Anda di halaman 1dari 9

TUGAS

PENGANTAR GEOGRAFI
Studi Kasus Analisa Spasial Trend

Identifikasi Trend Perubahan Daerah Rawan Banjir


(Studi Kasus : Kabupaten Kolaka Utara)

Dosen Pengampu :
Dr. Nasrudin, M.Sc.
Selamat Riadi, M.Pd.
Muhammad Effendi, M.Pd

Disusun Oleh :
Dinnur Aiga
NIM : 2010416220010

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2020
Latar Belakang

Indonesia memiliki wilayah yang luas dan terletak di garis katulistiwa, di persimpangan
dua benua dan dua samudra Kondisi alam memiliki banyak keunggulan. Namun di sisi lain,
lokasinya berada di wilayah yang kondisi geografi, geologi, hidrologi dan populasinya sangat
rawan bencana (Ulfa et al., 2017).
Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki luas daratan ± 38.140 kilometer persegi, wilayah
perairan (laut) ± 110.000 kilometer persegi, dan kepadatan penduduk 53 orang per kilometer
persegi. Kondisi di Sulawesi Tenggara biasanya bergunung-gunung, bergelombang dan
berbukit. Kondisi geomorfik sebagian besar berupa dataran banjir gambut yang terendam
secara permanen dan pegunungan atau pegunungan karst yang tidak rata. Sehingga Sulawesi
Tenggara termasuk kedalam daerah potensial rawan bencana. Salah satunya yang terjadi di
Kabupaten Kolaka Utara.Hal ini di dukung dengan kejadian banjir yang terjadi pada tahun
2007 hingga sekarang (Ulfa dkk, 2017).
Tren bencana alam dalam kurun waktu tiga puluh tahun terakhir mengalami peningkatan,
terutama yang tidak dapat diprediksi. Antara 1980 dan 2010, lebih dari 4 miliar orang terkena
dampak peristiwa alam yang ekstrim. Faktor utama penyebab meningkatnya kerugian
ekonomi akibat perubahan tata guna lahan dan peningkatan populasi dan konsentrasi modal
di daerah berisiko tinggi (misalnya, wilayah pesisir yang terkena tornado, daerah aliran
sungai yang terkena banjir, dan daerah perkotaan yang terkena gempa bumi) (Dutta, 2012).
Antara tahun 1980 dan 2010, tren banjir meningkat secara signifikan.
Bencana banjir merupakan bencana alam yang sering terjadi dan seringkali
menimbulkan korban jiwa dan kerugian harta benda. Kerugian akibat banjir dapat berupa
kerusakan bangunan, kehilangan barang berharga, dan bahkan hilangnya ketidakmampuan
untuk pergi bekerja dan sekolah. Banjir memang tidak bisa dihindari, namun dapat
dikendalikan untuk mengurangi dampak kerugian yang ditimbulkannya (Findayani, 2015).
Bencana banjir di Kabupaten Koraka Utara menimbulkan kerugian besar seperti
kelumpuhan ekonomi dan korban jiwa. Oleh karena itu, diperlukan analisis yang lebih
spesifik mengenai penyebab dan sebaran banjir di Kabupaten Koraka Utara dan
kesiapsiagaan masyarakat menghadapi banjir. Berdasarkan latar belakang dan pertanyaan
tersebut, maka penulis melakukan penelitian yang berjudul `` Identifikasi Kecenderungan
Perubahan Daerah Rawan Banjir (Studi Kasus: Kabupaten Coraca Utara) '', dengan tujuan
untuk mengetahui penyebab banjir dan memahami perubahan banjir. Tren dan sebaran
wilayah rawan banjir di dalam wilayah studi (Ulfa et al. 2017).
Sejak 2013 hingga 2016, terjadi 11 banjir di Kolaka Utara. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui penyebab banjir, perubahan tren banjir, dan untuk mengetahui sebaran lahan
rawan banjir. Penelitian ini menggabungkan analisis atribut dengan evaluasi dan pembobotan,
serta menggabungkan analisis spasial dengan analisis cakupan. Evaluasi dan pembobotan
dilakukan dengan menggunakan skor dan parameter faktor yang mempengaruhi. Analisis
spasial dilakukan dengan menempatkan peta topik di atas satu sama lain (Ulfa et al., 2017).
Pembahasan

A. Kondisi Administrasi Daerah Penelitian

Luas tanah Kabupaten Kolaka Utara adalah 339.162 hektar. Luas laut yang terbentang di
sepanjang Teluk Bone adalah 1.237,6 hektar. Areal tersebut tersebar di 15 wilayah, yaitu
Kecamatan Porehu seluas 67.420 hektar (19,08%), dan Kecamatan Batu Putih seluas 37.490
hektar (16,5%). Luas jalan Pakue adalah 31.330 hektar (9,2%), dan sisanya adalah
Ranteangin, Wawo, Lambai, Lasusua, Katoi, Kodeoha, Tiwu, Ngapa, Wauhohu, Pakue
Tengah, Pakue Utara, dan Tolla.

B. Faktor-Faktor Penyebab Banjir

1. Faktor Kemiringan Lereng


Kemiringan merupakan faktor yang mempengaruhi jumlah dan kecepatan aliran permukaan,
drainase permukaan, penggunaan lahan dan erosi. Berdasarkan hasil analisis cakupan,
wilayah dengan kemiringan 0-8% dan 8-15% memiliki potensi banjir yang lebih besar.

Gambar 1. Peta Kemiringan Lereng

2. Faktor Tekstur Tanah


Tekstur tanah memainkan peran penting dalam masalah banjir. Tekstur tanah akan
mempengaruhi permeabilitas tanah (ketahanan erosi) melalui proses air, biologi dan hidrologi.
Hasil analisis superposisi menunjukkan bahwa tekstur tanah halus, agak licin dan sedang,
serta kemungkinan terjadi banjir, karena daerah tekstur tanah mempunyai porositas tanah
yang cukup rapat, sehingga air tidak langsung masuk ke dalam tanah sehingga mudah
tergenang. Tanah dengan tekstur agak kasar dan kasar memiliki porositas yang lebih besar,
sehingga air dapat melewatinya lebih cepat.
Gambar 2. Peta Tekstur Tanah

3. Faktor Penggunaan Lahan


Analisis overlay pada paramater rawan banjir, penggunaan lahan di daerah penelitian ada
yang meningkat dan menurun pada tahun 2013 dan 2016.

Gambar 3 dan Gambar 4. Pengunaan Lahan Tahun 2013 dan 2016


4.Faktor Curah Hujan
Pengolahan data-data curah hujan Kabupaten Kolaka Utara tahun 2013 dan tahun 2015
yang diperoleh dari Badan Wilayah Sungai Region IV Sultra dengan titik stasiun yang
berada di Lasusua, Toari, Balandete dan Tamboli. Lalu, di interpolasi menggunakan
metode ishoyet yaitu IDW yang menghasilkan peta Curah Hujan Tahun 2013 dan Tahun
2015

Gambar 5. Peta Curah Hujan Tahun 2013

Gambar 6. Peta Curah Hujan Tahun 2015


Analisis overlay terhadap intensitas hujan yang tinggi akan berpotensi terjadinya
genangan-genangan air sehingga terjadi banjir. Daerah penelitian yang memiliki curah
hujan yang rendah yaitu <1500 mm/tahun tidak mempengaruhi besarnya terjadinya
banjir. Sedangkan, curah hujan 1500-2000 mm/tahun dan 2000-2500 mm/tahun akan
lebih berpengaruh terhadap besarnya aliran banjir.
5. Faktor Buffer Sungai
Buffer sungai akan menggambarkan area untuk suatu jarak tertentu dalam
mengidentifikasi daerah-daerah bantaran sungai yang aman dari banjir. Informasi Buffer
sungai di Kabupaten Kolaka Utara di peroleh dari peta aliran sungai Kabupaten Kolaka
Utara Tahun 2012 (BPBD, 2012). Analisis dan pengolahan data buffer sungai dilakukan
pada setiap daerah aliran sungai. Buffer sungai kemudian dibagi menjadi tigas kelas
yaitu 0-25 meter, 25-100 meter, 100-250 meter dan >250 meter jarak dari sungai.

Gambar 7. Peta Buffer Sungai


Cakupan terjadi pada saat jarak sungai 0 sampai 100 meter, sehingga kemungkinan
terjadi luapan air lebih besar, dan peluang infiltrasi ke pemukiman masyarakat lebih
besar sehingga risikonya lebih besar. Sementara itu, jarak membangun pemukiman di
sekitar bantaran sungai lebih aman 200 meter.

6. Faktor Drainase Permukaan


Data drainase permukaan (runoff) menggunakan metode kemiringan. Semakin besar
kemiringannya, semakin cepat drainase permukaannya, yang berarti semakin baik pula
drainase permukaannya. Pada saat yang sama, dengan kemiringan yang landai atau datar,
kecepatan drainase permukaan semakin lambat, yang berarti efek pembuangan air ke
posisi yang lebih rendah semakin buruk. Hal ini dipengaruhi oleh kemiringan dan
kemampuan tanah menyerap air. Menurut hasil analisis cakupan, banjir kemungkinan
besar terjadi di daerah dengan drainase permukaan yang sangat lambat.
Gambar 8. Peta Drainase Permukaan
Hasil analisis menunjukkan beberapa penyebab banjir di Kabupaten Kolaka Utara,
terdiri dari Penggunaan Lahan, Curah Hujan, Lereng, Tekstur Tanah, Surfer Drainase dan
Buffer Sungai. Pola distribusi banjir digolongkan ke dalam 5 kelas yaitu sangat tinggi,
tinggi, sedang, rendah dan tidak ada risiko, yang tersebar di daerah pegunungan dengan
kemiringan 0% - 15%, tekstur tanah sangat halus dan halus, penggunaan lahan tambak,
permukiman dan kebun campur, dan pemukiman berkembang di sepanjang tepi sungai.
Tren perubahan di daerah rawan banjir dari tahun 2013 hingga 2016 meningkat di Kodeoha
11.420,9 Ha, Kecamatan Lambai 1.239,3 Ha, Kecamatan Pakue 26.200,6 Ha, Kecamatan
Tengah Pakue 70.821,3 Ha, Kabupaten Pakue Utara 85.993,3 Ha dan Kecamatan Porehu
42.117,2 Ha dan Kecamatan Ranteangin 18.230,6 Ha. Perubahan di daerah rawan banjir
juga menurun di wilayah Kabupaten Lasusua 6.251,7 Ha, Kecamatan Batu Putih 10.129,1
Ha, Kecamatan Ngapa 5.530,5 Ha dan Kecamatan Wawo 9.093,6 Ha.
Kesimpulan

Hasil penelitian yang dilakukan untuk mengetahui trend banjir di Kabupaten Kolaka
Utara menunjukkan bahwa faktor-faktor penyebab banjir di Kabupaten Kolaka Utara meliputi
tata guna lahan dan curah hujan. Penggunaan lahan yang tidak terkendali akan
mengakibatkan sejumlah besar hutan ditebang untuk penanaman dan pemukiman. Curah
hujan yang tinggi di Kabupaten Kolaka Utara menyebabkan banjir. Faktor lain termasuk
kemiringan, tekstur tanah, drainase permukaan, dan jumlah permukiman yang dibangun di
sekitar tepi sungai.
Sebaran daerah rawan banjir di Kabupaten Kolaka Utara pada kelas Sangat Rawan
tersebar di kemiringan lereng antara 0-8%, penggunaan lahan pemukiman dan kebun
campuran serta tambak, curah hujan yang tingi antara 2000-2500 mm/tahun dengan tekstur
tanah yang halus. Pada kelas Rawan tersebar di kemiringan lereng antara 0-8% dan 8-15%,
tanahnya bertekstur halus, agak halus dan sedang, penggunaan lahan pemukiman, tambak,
kebun campuran dan perkebunan, curah hujan yang tinggi 2000-2500 mm/tahun dengan
drainase permukaanyang lambat maupun sangat lambat. Kelas Sedang tersebar di kemiringan
lereng antara 15-40%, memiliki tekstur tanah yang agak halus dan sedang, penggunaan lahan
didominasi perkebunan, kebun campuran dan hutan, drainase permukaan yang sedang dan
curah hujan yang berkisar 1500-2000 mm/tahun. Sedangkan pada kelas agak rawan tersebar
di kelerengan yang curam 15-25%, 25-40% dan >40%, penggunaan lahan perkebunan dan
hutan lebih banyak, curah hujan 1500-2000 mm/tahun, tekstur tanah yang agak halus, sedang,
agak kasar dan kasar dengan drainase permukaan yang sedang, cepat dan sangat cepat. Kelas
tidak rawan tersebar di daerah kemiringan lereng yang curam 25-40% dan >40% dengan
curah hujan >2500 mm/tahun.
Dari tahun 2013 hingga 2016, tren perubahan tahunan mengalami perubahan tren banjir
yang disebabkan oleh curah hujan, penggunaan lahan, tekstur tanah, kemiringan lereng dan
zona penyangga sungai. Kawasan Jalan Kodeoha, Jalan Lambai, Jalan Pakue Tengah, Jalan
Pakue Utara, dan Jalan Porehu yang tergenang banjir telah berubah dan meningkat. Pada saat
yang bersamaan, wilayah rawan banjir di Kecamatan Lasusua, Kecamatan Batu Putih,
Kecamatan Ngapa, Kabupaten Ranteangin dan Kabupaten Wawo mengalami penurunan, dan
terus terjadi perubahan.
Daftar Pustaka
Dutta, Dushmanta, and Srikantha Herath. 2004. "Trend of floods in Asia and flood risk
management with integrated river basin approach." Proceedings of the 2nd international
conference of Asia-Pacific hydrology and water resources Association, Singapore. Vol. 1.

Findayani, Aprilia. 2015. Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam Penanggulangan Banjir Di Kota


Semarang. Jurnal Geografi. Volume 12 No 1

Ulfa, Ulfianti; Djafar, Meyi, dan Surya, Kurniawan. 2017. Identifikasi Trend Perubahan
Daerah Rawan Banjir. Jurnal Geografi Aplikasi dan Teknologi. Vol.1 No.2

Anda mungkin juga menyukai