net/publication/328495486
CITATIONS READS
0 753
3 authors, including:
All content following this page was uploaded by Hendra Andiananta Pradana on 25 October 2018.
ABSTRAK
Banjir merupakan salah satu bencana alam yang diakibatkan oleh daya rusak
sumber daya air. Bencana ini berdampak pada kerugian material atau sosial. Desa
Wonoasri, KecamatanTempurejo merupakan salah satu daerah penyangga Taman
Nasional Meru Betiri yang terletak di Daerah Aliran Sungai (DAS) Sanenrejo.
Topografi Desa Tempurejo berbentuk lembah sehingga potensi banjir yang terjadi
cukup tinggi. Wilayah ini sering mengalami banjir di musim hujan yang
mengakibatkan terganggunya aktivitas penduduk dan gagal panen. Banjir diduga
terjadi karena melebarnya Sungai Sanenrejo sehingga tanggul tidak bisa menahan
luapan air saat debitnya tinggi. Oleh sebab itu dilakukan kajian manajemen risiko
untuk antisipasi dan penanggulangan banjir berkelanjutan yang melibatkan
stakeholder dan masyarakat. Penelitian ini menggunakan pendekatan diskriptif
analitif dan kausalitas untuk pengumpulan data dan informasi. Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan observasi lapang, wawancara, dan studi
literatur. Teknik identifikasi fokus isu dan akar permasalahan dilakukan dengan
metode Rapid Rural Appraisal (RRA), Logical Framework Approach (LFA) dan
dilanjutkan dengan analisis stakeholder. RRA dilakukan untuk mengkaji secara
cepat kondisi wilayah rawan banjir di Desa Wonoasri. Hasil RRA menjadi bahan
pertimbangan FGD menggunakan LFA untuk mengidentifikasi penyebab
permasalah banjir di Desa Wonoasri dari berbagai stakeholder. Hasil LFA berupa
fokus isu dan akar permasalahan banjir. Fenomena permasalahan yang menjadi
fokus isu ketika terjadi banjir di Desa Wonoasri adalah aktivitas masyarakat
secara sosial dan ekonomi terganggu ketika banjir. Identifikasi akar permasalahan
banjir adalah keterbatasan peran dinas atau stakeholder setelah bencana terjadi.
Hasil dari LFA digunakan sebagai bahan FGD dengan stakeholder untuk
merumuskan strategi penanggulangan potensi banjir, misal aplikasi biopori,
pembuatan sodetan di Sungai Sanenrejo dan peninggian tanggul. Analisis
stakeholder menunjukkan pihak yang berkepentingan dan berperan besar dalam
manajemen risiko banjir adalah organisasi Desa Tangguh Bencana (DESTANA)
Desa Wonoasri. Namun peran kelembagaan desa perlu penguatan kapasitas
dengan melibatkan pemerintahan Desa Wonoasri dan Badan Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Jember.
Kata kunci: Peran stakeholder, risiko banjir, DAS Sanenrejo, Taman Nasional
Meru Betiri
SEMINAR NASIONAL DAS PPLH LPPM UNS 2018
<Hendra Andiananta Pradana dkk.>; <Peran Stakeholder dalam Manajemen Risiko Banjir DAS
Sanenrejo, Desa Wonoasri, Kecamatan Tempurejo Kabupaten Jember>
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN)
(2016), mengemukakan bahwa laju pertumbuhan penduduk di Indonesia sebesar
1,49% per tahun. Hal ini berdampak pada manifestasi sumber daya alam
khusunya pemanfaatan sumber daya air yang beragam. Selain itu kondisi ini dapat
memberikan tekanan yang lebih besar terhadap kemampuan daya lentig sumber
daya alam. Salah satu permasalah dari tekanan daya lenting tersebut adalah banjir.
Banjir adalah peristiwa tergenangnya daratan yang diakibatkan oleh luapan aliran
air dan merupakan dampak dari bencana hidrometeorologi. Beberapa faktor yang
menyebabkan banjir yaitu pendangkalan sungai, berkuragnya daerah resapan air,
terganggunya fungsi drainase dan peningkatan run off (Lastiantoro dan Cahyono,
2016).
Kabupaten Jember merupakan salah satu wilayah rawan bencana yang ada
di Provinsi Jawa Timur. Menurut Sudarmawan (2013), Indeks Risiko Bencana
yang terjadi di Kabupaten Jember memiliki peringkat 3 pada Provinsi Jawa
Timur. Tinginya potnesi bencana ini terjadi karena curah hujan yang cukup tinggi,
memiliki tingkat kelerengan yang cukup curam (> 40%), minimnya tutupan lahan
baik mikro atau makro dan dekat dengan daerah erupsi gunung berapi
(Firmansyah dan Kadarsetia, 2011). Bencana yang memiliki kala ulangan adalah
banjir genangan atau banjir bandang. Salah satu bencana banjir bandang yang
terjadi di Kecamatan panti memberikan kerugian material berupa kerusakan 264
pemukiman, 98 orang tewas, kerusakan lahan persawahan dan 9 checkdam rusak
(Firmansyah dan Kadarsetia, 2010). Perubahan iklim menjadi tantangan dan
meningkatan potensi bencana alam oleh sebab itu dilakukan pemberdayaan
masyarakat terkait pengelolaan hutan untuk pencegahan bencana (Badan
Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, 2012).
Banjir merupakan salah satu bencana alam yang diakibatkan oleh daya
rusak sumber daya air. Bencana ini berdampak pada korban jiwa dan kerugian
material. Desa Wonoasri, Kecamatan Tempurejo merupakan salah satu daerah
penyangga Taman Nasional Meru Betiri yang terletak di Daerah Aliran Sungai
(DAS) Sanenrejo (Firmansyah dan Kadarsetia, 2010).. Topografi Desa Tempurejo
berbentuk lembah sehingga potensi banjir yang terjadi cukup tinggi. Wilayah ini
sering mengalami banjir di musim hujan yang mengakibatkan terganggunya
aktivitas penduduk dan gagal panen. Banjir diduga terjadi karena melebarnya
Sungai Sanenrejo sehingga tanggul tidak bisa menahan luapan air saat debitnya
tinggi. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengurangi risiko bencana yang
muncul yaitu dengan pembentukan Desa Tangguh Bencana (DESTANA) di Desa
Wonoasri. DESTANA merupakan kader yang dibentuk oleh Badan
Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Jember untuk meningkatkan
kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana yang terjadi. Harapan dari
pembentukan lembaga ini adalah meningkatkan kemampuan masyarakat dalam
menghadapi bencana yang timbul sehingga dapat mengurangi risiko kerugian
yang akan terjadi (Isa dkk. 2013). Oleh sebab itu tujuan dari penelitian ini adalah
kajian manajemen risiko untuk antisipasi dan penanggulangan banjir
berkelanjutan yang melibatkan stakeholder dan masyarakat.
SEMINAR NASIONAL DAS PPLH LPPM UNS 2018
<Hendra Andiananta Pradana dkk.>; <Peran Stakeholder dalam Manajemen Risiko Banjir DAS
Sanenrejo, Desa Wonoasri, Kecamatan Tempurejo Kabupaten Jember>
METODE
Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Wonoasri, Kecamatan Tempurejo
Kabupaten Jember. Wilayah ini merupakan salah satu desa penyangga di Taman
Nasional Meru Betiri. Luas Desa Wonoasri adalah 6.180 km2 dan pada tahun
2009 memiliki jumlah penduduk yaitu 9.606 jiwa. Peta Desa Wonoasri dapat
dilihat pada Gambar 1. Peta tersebut menampilkan garis kontur yang menujukkan
bahwa Desa Wonoasri berbentuk lembah. Oleh sebab itu rawan mengalami banjir
genangan atau luapan dari Sungai Sanenrejo.
Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian yaitu data primer dan sekunder.
Penelitian ini menggunakan pendekatan diskriptif analitif dan kausalitas untuk
pengumpulan data dan informasi. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan
observasi lapang, wawancara, dan studi literatur. Data primer diperoleh dari
wawancara stakeholder yang berada di Desa Wonoasri yaitu perangkat desa,
DESTANA dan masyarakat. Teknik identifikasi fokus isu dan akar masalah
dilakukan dengan metode Rapid Rural Appraisal (RRA), Logical Framework
Approach (LFA) dan dilanjutkan dengan analisis stakeholder. RRA dilakukan
untuk mengkaji secara cepat kondisi wilayah rawan banjir di Desa Wonoasri.
Hasil RRA menjadi bahan pertimbangan FGD menggunakan LFA untuk
mengidentifikasi penyebab permasalah banjir di Desa Wonoasri dari berbagai
stakeholder.
SEMINAR NASIONAL DAS PPLH LPPM UNS 2018
<Hendra Andiananta Pradana dkk.>; <Peran Stakeholder dalam Manajemen Risiko Banjir DAS
Sanenrejo, Desa Wonoasri, Kecamatan Tempurejo Kabupaten Jember>
Analisis Stakeholder
Terdapat dua tahapan untuk mengidentifikasi dan menganalisis stakeholder antara
lain:
SEMINAR NASIONAL DAS PPLH LPPM UNS 2018
<Hendra Andiananta Pradana dkk.>; <Peran Stakeholder dalam Manajemen Risiko Banjir DAS
Sanenrejo, Desa Wonoasri, Kecamatan Tempurejo Kabupaten Jember>
HASIL
Berikut ini merupakan hasil LFA yang disajikan pada gambar 2 dan tabel.
1. Logical Framework Analysis (LFA) merupakan metode untuk mengidentifikasi
keterkaitan permasalah untuk menentukan fokus isu dan akar permasalahan.
Fokus isu merupakan komponen hasil RRA yang dikenai anak panah paling
banyak. Akar permasalahan adalah komponen hasil RRA yang paling banyak
SEMINAR NASIONAL DAS PPLH LPPM UNS 2018
<Hendra Andiananta Pradana dkk.>; <Peran Stakeholder dalam Manajemen Risiko Banjir DAS
Sanenrejo, Desa Wonoasri, Kecamatan Tempurejo Kabupaten Jember>
anak panah yang keluar. Berdasarkan intepretasi LFA pada tabel 1 diperoleh
fokus isu adalah aktivitas masyarakat terganggu saat terjadi banjir dan akar
permsalahan adalah peran dinas terkait terbatas setelah bencana banjir terjadi.
PEMBAHASAN
Analisis Hasil Logical Framework Analysis dan Focus Group Discussion (FGD)
Kegiatan observasi RRA serta diskusi dengan warga masyarakat terdampak
banjir dan pengurus DESTANA (Desa Tangguh Bencana) dilanjutkan dengan
kegiatan FGD dengan Dinas Terkait (BPBD Kab. Jember, TN Meru Betiri, Dinas
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kab. Jember, Civitas Akademika Universitas
Jember, dan Pengurus Desa) untuk menggali informasi berbagai program dan
kendala yang dihadapi. Focus Group Discussion (FGD) bertujuan mengetahui
akar masalah dan fokus isu benca banjir yang terjadi di Desa Wonoasri
Kecamatan Tempurejo Kabupaten Jember. FGD dilakukan di Balai Desa
Wonoasri dan dihadiri oleh bebagai sumber informasi, antara lain Bapak Widi
selaku PJS Kepala BPBD Kab. Jember, Bapak Kholid Indarto selaku Kepala TN
Meru Betiri, perangkat desa, pengurus DESTANA, Dosen Prodi Pengelolaan
Sumber Daya Air Pertanian, dan warga masyarakat terdampak.
Hasil diskusi dengan berbagai narasumber yang berkompeten di bidangnya
masing-masing dan para pelaku korban terdampak (masyarakat) berdiskusi dan
memberikan informasi adanya beberapa permasalahan yang timbul akibat banjir.
Permasalahan-permasalahan yang diutarakan dalam FGD dilanjutkan dengan
mencari keterkaitan antar masalah sehingga ditemukan akar permasalahan dan
fokus isu pengelolaan potensi bencana banjir di desa Wonoasri Kec. Tempurejo
Kab. Jember. Metode analisis LFA (Logical Framework Analysis) digunakan
untuk mengkaji fokus isu dan akar masalah tersebut.
Hasil diskusi dan brainstorming untuk mencari keterkaitan antar masalah,
memunculkan beberapa permasalahan utama yang dihadapi oleh masyarakat.
Selanjutnya akan ditentukan akar masalah yang merupakan sumber bencana.
Karakteristik akar permasalahan adalah permasalahan yang banyak menjadi
penyebab permasalahan lain. Identifikasi fokus isu merupakan permasalahan yang
menjadi akibat dari beberapa permasalahan. Mekanisme metode LFA adalah
mengidentifikasi permasalahan pembangunan pertanian yang dihadapi pelaku
pertanian dengan menuliskan pada kertas metaplan yang telah disediakan.
Permasalahan yang telah dituliskan oleh peserta FGD diklasifikasi berdasarkan
jenis pertanyaan yang didiskusikan keterkaitan antar masalah melalui diskusi
bersama-sama.
Klasifikasi permasalahan sesuai tabel 1. dituliskan pada papan putih guna
melanjutkan diskusi brainstorming untuk menggali keterkaitan atas dasar
hubungan antar kotak masalah. Hubungan kotak masalah yang menjadi penyebab
kotak masalah lain akan dikaji pada setiap permasalahan pembangunan pertanian.
Penentuan arah panah baik keluar atau pun masuk yang menjelaskan sebab akibat
suatu permasalahan. Penentuan arah keluar dan masuk sebagai sebab akibat
merupakan hasil diskusi dan kesepakatan bersama. Langkah selanjutnya adalah
menghitung panah masuk dan keluar dari masing-masing permasalahan. Hasil
diskusi FGD menggunakan metode LFA pada tabel 1. diketahui fokus isu
permasalahan banjir di desa Wonoasri adalah aktifitas masyarakat terganggu
ketika banjir (dibuktikan dengan jumlah 5 panah masuk). Identifikasi akar
permasalahan permasalahan banjir di desa wonoasri adalah peran dinas terbatas
setelah bencana (7 panah keluar). Keterkaitan antar masalah pembangunan
pertanian diilustrasikan pada gambar 2.
SEMINAR NASIONAL DAS PPLH LPPM UNS 2018
<Hendra Andiananta Pradana dkk.>; <Peran Stakeholder dalam Manajemen Risiko Banjir DAS
Sanenrejo, Desa Wonoasri, Kecamatan Tempurejo Kabupaten Jember>
perbaikan ekosistem di hulu dan wilayah riparian sungai juga haru dilakukan,
pembangunan areal pemukiman seharusnya memperhatikan aspek tataguna lahan
sehingga tidak mengakibatkan adanya bencana dikemudian hari (Lastiantoro dan
Cahyono, 2016).
Identifikasi akar masalah dan fokus isu permasalahan banjir di desa
Wonoasri mengindikasikan bahwa perhatian para pemangku kepentingan
hendaknya lebih fokus ke akar masalah. Peningkatan peran dinas terkait dalam
penanggulangan bencana terutama banjir harus menjadi prioritas. Peningkatan
peran serta warga dalam perbaikan drainase maupun pembuatan biopori untuk
setiap rumah dapat menjadi alternatif. Dibutuhkan partisipasi secara total dari
masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya (stakeholder) dalam penyelesaian
masalah banjir di desa Wonoasri.
Analisis stakeholder
Identifikasi Stakeholder
Pengelolaan Banjir di Desa Wonoasri Kabupaten Jember melibatkan
banyak pihak/stakeholder. Masing-masing stakeholder mempunyai peran dan
kepentingan yang berbeda-beda terkait pengelolaan banjir di Desa Wonoasri.
Peranan dan kepentingan ini tergantung pada tugas pokok dan fungsinya masing –
masing. Secara garis besar stakeholder dapat digolongkan kedalam stakeholder
dari unsur pemerintah, swasta, perguruan tinggi, LSM (Lembaga Swadaya
Masyarakat)/ Lembaga Non Pemerintah (Susatyo dkk. 2017).
Berdasarkan hasil identifikasi gambaran umum wilayah dan permasalahan
banjir di Desa Wonoasri terdapat beberapa stakeholder yang terlibat, berperan dan
berkepentingan. Pihak – pihak tersebut yaitu Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Jember, Taman Nasional Meru Betiri, Badan Penangulangan Bencana Daerah
Kabupaten Jember, DESTANA Desa Wonoasri, Perangkat Desa Wonoasri,
Masyarakat Desa Wonoasri, Kelompok Tani Lahan Rehab, dan Universitas
Jember. Dalam kegiatan pengelolaan banjir di desa wonoasri, masing-masing
stakeholder mempunyai tingkat keterlibatan yang berbeda-beda. Klasifikasi
stakeholder berdasarkan keterlibatannya dalam pengelolaan banjir di desa
wonoasri dapat dilihat pada tabel 2.
KESIMPULAN
Hasil dari LFA digunakan sebagai bahan FGD dengan stakeholder untuk
merumuskan strategi penanggulangan potensi banjir untuk mengurangi risiko
yang terjadi dari segi biofisik, misal aplikasi biopori, pembuatan dan
pengembangan sodetan di Sungai Sanenrejo dan peninggian tanggul. Analisis
stakeholder menunjukkan pihak yang berkepentingan dan berperan besar dalam
manajemen risiko banjir adalah organisasi Desa Tangguh Bencana (DESTANA)
Desa Wonoasri. Namun peran kelembagaan desa perlu penguatan kapasitas
dengan melibatkan pemerintahan Desa Wonoasri dan Badan Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Jember.
PENGHARGAAN (acknowledgement)
Peneliti mengucapkan banyak terimakasih kepada segenap civitas
Pascasarjana Universitas Jember telah memberikan bantuan materiil dan fasilitas
untuk menyelesaikan penelitian, Universitas Jember, Perangkat Desa Wonoasri
serta semua pihak yang telah mendukung penyelesaian penelitian yang dilakukan
oleh penulis.
REFERENSI
Firmansyah, M. N. dan Kadarsetia, E. 2010. Penyelidikan potensi banjirbandang di
kabupaten jember jawa timur. Buletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Vol.
5(2):14 – 22.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. 2012. Meningkatkan Kelembagaan dan
Pemberdayaan Masyarakat untuk Mengatasi Masalah Penebangan Liar di
Taman Nasional Meru Betiri. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan
Perubahan Iklim dan Kebijakan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan.
Lastiantoro, C. Y. dan Cahyono, S. A. 2016. Analisis peran pihak dalam pengelolaan
daerah aliran sungai bengawan solo hulu. Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan,
Vol. 13(1): 208 – 212.
SEMINAR NASIONAL DAS PPLH LPPM UNS 2018
<Hendra Andiananta Pradana dkk.>; <Peran Stakeholder dalam Manajemen Risiko Banjir DAS
Sanenrejo, Desa Wonoasri, Kecamatan Tempurejo Kabupaten Jember>
Isa, M. Wajdi, M. F., Syamsudin dan Setyawan, A. A. 2013. Strategi penguatan kapasitas
stakeholder dalam adaptasi dan mitigasi banjir di kota Surakarta. Jurnal
Manajemen dan Bisnis, Vol. 17(2): 99 – 110.
Sudarmawan. 2013. Gambaran umum risiko bencana di provinsi jawa timur dan upaya
penanggulangannya. Surabaya: Badan Penanggulangan Bencana Daerah Jawa
Timur.
Santoso, E. B. 2013. Manajemen risiko bencana banjir kali lamong pada kawasan peri –
urban Surabaya – gresik melalui pendekatan kelembagaan. Jurnal Penataan
Ruang, Vol. 8(1): 48 – 59.
Susatyo, M, Marsono, D., Kusumandari, A. dan Supriyanto, N. 2017. Identifikasi dan
analisis peran stakeholder pengelolan sub das ngrancah berkelanjutan (studi kasus
sub das nracah – kabupaten kulonprogo). Wanatropika, 26 – 43.