Hayati/antagonis

Arthrobotrys spp. menjerat nematoda


Agens Pengendali Hayati/antagonis
 Gliocladium sp.

Photograph taken with scanning electron


microscope shows the finer fungal strands of
Gliocladium catenulatum (active in
Prestop®) attaching to fungal strand of
Rhizoctonia solani to parasitize it
Trichoderma melisis jamur patogen
Biological Control
Advantages Disadvantages
 Low cost  Not always applicable
 Has the potential to be  Level of control may
permanent not be sufficient
 Not harmful to non-  Research costs are
target organisms high and may not
 No toxicity or residue produce results
problems
Teknologi ramah lingkungan
 Teknologi yang diteliti, dikembangkan dan diaplikasikan
belum memberikan data empiris mengenai kerugian
terhadap makhluk hidup baik secara langsung ataupun
tidak langsung
Teknologi ramah
lingkungan :

masing-masing peneliti
memilik klaim yang
berbeda-beda
Teknik Pengendalian Serangga
(Bioteknologi)

Teknik ini relatif baru dan telah dilaporkan merupakan cara


pengendalian vektor/serangga yang ramah lingkungan,
efektif, spesies spesifik dan kompatibel dengan cara
pengendalian lain. Contoh : Teknik Serangga Mandul,
Autocidal Technique, Tanaman Transgenik.
Teknik Serangga Mandul

Menekan serangga hama dengan


serangga itu sendiri
Memandulkan serangga jantan.

Kopulasi (kawin) dengan betina

Betina tidak menghasilkan telur

Populasi menurun
Autocidal technique

Membunuh serangga
dengan serangga itu
sendiri
(autocidal technique)
Rekayasa Genetik Tanaman

Bacillus thuringiensis (BT)


Bakteri patogen serangga
Terima Kasih
DASAR DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN

Oleh:
Tim Jurusan HPT

Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan - Fakultas Pertanian - Universitas Brawijaya


TEKNIK PENGENDALIAN

CARA KULTUR CARA CARA


MEKANIS TEKNIS HAYATI KIMIA

CARA TANAMAN
PERATURAN
FISIK RESISTEN

PENGELOLAAN HAMA TERPADU


INTEGRATED PEST MANAGEMENT

Integrated pest management, or IPM, is a


process you can use to solve pest problems
while minimizing risks to people and the
environment. IPM can be used to manage all
kinds of pests anywhere–in urban, agricultural,
and wildland or natural areas.
 IPM is an ecosystem-based strategy that focuses on
long-term prevention of pests or their damage through a
combination of techniques such as biological control,
habitat manipulation, modification of cultural practices,
and use of resistant varieties. Pesticides are used only
after monitoring indicates they are needed according to
established guidelines, and treatments are made with
the goal of removing only the target organism. Pest
control materials are selected and applied in a manner
that minimizes risks to human health, beneficial and
nontarget organisms, and the environment.
What is a pest?
Pests are organisms that damage or interfere with
desirable plants in our fields and orchards,
landscapes, or wildlands, or damage homes or other
structures. Pests also include organisms that impact
human or animal health. Pests may transmit disease
or may be just a nuisance. A pest can be a plant
(weed), vertebrate (bird, rodent, or other mammal),
invertebrate (insect, tick, mite, or snail), nematode,
pathogen (bacteria, virus, or fungus) that causes
disease, or other unwanted organism that may harm
water quality, animal life, or other parts of the
ecosystem.
How Does IPM Work?

IPM focuses on long-term prevention of pests or their


damage by managing the ecosystem

 With IPM, you take actions to keep pests from


becoming a problem, such as by growing a healthy crop
that can withstand pest attacks, using disease-resistant
plants, or caulking cracks to keep insects or rodents
from entering a building.
 Rather than simply eliminating the pests you see right
now, using IPM means you'll look at environmental
factors that affect the pest and its ability to thrive. Armed
with this information, you can create conditions that are
unfavorable for the pest.
In IPM, monitoring and correct pest
identification help you decide whether
management is needed
 Monitoring means checking your field, landscape,
forest, or building—or other site—to identify which pests
are present, how many there are, or what damage
they've caused. Correctly identifying the pest is key to
knowing whether a pest is likely to become a problem
and determining the best management strategy.
 After monitoring and considering information about the
pest, its biology, and environmental factors, you can
decide whether the pest can be tolerated or whether it
is a problem that warrants control. If control is needed,
this information also helps you select the most effective
management methods and the best time to use them.
IPM programs combine management
approaches for greater effectiveness
The most effective, long-term way to manage pests is by
using a combination of methods that work better together
than separately. Approaches for managing pests are often
grouped in the following categories.
1. Biological control
Biological control is the use of natural
enemies—predators, parasites, pathogens, and
competitors—to control pests and their
damage. Invertebrates, plant pathogens,
nematodes, weeds, and vertebrates have many
natural enemies.
2. Cultural controls
Cultural controls are practices that reduce pest
establishment, reproduction, dispersal, and
survival. For example, changing irrigation
practices can reduce pest problems, since too
much water can increase root disease and
weeds.
3. Mechanical and physical controls
Mechanical and physical controls kill a pest
directly, block pests out, or make the
environment unsuitable for it. Traps for rodents
are examples of mechanical control. Physical
controls include mulches for weed
management, steam sterilization of the soil for
disease management, or barriers such as
screens to keep birds or insects out.
4. Chemical control
Chemical control is the use of pesticides. In IPM, pesticides
are used only when needed and in combination with other
approaches for more effective, long-term control. Pesticides
are selected and applied in a way that minimizes their
possible harm to people, nontarget organisms, and the
environment. With IPM you'll use the most selective
pesticide that will do the job and be the safest for other
organisms and for air, soil, and water quality; use
pesticides in bait stations rather than sprays; or spot-spray
a few weeds instead of an entire area.
IPM Programs
These IPM principles and practices are combined to
create IPM programs. While each situation is different, six
major components are common to all IPM programs:

1.Pest identification
2.Monitoring and assessing pest numbers and damage
3.Guidelines for when management action is needed
4.Preventing pest problems
5.Using a combination of biological, cultural,
physical/mechanical and chemical management tools
6.After action is taken, assessing the effect of pest
management
Indonesia and farmer field
schools (FFS)
The first FFSs were conducted in the rainy season of 1989-90. In a few
years the approach was being used throughout the region (see Table
1.1 below for data regarding implementation of FFSs in FAO community
IPM programme countries). Field schools give small farmers practical
experience in ecology and agroecosystem analysis, providing the tools
they need to practise IPM in their own fields. The FFS also provides a
natural starting point for farmer innovation covering the whole range of
issues relating to crop and agro-ecosystem management.
Indonesia and farmer field schools (FFS)
Indonesia and farmer field
schools (FFS)

The first principle means that FFS participants will need to be able to apply
good agronomic practices and understand plant biology. This should help
alumni to optimize their yields as well as grow plants that can withstand
disease and pest infestations. The second principle implies that FFS alumni
will reduce their use of insecticides. To do this, FFS participants will need to
understand insect population dynamics and rice field ecology. The third
principle asserts that IPM requires of farmers the ability to regularly observe,
analyse and take informed decisions based on the conditions of their agro-
ecosystems. The fourth principle posits that because of local specificity,
farmers are better positioned to take the decisions relevant to their fields than
agriculture specialists in a distant city. Hence, FFS alumni should be able to
apply IPM in their fields and also help others to do so.
Indonesia and farmer field
schools (FFS)
The FFS approach featured several new departures from
earlier IPM farmer education models. Included among
these innovations were season-long training for farmers,
field experiments, a focus on plant biology and agronomic
issues, a new method for agro-ecosystem analysis, the
inclusion of human dynamics activities and a learning
approach that stressed participatory discovery learning.
Indonesia and farmer field
schools (FFS)
(Training for IPM field trainers who facilitated these FFSs
were intensive multi-season residential trainings. This
approach to trainers' training was in itself an important
innovation.) By the mid 1990, over 50 000 farmers had
participated in the first set of field schools in Indonesia.
The IPM farmer field school was on its way to becoming
the single most effective new approach to farmer
education in Asia.
Indonesia and farmer field
schools (FFS)
At the 1999 regional meeting of countries who make up the
membership of the FAO community IPM programme,
extension education expert Niels Roling stated that "IPM
FFS is the model for farmer education across the world.
Other extension methods have been exposed as lacking
the capacity to provide the education that farmers require
in the increasingly complex agricultural systems that they
manage" (FAO Community IPM Programme 1999)
Indonesia and farmer field
schools (FFS)
Policy support: IPM and FFS implementation were supported
by a fairly comprehensive policy promulgated in 1986 by
then president Suharto. The new policy departure resulted
from concern over:
• another major Brown Planthopper (BPH) outbreak that
had occurred in 1986;
• the threat that the outbreak would result in large imports
of rice;
• the impact of imports on dwindling foreign currency
reserves; and
• the potential embarrassment these imports would cause
for a nation that had declared itself selfsufficient in rice
production and was not able to maintain this position.
Indonesia and farmer field
schools (FFS)
Scientists were able to persuade several ministers of the
ineffectiveness of intensive insecticide use (notably, the
Department of Agriculture remained unconvinced). The
scientists proposed an IPM programme based on a farm-
level IPM strategy, IPM training for technical personnel who
would train farmers, and limiting the availability of broad-
spectrum insecticides.
Indonesia and farmer field
schools (FFS)
The inter-ministerial coalition supported the proposal and
took it to the president. The result was Presidential Decree
No. 3, 1986. The decree called for farmer and field worker
IPM training, the banning of 57 broad-spectrum insecticides
from use in rice production and the eventual elimination of
subsidies for insecticides (Oka 1991). The decree created a
policy environment at all levels of government that ensured
support for rice IPM FFS implementation.
Indonesia and farmer field
schools (FFS)
The success of IPM FFSs has opened up a new approach to
the development of sustainable, small-scale agricultural
systems. Farmers, having demonstrated their enthusiasm for
learning and applying ecological principles, have pointed the
way forward to a future when they will no longer be viewed
as passive recipients of recommendations generated in far-
off research laboratories or central government offices.
Indonesia and farmer field
schools (FFS)
Farmers have displayed an intellectual curiosity to
understand rice agro-ecosystem ecological processes and an
eagerness to formulate community-wide approaches to
increase the impact of IPM in their villages. They are not only
taking part in IPM activities; they are taking over IPM
activities.
Selesai
DASAR DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN

Oleh:
Tim Dosen HPT

Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan - Fakultas Pertanian - Universitas Brawijaya - 2013
❑ Strategi berbasis ekosistem yang difokuskan pada
pencegahan jangka panjang thd hama atau kerusakan-nya
melalui kombinasi/ penggabungan beberapa tehnik spt
pengendalian hayati, manipulasi habitat, modifikasi kultur
praktis, dan penggunaan varietas tahan.
❑ Sistem pengendalian hama yang dapat dibenarkan secara
ekonomi dan berkelanjutan yang meliputi berbagai
pengendalian yang kompatibel dengan tujuan
memaksimalkan produktivitas tetapi dengan dampak
negatif terhadap lingkungan sekecil-kecilnya (Brader, 1979)
Apakah PHT itu?
❑ Sistem pengelolaan thd pop OPT menggunakan semua
teknik yg serasi baik untuk mengurangi pop OPT maupun
untuk mempertahankan pop tsb pd batas di bawah batas
kerusakan ekonomi atau memanipulasi pop OPT untuk
mencegah OPT mencapai batas kerusakan ekonomi
❑ PHT merupakan suatu cara pendekatan atau cara berpikir
tentang pengendalian organisme pengganggu tanaman
(OPT) yang didasarkan pada pertimbangan ekologi dan
efisiensi ekonomi dalam rangka pengelolaan
agroekosistem yang berwawasan lingkungan dan
berkelanjutan.
• Tidak dibenarkan pendekatan tunggal
• Memadukan lebih dari satu cara pengendalian
• Mengendaikan OPT dengan seminimal mungkin
meninggalkan dampak negatif pada produk
pertanian dan lingkungan
 Management (pengelolaan)
Kegiatan jangka panjang yang
bertujuan untuk pencegahan
kerusakan tanaman yang
ditimbulkan oleh OPT.
Managemen lebih difokuskan
menjaga populasi OPT tetap
rendah

 Control (pengendalian)
Kegiatan jangka pendek yang
fokusnya lebih kepada
mematikan OPT
 Empat unsur PHT
1. Pengendalian Alamiah memahami faktor-faktor yang
mempengaruhi populasi hama
2. AE (Ambang Ekonomi) dan TKE (Tingkat Kerusakan
Ekonomi) untuk mengetahui kapan pengendalian
dilakukan
3. Biologi dan ekologi untuk tanaman, musuh alami,
dan hama
4. Monitoring (Teknik Sampling) mengamati secara
berkala populasi hama dan musuh alaminya
1. Pemahaman terhadap Agroekosistem
2. Perencanaan terhadap Agroekosistem
3. Pertimbangan Rasio Biaya/Keuntungan dan
Keuntungan/Resiko
4. Toleransi terhadap Populasi Hama
5. Mensisakan Populasi Hama
6. Saat Aplikasi (timing of treatment)
7. Dimengerti dan Diterima Masyarakat
Dalam mengatasi persoalan hama orang cenderung
melakukan pendekatan dengan memandang hama
(serangga, gulma dan patogen) sbg “masalah”, drpd
sbg indikator ketidaksehatan agroekosistem
Cara pandang demikian merupakan perilaku yang
sangat menyederhanakan dan mendorong pada
tindakan: “penyelesaian masalah hama yang baik
adalah dengan membunuh atau mematikan”
PERMASALAHAN HAMA DAN
PENYAKIT

Indikator

AGROEKOSISTEM
TIDAK SEHAT
Setiap bagian dalam lingkungan berkaitan erat dengan
setiap bagian lainnya, termasuk manusia
Apa yang terjadi pada satu bagian dari sistem atau
lingkungan akan mempengaruhi bagian-bagian lain dari
sistem atau lingkungan tersebut
 Budidaya tanaman sehat, karena merupakan
dasar dari pencapaian hasil produksi yang
tinggi dan selain itu tanaman akan tahan
terhadap serangan hama dan penyakit.
 Pelestarian dan pendayagunaan peran musuh
alami, karena bekerjanya musuh alami
mampu menekan populasi OPT dalam batas
keseimbangan yang tidak merugikan.

encarsia

delphastus
Diaeretiella rapae
Adalia
 Pemantauan lahan secara rutin, karena populasi
OPT dan musuh alaminya akan selalu berubah
mengikuti keadaan agroekosistem yang
cenderung berubah dan terus berkembang
sehingga informasi yang terkumpul tidak
terlambat bagi pengambilan keputusan
pengendalian.
 Petani sebagai manajer di lahannya, karena
pengambilan keputusan dan berhasil tidaknya
usaha tani sepenuhnya ada ditangan petani
Penerapan PHT secara operasional mencakup upaya secara
1. Preemtif/Proaktif (tindakan pencegahan)
upaya pengendalian yang didasarkan pada informasi dan pengalaman
status OPT waktu sebelumnya. Upaya ini mencakup penentuan pola
tanam, penentuan varietas, penentuan waktu tanam, keserentakan
tanam, pemupukan, pengairan, jarak tanam, penyiangan, penggunaan
antagonis dan budidaya lainnya untuk menciptakan budidaya tanaman
sehat.
2. Responsif/Reaktif (tindakan pengendalian)
upaya pengendalian yang didasarkan pada informasi status OPT dan
faktor yang berpengaruh pada musim yang sedang berlangsung, serta
pertimbangan biaya manfaat dari tindakan yang perlu dilakukan. Upaya
ini antara lain seperti penggunaan musuh alami, pestisida nabati,
pengendalian mekanis, atraktan dan pestisida kimia
FAKTOR KUNCI PENGELOLAAN OPT

Menciptakan keragaman hayati


baik di dalam tanah maupun di atas
permukaan tanah
DAUR UNSUR HARA DAN ALIRAN
ENERGI BERJALAN DENGAN BAIK
➢ Manajemen (pengelolaan) mempunyai fungsi untuk
merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan
dan mengawasi.
➢ Manajemen Agroekosistem perlu dilihat sebagai
proses pengaturan kegiatan dalam ekosistem
pertanian yang disesuaikan dengan fungsi-fungsi
manajemen. Setiap pekerjaan dalam ekosistem
pertanian, dilaksanakan dengan melalui proses
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan
monitoring atau pengawasan yang tepat dan
terarah
Pengaruh pengelolaan agroekosistem dan praktek budidaya hubungannya terhadap
keragaman hayati dan musuh alami serta kelimpahan serangga hama

Meningkatkan keaneka ragaman spesies musuh alami


Menurunkan kepadatan populasi hama

Tanaman pagar polikultur rotasi Tanaman pengelolaan low soil


Shelterbelts penutup organik tanah disturbance
Penahan angin tillage
practices

Diversifikasi habitat

P e ng e l ol aan A g roe kosi ste m

Praktek bercocok tanam Pestisida

Pengolahan tanah Penyiangan Monokultur Pupuk


konvensional total kimia

Pengurangan keaneka ragaman spesies musuh alami


Peningkatan populasi penyebab hama
➢ Ekosistem pertanian, atau yang disebut
agroekosistem, merupakan sistem ekologi yang
terdapat di daerah pertanian yang memberikan
kesempatan luas untuk terjadinya interaksi jangka
panjang diantara organisme dengan lingkungan
abiotiknya.
➢ Konsep ekosistem menekankan hubungan dan
saling ketergantungan yang tetap antara faktor-
faktor biotik dan abiotik di setiap lingkungan
➢ Agroekosistem merupakan bentuk dari perubahan
ekosistem yang menuju kepada penyederhanaan
struktur komunitas (cenderung monokultur) hal ini
berakibat seringnya terjadinya ledakan OPT
➢ Masalah OPT timbul karena kombinasi faktor-faktor
lingkungan yang mendukung pertumbuhan
populasi OPT sebagai akibat adanya berbagai
perubahan yang terjadi di dalam dan di luar
ekosistem
➢ Pengetahuan ekologis tentang OPT, lingkungan
yang dikelola, dan pengaruh pengendalian OPT
terhadap lingkungan, tentunya akan mendukung
keberhasilan suatu program pengendalian
/pengelolaan
TANAMAN FAKTOR
LINGKUNGAN

FAKTOR BIOTIK FAKTOR KIMIA


TANAH TANAH

FAKTOR FISIK
TANAH
FAKTOR TANAMAN
FAKTOR
FAKTOR BINATANG BIOTIK

SUHU

FAKTOR
LINGKUNGAN
KELEMBABAN
CUACA

CURAH HUJAN
FAKTOR
ANGIN
FISIK
CAHAYA
MATAHARI

FAKTOR IKLIM

FAKTOR BIOTIK TANAH

FAKTOR KIMIA TANAH TANAH

FAKTOR FISIK TANAH


 Kehidupan di atas bumi ditopang oleh suatu sistem
ekologis bawah tanah yang kompleks , jaring-jaring
makanan dalam tanah
 Melalui ketidak-tahuan, kita telah mengganggu jaring-
jaring makanan, khususnya bertani dan berkebun dengan
metoda yang salah
 Kita dapat mengembalikan kesehatan jaring-jaring
makanan melalui perbaikan biologi tanah
HERBIVOR KARNIVOR
DI PERMUKAAN KARNIVOR TINGKAT
TANAMAN TINGGI BURUNG
GULMA TANAH
AKAR
DI BAWAH
PERMUKAAN
HAMA DAN NEMATODA
PENYAKIT OMNIFOR CACING TIKUS
NEMATODA DAN TANAH
SERANGGA
GANGGANG PEMAKAN AKAR PEMAKAN JAMUR
LICHENES JAMUR CENTIPEDES
BAKTERI BAKTERI NEMATODA
MILIPEDES
TUNGAU KUMBANG DAN
LABA-LABA
MUTUALISTIS PREDATOR
JAMUR MICORIZA PEMAKAN BAKTERI PADA
BAKTERI FIKSASI N NEMATODA NEMATODA SERANGGA
PROTOZOA PREDATOR
CILLATES TUNGAU
DEKOMPOSER AMOEBA PREDATOR
BAHAN JAMUR
FLAGELLATA
ORGANIK BAKTERI
ENCHYTRAELDS
SHREDDERS

ORGANISME KONSUMER KONSUMER KONSUMER KONSUMER


BERFOTOSINTESIS PRIMER SEKUNDER TERSIER TINGKAT TINGGI
• sama-sama bertujuan membangun system pertanian
yang kuat secara ekologis dan ekonomis
• PHT merupakan komponen kunci Sistem Pertanian
Berkelanjutan
• PHT dan SPB memiliki dasar pemikiran yang sama yaitu
bahwa agroekosistem yang sehat tergantung pada
kesehatan tanah dan pengelolaan keragaman
Satu alasan mengapa pertanian modern
mengembangkan sistem monokultur dalam skala luas
adalah untuk mengurangi kisaran variable pengelolaan.

suatu sistem dengan jumlah


spesies sedikit, seperti
sebuah meja dengan sedikit
kaki, tidak stabil
Produksi atau hasil

Populasi
Produksi atau hasil

Tanggul/Benteng
Pengendali Alami

Populasi
DASAR DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN

Tanggul /Benteng
Pengendali OPT
Pelindung Keselamatan Tanaman dari Serangan OPT
Ketahanan tanaman
Keturunan (fisik, biokimia)
Pemicu dan pemacu dari luar (PGPR)

Penjaga di dalam tanaman Oleh:


Tim Dosen HPT
Cendawan endofit/simbion

Penjaga di luar tanaman


Predator
Parasitoid
Agens antagonis

Manusia yang amanah


Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan - Fakultas Pertanian - Universitas Brawijaya - 2013
AGROEKOSISTEM SEHAT
Tanaman sehat, pengairan intermiten,
bahan organik cukup, jarak tanam
bagus, pemupukan berimbang

PENGENDALI ALAMI KOKOH


Tanaman tahan, berendofit, parasitoid
telur, predator, agens antagonis dan
entomopatogen

Kematian
OPT
60-90%

OPT TIDAK BERKEMBANG


Musuh
Alami

Hama

Dekomposer Struktur Tanah Chyronomidae Collembola


Kesediaan Hara
O2 Unsur Mikro
Bahan Plankton
Organik
Mikroba
Musuh
Alami

Hama

Dekomposer Struktur Tanah Chyronomidae Collembola


Kesediaan Hara
O2 Unsur Mikro
Bahan Plankton
2
Organik
Mikroba
1. Gejala serangan dan kerusakan
2. Penyebab serangan dan kerusakan

3. Biologi/cara hidup OPT


4. Sumber/asal OPT dan cara penularan/
penyebarannya
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan OPT
Toto
Himawa
n
Adali Diaeretiella rapae
a

Anda mungkin juga menyukai