PENDAHULUAN
KAJIAN TEORI
METODE PENELITIAN
PEMBAHASAN
KESIMPULAN
PENDAHULUAN
Wilayah pesisir adalah tempat bertemunya daratan dan lautan, dan ekosistem lingkungan
darat dan lautnya saling berinteraksi dan saling mempengaruhi dengan sangat dinamis di kawasan
pesisir. di antaranya adalah pemompaan air tanah secara ekstensif. Ekosistem telah terdegradasi
dengan cepat sebagai akibat dari pesatnya pertumbuhan permukiman pesisir. di antaranya adalah
pemompaan air tanah secara ekstensif. Penggunaan air tanah yang berlebihan akan menyebabkan erosi
internal tanah karena pergerakan partikel tanah, mengakibatkan penurunan muka air tanah dalam
jangka panjang dan penurunan muka tanah yang meluas (land subsidence).
Selain itu kerentanan wilayah pesisir sangat dipengaruhi oleh kenaikan permukaan laut,
penurunan muka tanah, gelombang badai, transport sedimen, kebijakan sosial ekonomi dan
manajemen pesisir, Penurunan muka tanah yang terjadi menyebabkan permukaan air laut menjadi
lebih tinggi dari sebelumnya ini dikenal sebagai banjir pasang air laut (rob). Dengan adanya fenomena
subsiden maka akan berpengaruh terhadap luas serta distribusi genangan rob yang terjadi. Selanjutnya,
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengkaji akibat subsiden terhadap penambahan luas genangan rob
yang terjadi di kawasan pesisir.
Penurunan Tanah
Landsubsidence adalah penurunan permukaan tanah (secara bertahab atau tiba-tiba) akibat adanya
pergerakan butiran tanah di bawah permukaan tanah (Suwarno, 2017). Menurut (Pratikso et al., 2017)
Penurunan tanah merupakan fenomena yang dapat terjadi secara alami akibat konsolidasi, akibat
penurunan tekanan air tanah, atau akibat ulah manusia akibat pengambilan air tanah yang berlebihan.
Kompresi alami endapan aluvial, berat bangunan, tempat pembuangan sampah, dan pengambilan air tanah
yang berlebihan dianggap sebagai penyebab utama penurunan tanah (Safe Yield).
Banjir Rob
Banjir yang terjadi di wilayah pesisir dengan elevasi rendah, seperti muara dan delta, yang digenangi air
payau atau air laut dikenal dengan rob, kadang dikenal dengan banjir rob (Suhelmi, 2012). Menurut
(Islam, LJF, Prasetyo, Y, Sudarsono, 2017) Rob adalah kejadian atau fenomena alam yang terjadi ketika
permukaan laut berada pada titik tertinggi dan air laut menembus wilayah daratan.
Kawasan Pesisir
Wilayah pesisir adalah tempat bertemunya tanah dan air, dan ekosistem lingkungan darat dan lautnya saling
berinteraksi dan saling mempengaruhi secara dinamis di wilayah ini. (Aniendra et al., 2020). Daerah marjinal yang
terdiri dari tanah dan air disebut sebagai daerah pesisir. Namun, wilayah pesisir sebenarnya merupakan bagian dari
daratan yang berbatasan dengan laut dalam hal perencanaan penggunaan lahan. Konsentrasi kota yang tinggi
dengan kepadatan populasi rata-rata tiga kali rata-rata dunia menentukan wilayah pesisir. Wilayah pesisir terkait
dengan konsentrasi populasi manusia yang padat dan berkontribusi secara signifikan terhadap kemakmuran
banyak negara (Prabowo & Buchori, 2018). Pengertian wilayah pesisir sendiri sampai saat ini masih berbeda beda.
Metode Penelitian
Teknik yang digunakan adalah metode penelitian literatur kualitatif. Memanfaatkan mesin pencari untuk menemukan
jurnal atau buku yang relevan dengan topik minat sastra (Ali, 2020). Menemukan teori yang tepat untuk subjek atau
masalah yang diteliti adalah tujuan dari penelitian studi literatur. Pendekatan studi literatur digunakan dalam penelitian
ini untuk menggambarkan keyakinan tentang bagaimana penurunan muka tanah mempengaruhi banjir rob di wilayah
pesisir.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh Landsubsidence Terhadap Banjir Rob di kawasan Pesisir Kota Pekalongan.
Di Kota Pekalongan, banjir rob yang diakibatkan oleh air pasang, diperparah dengan fenomena
naiknya muka air laut dan penurunan muka tanah yang berperan dalam tumbuhnya genangan banjir rob. Banjir
pasang agak umum dan berlangsung selama tiga sampai lima jam. Tragedi akibat banjir rob dengan intensitas
tinggi menggenangi kawasan tersebut, merusak bangunan umum, dan merusak infrastruktur lainnya, sehingga
menimbulkan kerugian yang sangat besar. Kecamatan Pekalongan Utara memiliki laju penurunan muka tanah
terbesar di kota pekalongan yaitu sebesar 27,51 cm pertahun. Dari hasil perhitungan juga diketahui bahwa kelas
penggunaan lahan untuk permukiman memiliki presentase penurunan tanah yang paling besar, yaitu sebesar
50,53%. Temuan pemodelan geospasial menunjukkan bahwa kota pekalongan akan mengalami benjir rob pada
tahun 2020 seluas 477,57 hektar (Iskandar et al., 2020).
Meningkatnya
Penambahan kebutuhan lahan Permintaan air Over Pump air
Jumlah Penduduk dan pesatnya baku tanah baku tanah
pembangunan
Penurunan muka
Pasang surut air tanah
Banjir rob
laut (landsubsidence)
KESIMPULAN
Kenaikan muka air laut saat air pasang dan penurunan muka tanah merupakan penyebab utama banjir
rob di wilayah pesisir. Jenis tanah memiliki dampak besar pada fenomena banjir rob yang dikenal sebagai penurunan
tanah. Penurunan tanah dapat disebabkan oleh penggunaan lahan yang intensif dan pembangunan yang cepat dari
berbagai bangunan dan kota. Kebutuhan air tanah yang meningkat membuat situasi ini semakin buruk dengan
mempercepat laju penurunan muka tanah, meluasnya banjir rob setiap tahun, dan meningkatkan banjir. Dampak bencana
banjir rob di wilayah pesisir ini antara lain banjir di pemukiman warga dan rusaknya infrastruktur dan bangunan umum.
Akibat terkena langsung genangan banjir rob, tempat-tempat yang tergenang banjir rob sering menjadi daerah kumuh
dan sumber penyakit seperti diare, penyakit kulit, iritasi, dan kutu air.
Terimkasih
DAFTAR PUSTAKA
Aniendra, A., Sasmito, B., & Sukmono, A. (2020). Analisis Perubahan Garis Pantai Dan Hubungannya Dengan
Land Subsidence Menggunakan Aplikasi Digital Shoreline Analysis System (Dsas) (Studi Kasus: Wilayah
Pesisir Kota Semarang). Jurnal Geodesi Undip, 9(1), 12–19.
Huddin, M. B. S., Pratikso, & Soedarsono. (2017). Pengaruh Amblesan Tanah (Land Subsidence) Terhadap
Perubahan Luas Genangan Air Pada Dataran Alluvial Kota Semarang (Studi Kasus : Kecamatan Semarang
Barat. Prosiding SNST Ke-8, 12–16.
Iskandar, S. A., Helmi, M., Muslim, M., Widada, S., & Rochaddi, B. (2020). Analisis Geospasial Area Genangan
Banjir Rob dan Dampaknya pada Penggunaan Lahan Tahun 2020 - 2025 di Kota Pekalongan Provinsi Jawa
Tengah. Indonesian Journal of Oceanography, 2(3), 271–282. https://doi.org/10.14710/ijoce.v2i3.8668
Islam, LJF, Prasetyo, Y, Sudarsono, B. (2017). Analisis Penurunan Muka Tanah (Land Subsidence) Kota Semarang
Menggunakan Citra Sentinel-1 Berdasarkan Metode Dinsar Pada Perangkat Lunak Snap. Jurnal Geodesi
Undip, 6(2), 29–36.
Kurnia Darmawan dan Andri Suprayogi. (2015). Jurnal Geodesi Undip Januari 2015 Jurnal Geodesi Undip Januari 2015. I Wayan
Eka Swastikayana, P42, 4(1), 42.
Prabowo, H., & Buchori, I. (2018). Mitigasi yang Diinisiasi Masyarakat Akibat Abrasi di Kawasan Pesisir. 7(1), 44–55.
Pratikso, Soedarsono, & Hariawan, E. S. (2017). THE INFLUENCE OF LAND SUBSIDENCE TO THE CHANGES OF
INUNDATION WIDTH IN SEMARANG ( Case Study : Northern Districts of Semarang ). C, 369–377.
Pujiastuti, R., Suripin, S., & Syafrudin, S. (2016). Pengaruh Land Subsidence terhadap Genangan Banjir dan Rob di Semarang
Timur. Media Komunikasi Teknik Sipil, 21(1), 1. https://doi.org/10.14710/mkts.v21i1.11225
Ramdani, R. (2022). Prediksi Penurunan Muka Air Tanah. Galang Tanjung, 17(2504), 1–57.
Ramdhany, A. D., Wiranegara, H. W., & Luru, M. N. (2021). Zonasi Tingkat Kerentanan Fisik Atas Banjir Rob Kecamatan Tugu
Di Kota Semarang. Jurnal Bhuwana, 1(2), 137–146. https://doi.org/10.25105/bhuwana.v1i2.12532
Safi’, A. F., Pratomo, D. G., & Cahyadi, M. N. (2017). Pengamatan Pasang Surut Air Laut Sesaat Menggunakan GPS Metode
Kinematik. Jurnal Teknik ITS, 6(2), 2–7. https://doi.org/10.12962/j23373539.v6i2.24757
Suhelmi. (2012). Kajian dampak land subsidence terhadap peningkatan luas genangan rob di Kota Semarang:
Impact of land subsidence on inundated area extensivication at Semarang City. Ilmiah Geomatika, 18(1), 9–
16.
Suryanti, W. A., & Marfai, A. (2016). Analisis Multibahaya di Wilayah Pesisir Kabupaten Demak. Jurnal Bumi
Indonesia, 5(2). http://lib.geo.ugm.ac.id/ojs/index.php/jbi/article/view/694/667
Suwarno, S. (2017). Bahaya Pemompaan Air Tanah Terhadap Land Subsidence Pada Lapisan Tanah Lunak.
Simposium II UNIID 2017, Vol 2 (2017), 422–428.
http://conference.unsri.ac.id/index.php/uniid/article/view/634
Syafitri, A. W., & Rochani, A. (2022). Analisis Penyebab Banjir Rob di Kawasan Pesisir Studi Kasus: Jakarta Utara,
Semarang Timur, Kabupaten Brebes, Pekalongan. Jurnal Kajian Ruang, 1(1), 16.
https://doi.org/10.30659/jkr.v1i1.19975
Wibowo, P. L. A., Hartoko, A., & Ambariyanto, A. (2015). Land Subsidence Affects Coastal Zone Vulnerability
(Pengaruh Penurunan Tanah Terhadap Kerentanan Wilayah Pesisir). ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal
of Marine Sciences, 20(3), 127. https://doi.org/10.14710/ik.ijms.20.3.127-134