Anda di halaman 1dari 15

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/328495486

PERAN STAKEHOLDER DALAM MANAJEMEN RISIKO BANJIR SUB DAS


SANENREJO, DESA WONOASRI, KECAMATAN TEMPUREJO KABUPATEN
JEMBER

Conference Paper · October 2018

CITATIONS READS

0 753

3 authors, including:

Hendra Andiananta Pradana Erwan Bagus Setiawan


Universitas Jember Universitas Jember
29 PUBLICATIONS   31 CITATIONS    3 PUBLICATIONS   1 CITATION   

SEE PROFILE SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Hendra Andiananta Pradana on 25 October 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


SEMINAR NASIONAL DAS PPLH LPPM UNS 2018
<Hendra Andiananta Pradana dkk.>; <Peran Stakeholder dalam Manajemen Risiko Banjir DAS
Sanenrejo, Desa Wonoasri, Kecamatan Tempurejo Kabupaten Jember>

PERAN STAKEHOLDER DALAM MANAJEMEN RISIKO


BANJIR DAS SANENREJO, DESA WONOASRI,
KECAMATAN TEMPUREJO KABUPATEN JEMBER

Hendra Andiananta Pradana, Erwan Bagus Setiawan, Luh Putu Suciati


Program Studi Magister Pengelolaan Sumberdaya Air Pertanian,
Pascasarjana Universitas Jember; Jember 68121
hendraandianantapradana@gmail.com

ABSTRAK
Banjir merupakan salah satu bencana alam yang diakibatkan oleh daya rusak
sumber daya air. Bencana ini berdampak pada kerugian material atau sosial. Desa
Wonoasri, KecamatanTempurejo merupakan salah satu daerah penyangga Taman
Nasional Meru Betiri yang terletak di Daerah Aliran Sungai (DAS) Sanenrejo.
Topografi Desa Tempurejo berbentuk lembah sehingga potensi banjir yang terjadi
cukup tinggi. Wilayah ini sering mengalami banjir di musim hujan yang
mengakibatkan terganggunya aktivitas penduduk dan gagal panen. Banjir diduga
terjadi karena melebarnya Sungai Sanenrejo sehingga tanggul tidak bisa menahan
luapan air saat debitnya tinggi. Oleh sebab itu dilakukan kajian manajemen risiko
untuk antisipasi dan penanggulangan banjir berkelanjutan yang melibatkan
stakeholder dan masyarakat. Penelitian ini menggunakan pendekatan diskriptif
analitif dan kausalitas untuk pengumpulan data dan informasi. Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan observasi lapang, wawancara, dan studi
literatur. Teknik identifikasi fokus isu dan akar permasalahan dilakukan dengan
metode Rapid Rural Appraisal (RRA), Logical Framework Approach (LFA) dan
dilanjutkan dengan analisis stakeholder. RRA dilakukan untuk mengkaji secara
cepat kondisi wilayah rawan banjir di Desa Wonoasri. Hasil RRA menjadi bahan
pertimbangan FGD menggunakan LFA untuk mengidentifikasi penyebab
permasalah banjir di Desa Wonoasri dari berbagai stakeholder. Hasil LFA berupa
fokus isu dan akar permasalahan banjir. Fenomena permasalahan yang menjadi
fokus isu ketika terjadi banjir di Desa Wonoasri adalah aktivitas masyarakat
secara sosial dan ekonomi terganggu ketika banjir. Identifikasi akar permasalahan
banjir adalah keterbatasan peran dinas atau stakeholder setelah bencana terjadi.
Hasil dari LFA digunakan sebagai bahan FGD dengan stakeholder untuk
merumuskan strategi penanggulangan potensi banjir, misal aplikasi biopori,
pembuatan sodetan di Sungai Sanenrejo dan peninggian tanggul. Analisis
stakeholder menunjukkan pihak yang berkepentingan dan berperan besar dalam
manajemen risiko banjir adalah organisasi Desa Tangguh Bencana (DESTANA)
Desa Wonoasri. Namun peran kelembagaan desa perlu penguatan kapasitas
dengan melibatkan pemerintahan Desa Wonoasri dan Badan Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Jember.

Kata kunci: Peran stakeholder, risiko banjir, DAS Sanenrejo, Taman Nasional
Meru Betiri
SEMINAR NASIONAL DAS PPLH LPPM UNS 2018
<Hendra Andiananta Pradana dkk.>; <Peran Stakeholder dalam Manajemen Risiko Banjir DAS
Sanenrejo, Desa Wonoasri, Kecamatan Tempurejo Kabupaten Jember>

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN)
(2016), mengemukakan bahwa laju pertumbuhan penduduk di Indonesia sebesar
1,49% per tahun. Hal ini berdampak pada manifestasi sumber daya alam
khusunya pemanfaatan sumber daya air yang beragam. Selain itu kondisi ini dapat
memberikan tekanan yang lebih besar terhadap kemampuan daya lentig sumber
daya alam. Salah satu permasalah dari tekanan daya lenting tersebut adalah banjir.
Banjir adalah peristiwa tergenangnya daratan yang diakibatkan oleh luapan aliran
air dan merupakan dampak dari bencana hidrometeorologi. Beberapa faktor yang
menyebabkan banjir yaitu pendangkalan sungai, berkuragnya daerah resapan air,
terganggunya fungsi drainase dan peningkatan run off (Lastiantoro dan Cahyono,
2016).
Kabupaten Jember merupakan salah satu wilayah rawan bencana yang ada
di Provinsi Jawa Timur. Menurut Sudarmawan (2013), Indeks Risiko Bencana
yang terjadi di Kabupaten Jember memiliki peringkat 3 pada Provinsi Jawa
Timur. Tinginya potnesi bencana ini terjadi karena curah hujan yang cukup tinggi,
memiliki tingkat kelerengan yang cukup curam (> 40%), minimnya tutupan lahan
baik mikro atau makro dan dekat dengan daerah erupsi gunung berapi
(Firmansyah dan Kadarsetia, 2011). Bencana yang memiliki kala ulangan adalah
banjir genangan atau banjir bandang. Salah satu bencana banjir bandang yang
terjadi di Kecamatan panti memberikan kerugian material berupa kerusakan 264
pemukiman, 98 orang tewas, kerusakan lahan persawahan dan 9 checkdam rusak
(Firmansyah dan Kadarsetia, 2010). Perubahan iklim menjadi tantangan dan
meningkatan potensi bencana alam oleh sebab itu dilakukan pemberdayaan
masyarakat terkait pengelolaan hutan untuk pencegahan bencana (Badan
Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, 2012).
Banjir merupakan salah satu bencana alam yang diakibatkan oleh daya
rusak sumber daya air. Bencana ini berdampak pada korban jiwa dan kerugian
material. Desa Wonoasri, Kecamatan Tempurejo merupakan salah satu daerah
penyangga Taman Nasional Meru Betiri yang terletak di Daerah Aliran Sungai
(DAS) Sanenrejo (Firmansyah dan Kadarsetia, 2010).. Topografi Desa Tempurejo
berbentuk lembah sehingga potensi banjir yang terjadi cukup tinggi. Wilayah ini
sering mengalami banjir di musim hujan yang mengakibatkan terganggunya
aktivitas penduduk dan gagal panen. Banjir diduga terjadi karena melebarnya
Sungai Sanenrejo sehingga tanggul tidak bisa menahan luapan air saat debitnya
tinggi. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengurangi risiko bencana yang
muncul yaitu dengan pembentukan Desa Tangguh Bencana (DESTANA) di Desa
Wonoasri. DESTANA merupakan kader yang dibentuk oleh Badan
Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Jember untuk meningkatkan
kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana yang terjadi. Harapan dari
pembentukan lembaga ini adalah meningkatkan kemampuan masyarakat dalam
menghadapi bencana yang timbul sehingga dapat mengurangi risiko kerugian
yang akan terjadi (Isa dkk. 2013). Oleh sebab itu tujuan dari penelitian ini adalah
kajian manajemen risiko untuk antisipasi dan penanggulangan banjir
berkelanjutan yang melibatkan stakeholder dan masyarakat.
SEMINAR NASIONAL DAS PPLH LPPM UNS 2018
<Hendra Andiananta Pradana dkk.>; <Peran Stakeholder dalam Manajemen Risiko Banjir DAS
Sanenrejo, Desa Wonoasri, Kecamatan Tempurejo Kabupaten Jember>

METODE
Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Wonoasri, Kecamatan Tempurejo
Kabupaten Jember. Wilayah ini merupakan salah satu desa penyangga di Taman
Nasional Meru Betiri. Luas Desa Wonoasri adalah 6.180 km2 dan pada tahun
2009 memiliki jumlah penduduk yaitu 9.606 jiwa. Peta Desa Wonoasri dapat
dilihat pada Gambar 1. Peta tersebut menampilkan garis kontur yang menujukkan
bahwa Desa Wonoasri berbentuk lembah. Oleh sebab itu rawan mengalami banjir
genangan atau luapan dari Sungai Sanenrejo.

Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian yaitu data primer dan sekunder.
Penelitian ini menggunakan pendekatan diskriptif analitif dan kausalitas untuk
pengumpulan data dan informasi. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan
observasi lapang, wawancara, dan studi literatur. Data primer diperoleh dari
wawancara stakeholder yang berada di Desa Wonoasri yaitu perangkat desa,
DESTANA dan masyarakat. Teknik identifikasi fokus isu dan akar masalah
dilakukan dengan metode Rapid Rural Appraisal (RRA), Logical Framework
Approach (LFA) dan dilanjutkan dengan analisis stakeholder. RRA dilakukan
untuk mengkaji secara cepat kondisi wilayah rawan banjir di Desa Wonoasri.
Hasil RRA menjadi bahan pertimbangan FGD menggunakan LFA untuk
mengidentifikasi penyebab permasalah banjir di Desa Wonoasri dari berbagai
stakeholder.
SEMINAR NASIONAL DAS PPLH LPPM UNS 2018
<Hendra Andiananta Pradana dkk.>; <Peran Stakeholder dalam Manajemen Risiko Banjir DAS
Sanenrejo, Desa Wonoasri, Kecamatan Tempurejo Kabupaten Jember>

Gambar 1. Peta desa wonoasri

Focus Group Discussion (FGD)


Metode pelaksaan kegiatan FGD memiliki beberapa tahapan. Metode
kegiatan FGD yang digunakan pertama adalah diskusi untuk mengidentifikasi
masalah berdasarkan isu-isu yang terjadi untuk merumuskan masalah. Perumusan
masalah dilakukan dengan cara diskusi antar peserta yang dipandu oleh fasilitator.
Setelah perumusan masalah, fasilitator mengelompokkan masalah dengan metode
F\fish bone atau sirip ikan. Peserta FGD dipandu oleh fasilitator mendiskusikan
keterkaitan antara masalah dan penyebab masalah menggunakan Logical
Framework Analisys (LFA) diatas lembar kertas karton. Berikut merupakan
langkah-langkah pelaksanaan kegiatan FGD:
a) kunjungan awal meliputi pemberitahuan, pengumpulan data sekunder,
penentuan informan kunci dan responden dan penentuan peserta FGD;
b) observasi lapang penelusuran obyek meliputi wawancara informal dengan
responden dan menggunakan quisioner;
c) pertemuan FGD meliputi penentuan lokasi dan peserta, penjelasan
maksud pertemuan dan menggunakan kertas peraga berdasar Rekapituasi
FGD;
d) proses pertemuan meliputi invetarisasi masalah, mencari solusi dan
mencari skala prioritas permasalahan.

Analisis Stakeholder
Terdapat dua tahapan untuk mengidentifikasi dan menganalisis stakeholder antara
lain:
SEMINAR NASIONAL DAS PPLH LPPM UNS 2018
<Hendra Andiananta Pradana dkk.>; <Peran Stakeholder dalam Manajemen Risiko Banjir DAS
Sanenrejo, Desa Wonoasri, Kecamatan Tempurejo Kabupaten Jember>

a) Identifikasi dan pembuatan daftar stakeholder yang terlibat dalam


penanganan serta pengelolaan banjir di desa wonoasri. Klasifikasi
stakeholder berdasarkan pada keterlibatan dalam penanganan maupun
mitigasi bencana banjir di desa wonoasri dan dibagi dalam kataori, primer
sekunder dan tersier
b) Analisis peran, kepentingan dan pengaruh stakeholder penting dalam
pengelolaan banjir di desa wonoasri. Identifikasi stakeholder didasarkan
pada:
1) karakteristik status sosial dan ekonomi, struktur organisasi,tugas
dan tanggung jawab;
2) masalah: kebutuhan, ketertarikan, tujuan
3) potensi: sumberdaya yang dimiliki, pengetahuan, pengalaman
4) keterlibatan dalam pelaksanaan program kegiatan: manfaat,
dukungan, resistensi;
Pengelompokan setiap stakeholder penting yang terlibat dalam
penanganan serta pengelolaan banjir di desa wonoasri ditinjau berdasarkan dari
segi pengaruh dan kepentingannya, sehingga mempengaruhi kesuksesan dalam
pelaksanaan program kegiatan. Stakeholder akan dipetakan dan ditampilkan
menjadi sebuah matriks disajikan pada gambar 2.

A. Ketertarikan/kepentingan Tinggi B. Kepentingan Tinggi (high


(high interset/ importance) dan importances) dan pengaruh tinggi
pengaruh rendah (low influence) (high influence)
Tinggi

Stakeholder ini menghendaki Stakeholder ini yang paling perlu


adanya inisiatif untuk dilibatkan dilibatkan untuk bekerjasama dalam
agar kepentingan mereka terlindungi pelaksanaan program kegiatan
Kepentingan
D. Ketertarikan/kepentingan rendah C. Ketertarikan/kepentingan rendah
(Low Interest/ importance). (low interest/ importance), rendah
Pengaruhnya rendah (low influence) (lowinterest/ importance),
pengaruhnya tinggi (high influence)

Rendah Stakeholder tersebut perlu


dipertimbangkan untuk dilibatkan Stakeholder tersebut dapat
dalam pelaksanaan program mempengaruhi dampak dari
kegiatan pelaksanaan program kegiatan

Rendah Pengaruh Tinggi

Gambar 2. Matrik stakeholder berdasarkan kepentingan pengaruh

HASIL
Berikut ini merupakan hasil LFA yang disajikan pada gambar 2 dan tabel.
1. Logical Framework Analysis (LFA) merupakan metode untuk mengidentifikasi
keterkaitan permasalah untuk menentukan fokus isu dan akar permasalahan.
Fokus isu merupakan komponen hasil RRA yang dikenai anak panah paling
banyak. Akar permasalahan adalah komponen hasil RRA yang paling banyak
SEMINAR NASIONAL DAS PPLH LPPM UNS 2018
<Hendra Andiananta Pradana dkk.>; <Peran Stakeholder dalam Manajemen Risiko Banjir DAS
Sanenrejo, Desa Wonoasri, Kecamatan Tempurejo Kabupaten Jember>

anak panah yang keluar. Berdasarkan intepretasi LFA pada tabel 1 diperoleh
fokus isu adalah aktivitas masyarakat terganggu saat terjadi banjir dan akar
permsalahan adalah peran dinas terkait terbatas setelah bencana banjir terjadi.

Gambar 2. Hasil logical framework analysis (LFA)

Tabel 1. Hasil LFA bencana bajir di Desa Wonoasri


Jumlah panah Jumlah panah
No. Permasalahan
masuk keluar
1 Banjir dari sungai mayang 3 3
2 Petani gagal panen karena banjir 4 -
3 Peran dinas terbatas setelah bencana - 7**
4 Kurang dukungan dari desa dan dinas terkait - 5
5 Tanggul di utara dusun kraton belum mampu 1 2
menahan luapan air
6 Kegiatan destana terbatas ketika bencana 2 -
datang
7 Belum ada tanggul di dusun curahlele 4 3
8 Sempitnya saluran drainase 3 1
9 Belum ada upaya mengatasi lahan kritis di hulu 1 2
10 Kegiatan masyarakat terbatas membersihkan 1 1
drainase
11 Alih fungsi rawa menjadi bangunan yang 2 3
mengabaikan drainase
12 Aktifitas masyarakat terganggu ketika banjir 5* -
13 Kontribusi masyarakat terbatas secara natura 1 2
dan tenaga

*Fokus isu dan **akar permasalahan


SEMINAR NASIONAL DAS PPLH LPPM UNS 2018
<Hendra Andiananta Pradana dkk.>; <Peran Stakeholder dalam Manajemen Risiko Banjir DAS
Sanenrejo, Desa Wonoasri, Kecamatan Tempurejo Kabupaten Jember>

PEMBAHASAN
Analisis Hasil Logical Framework Analysis dan Focus Group Discussion (FGD)
Kegiatan observasi RRA serta diskusi dengan warga masyarakat terdampak
banjir dan pengurus DESTANA (Desa Tangguh Bencana) dilanjutkan dengan
kegiatan FGD dengan Dinas Terkait (BPBD Kab. Jember, TN Meru Betiri, Dinas
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kab. Jember, Civitas Akademika Universitas
Jember, dan Pengurus Desa) untuk menggali informasi berbagai program dan
kendala yang dihadapi. Focus Group Discussion (FGD) bertujuan mengetahui
akar masalah dan fokus isu benca banjir yang terjadi di Desa Wonoasri
Kecamatan Tempurejo Kabupaten Jember. FGD dilakukan di Balai Desa
Wonoasri dan dihadiri oleh bebagai sumber informasi, antara lain Bapak Widi
selaku PJS Kepala BPBD Kab. Jember, Bapak Kholid Indarto selaku Kepala TN
Meru Betiri, perangkat desa, pengurus DESTANA, Dosen Prodi Pengelolaan
Sumber Daya Air Pertanian, dan warga masyarakat terdampak.
Hasil diskusi dengan berbagai narasumber yang berkompeten di bidangnya
masing-masing dan para pelaku korban terdampak (masyarakat) berdiskusi dan
memberikan informasi adanya beberapa permasalahan yang timbul akibat banjir.
Permasalahan-permasalahan yang diutarakan dalam FGD dilanjutkan dengan
mencari keterkaitan antar masalah sehingga ditemukan akar permasalahan dan
fokus isu pengelolaan potensi bencana banjir di desa Wonoasri Kec. Tempurejo
Kab. Jember. Metode analisis LFA (Logical Framework Analysis) digunakan
untuk mengkaji fokus isu dan akar masalah tersebut.
Hasil diskusi dan brainstorming untuk mencari keterkaitan antar masalah,
memunculkan beberapa permasalahan utama yang dihadapi oleh masyarakat.
Selanjutnya akan ditentukan akar masalah yang merupakan sumber bencana.
Karakteristik akar permasalahan adalah permasalahan yang banyak menjadi
penyebab permasalahan lain. Identifikasi fokus isu merupakan permasalahan yang
menjadi akibat dari beberapa permasalahan. Mekanisme metode LFA adalah
mengidentifikasi permasalahan pembangunan pertanian yang dihadapi pelaku
pertanian dengan menuliskan pada kertas metaplan yang telah disediakan.
Permasalahan yang telah dituliskan oleh peserta FGD diklasifikasi berdasarkan
jenis pertanyaan yang didiskusikan keterkaitan antar masalah melalui diskusi
bersama-sama.
Klasifikasi permasalahan sesuai tabel 1. dituliskan pada papan putih guna
melanjutkan diskusi brainstorming untuk menggali keterkaitan atas dasar
hubungan antar kotak masalah. Hubungan kotak masalah yang menjadi penyebab
kotak masalah lain akan dikaji pada setiap permasalahan pembangunan pertanian.
Penentuan arah panah baik keluar atau pun masuk yang menjelaskan sebab akibat
suatu permasalahan. Penentuan arah keluar dan masuk sebagai sebab akibat
merupakan hasil diskusi dan kesepakatan bersama. Langkah selanjutnya adalah
menghitung panah masuk dan keluar dari masing-masing permasalahan. Hasil
diskusi FGD menggunakan metode LFA pada tabel 1. diketahui fokus isu
permasalahan banjir di desa Wonoasri adalah aktifitas masyarakat terganggu
ketika banjir (dibuktikan dengan jumlah 5 panah masuk). Identifikasi akar
permasalahan permasalahan banjir di desa wonoasri adalah peran dinas terbatas
setelah bencana (7 panah keluar). Keterkaitan antar masalah pembangunan
pertanian diilustrasikan pada gambar 2.
SEMINAR NASIONAL DAS PPLH LPPM UNS 2018
<Hendra Andiananta Pradana dkk.>; <Peran Stakeholder dalam Manajemen Risiko Banjir DAS
Sanenrejo, Desa Wonoasri, Kecamatan Tempurejo Kabupaten Jember>

Beberapa permasalahan yang diutarakan ketika FGD oleh pengurus


DESTANA dan warga masyarakat yang terdampak banjir diketahui hanya
terdapat satu akar masalah dan satu fokus isu. Akar permasalahan banjir yang
utama pada peran dinas yang terbatas setelah bencana karena tidak ada tindakan
preventif secara nyata untuk menanggulangi dan mencegah banjir untuk terjadi.
Hal ini berarti perbaikan pengelolaan potensi bencana (khususnya banjir) perlu
lebih diprioritaskan. Pembangunan tanggul dan perbaikan kondisi hulu dari DAS
Sanenrejo sangat diperlukan, dimana dengan adanya perbaikan di wilayah hulu
akan mengurangi flashflood (banjir limpasan) sehingga sungai tidak meluap dan
pembangunan tanggul dapat membentengi aliran air agar tidak sampai masuk ke
areal pemukiman masyarakat (Santoso, 2013).
Banjir membawa beberapa permasalahan yang sangat mengganggu
aktifitas masyarakat. Ketika banjir banyak sumber air bersih warga (di sumur)
menjadi keruh, areal persawahan tergenang sehingga menjadi gagal panen dan air
masuk ke dalam rumah warga. Menurut penuturan dari pengurus DESTANA
sekitar beberapa tahun yang lalu wilayah sekitar jalan utama merupakan wilayah
rawa-rawa dan sekarang berubah fungsi menjadi pertokoan atau rumah-rumah
warga. Perubahan fungsi tersebut memberikan dampak berkurangnya areal
“parkir” air sehingga air menjadi “melompat” dan masuk ke rumah-rumah warga.
Pembangunan saluran drainase sebenarnya telah dibuat akan tetapi ukurannya
sempit (karena adanya keengganan warga dalam memberikan tanahnya untuk
saluran drainase) dan akibatnya daya tampungnya tidak cukup untuk mengalirkan
air dari banjir, sehingga air menjadi menggenang dan dari penuturan warga air
menggenang sampai 2 hari.
Perlunya kesadaran dari stakeholder baik dari dinas – dinas terkait maupun
partisipasi warga masyarakat sangat diperlukan untuk menyelesaikan
permasalahan banjir tersebut. Kecenderungan perilaku dari warga masyarakat
sendiri kurang aktif dalam penanggulangan banjir, dimana partisipasi masyarakat
hanya pada kegiatan membersihkan saluran drainase saja. Bentuk partisipasi
masyarakat terbatas secara natura dan tenaga saja sehingga output yang
diharapkan menjadi kurang.
DESTANA merupakan organisai dibawah desa yang dibentuk oleh BPBD
Kab. Jember yang bertugas untuk menanggulangi dan mengelola bencana di Desa
Wonoasri. Kinerja dari DESTANA sangat tergantung pada alokasi dana dari desa
yang seringkali “macet” sehingga beberapa program dari DESTANA menjadi
terhambat. Upaya menarik iuran untuk mitigasi bencana juga sangat sulit
dilakukan, kecenderungan masyarakat sulit untuk diajak iuran dalam bentuk uang,
akan tetapi masyarakat lebih suka memberikan bantuan dalam bentuk natura
(makanan dan minuman) dan tenaga.
Hasil brainstorming menggunakan metode LFA diketahui bahwa fokus isu
permasalahan banjir adalah aktifitas masyarakat terganggu. Beberapa
penyebabnya antara lain belum ada penanganan lahan kritis di daerah hulu,
adanya alih fungsi rawa menjadi pemukiman, drainase yang sempit, belum adanya
tanggul di Dusun Curahlele dan adanya banjir kiriman dari sungai Mayang.
Permasalahan tersebut menjadi penyebab langsung banjir terjadi di desa
Wonoasri. Pada saat FGD ditawarkan solusi penanggulangan banjir dengann cara
menahan air agar tidak mengalir, yaitu dengan cara pembuatan biopori dan sumur
resapan secara masal sehingga infiltrasi air kedalam tanah menjadi cepat,
SEMINAR NASIONAL DAS PPLH LPPM UNS 2018
<Hendra Andiananta Pradana dkk.>; <Peran Stakeholder dalam Manajemen Risiko Banjir DAS
Sanenrejo, Desa Wonoasri, Kecamatan Tempurejo Kabupaten Jember>

perbaikan ekosistem di hulu dan wilayah riparian sungai juga haru dilakukan,
pembangunan areal pemukiman seharusnya memperhatikan aspek tataguna lahan
sehingga tidak mengakibatkan adanya bencana dikemudian hari (Lastiantoro dan
Cahyono, 2016).
Identifikasi akar masalah dan fokus isu permasalahan banjir di desa
Wonoasri mengindikasikan bahwa perhatian para pemangku kepentingan
hendaknya lebih fokus ke akar masalah. Peningkatan peran dinas terkait dalam
penanggulangan bencana terutama banjir harus menjadi prioritas. Peningkatan
peran serta warga dalam perbaikan drainase maupun pembuatan biopori untuk
setiap rumah dapat menjadi alternatif. Dibutuhkan partisipasi secara total dari
masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya (stakeholder) dalam penyelesaian
masalah banjir di desa Wonoasri.

Analisis stakeholder
Identifikasi Stakeholder
Pengelolaan Banjir di Desa Wonoasri Kabupaten Jember melibatkan
banyak pihak/stakeholder. Masing-masing stakeholder mempunyai peran dan
kepentingan yang berbeda-beda terkait pengelolaan banjir di Desa Wonoasri.
Peranan dan kepentingan ini tergantung pada tugas pokok dan fungsinya masing –
masing. Secara garis besar stakeholder dapat digolongkan kedalam stakeholder
dari unsur pemerintah, swasta, perguruan tinggi, LSM (Lembaga Swadaya
Masyarakat)/ Lembaga Non Pemerintah (Susatyo dkk. 2017).
Berdasarkan hasil identifikasi gambaran umum wilayah dan permasalahan
banjir di Desa Wonoasri terdapat beberapa stakeholder yang terlibat, berperan dan
berkepentingan. Pihak – pihak tersebut yaitu Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Jember, Taman Nasional Meru Betiri, Badan Penangulangan Bencana Daerah
Kabupaten Jember, DESTANA Desa Wonoasri, Perangkat Desa Wonoasri,
Masyarakat Desa Wonoasri, Kelompok Tani Lahan Rehab, dan Universitas
Jember. Dalam kegiatan pengelolaan banjir di desa wonoasri, masing-masing
stakeholder mempunyai tingkat keterlibatan yang berbeda-beda. Klasifikasi
stakeholder berdasarkan keterlibatannya dalam pengelolaan banjir di desa
wonoasri dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Klasifikasi stakeholder dalam pengelolaan banjir di desa wonoasri


No. Stakeholder Klasifikasi Stakeholder
1 Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kabupaten primer
Jember
2 Taman Nasional Meru Betiri Sekunder
3 Badan Penangulangan Bencana Daerah Kabupaten primer
Jember
4 DESTANA Desa Wonoasri primer
5 Perangkat Desa Wonoasri primer
6 Masyarakat Desa Wonoasri primer
7 Kelompok Tani Lahan Rehab sekunder
8 Universitas Jember tersier

Berdasarkan identifikasi dan hasil klasifikasi stakeholder pada tabel 2.,


terdapat 5 primer, 2 sekunder dan 1 tersier. Kategori stakeholder primer (utama):
yang termasuk dalam kategori ini antara lain adalah para pihak yang tergantung
pada sumberdaya (resources) atau jasa (service) yang terkait langsung dengan
SEMINAR NASIONAL DAS PPLH LPPM UNS 2018
<Hendra Andiananta Pradana dkk.>; <Peran Stakeholder dalam Manajemen Risiko Banjir DAS
Sanenrejo, Desa Wonoasri, Kecamatan Tempurejo Kabupaten Jember>

pelaksanaan program pengelolaan banjir atau yang paling banyak menerima


dampak/manfaat dari program penanganan banjir. Kategori sekunder: adalah para
pihak yang menjadi perantara, mitra (partner) dalam proses pemberian jasa
(service) atau bantuan kepada stakeholder utama. Kategori tersier: adalah para
pihak yang tidak terlibat atau terpengaruh langsung dalam pelaksanaan program
pengelolaan DAS tetapi dapat mempengaruhi pihak lain dalam pengelolaan DAS
yang dilaksanakan.

Analisis Peran, Kepentingan dan Pengaruh Stakeholder


Berdasarkan peranan dan fungsinya dalam pengelolaan banjir didesa
wonoasri, secara garis besar stakeholder tersebut bisa dibedakan menjadi 2, yaitu
peran dan fungsi informal maupun formal (Lastiantoro dan Cahyono, 2016). Peran
dan fungsi informal terdiri atas para pihak yang terlibat dalam penggunaan ruang
dan sumberdaya alam dalam wilayah DAS Sanenrejo, sedangkan peran dan fungsi
formal dalam hal ini Pemerintah. Berikut ini merupakan penjelasan mengenai
peran/tupoksi stakeholder yang dianggap penting dalam pengelolaan banjir di
Desa Wonoasri.
a) Instansi pemerintahan
1) Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kabupaten Jember
Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten/kota memiliki beberapa tugas dan
fungsi. Fungsinya yaitu merumuskan kebijakan teknis di bidang lingkungan hidup
dan konservasi, pelaksanaan pembinaan kewenangan di bidang lingkungan hidup,
pengendalian dampak lingkungan, pengelolaan kualitas air dan pengendalian
pencemaan air, pengelolaan kualitas udara dan pengendalian pencemaran udara,
pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan pesisir, laut dan danau,
pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan tanah akibat kebakaran hutan
dan/atau lahan, pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan tanah untuk
kegiatan biomassa; penanggulangan pencemaran dan kerusakan akibat bencana
alam, pembinaan dan pengawasan Standar Nasional Indonesia dan standar
kompetensi personil bidang lingkungan hidup, pengembangan perangkat ekonomi
lingkungan, penerapan sistem manajemen lingkungan hidup, ekolabel, produksi
benih dan teknologi berwawasan lingkungan; pelakasanaan kerjasama
internasional di bidang lingkungan hidup, pemberian pelayanan lingkungan hidup;
penegakan hukum lingkungan, pelaksanaan pengendalian perubahan iklim dan
perlindungan atmosfir; penyediaan laboratorium lingkungan, pelaksanaan
pendidikan dan pelatihan di bidang lingkungan hidup, pelaksanaan pengawasan
dan evaluasi kegiatan, penyusunan dan penyampaian laporan kegiatan.
2) Perangkat Desa Wonoasri
Perangkat Desa mempunyai tugas menyelenggarakan urusan
pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan. Kepala Desa mempunyai
wewenang dalam melaksanakan tugasnya. Kepala Desa bertugas untuk memimpin
penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan kebijakan yang ditetapkan
bersama BPD, Mengajukan rancangan peraturan desa, menetapkan peraturan desa
yang telah mendapat persetujuan bersama BPD, menyusun dan mengajukan
rancangan peraturan desa mengenai APBDesa untuk dibahas dan ditetapkan
bersama BPD, membina kehidupan masyarakat desa, membina perekonomian
desa, mengkoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif, mewakili
desanya di dalam dan di luar pengadilan dan dapat menunjuk kuasa hukum untuk
SEMINAR NASIONAL DAS PPLH LPPM UNS 2018
<Hendra Andiananta Pradana dkk.>; <Peran Stakeholder dalam Manajemen Risiko Banjir DAS
Sanenrejo, Desa Wonoasri, Kecamatan Tempurejo Kabupaten Jember>

mewakilinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan melaksanakan


wewenang lain sesuai dengan peraturan perundang- undangan.
3) Badan Penangulangan Bencana Daerah Kabupaten Jember
BPBD sebagaimana dimaksud diatas, mempunyai tugas : menetapkan
pedoman dan pengarahan terhadap usaha penanggulangan bencana yang
mencakup pencegahan bencana, penanganan darurat, rehabilitasi, serta
rekonstruksi secara adil dan setara; menetapkan standarisasi, serta kebutuhan
penyelenggaraan penanggulangan bencana berdasarkan Peraturan Perundang-
undangan; menyusun, menetapkan dan menginformasikan peta rawan bencana;
menyusun dan menetapkan prosedur tetap penanganan bencana; melaporkan
penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada Kepala Daerah setiap bulan
sekali dalam kondisi normal dan setiap saat dalam kondisi darurat bencana;
mengendalikan pengumpulan dan penyaluran uang dan barang, serta
mempertanggungjawabkan penggunaannya; mempertanggungjawabkan
penggunaan anggaran yang diterima dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah; dan melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan Peraturan Perundang-
undangan. Dalam menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud diatas, BPBD
mempunyai fungsi : perumusan dan penetapan kebijakan penanggulangan
bencana dan penanganan pengungsi dengan bertindak cepat dan tepat, efektif dan
efisien; pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana secara
terencana, terpadu dan menyeluruh; pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh
Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Tabel 3. Analisis stakeholder penanggulangan banjir berkelanjutan di Desa Wonoasri


No Stakeholder Karakteristik Masalah/ Potensi Keterlibatan
Kebutuhan/ dalam program
Ketertarikan
untuk terlibat
Primer
1 Dinas Perumus Berkewajiban Berpengalaman Pembina,
Lingkungan kebijakan dalam menjaga dalam penilaian, pemantau,
Hidup dan teknis di kelestarian pengawasan dan pengendali,
Kehutanan bidang lingkungan pengendalian pemulihan
Kabupaten lingkungan sehingga sangat permasalahan terkait bidang
Jember hidup berkepentingan lingkungan lingkungan
terhadap hidup. hidup
masalahmasalah
lingkungan
hidup
2 Perangkat Desa Berkewajiban Kapasitas dalam Berpengaruh Aktor
Wonoasri membuat membuat terhadap perencana dan
dalam perencanaan kelancaran koordinator
pembangunan kegiatan pelaksanaan pelaksana
dan pembangunan kegiatan dan program
pengembangan dan program di tingkat desa
desa pengembangan tingkat desa
desa yang
berbasis pada
rencana
pengelolaan
DAS Sanenrejo
masih kurang
3 Badan Berkewajiban Jumlah tenaga Berpengalaman Membeberikan
SEMINAR NASIONAL DAS PPLH LPPM UNS 2018
<Hendra Andiananta Pradana dkk.>; <Peran Stakeholder dalam Manajemen Risiko Banjir DAS
Sanenrejo, Desa Wonoasri, Kecamatan Tempurejo Kabupaten Jember>

Penangulangan untuk manusia dan dalam masalah edukasi dan


Bencana Daerah menanggulangi perlatan masih penganggulangan pelatihan
Kabupaten bencana alam kurang sehingga dan mitigasi kepada warga
Jember dan non-alam masih banyak bencana untuk tangguh
yang belum terhadap
tertangani bencana dan
secara maksimal membentuk
DESTANA di
setiap desa
untuk
menambah
relawan-
relawan BPBD
4 DESTANA Relawan- Kapasitas dalam mengetahui Aktor
Desa Wonoasri relawan lokal/ membuat karakteristik lapangan
desa yang perencanaan bencana yang dalam
bertugas untuk kegiatan dan terjadi di penanganan
menghadapi pengembangan daerahnya bencana di
bencana program sangat desa
terbatas
5 Masyarakat Menerima Pemanfaatan Kearifan lokal Penerima
Desa Wonoasri manfaat sumberdaya terkait konservasi manfaat utama
langsung/ tidak hutan dan lahan sumberdaya dan dampak
langsung dari untuk hutan dan lahan dari adanya
program pemenuhan program
kegiatan kebutuhan kegiatan
pengelolaan ekonominuya pengelolaan
banjir banjir
Sekunder
1 Taman Nasional Berwenang Berkontribusi Kemampuan Pengelola dan
Meru Betiri merumuskan dalam dalam hal koordinator
kebijakan pengelolaan pengelolaan teknis terlait
dalam bidang DAS Sanenrejo sumberdaya sumberdaya
konservasi mengingat hayati dan hayati,
flora dan fauna adanya ancaman ekosistem ekosistem
terutama di terhadap serta kawasan
kawasan kelestarian konservasi
konservasi sumberdaya
hayati dan
ekosistemnya
2 Kelompok Tani petani yang Keterbatasan Berpotensi Turut
Lahan Rehab memanfaatkan keahlian dalam menimbulkan berkontribusi
daerah hulu membuat tata kerusakan pada dalam
DAS tanam yang daerah hulu pengelolaan
Sanenrejo berkelanjutan daerah hulu
DAS
Sanenrejo
meskipun
tidak secara
langsung
Tersier
1 Universitas Misi Keterbatasan Kompetensi pada Kolaborasi dan
Jember pendidikan dan dana, koordinasi studi, survey dan kerjasama
riset dan kolaborasi penelitian dalam kegiatan
studi/ riset
pengelolaan
banjir
SEMINAR NASIONAL DAS PPLH LPPM UNS 2018
<Hendra Andiananta Pradana dkk.>; <Peran Stakeholder dalam Manajemen Risiko Banjir DAS
Sanenrejo, Desa Wonoasri, Kecamatan Tempurejo Kabupaten Jember>

Analisis stakeholder pengelolaan banjir Desa Wonoasri berdasarkan


pemetaan tingkat kepentingan dan pengaruh dapat dibedakan menjadi : 1)
stakeholder dengan tingkat kepentingan dan kekuatan pengaruhnya yang tinggi
(antara lain DESTANA Desa Wonoasri) , 2) stakeholder dengan tingkat
kepentingan tinggi dan kekuatan pengaruhnya yang rendah (antara lain: Dinas
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kabupaten Jember, Taman Nasional Meru
Betiri, Badan Penangulangan Bencana Daerah Kabupaten Jember, Perangkat Desa
Wonoasri) , 3) stakeholder dengan dengan tingkat kepentingan rendah tetapi
kekuatan pengaruhnya tinggi (Masyarakat Desa Wonoasri, Kelompok Tani Lahan
Rehab) , 4) stakeholder dengan tingkat kepentingan dan kekuatan pengaruhnya
yang rendah (antara lain Universitas Jember). Berdasarkan pengelompokan
stakeholder (karateristik, problem/bebutuhan/ ketertarikan, potensi dan
keterlibatan dalam program) serta analisis peran, kepentingan dan pengaruh
terhadap stakeholder yang dianggap penting dalam pengelolaan banjir di desa
wonoasri, Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kabupaten Jember, Badan
Penangulangan Bencana Daerah Kabupaten Jember, merupakan stakeholder kunci
dalam kelancaran pelaksanaan pengelolaan banjir di Desa Wonoasri.

KESIMPULAN
Hasil dari LFA digunakan sebagai bahan FGD dengan stakeholder untuk
merumuskan strategi penanggulangan potensi banjir untuk mengurangi risiko
yang terjadi dari segi biofisik, misal aplikasi biopori, pembuatan dan
pengembangan sodetan di Sungai Sanenrejo dan peninggian tanggul. Analisis
stakeholder menunjukkan pihak yang berkepentingan dan berperan besar dalam
manajemen risiko banjir adalah organisasi Desa Tangguh Bencana (DESTANA)
Desa Wonoasri. Namun peran kelembagaan desa perlu penguatan kapasitas
dengan melibatkan pemerintahan Desa Wonoasri dan Badan Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Jember.

PENGHARGAAN (acknowledgement)
Peneliti mengucapkan banyak terimakasih kepada segenap civitas
Pascasarjana Universitas Jember telah memberikan bantuan materiil dan fasilitas
untuk menyelesaikan penelitian, Universitas Jember, Perangkat Desa Wonoasri
serta semua pihak yang telah mendukung penyelesaian penelitian yang dilakukan
oleh penulis.

REFERENSI
Firmansyah, M. N. dan Kadarsetia, E. 2010. Penyelidikan potensi banjirbandang di
kabupaten jember jawa timur. Buletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Vol.
5(2):14 – 22.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. 2012. Meningkatkan Kelembagaan dan
Pemberdayaan Masyarakat untuk Mengatasi Masalah Penebangan Liar di
Taman Nasional Meru Betiri. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan
Perubahan Iklim dan Kebijakan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan.
Lastiantoro, C. Y. dan Cahyono, S. A. 2016. Analisis peran pihak dalam pengelolaan
daerah aliran sungai bengawan solo hulu. Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan,
Vol. 13(1): 208 – 212.
SEMINAR NASIONAL DAS PPLH LPPM UNS 2018
<Hendra Andiananta Pradana dkk.>; <Peran Stakeholder dalam Manajemen Risiko Banjir DAS
Sanenrejo, Desa Wonoasri, Kecamatan Tempurejo Kabupaten Jember>

Isa, M. Wajdi, M. F., Syamsudin dan Setyawan, A. A. 2013. Strategi penguatan kapasitas
stakeholder dalam adaptasi dan mitigasi banjir di kota Surakarta. Jurnal
Manajemen dan Bisnis, Vol. 17(2): 99 – 110.
Sudarmawan. 2013. Gambaran umum risiko bencana di provinsi jawa timur dan upaya
penanggulangannya. Surabaya: Badan Penanggulangan Bencana Daerah Jawa
Timur.
Santoso, E. B. 2013. Manajemen risiko bencana banjir kali lamong pada kawasan peri –
urban Surabaya – gresik melalui pendekatan kelembagaan. Jurnal Penataan
Ruang, Vol. 8(1): 48 – 59.
Susatyo, M, Marsono, D., Kusumandari, A. dan Supriyanto, N. 2017. Identifikasi dan
analisis peran stakeholder pengelolan sub das ngrancah berkelanjutan (studi kasus
sub das nracah – kabupaten kulonprogo). Wanatropika, 26 – 43.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai