Jl. Prof. Dr. Hamka Air Tawar Padang 25131, Sumatera Barat, Indonesia
Email: yennie_pratiwi@yahoo.com
Diterima (received): 28 Maret 2018; Direvisi (revised): 26 September 2018; Disetujui untuk dipublikasikan (accepted): 10 Oktober 2018
ABSTRAK
Daerah aliran sungai (DAS) Kuranji adalah DAS terluas diantara 3 DAS lain di Kota Padang, Provinsi
Sumatera Barat. Wilayah DAS tersebut pernah mengalami beberapa kali kejadian banjir bandang, sehingga
perlu diwaspadai kejadian serupa di masa yang akan datang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
karakteristik lahan, mengidentifikasikan tingkat bahaya, mengetahui kerentanan sosial, dalam rangka untuk
menyusun arahan kebijakan mitigasi bencana banjir bandang pada DAS Kuranji. Data yang digunakan adalah
data primer dan sekunder, metode analisis karakteristik lahan adalah analisis spasial dengan tumpang susun
dan tingkat bahaya menggunakan analisis data fisik. Arahan kebijakan mitigasi disusun menggunakan alat
kuesioner dan wawancara, kemudian diolah dengan menggunakan AHP (Analytical Hierarchy Process). Hasil
pertama penelitian ini adalah terdapat tiga kelas karakteristik lahan di DAS Kuranji, yaitu kategori baik (1),
sedang (7), dan buruk (4). Hasil kedua adalah tingkat bahaya banjir bandang terdapat 3 kelas, yaitu kelas
rendah (2), sedang (6), dan tinggi (4). Hasil ketiga adalah tingkat kerentanan sosial bencana banjir bandang
menurut rasio kelamin hanya terdapat 1 kelas yaitu tinggi, dan menurut kelompok umur terbagi 2 kelas yaitu
kerentanan kategori sedang dan kategori tinggi. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, maka hasil
keempat yaitu alternatif kebijakan mengenai kebijakan mitigasi bencana banjir bandang ditinjau dari 3 aspek
yaitu (1) karakteristik lahan, (2) tingkat bahaya banjir bandang, dan (3) kerentanan sosial. Kesimpulan dari
semua hasil adalah arahan kebijakan mitigasi bencana banjir bandang dengan rekayasa biofisik, pengelolaan
DAS terpadu, penataan ruang berbasis bencana, dan pembangunan sistem peringatan dini.
ABSTRACT
Kuranji Watershed is a river flow that divides the Padang City - West Sumatra Province, it is the largest
watershed than 3 existing watersheds. The Watershed was happened more times flash flood, so need to watch
out for similar events in future. This study aims to determine the land characteristics, identify the hazard level,
known the social vulnerability, and the direction of flash flood disaster mitigation policy in the Kuranji
Watershed. The data used are primary and secondary data, an analysis method for land characteristics is
spatial analysis, and hazard level using physical data analysis. The direction of mitigation policy was obtained
by using interview and questionnaire, then analyzed with Analytical Hierarchy Process. The results showed
that there are three classes of the land characteristics in the Kuranji Watershed, good (1), medium (7), and
bad (4). Hazard level of the flash floods there are 3 classes, low class (2), moderate (6), and high (4). The
level of social vulnerability of the flash floods disaster according to gender ratio there is only 1 class that is
high, and by age group are divided into 2 classes, moderate and high level of vulnerability. According to
multicriteria analysis using more aspects, the resulted policy alternative of mitigation policy based on three
aspects are land characteristic, hazard level, and social vulnerability. The direction of the flash floods disaster
mitigation policy in the research location are the form of biophysical engineering, integrated watershed
management, disaster-based spatial planning, and early warning system development.
http://dx.doi.org/10.24895/MIG.2018.20-2.770 87
Majalah Ilmiah Globe Volume 20 No 2 Oktober 2018: 87-98
memiliki frekuensi yang tinggi dan besar jumlah banjir, abrasi pantai, longsor dan gelombang
kerugian yang ditimbulkannya, baik jiwa manusia, pasang (Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir
harta benda, dan infrastruktur, dibandingkan dan Laut [BPSPL], 2011). Daerah Aliran Sungai
bencana lainnya. (Kodoatie & Sjarief, 2005). Kuranji adalah aliran sungai yang membelah Kota
Banjir bandang (flash flood) adalah limpasan Padang, sungai ini berhulu pada sekitar Bukit
air keluar alur sungai karena debit sungai yang Barisan antara Kabupaten Solok dengan Kota
membesar tiba-tiba melampaui kapasitas aliran. Padang, dan bermuara di Samudera Hindia. Sering
Limpasan tersebut terjadi dengan cepat melanda terjadinya curah hujan dengan intensitas yang
daerah-daerah rendah, di lembah sungai-sungai, tinggi, serta faktor manusia yang menyebabkan
dan daerah cekungan. Maryono & Prajarto, (2005) perubahan karakteristik terutama pada daerah hulu
mengatakan bahwa banjir bandang bisa terjadi menjadikan air dari aliran DAS Kuranji ini pada
akibat keseimbangan statik antara gaya geser yang musim hujan sering meluap, dan menyebabkan
ditimbulkan oleh aliran lebih besar dari gaya geser banjir pada kawasan sekitarnya. Jariyah & Pramono
massa sedimen yang menahannya (Utama, Lusi. (2013) mengatakan, beberapa hal yang penting
dan Naumar, 2015). Karena massa yang mengalir akan kelesatrian DAS diantaranya ditentukan oleh
ini mempunyai percepatan maka ketinggian dan pola perilaku masyarakat, keadaan sosial-ekonomi,
kecepatannya akan selalu bertambah, dan pada dan pengelolaan (institutional arrangement).
tingkat batas tertentu keadaan menjadi tidak stabil Langkah yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
sehingga massa sedimen terangkat dengan cepat. kapasitas masyarakat dan mengurangi kerentanan
Banjir bandang terjadi karena tanah dan (Wahyuni & Azmeri, 2015), yaitu peraturan khusus
tanaman sudah jenuh air, sehingga begitu hujan dalam mendirikan bangunan (building codes),
terjadi, air langsung mengalir menuju sungai. memiliki pusat informasi bencana, mengadakan
Keadaan tersebut ditambah dengan curah hujan kegiatan penyuluhan dan sosialisasi, membuat
yang besar, sehingga akan menimbulkan banjir kurikulum bencana di sekolah-sekolah dan
bandang. Banjir bandang merupakan bencana yang mengadakan simulasi bencana, dan
sifatnya cepat dan membawa material tanah mengembangkan kembali kearifan lokal yang dapat
(berupa lumpur), batu, dan kayu (Adi & Thamrin, dijadikan sebagai peringatan dini terhadap bencana
2013). Banjir yang bercampur lumpur, kerikil, banjir bandang. Daerah Aliran Sungai Kuranji
bongkahan batuan, serta limbah kayu, mempunyai adalah DAS terluas dibandingkan dengan 3 DAS
daya rusak yang sangat dahsyat karena menerjang lain yang ada. Berdasarkan hasil pengolahan,
kawasan permukiman perkotaan sehingga diketahui DAS Kuranji secara keseluruhan
prasarana maupun infrastruktur menjadi porak mencakup luasan 181 km2 dan panjang sungai 25,8
poranda (Rahardjanto, 2012). Bencana banjir km.
bandang memiliki karakter waktu puncak hidrograf Saat kondisi hujan lebat dan terus menerus,
banjir yang kurang dari 6 jam (Azmeri, Fatimah, seperti yang terjadi pada tahun 1988, 2008, dan
Herawati, Sundary, & Isa, 2017; Azmeri & Sundary, 2011 (Data Balai Wilayah Sungai Sumatera V,
2013). Banjir bandang yang terjadi (sebagai contoh Padang), dan yang terkini pada tanggal 24 Juli 2012
kawasan Kali Sampean Bondowoso) dapat dan 12 September 2012, telah terjadi banjir luar
dikarenakan kurangnya kesadaran masyarakat biasa di DAS Kuranji Kota Padang yang
akan dampak yang dilakukan, kurangnya sosialisasi menenggelamkan kawasan pemukiman,
pemerintah dalam pelestarian lingkungan sehingga persawahan, dan menghancurkan berbagai fasilitas
banyak terjadi pelanggaran yang dilakukan oleh penting seperti sekolah, jembatan dan badan jalan.
masyarakat, dan tidak adanya antisipasi dari Terkait dengan permasalahan banjir bandang yang
pemerintah akan adanya bahaya (hazard), ada tersebut, sehingga perlu diwaspadai kejadian
sehingga dampak yang dihasilkan dari bencana serupa di masa yang akan datang. Perlu dilakukan
tersebut menjadi sangat besar (Utomo & Supriharjo, kajian berupa upaya mitigasi untuk meminimalisir
2012). Banjir bandang tentunya dapat merusak resiko dan dampak kerugian jiwa dan materi.
lahan pertanian, menghancurkan jembatan dan Tujuan penelitian ini adalah menganalisis
rumah, serta sering menelan korban (Sahara, karakteristik lahan, mengidentifikasi tingkat bahaya
Istijono, & Sunaryo, 2013). Dampak lain berupa banjir bandang, menganalisis kerentanan sosial
bencana sekunder yang dapat terjadi pasca terhadap bencana banjir bandang, serta
kejadian banjir bandang adalah banyaknya menganalis arahan kebijakan mitigasi bencana
pengangguran karena kehilangan mata banjir bandang pada DAS Kuranji Kota Padang.
pencaharian, terserangnya penyakit akibat kurang Arahan kebijakan Mitigasi Bencana Banjir Bandang
sanitasi dan ketersediaan air bersih (Maulana & di DAS Kuranji Kota Padang diperoleh dengan
Wulan, 2015). pemilihan prioritas arahan kebijakan yang dilakukan
Kota Padang adalah Ibu Kota Provinsi melalui penyeleksian alternatif kebijakan yang ada.
Sumatera Barat yang terletak pada bagian pantai Hal tersebut dijadikan sebagai prioritas arahan
barat Pulau Sumatera dan berhadapan langsung kebijakan mitigasi bencana banjir bandang
dengan Samudera Hindia. Kondisi morfologis Kota
METODE
Padang memiliki morfologi yang kompleks, telah
menyebabkan tingginya potensi bencana geologi Penelitian ini termasuk jenis penelitian
dan hidrometeorologi seperti gempabumi, tsunami, deskriptif. Data yang digunakan adalah data primer
88
Arahan Kebijakan Mitigasi Bencana Banjir Bandang Pada Daerah Aliran Sungai (DAS)………………………..……………(Yennie et al.)
89
Majalah Ilmiah Globe Volume 20 No 2 Oktober 2018: 87-98
90
Arahan Kebijakan Mitigasi Bencana Banjir Bandang Pada Daerah Aliran Sungai (DAS)………………………..……………(Yennie et al.)
91
Majalah Ilmiah Globe Volume 20 No 2 Oktober 2018: 87-98
Tabel 6. Hasil perhitungan interval tingkat bahaya banjir Mitigasi Bencana Banjir Bandang di DAS Kuranji
Bandang. Kota Padang diperoleh dengan pemilihan prioritas
Tingkat Bahaya Banjir arahan kebijakan yang dilakukan melalui
Kelas Interval
Bandang penyeleksian alternatif kebijakan yang ada. Hal
I <3,35 Rendah tersebut dijadikan sebagai prioritas arahan
II 3,35-4,1 Sedang
III >4,1 Tinggi kebijakan mitigasi bencana banjir bandang,
Sumber: Dibyosaputro, (2016) dilakukan dengan menggunakan Metode AHP.
Proses analisis dengan AHP dikembangkan
Tabel 7. Indikator kerentanan sosial bencana banjir oleh seorang ahli matematika bernama Dr. Thomas
bandang. L. Saaty pada tahun 1970-an (Sudamara et al.,
Kelas 2012). AHP merupakan sistem pembuat keputusan
No. Parameter
Rendah Sedang Tinggi dengan menggunakan model matematis. AHP
Kepadatan merupakan suatu teori tentang pengukuran untuk
500-
1 Penduduk 500 >1.000
(Jiwa/Km2)
1.000 menemukan skala rasio, baik dari perbandingan
2 Rasio Umur (%) 20 20-40 >40 berpasangan yang diskrit maupun kontinyu
3 Jenis Kelamin (%) 20 20-40 >40 (Darmanto, Latifah, & Susanti, 2014). Program ini
Sumber: modifikasi dari BNPB (2012) membantu dalam menentukan prioritas dari
berbagai kriteria dengan melakukan analisa
Berdasarkan hasil perhitungan, zonasi tingkat perbandingan berpasangan dari masing-masing
bahaya banjir bandang terdiri atas 3 zona, yaitu kriteria yang tersedia. Metode ini berdasarkan
zona 1 (tingkat bahaya banjir bandang rendah, pengambilan keputusan dengan memanfaatkan
bahkan tidak ada sama sekali), zona 2 (tingkat persepsi responden yang dianggap ahli sebagai
bahaya banjir bandang sedang, peluang terjadinya input utamanya (Savitri & Taofiqurohman, 2012).
bencana banjir bandang 1 kali dalam 5 tahun, dan Tahap-tahap yang dilakukan dalam analisis AHP
zona 3 (tingkat bahaya banjir bandang tinggi, adalah sebagai berikut: Penyusunan hierarki, untuk
peluang terjadinya bencana banjir bandang 1 kali menguraikan persoalan menjadi unsur-unsur dalam
dalam 1 tahun). Kerentanan sosial bencana banjir wujud kriteria dan alternatif yang disusun dalam
bandang pada DAS Kuranji diperoleh dari data BPS bentuk hierarki; Penyusunan kriteria, digunakan
Kota Padang. Indikator kerentanan sosial untuk untuk membuat keputusan yang dilengkapi dengan
kajian bencana banjir bandang (Tabel 7) bentuk alternatif yang terkait masing-masing kriteria
dimodifikasi dari Badan Nasional Penanggulangan tersebut untuk dipilih sebagai keputusan tercantum
Bencana (BNPB), yang mana masih bersifat umum pada tingkatan paling bawah; Penilaian kriteria dan
untuk kajian bencana secara umum. Selain itu, alternatif, untuk melihat pengaruh strategis
modifikasi juga dilakukan pada nilai kelas-kelas terhadap pencapaian sasaran yang dinilai melalui
pada parameter kepadatan penduduk, disesuaikan perbandingan berpasangan. Nilai dan definisi
dengan jumlah penduduk yang berada di sekitar pendapat kualitatif berdasarkan skala
DAS Kuranji Kota Padang. Arahan kebijakan perbandingan (Marimin, 2004), seperti tertera pada
92
Arahan Kebijakan Mitigasi Bencana Banjir Bandang Pada Daerah Aliran Sungai (DAS)………………………..……………(Yennie et al.)
93
Majalah Ilmiah Globe Volume 20 No 2 Oktober 2018: 87-98
kesejahteraannya (Risma, Paharuddin, & Sakka, Agency (JICA) Project, menjelaskan bahwa potensi
2014). Hasil analisis tingkat bahaya bencana banjir longsor sangat berpengaruh terhadap bahaya banjir
bandang di lokasi penelitian diperoleh adanya bandang. Hal ini sangat sesuai, karena pada
variasi karakteristik lahan penentu bahaya bencana daerah penelitian yang berpotensi longsor tinggi
banjir bandang pada setiap titik sampel. Hasil memiliki tingkat bahaya banjir bandang yang tinggi.
pemetaan tingkat bahaya banjir bandang dapat
terlihat pada Gambar 4. Hasil tingkat bahaya banjir Kerentanan Sosial Banjir Bandang
bandang di DAS Kuranji Kota Padang diperoleh
3 kelas, yaitu kelas rendah seluas 1.312,24 Ha Kerentanan sosial merupakan salah satu
(sampel 8/Kelurahan Ulak Karang Utara dan aspek penting dari 3 kriteria (status sosial, ekonomi,
9/Kelurahan Kurao Pagang), kelas sedang seluas dan institusi) yang diperhitungkan dalam
7.618,91 Ha (sampel 1/Kelurahan Pasar merencanakan kebijakan melalui hierarchy process
Ambacang, 2/Kelurahan Gurun Laweh, (Antomi & Iskarni, 2017). Kerentanan sosial
3/Kelurahan Kuranji, 4/Kelurahan Kalumbuk, dilakukan berdasarkan tinggi rendahnya atau besar
5/Kelurahan Korong Gadang, dan 6/Kelurahan kecilnya kemungkinan suatu kawasan mengalami
Kuranji), dan kelas tinggi seluas 13.301,14 Ha bencana banjir bandang ditinjau dari kerentanan
(sampel 7/Kelurahan Limau Manih, 10/Kelurahan penduduk terhadap bencana banjir bandang
Limau Manih, 11/Kelurahan Batu Busuk, dan tersebut. Analisis kerentanan banjir bandang diolah
sampel 12/Kelurahan Limau Manih). Tingkat berdasarkan data kepadatan penduduk dan
bahaya banjir bandang rendah, pada umumnya kelompok rentan terhadap bencana banjir bandang
terletak di atas bentuk lahan marine, kemiringan perkecamatan di DAS Kuranji. Hasil analisis tingkat
tanggul kiri-kanan sungai <8%, tanpa adanya kerentanan sosial banjir bandang dapat dijelaskan
potensi longsor, pola aliran sungai dendritik, curah berdasarkan analisis data kepadatan penduduk.
hujan >2.500, dengan penggunaan lahan kebun Tingkat kerentanan banjir bandang menurut
campuran, serta didukung oleh karakteristik lahan kepadatan penduduk terbagi menjadi 3 kategori
yang baik. Tingkat bahaya banjir bandang sedang, yaitu: tingkat kerentanan rendah, pada zona ini
dengan karakteristik lahan terletak di atas bentuk terdapat pada Kecamatan Pauh dengan kepadatan
lahan (fluvial dan vulkanik), potensi longsor rendah penduduk 468 jiwa/km 2; tingkat kerentanan sedang,
dengan kemiringan tanggul kiri-kanan sungai <8%, pada zona ini tersebar pada Kecamatan Koto
pola aliran sungai dendritik, curah hujan >2.500, Tangah dengan kepadatan penduduk 785 jiwa/km 2;
dengan penggunaan lahan beragam seperti dan tingkat kerentanan tinggi, pada zona ini
permukiman, sawah, dan kebun, serta didukung tersebar pada Kecamatan Kuranji, Nanggalo, dan
oleh karakteristik lahan sedang dan buruk. Padang Utara. Semakin besar kepadatan penduduk
Tingkat bahaya banjir bandang tinggi terletak pada zona tingkat kerawanan tinggi maka semakin
di atas bentuk lahan (fluvial dan vulkanik), potensi besar kemungkinan terjadi korban banjir bandang
longsor tinggi dengan kemiringan tanggul kiri-kanan pada lokasi penelitian. Semakin padat penduduk
sungai >25%, pola aliran sungai dendritik, curah suatu wilayah akan berpengaruh pada kerentanan
hujan >2.500, dengan penggunaan lahan sawah, sosial masyarakatnya. Besarnya kepadatan
hutan, kebun dan permukiman, serta didukung oleh penduduk menggambarkan tingginya peluang
karakteristik lahan buruk. Laporan dari Kementerian jatuhnya korban jiwa dan harta benda.
PU, melalui Japan International Cooperation
.
Gambar 4. Peta tingkat bahaya banjir bandang aliran batang (DAS) Kuranji Kota Padang.
94
Arahan Kebijakan Mitigasi Bencana Banjir Bandang Pada Daerah Aliran Sungai (DAS)………………………..……………(Yennie et al.)
Tingkat kerentanan banjir bandang menurut di daerah penelitian yang terbagi 2 kelas (Tabel 10)
rasio jenis kelamin di daerah penelitian hanya ada yaitu (1) tingkat kerentanan sedang, pada zona ini
1 kelas (Tabel 9) yaitu kelas tinggi, dimana rasio tersebar pada Kecamatan Padang Utara dengan
jenis kelamin perempuan pada lokasi penelitian penduduk berumur 0-14 dan >45 tahun besar dari
>40%. Semakin besar jumlah perempuan pada 20-40%. (2) tingkat kerentanan tinggi. Pada zona ini
zona tingkat kerawanan tinggi maka semakin besar tersebar pada Kecamatan Koto Tangah, Kuranji,
kemungkinan terjadi korban banjir bandang pada Nanggalo, dan Pauh dengan penduduk berumur 0-
lokasi penelitian. Penduduk wanita 14 dan >45 tahun besar dari 40%. Semakin tinggi
menggambarkan kemampuan yang relatif rendah persentase penduduk tua dan balita semakin tinggi
saat proses evakuasi dalam hal gender. Tingkat pula peluang jatuhnya korban jiwa akibat bencana.
kerentanan banjir bandang menurut kelompok umur
95
Majalah Ilmiah Globe Volume 20 No 2 Oktober 2018: 87-98
Arahan Kebijakan Mitigasi Bencana Banjir hujan yang tinggi, dan sudah sering bencana alam
Bandang Pada DAS Kuranji terjadi di berbagai tempat di Indonesia, yang
menelan korban jiwa dan harta. Penyebabnya
Berdasarkan hasil wawancara pakar yang diantaranya karena DAS yang tidak berfungsi
dilakukan, diperoleh berbagai alternatif kebijakan sesuai dengan keadaan hidrologisnya dan telah
mengenai kebijakan mitigasi banjir bandang di DAS mengalami degradasi lingkungan. Senada dengan
Kuranji Kota Padang, yang ditinjau dari 3 kriteria hal tersebut, volume material galodo yang terangkut
yaitu (1) karakteristik DAS, (2) tingkat bahaya banjir ke hilir dapat diperkecil dengan membangun
bandang, (3) kerentanan sosial. Rincian banyaknya beberapa check dam. Check dam dapat
alternatif kebijakan mitigasi bencana banjir bandang menampung material galodo dan memperkecil
dapat dilihat pada Gambar 5. kemiringan dasar sungai.
Alternatif kebijakan mitigasi pada daerah
tingkat bahaya banjir bandang di DAS Kuranji Kota KESIMPULAN
Padang adalah melakukan rekayasa biofisik DAS,
melakukan penataan ruang berbasis bencana di Tingkat karakteristik lahan pada DAS Kuranji
kawasan DAS, menerapkan program normalisasi Kota Padang diklasifikasikan dengan kriteria baik,
sungai, penyuluhan dan sosialisasi tentang banjir hanya pada sampel 8/Kelurahan Ulak Karang
bandang, menentukan tempat evakuasi sementara, Utara, kriteria sedang (sampel 1/Kelurahan Pasar
melakukan pengelolaan DAS secara terpadu, Ambacang), 2/Kelurahan Gurun Laweh,
melakukan relokasi penduduk, pembentukan 3/Kelurahan Kuranji, 4/Kelurahan Kalumbuk,
komunitas siaga bencana di kawasan DAS Kuranji, 5/Kelurahan Korong Gadang, 6/Kelurahan Kuranji,
dan membangun sistem peringatan dini. dan 9/Kelurahan Kurao Pagang), dan kriteria buruk
Pemilihan prioritas kebijakan berdasarkan (sampel 7/Kelurahan Limau Manih, 10/Kelurahan
pada besarnya bobot pada setiap alternatif Limau Manih, 11/Kelurahan Batu Busuk, dan
kebijakan. Analisis pemilihan prioritas dilakukan 12/Kelurahan Limau Manih).
apabila nilai consistency ratio dari kriteria Tingkat bahaya banjir bandang pada DAS
berpasangan <0,1. Rekayasa biofisik bencana Kuranji terbagi 3 kelas yaitu kelas rendah terdapat
banjir bandang memiliki nilai bobot sebesar 0,774, pada sampel 8/Kelurahan Ulak Karang Utara dan
penetapan daerah sempadan sungai memiliki nilai 9/Kelurahan Kurao Pagang, kelas sedang pada
bobot sebesar 0,706, pengelolaan DAS terpadu sampel 1/Kelurahan Pasar Ambacang, 2/Kelurahan
memiliki nilai bobot sebesar 0,705, penyuluhan dan Gurun Laweh, 3/Kelurahan Kuranji, 4/Kelurahan
sosialisasi tentang bencana banjir bandang Kalumbuk, 5/Kelurahan Korong Gadang, dan
memiliki nilai bobot sebesar 0,676. Arahan 6/Kelurahan Kuranji, dan kelas tinggi pada sampel
kebijakan mitigasi bencana banjir bandang pada 7/Kelurahan Limau Manih, 10/Kelurahan Limau
DAS Kuranji Kota Padang yang diperoleh dari Manih, 11/Kelurahan Batu Busuk, dan sampel
analisis adalah melakukan rekayasa biofisik DAS, 12/Kelurahan Limau Manih.
melakukan pengelolaan DAS terpadu, melakukan Tingkat kerentanan sosial bencana banjir
penataan ruang berbasis bencana di kawasan DAS, bandang bandang menurut kepadatan penduduk
dan pembangunan sistem peringatan dini. terbagi menjadi 3 kategori yaitu kerentanan rendah,
Berd, (2015) dalam pengukuhan gelar sedang, dan tinggi. Tingkat kerentanan sosial banjir
profesornya menyatakan bahwa Peraturan bandang menurut rasio kelamin hanya 1 kelas yaitu
Pemerintah (PP) Tentang Pengelolaan DAS kelas tinggi. Tingkat kerentanan sosial banjir
Terpadu, saat ini sudah sangat mendesak untuk bandang menurut kelompok umur terbagi 2 kelas
segera diberlakukan ketat dan intensif. Mengingat yaitu kerentanan sedang dan tinggi.
telah terjadi peningkatan frekuensi dan intensitas
96
Arahan Kebijakan Mitigasi Bencana Banjir Bandang Pada Daerah Aliran Sungai (DAS)………………………..……………(Yennie et al.)
Alternatif kebijakan mengenai kebijakan Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut
mitigasi bencana banjir bandang ditinjau dari 3 [BPSPL]. (2011). Dokumen Final Bantuan Teknis
aspek yaitu karakteristik lahan, tingkat bahaya Penyusunan Zonasi Rinci Minapolitan Kota
banjir bandang, dan kerentanan sosial. Dalam Padang - Sumatera Barat. Jakarta.
Berd, I. (2015). Mengkritisi Banjir, Longsor, Kekeringan,
penentuan arahan kebijakan mitigasi bencana dan Lingkungan dalam Era Perobahan Iklim
banjir bandang pada DAS Kuranji Kota Padang Global. In Andalas University Press (Ed.),
yang cocok perlu dilakukan adalah dengan Pengukuhan Gelar Guru Besar. Padang: Andalas
melakukan rekayasa biofisik DAS, melakukan University Press.
pengelolaan DAS terpadu, melakukan penataan BPS Kota Padang. (2016). Kota Padang Dalam Angka
ruang berbasis bencana di kawasan DAS, dan 2016. Padang: BPS Kota Padang.
pembangunan sistem peringatan dini. Kebijakan- Darmanto, E., Latifah, N., & Susanti, N. (2014).
kebijakan ini tentunya perlu menjadi perhatian Penerapan Metode Ahp (Analythic Hierarchy
serius bagi pemegang kepentingan terutama Process) Untuk Menentukan Kualitas Gula
Tumbu. Simetris: Jurnal Teknik Mesin, 5(1), 75 –
Instansi terkait. Sehingga dengan pelaksanaan 82.
kebijakan ini dapat meminimalisir dampak kejadian Dibyosaputro, S. (2016). Longsor Lahan di Daerah
banjir bandang di waktu akan datang, bahkan Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo,
diharapkan dapat menghindari terjadinya banjir Daerah Istimewa Yogyakarta. Majalah Geografi
bandang tersebut. Indonesia, 16(2), 13–34.
http://doi.org/https://doi.org/10.22146/mgi.13232
UCAPAN TERIMA KASIH Jariyah, N. A., & Pramono, I. B. (2013). Kerentanan Sosial
Ekonomi Dan Biofisik Di DAS Serayu:
Terimakasih kepada Dr. Dedi Hermon, M.Si Collaborative Management. Jurnal Penelitian
yang telah banyak memberikan arahan dan saran. Sosial Dan Ekonomi Kehutanan, 10(3), 141–156.
Terimakasih juga kepada Kesbangpol Kota Kodoatie, J. R., & Sjarief, R. (2005). Pengelolaan Sumber
Daya Air Terpadu. Yogyakarta: Andi Offset.
Padang, BPBD Kota Padang, Bappeda Kota
Marimin. (2004). Teknik dan Aplikasi Pengambilan
Padang, BPS Kota Padang, Dinas Pekerjaan Keputusan Kriteria Majemuk. Grasindo.
Umum Kota Padang, Balai Wilayah Sungai Maryono, A., & Prajarto, N. (2005). Menangani banjir,
Sumatera V, LSM Walhi, LSM Qbar, serta elemen kekeringan, dan lingkungan. Gadjah Mada
masyarakat di Kota Padang yang telah membantu University Press.
dalam pemberian data dan informasi. Terimakasih Maulana, E., & Wulan, T. (2015). Pemetaan Multi-Rawan
juga kepada rekan Fajar dan Fadli atas segala Kabupaten Malang Bagian Selatan dengan
bantuan yang diberikan. Menggunakan Pendekatan Bentangalam. In
Simposium Nasional Sains Geoinformasi.
DAFTAR PUSTAKA http://doi.org/10.13140/RG.2.2.33969.79208
Paimin, Sukresno, & Pramono, I. B. (2009). Teknik
Adi, S., & Thamrin, J. M. H. (2013). Characterization Of Mitigasi Banjir dan Tanah Longsor. Balikpapan.
Flash Flood Disaster In Indonesia. Jurnal Sains Balikpapan: Tropenbos International Indonesia.
dan Teknologi Indonesia,, 15(1), 42–51. Retrieved from www. tropenbos. org/file.
Antomi, Y., & Iskarni, P. (2017). An Analysis of Socio- php/337/tehnik-mitigasi-dan-tanah-longsor
Economic Growth of Coastal Society in Belitung Rahardjanto, K. (2012). Bencana Alam Banjir Bercampur
Regency, Bangka Belitung Islands Province, Sedimen di Daerah Situbondo Jawa Timur. In
Indonesia. Sumatra Journal of Disaster, Simposium Nasional Penanggulangan Bencana
Geography and Geography Education, 1(1), 78- (pp. 134 – 142).
82. Risma, Paharuddin, & Sakka. (2014). Analisis Spasial
Awaliyah, N., Sarjanti, E., & Sarwono, S. (2014). untuk Menentukan Zona Resiko Banjir Bandang
Pengetahuan Masyarakat Dalam Mitigasi (Studi Kasus: Kabupaten Sinjai). In Prosiding
Bencana Banjir di Desa Penolih Kecamatan Seminar Nasional Geofisika (pp. 109 – 113).
Kaligondang Kabupaten Purbalingga. Makassar.
Geoedukasi, 3(2), 92–95. Rosyidie, A. (2013). Banjir : Fakta dan Dampaknya , Serta
Azmeri, Fatimah, E., Herawati, H., Sundary, D., & Isa, A. Pengaruh dari Perubahan Guna Lahan, 24(3).
H. (2017). Analisis Spasial Risiko Banjir Bandang Sahara, F., Istijono, B., & Sunaryo. (2013). Identifikasi
Akibat Keruntuhan Bendungan Alami pada DAS Kerusakan Akibat Banjir Bandang di Bagian Hulu
Krueng Teungku , Kabupaten Aceh Besar , Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Limau Manis.
Provinsi Aceh. Jurnal Teknik SIpil, 24(3), 229–236. Jurnal Rekayasa Sipil, 9(2), 72–81.
http://doi.org/10.5614/jts.2017.24.3.6 Savitri, M. A. D., & Taofiqurohman, A. (2012). Kajian
Azmeri, & Sundary, D. (2013). Kajian Mitigasi Bencana Tingkat Kerentanan Lingkungan Fisik Pesisir
Banjir Bandang Kecamatan Leuser Aceh Menggunakan Metode Ahp (Analitical Hirarchy
Tenggara Melalui Analisis Perilaku Sungai Dan Process) Di Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Jurnal
Daerah Aliran Sungai. In Konferensi Nasional Perikanan Kelautan, 3(3), 301–310.
Teknik Sipil 7 UNS (Vol. 2, pp. 1–7). Sudamara, Y., Sompie, B. F., & Mandagi, R. J. (2012).
Badan Nasional Penanggulangan Bencana [BNPB]. Optimalisasi Penanggulangan Bencana Banjir di
Tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Kota Manado Dengan Metode AHP (Analytical
Bencana (2012). Hierarchy Process). Jurnal Ilmiah Media
Badan Pusat Statistik. (2016). Data Statistik Engineering, 2(4), 232–237.
Kependudukan Kota Padang. Utama, Lusi. dan Naumar, A. (2015). Kajian Kerentanan
Kawasan Berpotensi Banjir Bandang dan Mitigasi
Bencana pada Daerah Aliran Sungai (DAS)
97
Majalah Ilmiah Globe Volume 20 No 2 Oktober 2018: 87-98
Batang Kuranji Kota Padang. Jurnal Rekayasa Wahyuni, E. F., & Azmeri. (2015). Analisis Tingkat
Sipil, 9(1), 21–28. Kerentanan Dan Kapasitas Masyarakat Terhadap
Utomo, B. ., & Supriharjo, R. . (2012). Pemintakatan Bencana Banjir Bandang Kecamatan Celala
Risiko Bencana Banjir Bandang di. Jurnal Teknik Kabupaten Aceh Tengah. Jurnal Ilmu
ITS, 1(1), 58 – 62. Kebencanaan, 2(3).
98