Anda di halaman 1dari 13

KAJIAN ASIMETRI INFORMASI DALAM PENENTUAN ALOKASI

ANGGARAN

Achmad Fauzan Sirat


Email: af.sirat05@gmail.com
Intisari
Asimetri informasi adalah suatu kondisi dimana satu pihak mempunyai informasi yang
lebih daripada pihak lain sehingga salah satu pihak akan dapat mengambil manfaat dari pihak
yang lain. Dalam alokasi anggaran hal inipun terjadi yang berpotensi menimbulkan
overallocated ataupun underallocated dari anggaran. Menteri Keuangan sebagai wakil
pemerintah dalam menjaga stabilitas fiskal berkepentingan agar alokasi anggaran sesuai
dengan yang dibutuhkan (anggaran ideal). Kondisi ini dalam kenyataannya bisa tidak tercapai
apabila terdapat asimetri informasi dalam dalam penentuan alokasi anggaran.
Kajian ini bertujuan memberikan gambaran fungsi standar biaya dalam rangka
mengatasi kondisi asimetri informasi melalui proses signalling dan screening. Kajian ini
mengungkapkan bahwa standar biaya masukan merupakan bagian dari proses signaling
sedangkan standar biaya keluaran termasuk bagian dari proses screening. Namun demikian
kajian ini secara khusus menekankan pada proses screening. Simulasi lebih lanjut mengenai
proses screening tersebut dilakukan melalui metode statistik deskriptif terkait dengan
kecenderungan nilai tengah atas data yang ada.
Dalam simulasi tersebut, rata-rata dapat menjadi upaya untuk mencari indikasi
kecenderungan umum dalam memproduksi suatu output. Selain itu, pengelompokan output
dalam jenis tertentu dapat menjadi upaya untuk mencari indikasi kecenderungan umum
dalam memproduksi suatu output. Kualitas penentuan benchmark bergantung pada kualitas
data yang dimiliki. Dengan asumsi angka MTEF sudah benar, alokasi dana untuk tahun yang
direncanakan adalah cost per unit dari output hasil dari proses screening dikalikan dengan
kuantitas output yang akan dilaksanakan. Atau dengan kata lain: Alokasi = PxQ, dimana P=
Ouput-Cost per unit dan Q=angka output yang akan dihasilkan. Hal ini juga dapat menjadi
solusi atas keakuratan alokasi untuk mengurangi budgetary slack, serta menjadi media untuk
meninggalkan fokus detail dibawah output.

Kata kunci: informasi asimetri, standar biaya, alokasi anggaran

1. PENDAHULUAN layanan tersebut dapat diberikan.


Pertanyaan mendasar dalam proses
1.1 Latar Belakang
pengalokasian anggaran adalah atas dasar
Proses penganggaran pada apa pemerintah mengalokasikan dananya
dasarnya merupakan media untuk pada kegiatan A daripada kegiatan B. Hal
menentukan pelayanan apa saja yang akan tersebut lebih dikenal dengan kata
pemerintah berikan dan bagaimana penentuan prioritas saat dihadapkan suatu
pelayan tersebut akan dibiayai. Hal pilihan yang mutually exclussive. Sejalan
tersebut dapat pula digunakan untuk dengan statement diawal, pertanyaan-
membantu merumuskan bagaimana suatu pertanyaan selanjutnya akan menuju pada

12
bagaimana kegiatan A akan dibiayai, 1.3 Tujuan
berapa besar biayanya serta bagaimana
Tulisan ini akan mengulas lebih
kegiatan A akan dilakukan.
lanjut mengenai kondisi asimetri informasi
Dengan kata lain, proses
secara umum untuk mendapatkan
penganggaran harus dapat menjamin
pengetahuan tentang bagaimana
pengalokasikan sumberdaya terbatas pada
mengatasi kondisi tersebut. Selanjutnya
kegiatan-kegiatan ekonomi yang dipilih
sebagai prioritas. Secara teoritis prioritas- pengetahuan tersebut menjadi dasar atas
prioritas tersebut selayaknya dilakokasikan kemungkinan penerapan atas
sumberdaya yang sesuai dengan pengetahuan tersebut dalam
kebutuhan, mengingat ada opportunity pengalokasian anggaran sehingga dapat
cost yang dipertaruhkan jika variasi atas menjadi alat yang efektif dalam
alokasi terlalu besar. Namun pada mengurangi ketidakseimbangan
kenyataannya sering kali pengalokasian pengetahuan sebagai akibat dari asimetri
sumberdaya tersebut jauh dari kesesuaian informasi.
dengan kebutuhan. Hal ini berakibat pada
suatu kondisi overallocated maupun 2. METODOLOGI PENELITIAN
underallocated atas suatu kegiatan.
Kajian ini dibuat dengan
Kondisi misalokasi dalam konteks
menggunakan pendekatan metode
tersebut pada akhirnya akan mempunyai
statistik deskriptif guna mendukung
konsekuensi atas kinerja pencapaian
simulasi kualitatif.
output bahkan outcome. Misalkan
kegiatan ekonomi yang memerlukan
3. KAJIAN PUSTAKA
sumber daya yang besar mendapatkan
alokasi lebih kecil dari kebutuhan dapat 3.1 Sekilas tentang asimetri informasi
berakibat hasil tidak maksimal atau bahkan
Asimetri informasi didefinisikan
kegiatan tidak dapat dilaksanakan dengan
baik. sebagai suatu kondisi dimana satu pihak
mempunyai informasi yang lebih daripada
1.2 Identifikasi Masalah pihak lain. Sebagai akibat, salah satu pihak
akan dapat mengambil manfaat dari pihak
Pengalokasian sumberdaya sendiri
yang lain dari kepemilikan informasi
mempunyai masalah yang sama berat
tersebut. Sebagaimana Stigler (1961)
dengan penentuan prioritas. Secara sadar
menyatakan dalam pembukaan tulisannya:
maupun tidak, dalam pengalokasian
The Economic of Information: “Information
sumber daya dimaksud penelaah
is avaluable resource: Knowledge is
mengalami suatu keadaan yang dalam ilmu
power”. Contoh Asimetri Informasi yang
ekonomi dikenal sebagai asimetri
relevan dengan topik tulisan ini adalah
informasi. Dimana hasil akhir dari kondisi
adverse selection, yakni suatu kondisi
tersebut adalah misalokasi sumberdaya
(karena keterbatasan informasi yang
yang terbatas pada kegiatan-kegiatan yang
dimiliki) dimana atas barang (proposal)
dipilih oleh pemerintah untuk
yang ditawarkan tidak sesuai antara harga
dilaksanakan.
dan qualitasnya.

13
Terdapat dua hal menurut literatur b. Screening
yang sama yang dapat dijadikan solusi Screening merupakan upaya pihak
terhadap permasalahan asimetri informasi yang berkepentingan untuk melakukan
tersebut, yakni signalling dan screening. pencarian informasi. Contoh proses
Kedua konsep tersebut akan dijelaskan screening adalah test drive dan cek fisik
sebagai berikut: untuk pasar mobil bekas, serta test masuk
a. Signalling dan masa percobaan untuk pasar tenaga
Konsep adverse selection kerja. Screening dilakukan untuk
sebagaimana disimulasikan oleh Arkelof mendapatkan pilihan yang terbaik atas
(1970) pada pasar mobil bekas “The kombinasi harga dan kualitas atas barang
Market for Lemons” merupakan salah satu yang ditawarkan.
contoh implikasi konsep tersebut dalam Keputusan menggunakan satu dari dua
kehidupan sehari-hari. Dalam pendekatan atau kombinasi keduanya
kesimpulannya, adanya adverse selection harus mempertimbangkan biaya-manfaat
membuat barang bagus dengan harga yang dari pilihan tersebut. Setiap pilihan
rasional dipaksa keluar dari pasar (it drives membawa konsekuensi biaya dalam
apple out of the market) sehingga pasar pelaksanaannya. Dalam beberapa hal,
hanya berisi barang tidak berkualitas signal yang dijadikan referensi tidak
(lemons) dengan harga yang tidak rasional. sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan
Selanjutnya ada dua solusi yang yang spesifik, seperti tidak semua orang
ditawarkan untuk mengatasi kondisi berijasah mempunyai kemampuan yang
tersebut, yakni signaling, dan screening. sama dalam berkomunikasi. Paralel
Signaling merupakan upaya dengan itu, proses screening terkadang
mengatasi hal tersebut melalui signal- membutuhkan waktu dan biaya yang tidak
signal yang dapat membuktikan sedikit.
kualitasnya (dalam saat bersamaan pihak
lainnya dapat memperkirakan harga atas 3.2 Asimetri Informasi dan Alokasi
kualitas yang diberikan). Contoh sinyal- Anggaran
sinyal tersebut adalah garansi untuk pasar Dalam alokasi anggaran, sadar maupun
mobil bekas, dan ijazah untuk pasar tenaga tidak asimetri informasi juga terjadi. Dapat
kerja. Adanya sinyal tersebut seolah-olah dicontohkan tiga kondisi dalam
memberikan informasi atas kualitas penganggaran dimana informasi tidak
tertentu dari suatu barang sehingga pihak benar-benar tersaji sama antara kedua
terkait akan bersedia membayar dengan belah pihak. Misalnya, penentuan rangking
harga yang rational untuk mendapatkan prioritas, penetapan level kinerja/kualitas
manfaat ekonomis barang tersebut. dari suatu output yang akan diproduksi,
Prinsip dasar dari signaling adalah pihak serta perhitungan biaya yang dibutuhkan
yang berkepentingan tidak melakukan untuk memproduksi output tersebut.
pencarian informasi, namun Terkait dengan biaya, pertanyaan
memanfaatkan informasi yang dibuat oleh mendasar dari penilaian dana suatu
pihak lain sebagai jaminan atas suatu
kondisi tertentu.
14
kegiatan adalah apakah biaya yang riel sehingga pengusul mempunyai insentif
diusulkan sudah sebesar kebutuhannya. untuk menggelembungkan usulannya agar
Pada saat diskusi atas kelayakan suatu saat dilakukan rasionalisasi usulan, dana
proposal (dalam kaitannya dengan biaya), yang diterima akan mendekati
pengusul secara alamiah memiliki kebutuhannya.
informasi yang lebih daripada Selain itu dalam beberapa literatur
reviewernya. Hal ini didukung dengan akuntansi managemen disebutkan bahwa
rasionalitas yang tertanam dalam diri asimetri informasi juga disebabkan oleh
seorang reviewer yang selalu mencari cara perilaku para manager yang tergoda
untuk mengurangi dana yang diusulkan, melakukan distorsi atas informasi untuk
serta kekurangmampuan reviewer untuk kepentingannya sendiri. Perilaku ini
mencari informasi atas kegiatan sepadan. dikenal sebagai slack behavior1. Slack
Hasilnya, usulan dana atas kegiatan timbul dari kecenderungan suatu
tersebut tidak menggambarkan kebutuhan organisasi atau individu untuk tidak
dana yang sesungguhnya, suatu kondisi mengoptimalkan penggunaaan
yang dikenal sebagai overallocated atau sumberdaya yang ada.
underallocated. Insentif yang didapat para manager
Akankah kondisi ini dapat terselesaikan atas slack dapat berupa pencapaian target
dengan sendirinya? Tentu bisa. Apabila yang mudah dilakukan karena kapasitas
pengusul dan reviewernya dapat yang dianggarkan sebenarnya masih
mengurangi ego masing-masing dalam dibawah optimal (underutilesed).
diskusi atas proposal yang diajukan. Penentuan target yang mudah akan
Namun, hal itu merupakan kondisi yang berujung pada penilaian kinerja yang
patut diduga jauh panggang dari api sangat baik.
mengingat masing-masing pihak Kondisi ini sebenarnya tidak sesuai
mempunyai insentif untuk tidak dengan kenyataan bahwa alokasi yang
melakukannya. optimal harus dilakukan dengan konstrain
Bagi Reviewer, proposal anggaran sumber daya terbatas guna memenuhi
diasumsikan selalu diajukan dengan terlalu semua ekspektasi stakeholder atas
banyak penggelembungan. Sehingga layanan. Dalam hal ini, kondisi
prilaku yang ditunjukkan didominasi oleh overallocated berkontribusi meniadakan
keinginan untuk mengurangi jumlah dari kegiatan lain, sedangkan kondisi
alokasi yang dibutuhkan. Belum lagi underallocated berkontribusi tidak
apabila kinerja reviewer didasarkan atas tercapainya outcome yang direncanakan.
berapa banyak pemotongan yang dilalukan Jika kondisi tersebut benar adanya,
(savings). maka perlu pendekatan komprehensif
Mengantisipasi hal tersebut, pengusul untuk menyelesaikannya. Solusi sesuai
selalu berpikir bahwa proposalnya pasti dengan konsepsi signaling dan screening-
akan dipotong lebih kecil dari kebutuhan pun menjadi relevan dengan

1
Belkaoui, AR., Behavioral Management
Accounting, Quorom Books, 2002, p.225.
15
pengalokasian anggaran yang menjadi mengurai masalah asimetri dimaksud
topik tulisan ini. mengacu konsepsi signaling dan screening.

4. PEMBAHASAN 4.1. Signaling dalam Penganggaran

4.1 Standar Biaya Sebagai Salah Satu Signaling pada prinsipnya telah
Langkah Mengurangi Asimetri Informasi diakomodasi dengan kebijakan standar
biaya Masukan (SBM). Penetapan
Menteri Keuangan sebagai wakil
kebijakan SBM atas beberapa item input
pemerintah dalam menjaga stabilitas fiskal
berupaya memberikan assurance bahwa
berkepentingan agar alokasi anggaran
biaya (cost) atas suatu item merupakan
sesuai dengan kebutuhan. Sesuai
harga paling rasional3 yang tersedia di
kebutuhan berarti alokasi tidak terlalu
pasar.
besar (overallocated) ataupun alokasi
SBM ditetapkan oleh Menteri
terlalu rendah (underallocated). Alokasi
Keuangan setelah diadakan survey atas
yang sesuai dengan kebutuhan akan
harga yang terdaftar dengan norma
membuat kondisi yang dikenal dengan
perhitungan tertentu. SBM selanjutnya
allocative efficiency2 terjadi.
menjadi dasar Kementerian
Allocative efficiency menjadi penting
Negara/Lembaga dalam menyusun asumsi
karena sejatinya pelayanan yang
perhitungan biaya untuk suatu proposal
diharapkan oleh masyarakat kepada
output/kegiatan/program.
pemerintah adalah sangat banyak, dimana
Saat kebijakan tersebut menjadi
sumber daya pemerintah untuk memenuhi
pedoman bagi pengusul selayaknyalah
ekspektasi masyarakat tersebut terbatas.
item cost per unit tersebut tidak menjadi
Sehingga alokasi yang tepat serta akurat
area of dispute dan locus of interest dari
sangat dibutuhkan untuk memenuhi
para Reviewer. Hal ini dimungkinkan
semua pelayanan yang diharapkan kepada
mengingat SBM, pada dasarnya,
masyarakat.
merupakan informasi pasar yang dihimpun
Kondisi di atas dalam kenyataannya
sendiri oleh pihak Reviewer (Kementerian
bisa tidak tercapai apabila terdapat
Keuangan) dengan mempertimbangkan
asimetri informasi dalam dalam penentuan
variasi harga yang ada.
alokasi tersebut. Bahasan berikut
Sedangkan untuk item yang tidak
menguraikan bagaimana kebijakan standar
tercakup dalam SBM yang ditetapkan,
biaya –sebagai salah satu pilar
Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak
penganggaran berbasis kinerja- dapat
(SPTJM) atau disclaimer statement atas
menjadi salah satu langkah untuk
tanggung jawab dari apa yang tercantum

2 3
Allocative efficiency merupakan suatu term untuk Penggunaan kata ‘harga yang paling rasional’
menggambarkan kondisi dimana Marginal Cost = tidak berarti tidak ada markup dalam praktiknya
Marginal Benefit. Terkait dengan topik tulisan ini mengingat standar biaya digunakan dalam konteks
allocative efficiency digunakan untuk penganggaran bukan pelaksanaan, dan markup
menggambarkan kondisi dimana tambahan biaya ditujukan untuk memperhitungkan variasi yang
yang dikeluarkan/dialokasikan = tambahan output ada dilapangan nantinya.
yang dihasilkan.
16
dalam dokumen anggaran adalah suatu pengetahuan penelaah atas objek
cara memberikan insurance atas penelaahan.
rasionalitas harga yang dipilih oleh Salah satu arah pengembangan standar
pengusul. biaya mempertimbangkan penggunaan
Penggunaan SBM dan penyertaan Standar Biaya Keluaran (SBK) sebagai alat
SPTJM untuk item-item yang tidak masuk screening alokasi, selain fungsi yang
dalam SBM, pada dasarnya, merupakan selama ini dikenal yakni sebagai alat
sinyal bahwa unit cost atas item yang pemercepat penelaahan. Arah ini
digunakan sebagai bahan dasar untuk dilandaskan pada kenyataan bahwa
melaksanakan kegiatan merupakan harga penyusunan SBK ditujukan bagi
paling rasional yang tersedia di pasar. output/suboutput yang secara terus
Berangkat dari pemikiran dimaksud, menerus ada dalam rencana kerja K/L.
fokus control atas item-item yang Sehingga konsistensi alokasi pada kegiatan
tercantum dalam dokumen menjadi tidak dimaksud lebih bisa dihandalkan.
relevan untuk didiskusikan secara Secara konsep SBK merupakan
mendalam. Setidaknya untuk tiga alasan, kumpulan dari unsur-unsur biaya yang
yaitu: 1.pengusul mempunyai informasi terkecil untuk membentuk/memproduksi
yang lebih untuk memilih unit cost yang suatu hasil (output). Pada dasarnya
sesuai, kecuali reviewer memiliki jumlah kumpulan biaya ini berupa hasil perkalian
informasi yang sama diskusi lanjutan antara volume dan unit cost dari unsur-
memungkinkan untuk dilakukan; unsur pembentuk. Uraian diatas
2.tanggung jawab materiil atas pilihan mengambarkan indikasi adanya variasi
dimaksud merupakan bagian atas total cost. Hal ini terjadi sebagai akibat
disclaimer dari pengusul4; 3.fokus pada kombinasi dari tiga kondisi, yaitu variasi
item mengurangi fokus yang dicurahkan asumsi volume, variasi asumsi unit cost,
atas total biaya yang dilakukan untuk dan variasi unsur-unsur pembentuk biaya.
pencapaian output maupun outcome. Saat ini, kebijakan SBM pada umumnya
menunjuk pada penetapan unit cost,
4.2 Screening dalam Penganggaran bukan pada volume. Walaupun item yang
Saat signaling digunakan secara luas diatur terbatas, setidaknya variasi atas unit
dalam praktik penganggaran, dilain pihak, cost lebih terkendali mengingat
teknis screening penganggaran belum pengaturan SBM biasa untuk item-ietem
banyak dikembangkan. Secara garis besar yang sering digunakan. Sedangkan
praktik screening penganggaran berbasis kebijakan pengaturan mengenai volume
pada peraturan, pengalaman, dan atau unsur pembentuk biaya belum
menjadi fokus dalam pengaturan biaya.

4
Diskusi pada area ini sangat menarik, terutama jika dokumen, harga perkiraan dengan berbagai asumsi
dikaitkan dengan satuan biaya yang tidak variasi pada saat pelaksanaan, atau yang lain.
tercantum dalam peraturan Menteri Keuangan. Menurut hemat penulis, hal ini merupakan salah
Pertanyaan mendasar dalam diskusi berkisar pada satu isu pokok terutama jika terkait dengan
harga apa yang harus dicantumkan dalam dokumen pelanggaran hukum pada saat proses pengadaan.
perencanaan? harga spot saat mencantum pada
17
Penetapan volume dan unsur pembentuk mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk
biaya pun dilakukan dalam forum diskusi berdiskusi mengenai biaya.
yang dikenal dengan istilah penelaahan. Saat SBK dapat dibandingkan, baik
Dalam diskusi tersebut, reviewer lebih dengan SBK yang lain atau output sejenis
banyak menggunakan professional selain SBK, SBK yang bersifat umum dapat
judgement-nya. Sehingga patut diduga ditetapkan setelah berkoordinasi dengan
bahwa secara total biaya output akan Kementerian/Lembaga. Pembandingan ini
sangat bervariasi sesuai dengan volume memungkinkan rumusan perhitungan
dan unsur pembentuk yang digunakan biaya yang terangkum dalam sebuah SBK
sebagai asumsi. menjadi lebih merepresentasikan
Pada dasarnya arah pengembangan kebutuhan sebenarnya.
SBK tersebut merujuk pada isu ini, yakni Bagaimana menentukan SBK yang
mengatasi variasi yang berlebih. Namun merepresentasikan kebutuhan
demikian, perlu dicatat bahwa SBK tidak sebenarnya? Pertanyaan tersebut
berupaya menstandarkan volume dan merupakan inti dari proses screening.
unsur pembentuk karena hal itu hanya Salah satu cara termudah adalah, misalnya,
akan menambah rigiditas dalam dengan menggunakan angka rata-rata
pelaksanaan anggaran. Melainkan, (atau median/modus) dari SBK sejenis.
pengembangan SBK lebih ditujukan untuk Rata-rata menunjukkan kecenderungan
mengurangi variasi atas total cost output umum suatu kondisi, sehingga dapat
dimaksud. dikatakan bahwa deviasi dari rata-rata
Untuk menjadi alat screening memberikan sinyal alokasi yang tidak
penganggaran yang efektif, SBK harus sesuai dengan kebutuhan.
dapat dibandingkan dengan kegiatan yang Langkah yang lebih komplek dapat juga
sejenis, baik dalam maupun antar dilakukan dalam proses screening yakni
Kementerian/Lembaga. Guna menambah dengan melakukan analisis atas dasar
keadalan atas SBK dibutuhkan pula perhitungan biaya suatu output. Sebagai
perbandingan dengan realisasinya ditahun contoh alokasi pelaksanaan audit dimana
lalu, serta hasil monitoring modifikasi yang parameter tambahan atas pelaksanaan
dilakukan selama pelaksanaannya. Jika itu pekerjaannya dapat berupa: lama
dilaksanakan, pada akhirnya konsepsi SBK pelaksanaan, jumlah anggota dalam satu
sebagai alat managemen biaya menjadi tim, dan lokasi pelaksanaan pekerjaan. Jika
lebih mendekati kerangka teoritis. atas output yang sejenis terdapat variasi
Urgensi dari pembandingan tersebut yang sangat besar maka perlu dilakukan
adalah untuk menentukan dengan lebih analisis lebih mendalam atas dasar
baik biaya suatu output, kegiatan atau perhitungan biaya outputnya. Pertanyaan
bahkan suatu program jika seperti apakah lama pelaksanaannya
memungkinkan. Dari pembandingan sama, apakah jumlah anggotanya sama,
tersebut, informasi yang dihasilkan dapat atau apakah lokasinya berbeda menjadi
digunakan sebagai sinyal atas alokasi yang penting dalam analisis yang lebih
lebih rasional atas suatu output, kegiatan mendalam. Hal ini dilakukan untuk
dan program. Selain itu, upaya tersebut menyusun kluster yang sesuai sehingga
18
harga rasional dari suatu output dapat RKAKL (pada phase perencanaan),
ditetapkan. bagaimana pelaksanaan, dan apakah ada
Proses tersebut dengan sendirinya revisi terkait dengan rumusan yang ada.
akan menyingkap informasi yang Hal ini dilakukan agar benchmark selalu up-
tersembunyi atas biaya suatu output. date dengan kebutuhan lapangan.
Hanya jika proses tersebut dilakukan,
selanjutnya koordinasi lebih lanjut dengan 4.3 Rasionalitas Metode Statistik
Kementerian/Lembaga sebagai bagian dari Sederhana
proses penetapan dapat dilakukan dengan Bagian ini merupakan respon atas
kondisi kedua belah mempunyai informasi kekhawatiran bahwa adanya bias yang
yang seimbang atas permasalahan yang mungkin terjadi karena bergantung pada
sama. nilai rata-rata untuk menentukan tingkat
Hasil dari proses screening tersebut kebutuhan yang rasional. Kekhawatiran
nantinya dapat diperoleh suatu pertama berdasarkan kenyataan bahwa
pengetahuan umum bahwa untuk walaupun SBK yang menjadi benchmark
melaksanakan audit keuangan di lokasi X, akan menurunkan alokasi output yang
dibutuhkan tim beranggotakan sekian dialokasikan diatas rata-rata, terdapat efek
orang dengan lama pengerjaan sekian hari. lainnya yang memicu naiknya alokasi untuk
Pengetahuan tersebut dapat menjadi output yang selama berada dibawah rata.
benchmark atas alokasi output yang Kekhawatiran kedua adalah saat SBK yang
sejenis. Sehingga, alokasi dana atas output sudah ditetapkan dalam pelaksanaannya
sejenis akan lebih berdasar. tidak memadai, mengapa revisi dibebaskan
Output atau SBK hasil proses screening untuk dilampaui sehingga angka rata-rata
dapat ditetapkan menjadi benchmark dan terangkat naik.
menjadi SBK umum yang berlaku pada
semua Kementerian/lembaga yang
melaksanakan output sejenis. Pendekatan
penerapan SBK Umum ini pada prinsipnya
dapat berupa Fixed-Budget Approach atau y = -86,922x + 59994
Flexible-Budget Approach5. R² = 0,0247
Penetapan benchmark bukan berarti
akhir dari upaya untuk mengungkap
alokasi yang mendekati kebutuhan. Proses
Gambar.1 Output cost per unit
selanjutnya adalah review atas apa yang
pemeriksaan (dlm juta)
ditetapkan dengan melihat data
pelaksanaan dari benchmark tersebut. Rasionalitas dari metode ini dapat
Data yang dibutuhkan misalnya, dilihat pada gambar 1 yang
bagaimana benchmark digunakan dalam menggambarkan bahwa efek awal dari

5
Fixed-Budget Approach menginginkan besaran Flexible-Budget Approach menginginkan dasar
total SBK menjadi besaran yang dijadikan perhitungan biayanya yang menjadi benchmark,
benchmark sehingga penilaian difokuskan pada yakni, dalam contoh audit, jumlah hari, jumlah
deviasi dari total SBK dimaksud. Dilain pihak, anggota tim, serta lokasi.
19
kebijakan ini akan menghasilkan
pergerakan dari titik origin ke nilai rata- Pareto Optimal

rata (digambarkan sebagai garis putus- TCy=TCx

putus). Untuk menjelaskan bahwa TCy>TCx

Output Y
kemungkin inefisiensi karena semua
output akan bergerak mendekati rata-rata
–terutama untuk output dibawah rata- TCy<TCx

rata-- akan dijelaskan dengan Model Dua


Output sebagai berikut. Output X

Pertama, perlu diingat bahwa Gambar 2 Model Dua Output


pencantuman output tersebut dalam
dokumen akan terdapat dua prilaku yang Pada gambar 2, Sumbu Y
mungkin terjadi. Untuk Output yang merepresentasikan total cost output Y
berada di atas rata-rata merupakan yang dihasilkan dan Sumbu X
keharusan untuk menggunakan angka merepresentasikan total cost output X
rata-rata, sedangkan untuk output yang yang dihasilkan. Saat output mendapatkan
berada di bawah rata-rata merupakan opsi alokasi yang sama dan unit cost yang sama,
untuk menggunakan angka rata-rata. garis putus-putus merepresentasikan titik-
Selain itu, guna menaikkan unit cost titik dimana TCy=TCx. Sesuai dengan
tersebut dibutuhkan total pagu yang asumsi model ini, kondisi ini merupakan
memadai. Dengan kata lain, ada konstrain posisi awal pada saat dokumen anggaran
tersendiri untuk meningkatkan unit cost disahkan. Garis merah melengkung
dari output terstandardisasi. menggambarkan garis optimal dari
Model dimulai dengan asumsi-asumsi kombinasi antara Output X dan Output Y
guna menyederhanakan permasalahan. dengan pagu tetap. Mengingat pagu tidak
Pertama diasumsikan bahwa semesta dari berubah maka setiap perubahan alokasi
output terdiri dari dua output, dimana antar output akan pergeseran diantara titik
output ini sejenis dan tersebar pada pada garis optimal tersebut.
seluruh organisasi. Kedua, pagu dana Seandainya total cost Output Y direvisi
tetap. Ketiga, pihak penanggung jawab menjadi lebih tinggi, maka total cost
output terlibat dalam kompetisi dalam Output X akan dikurangi untuk memenuhi
mendapatkan alokasi. Keempat, jumlah kebutuhan tersebut (titik menuju ke
output yang akan dihasilkan adalah sama. sumbu Y). Seandainya penanggung jawab
Selanjutnya diasumsikan bahwa output output Y mempunyai intensi yang sangat
cost per unit atas output tersebut adalah kuat untuk mengangkat angka rata-rata
sama, dan sesuai dengan angka rata-rata outputnya, dia akan berusaha keras
(hasil dari proses screening). Terakhir, mengusulkan kenaikan alokasi outputnya
setiap penanggung jawab output dengan harapan angka rata-rata untuk
merupakan budget maximiser. tahun berikutnya akan terangkat.
Mengingat Output yang akan dihasilkan
tidak boleh dikurangi maka yang bisa

20
diupayakan adalah mengurangi output terjadi. Namun demikian, upaya
cost per unit untuk output X. menaikkannya akan berefek pada
Adapun efek yang terjadi apabila pengurangan alokasi pada output lainnya
penanggung jawab output X setuju untuk sehingga penolakan dalam internal
revisi dilakukan dapat berupa efek jangka organisasi sangat mungkin terjadi. Terlebih
pendek dan jangka panjang. Efek jangka lagi untuk menaikkan angka rata-rata demi
pendeknya adalah berkurangnya alokasi kepentingan jangka panjangnya,
output tahun berjalan. Namun yang penanggung jawab output harus bisa
terpenting adalah efek jangka panjangnya mempengaruhi pengguna output sejenis
berupa penurunan angka rata-rata output lainnya untuk menaikkan alokasi dana
X untuk tahun berikutnya (hasil dari proses untuk output berkenaan. Hal yang sangat
screening). tidak mudah karena itu berarti
Dengan demikian, penanggung jawab mempengaruhi organisasi lain diluar
output X mempunyai insentif untuk kontrolnya.
menolak revisi dimaksud atau akan
menahan revisi hanya pada titik optimal 4.4 Simulasi Screening Proses
bagi keduanya (tidak terlalu bergeser jauh Sebagai simulasi atas proses screening
dari titik origin). Sehingga penanggung alokasi, telah diambil data sample dari
jawab output Y setidaknya akan database Bussiness Intelegent sebanyak
merasionalkan level atas output yang akan 120 output pemeriksaan pada satker Itjen
dicapai. Signal paling nyata bahwa dari 19 Kementerian/Lembaga untuk
kebutuhan dana itu memang riel adalah tahun Anggaran 2013. Output yang
tidak tercapainya output yang dibandingkan adalah output yang terkait
direncanakan. dengan kegiatan pemeriksaan, evaluasi,
Pada kenyataannya, semesta output monitoring dan sejenisnya. Data tersebut
tidak terdiri hanya dari dua dimana kemudian diolah dengan microsoft excel
sebagian besar tidak termonitor. Namun 2007 untuk kepentingan analisis lanjutan.
demikian, implikasi dari Model Dua Output Kebutuhan pengolahan data dilakukan
adalah output Y bisa jadi “mengatur diri” untuk mendapatkan nilai regresi (OLS) dan
agar angka rata-rata output tersebut naik trend, nilai rata-rata, nilai tengah, modus,
sampai suatu kondisi dimana penanggung standar deviasi, nilai minimum, nilai
jawab output lainnya menolak untuk maksimum, serta frekuensi dari data.
dikurangi. Reviewer tidak harus
mengkhawatirkan hal tersebut mengingat y = 53305x - 68971
R² = 0.7549 y = 53305x - 68971
secara alamiah proses internal dari R² = 0,7549
organisasi akan mengatur
keseimbangannya sendiri.
Kembali pada dua kekhawatiran yang
disampaikan pada awal bagian ini, dapat
disimpulkan bahwa pada kondisi awal
kondisi terangkatnya unit cost output yang Gambar 3 Total Cost-Total Output output
dibawah rata-rata merupakan hal lumrah pemeriksaan (dlm juta)
21
Sebagaimana tergambar dalam gambar rata). selisih antara tertinggi dan terendah
3, terlihat hubungan linier antara total sekitar Rp 90,00 juta.
biaya dan total output untuk output
pemeriksaan. Hal ini mengindikasikan
bahwa setiap tambahan output diiringi
pula tambahan biaya. Hal ini sangat logis
ketika semua/sebagian besar unsur biaya
yang membentuk output tersebut adalah
biaya variabel.
Langkah lanjutan untuk menggali
informasi tentang variasi unit cost atas
output diperlihatkan pada gambar 4. Gambar 5 Frekuensi output cost per unit
Sebagaimana terlihat pada gambar, titik pada tiap range harga
terendah berada dibawah 20 juta per unit
Terlihat dalam gambar 5, sebaran
sedangkan titik tertinggi berada diatas
terbanyak dari data berada pada nilai
garis 100 juta per unit. Selisih sebesar 80
antara Rp.40 juta dan Rp.60 juta --nilai
juta per pelaksanaan pemeriksaan
yang tidak jauh dari rata-rata. Walaupun
merupakan variasi yang cukup besar.
terdapat frekuensi yang hampir sama
menyaingi pada angka Rp.85 juta dan
angka lebih dari Rp.95 juta, angka disekitar
rata-rata memiliki frekuensi yang lebih
sehingga bisa dikatakan bahwa rata-rata
cukup mewakili.
Jika digunakan rata-rata dari data yang
ada, SBK untuk output pemeriksaan lintas
Kementerian/Lembaga dapat ditetapkan
Gambar 4 Output Cost per unit output
pemeriksaan (dlm juta) sebesar Rp.55,78 juta. Sebagai catatan,
standar deviasi yang tinggi
Statistik TC to TO TC per O mengindikasikan bahwa data masih terlalu
Mean 2,515,362 55,780 heterogen. Mengingat unsur biaya
Median 1,631,400 50,200 dominan dalam pelaksanaan pemeriksaan
Modus 1,631,400 43.757 adalah biaya perjalanan, ada kemungkinan
Max 14,585,408 101,542 heterogenitas data yang tinggi terkait
Min 57,180 10,738
dengan perbedaan lokasi pelaksanaan
Std. Dev 2,870,663 25,903
pemeriksaan dengan lokasi kedudukan
Tabel I Statistic Descriptive (dlm juta) auditor. Hal ini bisa diminimalkan dengan
membuat kluster-kluster data yang lebih
Jika dikonfirmasi dengan statistik
kecil sesuai lokasi tujuan pemeriksaan
deskriptif pada tabel 1, terlihat bahwa
untuk meningkatkan homogenitas data.
rata-rata output cost per unit sebesar
Hasil dari proses berkenaan, dapat
Rp.55,78 juta dengan standar deviasi
menjadi bahan penentuan alokasi untuk
+Rp.25,90 juta (atau sebesar 50% dari rata-
22
output dimaksud untuk satu tahun ke bahwa setiap output adalah unik,
depan (t+1). Untuk lebih meningkatkan belum adanya upaya untuk benar-
keunggulan analisis, analis dapat benar menelaah lebih mendalam atas
menambahkan analisis trend dari data substansi output-output yang ada
selama beberapa tahun, misal t-1, t-2, t-3,. menjadi faktor penghambat.
Sejalan dengan itu, kualitas penentuan
5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI benchmark bergantung pada kualitas
1. Pentingnya memperkuat analisa data data yang dimiliki. Pada tahap awal
Salah satu tantangan terbesar proses titik tolak yang paling krusial adalah
penganggaran adalah penentuan menentukan output sejenis
besaran alokasi. Tantangan tersebut sebagaimana disebut diatas. Sebagai
akan lebih berat lagi jika biaya atas contoh apakah pemeriksaan keuangan
suatu layanan tidak tersedia sejenis dengan pemeriksaan kinerja,
informasinya di pasar. Oleh karena itu, apakah pemeriksaan di lokasi A
analisis atas data yang dimiliki menjadi berbeda dengan lokasi B, atau apakah
urgen. Rata-rata atas biaya suatu review merupakan keyword yang
output sejenis mungkin tidak dapat sama dengan audit. Hanya jika
menjadi solusi yang sempurna untuk terdapat kesepahaman bersama
menilai suatu kebutuhan. Salah satu bahwa contoh-contoh tersebut
argumen berkenaan dengan hal merupakan output sejenis,
tersebut adalah dengan fakta bahwa pembandingan atas biayanya dapat
angka rata-rata akan mengangkat dilakukan. Jika tidak, diskusi akan diam
alokasi dana untuk organisasi yang ditempat.
selama ini menganggarkan dana di 3. Mempermudah review baseline
bawah rata-rata, dan merugikan bagi Dengan asumsi angka MTEF sudah
organisasi yang menganggarkan dana benar, alokasi dana untuk tahun yang
di atas rata-rata. Namun demikian, direncanakan adalah cost per unit dari
rata-rata dapat menjadi upaya untuk output hasil dari proses screening
mencari indikasi kecenderungan dikalikan dengan kuantitas output
umum dalam memproduksi suatu yang akan dilaksanakan. Atau dengan
output. kata lain: Alokasi = PxQ, dimana P=
2. Pengelompokan output dan Ouput-Cost per unit dan Q=angka
benchmarking output yang akan dihasilkan. Hal ini
Pengelompokan output dalam jenis juga dapat menjadi solusi atas
tertentu dapat menjadi upaya untuk keakuratan alokasi untuk mengurangi
mencari indikasi kecenderungan budgetary slack, serta menjadi media
umum dalam memproduksi suatu untuk meninggalkan fokus detail
output. Hanya saja memang tidak dibawah output.
mudah untuk mengelompokkan
output ke dalam jenis yang sama.
Selain karena keyakinan tertanam

23
DAFTAR PUSTAKA Blocher, Edward, Cost Management: A
Strategic Emphasis, 4th ed. McGraw-
Akerlof, G. 1970. The Market for ‘Lemons”, Hill. 2008.
Qualitative Uncertainty And The Leibenstein, Harvey, 1966, Allocative
Market Mechanism. Quartely Journal Efficiency vs. “X-Efficiency”, American
Of Economic 84, 488-500. Economic Review, 392-415.`
Alexander F. Wagner, Nolan H. Miller, Mikesell, John L., Fiscal Administration:
Richard J. Zeckhauser, 2006, Screening Analysis and Applications for the Public
Budgets, Journal of Economic Behavior Sector, 8th edition, Wadsworth
& Organization, Vol.61, Issue 3, 351- Publishing, 2011.
374. Spencer, B., 1982. Asymmetric Infromation
Anderson, David R., Sweeney, Dennis J., and Excessive Budgets in Government
Williams, Thomas A., Statistics for Bureaucracies. Journal of Economic
Business and Economics, 11th ed., Behavior and Organizations 3, 197-224.
South-Western Publishing, 2011. Stigler, George J., 1961, The Economics of
Belkaoui, Ahmed R., Behavioral Information, Journal of Political
Management Accounting, Quorom Economy, Volume 69, Issue 3, 213-225.
Books, 2002.

24

Anda mungkin juga menyukai