Anda di halaman 1dari 15

PENGARUH LANSUBSIDENCE

TERHADAP BANJIR ROB DI KAWASAN


PESISIR

Studi Kasus : Kota Pekalongan, Kota Semarang Pesisir semarang barat,


Pesisir Semarang Timur, Ibu kota Jakarta, Kabupaten Demak,
Kecamatan Tugu.
Disusun Oleh :
Muhamad Zaenal Ari Mahfud (3120200039)
Dosen Pembimbing :
Boby Rahman, ST., MT
OUTLINE

PENDAHULUAN

KAJIAN TEORI

METODE PENELITIAN

PEMBAHASAN

KESIMPULAN
PENDAHULUAN
Wilayah pesisir adalah tempat bertemunya daratan dan lautan, dan ekosistem lingkungan
darat dan lautnya saling berinteraksi dan saling mempengaruhi dengan sangat dinamis di kawasan
pesisir. di antaranya adalah pemompaan air tanah secara ekstensif. Ekosistem telah terdegradasi
dengan cepat sebagai akibat dari pesatnya pertumbuhan permukiman pesisir. di antaranya adalah
pemompaan air tanah secara ekstensif. Penggunaan air tanah yang berlebihan akan menyebabkan erosi
internal tanah karena pergerakan partikel tanah, mengakibatkan penurunan muka air tanah dalam
jangka panjang dan penurunan muka tanah yang meluas (land subsidence).
Selain itu kerentanan wilayah pesisir sangat dipengaruhi oleh kenaikan permukaan laut,
penurunan muka tanah, gelombang badai, transport sedimen, kebijakan sosial ekonomi dan
manajemen pesisir, Penurunan muka tanah yang terjadi menyebabkan permukaan air laut menjadi
lebih tinggi dari sebelumnya ini dikenal sebagai banjir pasang air laut (rob). Dengan adanya fenomena
subsiden maka akan berpengaruh terhadap luas serta distribusi genangan rob yang terjadi. Selanjutnya,
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengkaji akibat subsiden terhadap penambahan luas genangan rob
yang terjadi di kawasan pesisir.
Penurunan Tanah
Landsubsidence adalah penurunan permukaan tanah (secara bertahab atau tiba-tiba) akibat adanya
pergerakan butiran tanah di bawah permukaan tanah (Suwarno, 2017). Menurut (Pratikso et al., 2017)
Penurunan tanah merupakan fenomena yang dapat terjadi secara alami akibat konsolidasi, akibat
penurunan tekanan air tanah, atau akibat ulah manusia akibat pengambilan air tanah yang berlebihan.
Kompresi alami endapan aluvial, berat bangunan, tempat pembuangan sampah, dan pengambilan air tanah
yang berlebihan dianggap sebagai penyebab utama penurunan tanah (Safe Yield).

Banjir Rob
Banjir yang terjadi di wilayah pesisir dengan elevasi rendah, seperti muara dan delta, yang digenangi air
payau atau air laut dikenal dengan rob, kadang dikenal dengan banjir rob (Suhelmi, 2012). Menurut
(Islam, LJF, Prasetyo, Y, Sudarsono, 2017) Rob adalah kejadian atau fenomena alam yang terjadi ketika
permukaan laut berada pada titik tertinggi dan air laut menembus wilayah daratan.

Pasang Surut Air Laut


Naik turunnya permukaan laut secara periodik yang disebabkan oleh tarikan gravitasi benda langit,
khususnya bulan dan matahari, dikenal sebagai pasang surut laut (pasut). Karena ukuran dan jaraknya
yang relatif rendah dari bulan dan matahari, objek langit lainnya dapat diabaikan dalam hal pengaruhnya.
Geometri garis pantai dan geografi dasar perairan merupakan elemen non-astronomi yang mempengaruhi
pasang surut, khususnya di laut semi tertutup seperti teluk (Safi’ et al., 2017).
Topografi
Topografi adalah cabang ilmu yang mempelajari permukaan bumi serta benda langit lainnya termasuk planet,
satelit, dan asteroid. Bentuk permukaan bumi, representasi tiga dimensi, dan jenis penggunaan lahan semuanya
ditampilkan oleh topografi. Kontur sebidang tanah berbanding terbalik dengan kemiringannya, oleh karena itu
topografi juga dapat dipahami sebagai kondisi yang mencirikan kemiringan medan (Syafitri & Rochani, 2022).

Kawasan Pesisir
Wilayah pesisir adalah tempat bertemunya tanah dan air, dan ekosistem lingkungan darat dan lautnya saling
berinteraksi dan saling mempengaruhi secara dinamis di wilayah ini. (Aniendra et al., 2020). Daerah marjinal yang
terdiri dari tanah dan air disebut sebagai daerah pesisir. Namun, wilayah pesisir sebenarnya merupakan bagian dari
daratan yang berbatasan dengan laut dalam hal perencanaan penggunaan lahan. Konsentrasi kota yang tinggi
dengan kepadatan populasi rata-rata tiga kali rata-rata dunia menentukan wilayah pesisir. Wilayah pesisir terkait
dengan konsentrasi populasi manusia yang padat dan berkontribusi secara signifikan terhadap kemakmuran
banyak negara (Prabowo & Buchori, 2018). Pengertian wilayah pesisir sendiri sampai saat ini masih berbeda beda.

Metode Penelitian
Teknik yang digunakan adalah metode penelitian literatur kualitatif. Memanfaatkan mesin pencari untuk menemukan
jurnal atau buku yang relevan dengan topik minat sastra (Ali, 2020). Menemukan teori yang tepat untuk subjek atau
masalah yang diteliti adalah tujuan dari penelitian studi literatur. Pendekatan studi literatur digunakan dalam penelitian
ini untuk menggambarkan keyakinan tentang bagaimana penurunan muka tanah mempengaruhi banjir rob di wilayah
pesisir.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh Landsubsidence Terhadap Banjir Rob di kawasan Pesisir Kota Pekalongan.
Di Kota Pekalongan, banjir rob yang diakibatkan oleh air pasang, diperparah dengan fenomena
naiknya muka air laut dan penurunan muka tanah yang berperan dalam tumbuhnya genangan banjir rob. Banjir
pasang agak umum dan berlangsung selama tiga sampai lima jam. Tragedi akibat banjir rob dengan intensitas
tinggi menggenangi kawasan tersebut, merusak bangunan umum, dan merusak infrastruktur lainnya, sehingga
menimbulkan kerugian yang sangat besar. Kecamatan Pekalongan Utara memiliki laju penurunan muka tanah
terbesar di kota pekalongan yaitu sebesar 27,51 cm pertahun. Dari hasil perhitungan juga diketahui bahwa kelas
penggunaan lahan untuk permukiman memiliki presentase penurunan tanah yang paling besar, yaitu sebesar
50,53%. Temuan pemodelan geospasial menunjukkan bahwa kota pekalongan akan mengalami benjir rob pada
tahun 2020 seluas 477,57 hektar (Iskandar et al., 2020).

Pengaruh landsubsidence Terhadap Banjir Rob di Kawasan Pesisir Semarang Timur


Lebar dan kedalaman banjir dan genangan air pasang di Semarang semakin bertambah. Penurunan tanah
yang terjadi di kawasan garis pantai Kota Semarang dengan laju 5,58 cm per tahun menjadi salah satu penyebabnya.
Tabel air tanah akuifer berkurang dengan pengambilan air tanah yang berlebihan. Khususnya di Kecamatan Genuk,
Kecamatan Gayamsari, dan Kecamatan Semarang Timur di kawasan pesisir bagian timur Kota Semarang terdapat
lokasi dengan nilai penurunan tanah yang signifikan. Akibat terjadinya amblesan tersebut, permukaan laut naik di atas
permukaan tanah sehingga terjadi banjir rob (rob) dengan luas genangan seluas 1.020,23 ha. Dampak penurunan muka
tanah terhadap peningkatan genangan dan rob di DAS Tenggang dan Sringin sebesar 1,39% per tahun selama periode
17 tahun (2014–2031). Akibatnya, aktivitas penduduk terhambat. Operasi sosial ekonomi masyarakat lumpuh akibat
bencana banjir, yang menghambat pengoperasian infrastruktur kota yang ada, termasuk bandara dan stasiun kereta api
(Pujiastuti et al., 2016).
Pengaruh landsubsidence Terhadap Banjir Rob di Kawasan Pesisir Semarang Barat
Salah satu kota besar di Pulau Jawa adalah Semarang. Jumlah penduduk Semarang terus meningkat dari
waktu ke waktu, mencapai 11.556 jiwa dan 12.089 jiwa per km2 yang dibuktikan dengan perkembangan dan
pertumbuhan kota yang pesat (Profil Penduduk Kota Semarang, 2008). Lahan pemukiman menjadi kurang
memprihatinkan seiring bertambahnya jumlah penduduk. Jumlah bangunan bertambah seiring dengan kepadatan
penduduk hingga membebani tanah itu sendiri. Di Semarang Barat ke arah timur dan pesisir di Kecamatan Genuk dan
sebagian Kecamatan Sayung yang masuk dalam wilayah Kabupaten Demak, laju penurunan muka tanah mendekati 15
cm per tahun. Bandarharjo dan sekitarnya mengikuti dengan laju 10-15 cm per tahun. Hasil perhitungan menggunakan
metode Terzaghi 1D dengan T90 menunjukkan bahwa Bandara Ahmad Yani mengalami penurunan yang cukup besar
dengan nilai 58,66 cm, sedangkan wilayah Madukoro memiliki perkiraan penurunan paling kecil sebesar 5,7 cm/
Tahun. Menurut estimasi yang dilakukan dengan program Plaxis 8.2. Pemukiman di dekat sungai dan pantai terus
tergenang air yang menyebabkan penurunan muka tanah di dataran alluvial semakin parah. Pada tahun 2017, 261,53
Ha dari area tersebut terendam (Huddin et al., 2017).
Pengaruh landsubsidence Terhadap Banjir Rob di Kawasan DKI Jakarta
Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta merupakan ibukota Negara Indonesia yang terletak di pesisir Pulau
Jawa, dengan luas total 662,33 km2. Kota Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 7 meter di
atas permukaan laut, sehingga rentan terhadap perubahan tinggi air laut dan bencana pesisir salah satunya banjir rob.
Penurunan muka tanah sendiri mimiliki dampak paling besar di mana ibu kota Jakarta mengalami penurunan 4-8
cm/tahunya. Di mana hal ini menyebabkan permukaan tanah semakin rendah dan air laut semakin tinggi dari daratan.
Sehingga menyebabkan banjir rob semakin tinggi, yang berdampak pada ekonomi dan social di mana Bank Indonesia
menyebutkan bahwa setidaknya banjir rob yang terjadi di awal tahun 2020 diperkirakan menyebabkan kerugian sebesar
Rp 960 miliar (Ramdani, 2022)
Pengaruh landsubsidence Terhadap Banjir Rob di Kawasan Kabupaten Demak
Salah satu daerah di pantai utara Jawa adalah Kabupaten Demak. Selain memiliki banyak potensi, pesisir
Kabupaten Demak merupakan kawasan pesisir yang rentan terhadap banjir rob dan penurunan muka tanah. Garis
pantai Kabupaten Demak mengalami penurunan tanah dengan laju 0,06 hingga 1,15 meter per tahun. Kawasan
pesisir Demak mengalami penurunan tanah, peningkatan kepadatan akibat banjir rob di area seluas 11.108 hektar.
Banjir rob telah merusak perekonomian Kabupaten Demak secara signifikan dengan menghambat operasi
bisnis.Ratusan orang harus dievakuasi akibat kehilangan tempat tinggal, dan lebih dari 1.200 tempat tinggal
terendam banjir. (Suryanti & Marfai, 2016).
Pengaruh landsubsidence Terhadab Banjir Rob di Kawasan Kecamatan Tugu
Salah satu kecamatan pesisir Kota Semarang yang terkena dampak banjir rob adalah Kecamatan Tugu.
Kecamatan Tugu terletak di wilayah barat Semarang, dekat dengan perairan. Kecamatan Tugu pesisir terbagi menjadi
tujuh kecamatan yaitu Jerakah, Tugurejo, Karanganyar, Randugarut, Mangkangwetan, Mangunharjo, dan
Mangkangkulon. Penggunaan lahan yang tinggi dan penurunan tanah berdampak pada banjir rob di Kecamatan Tugu.
Setiap ruas di Kecamatan Tugu memiliki tingkat penurunan muka tanah yang berbeda-beda. Kecamatan Tugu yang
luasnya mencapai 2.147.643 Ha sering mengalami penurunan permukaan tanah dengan laju rata-rata 2-4,5 cm/tahun
(Ramdhany et al., 2021).
Tabel Variabel, Indikator dan Parameter
Variabel Indikator Parameter Variabel Indikator Parameter
Penyebab Banjir Lingkungan Kenaikan muka air laut: Tarikan gravitasi matahari dan bulan Penyebab Lingkungan Pemadatan secara alami pemadatan tanah alami merupakan
Rob terhadap bumi berdampak pada kenaikan muka air laut. Landsubseidence hasil dari aktivitas tektonik, letusan gunung berapi, siklus
geologis, dan adanya rongga di bawah permukaan tanah.
Penurunan Tanah: Pemadatan tanah, proses alami, adalah
penyebabnya
Es kutub mencair sebagai akibat dari penurunan permukaan
Air pasang maksimum: Ketika air pasang datang, tanah yang tanah yang disebabkan oleh perubahan iklim, yang
lebih rendah dari air pasang maksimum akan dibanjiri oleh berkontribusi terhadap kenaikan permukaan air laut.
air pasang sehingga menyebabkan rob.
Topografi Regional: Tingkat kerawanan suatu tempat
terhadap banjir pasang akan bergantung pada seberapa Fisik Es kutub mencair sebagai akibat dari penurunan
rendah topografi di wilayah tersebut. permukaan tanah yang disebabkan oleh perubahan iklim,
yang berkontribusi terhadap kenaikan permukaan air laut.
Gelombang permukaan air laut yang dipengaruhi oleh
gelombang angin.
Penurunan tanah yang disebabkan oleh beban besar.
Jenis tanah memiliki dampak pada seberapa baik suatu tanah
dapat menyerap air. Bangunan bermunculan dengan laju yang meningkat
seiring dengan pertumbuhan penduduk, membebani tanah.
Fisik Sistem drainase dan pompa pengendali banjir yang kurang
baik
Sosial ekstraksi mineral padat dari bumi menyebabkan tanah
Kepadatan pemukiman: Kekuatan kawasan untuk melorot (aktivitas penambangan).
menopang beban struktur tergantung pada kawasan sosial
yang dibangun hingga kawasan tersebut Permintaan akan air bersih meningkat dengan
Sosial Membangun struktur bertingkat: Membangun struktur pengambilan air baku air tanah yang berlebihan:
bertingkat tanpa memperhitungkan daya tampung tanah di Pertambahan penduduk yang cepat berdampak pada
wilayah metropolitan pesisir akan mengakibatkan penurunan muka tanah.
penurunan muka tanah dan banjir rob.
Matrik Temuan Studi

Meningkatnya
Penambahan kebutuhan lahan Permintaan air Over Pump air
Jumlah Penduduk dan pesatnya baku tanah baku tanah
pembangunan

Penurunan muka
Pasang surut air tanah
Banjir rob
laut (landsubsidence)
KESIMPULAN

Kenaikan muka air laut saat air pasang dan penurunan muka tanah merupakan penyebab utama banjir
rob di wilayah pesisir. Jenis tanah memiliki dampak besar pada fenomena banjir rob yang dikenal sebagai penurunan
tanah. Penurunan tanah dapat disebabkan oleh penggunaan lahan yang intensif dan pembangunan yang cepat dari
berbagai bangunan dan kota. Kebutuhan air tanah yang meningkat membuat situasi ini semakin buruk dengan
mempercepat laju penurunan muka tanah, meluasnya banjir rob setiap tahun, dan meningkatkan banjir. Dampak bencana
banjir rob di wilayah pesisir ini antara lain banjir di pemukiman warga dan rusaknya infrastruktur dan bangunan umum.
Akibat terkena langsung genangan banjir rob, tempat-tempat yang tergenang banjir rob sering menjadi daerah kumuh
dan sumber penyakit seperti diare, penyakit kulit, iritasi, dan kutu air.
Terimkasih
DAFTAR PUSTAKA

Ali, A. A. (2020). 13035-28950-1-Pb. 25(1), 37–49.

Aniendra, A., Sasmito, B., & Sukmono, A. (2020). Analisis Perubahan Garis Pantai Dan Hubungannya Dengan
Land Subsidence Menggunakan Aplikasi Digital Shoreline Analysis System (Dsas) (Studi Kasus: Wilayah
Pesisir Kota Semarang). Jurnal Geodesi Undip, 9(1), 12–19.

Huddin, M. B. S., Pratikso, & Soedarsono. (2017). Pengaruh Amblesan Tanah (Land Subsidence) Terhadap
Perubahan Luas Genangan Air Pada Dataran Alluvial Kota Semarang (Studi Kasus : Kecamatan Semarang
Barat. Prosiding SNST Ke-8, 12–16.

Iskandar, S. A., Helmi, M., Muslim, M., Widada, S., & Rochaddi, B. (2020). Analisis Geospasial Area Genangan
Banjir Rob dan Dampaknya pada Penggunaan Lahan Tahun 2020 - 2025 di Kota Pekalongan Provinsi Jawa
Tengah. Indonesian Journal of Oceanography, 2(3), 271–282. https://doi.org/10.14710/ijoce.v2i3.8668

Islam, LJF, Prasetyo, Y, Sudarsono, B. (2017). Analisis Penurunan Muka Tanah (Land Subsidence) Kota Semarang
Menggunakan Citra Sentinel-1 Berdasarkan Metode Dinsar Pada Perangkat Lunak Snap. Jurnal Geodesi
Undip, 6(2), 29–36.
Kurnia Darmawan dan Andri Suprayogi. (2015). Jurnal Geodesi Undip Januari 2015 Jurnal Geodesi Undip Januari 2015. I Wayan
Eka Swastikayana, P42, 4(1), 42.

Prabowo, H., & Buchori, I. (2018). Mitigasi yang Diinisiasi Masyarakat Akibat Abrasi di Kawasan Pesisir. 7(1), 44–55.

Pratikso, Soedarsono, & Hariawan, E. S. (2017). THE INFLUENCE OF LAND SUBSIDENCE TO THE CHANGES OF
INUNDATION WIDTH IN SEMARANG ( Case Study : Northern Districts of Semarang ). C, 369–377.

Pujiastuti, R., Suripin, S., & Syafrudin, S. (2016). Pengaruh Land Subsidence terhadap Genangan Banjir dan Rob di Semarang
Timur. Media Komunikasi Teknik Sipil, 21(1), 1. https://doi.org/10.14710/mkts.v21i1.11225

Ramdani, R. (2022). Prediksi Penurunan Muka Air Tanah. Galang Tanjung, 17(2504), 1–57.

Ramdhany, A. D., Wiranegara, H. W., & Luru, M. N. (2021). Zonasi Tingkat Kerentanan Fisik Atas Banjir Rob Kecamatan Tugu
Di Kota Semarang. Jurnal Bhuwana, 1(2), 137–146. https://doi.org/10.25105/bhuwana.v1i2.12532

Safi’, A. F., Pratomo, D. G., & Cahyadi, M. N. (2017). Pengamatan Pasang Surut Air Laut Sesaat Menggunakan GPS Metode
Kinematik. Jurnal Teknik ITS, 6(2), 2–7. https://doi.org/10.12962/j23373539.v6i2.24757
Suhelmi. (2012). Kajian dampak land subsidence terhadap peningkatan luas genangan rob di Kota Semarang:
Impact of land subsidence on inundated area extensivication at Semarang City. Ilmiah Geomatika, 18(1), 9–
16.

Suryanti, W. A., & Marfai, A. (2016). Analisis Multibahaya di Wilayah Pesisir Kabupaten Demak. Jurnal Bumi
Indonesia, 5(2). http://lib.geo.ugm.ac.id/ojs/index.php/jbi/article/view/694/667

Suwarno, S. (2017). Bahaya Pemompaan Air Tanah Terhadap Land Subsidence Pada Lapisan Tanah Lunak.
Simposium II UNIID 2017, Vol 2 (2017), 422–428.
http://conference.unsri.ac.id/index.php/uniid/article/view/634

Syafitri, A. W., & Rochani, A. (2022). Analisis Penyebab Banjir Rob di Kawasan Pesisir Studi Kasus: Jakarta Utara,
Semarang Timur, Kabupaten Brebes, Pekalongan. Jurnal Kajian Ruang, 1(1), 16.
https://doi.org/10.30659/jkr.v1i1.19975

Wibowo, P. L. A., Hartoko, A., & Ambariyanto, A. (2015). Land Subsidence Affects Coastal Zone Vulnerability
(Pengaruh Penurunan Tanah Terhadap Kerentanan Wilayah Pesisir). ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal
of Marine Sciences, 20(3), 127. https://doi.org/10.14710/ik.ijms.20.3.127-134

Anda mungkin juga menyukai