Anda di halaman 1dari 6

UJIAN AKHIR SEMESTER EKOLOGI PERAIRAN

KORELASI TAMBANG PASIR SUNGAI CIMANUK DENGAN EROSI

( https://youtu.be/nJ0w1NLmMeU )

Muhammad Thariq Aziz Fitriandes


NPM 230110210081
Perikanan -B

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
Pembahasan Project UAS Ekoper
1. Gambaran umum
Sungai Cimanuk merupakan salah satu sungai yang berada di kota Garut. Cimanuk
berhulu di Pegunungan Mandalagiri di Kabupaten Garut pada ketinggian sekitar 1700 meter di
atas permukaan laut (mdpl), mengalir ke arah timur laut sepanjang 180 km dan bermuara
di Laut Jawa di Kabupaten Indramayu. Sungai ini mengalir di wilayah barat pulau Jawa yang
beriklim muson tropis (kode: Am menurut klasifikasi iklim Köppen-Geiger). Suhu rata-rata
setahun sekitar 25 °C. Bulan terpanas adalah Oktober, dengan suhu rata-rata 28 °C, and
terdingin Februari, sekitar 21 °C. Curah hujan rata-rata tahunan adalah 2465 mm. Bulan dengan
curah hujan tertinggi adalah Januari, dengan rata-rata 461 mm, dan yang terendah September,
rata-rata 6 mm.
Erosi dan sedimentasi yang terjadi di DAS dan di sungai akan sangat berpengaruh pada
efisiensi bangunan air yang telah/sedang dibangun dan akan dioperasikan. Untuk itu sumber
erosi dan laju erosi yang terjadi di hulu dari suatu bangunan air seperti waduk perlu diketahui
agar perencanaan waduk dan pengelolaan SDA dapat dioptimalkan. Pemahaman tentang
besarnya dan lokasi erosi serta sedimentasi akibat perubahan tata guna lahan/meningkatnya
intensitas hujan karena adanya perubahan iklim akan dapat digunakan untuk memitigasi
peningkatan laju erosi melalui program kebijakan pengendalian terhadap sumber erosi dan
pengamanan terhadap menurunnya umur waduk dapat dicarikan solusinya yang tepat. Untuk
itu dalam penelitian ini diselidiki hubungan antara intensitas hujan, aliran, kondisi DAS dan
besarnya erosi serta sedimentasi. Beberapa pendekatan dan model akan diupayakan untuk
dapat mengetahui besarnya dan lokasi terjadinya erosi di DAS serta pergerakan sedimentasi di
lahan dan sungai.
2. Kasus atau Fenomena
Desa Karanganyar Kecamatan Dawuan Kabupaten Majalengka merupakan salah satu
daerah yang di kelilingi oleh aliran sungai cimanuk yang mana didalam nya terdapat kandungan
pasir yang melipah. Kekayaan alam yang ada di sungai cimanuk di manfaatkan oleh pihak
pengusaha atau yang memiliki modal sebagai lahan untuk mendapatkan keuntungan secara
finansial. Masyarakat Desa Karanganyar asalnya mengijinkan praktek penambangan pasir
karena dianggap memberikan banyak dampak positif, namun pelaksanaannya terjadi
kesewenangan dalam mengelola pertambangan yang berdampak negatif kepada masyarakat
seperti erosi tanah, dan kerusakan lingkungan.
Penambangan pasir merupakan penyebab terjadinya konflik antara masyarakat dan
pihak pengusaha pertambangan pasir. Melalui mediasi, konflik antara masyarakat dan pihak
lembaga pengelolaan pertambangan mulai mereda dengan diberikannya kompensasi. Sebagian
masyarakat beranggapan kompensasi yang diberikan lembaga pengelolaan pertambangan tidak
sesuai yang berakibatkan potensi konflik muncul kembali. Penggunaan alat penambangan pasir
yang tadinya dilakukan secara tradisional beralih ke mesin alat berat. Hal tersebut memicu
konflik dalam masyarakat terutama yang bertempat tinggal tidak jauh dari sungai membuat
mereka terancam dan kenyamanannya terganggu karena takut jebol nya tanggul di sungai
cimanuk karena terlalu sering di keruk oleh pihak pengusaha penambangan pasir
3. Penyebab kasus dan fenomena terjadi
Penyebab fenomena erosi,kerusakan lingkungan, dan berkurangnya sumber daya
perairan khususnya sumber daya perikanan disebebabkan oleh aktivitas penambangan pasir
dan pengalih fungsian lahan DAS sungai cimanuk Erosi dan sedimentasi juga terkait erat
dengan pengelolaan sungai dan usaha manusia memanfaatkan sungai sebesar-besarnya untuk
kepentingan manusia dan lingkungan secara integral dan berkesinambungan tanpa
menyebabkan kerusakan rezim dan kondisi ekologis sungai yang bersangkutan. Untuk itu
integrasi harus dilakukan pada dua tingkat, pertama yang menyangkut faktor lingkungan,
sosial, dan ekonomi dan pada sisi lain adalah sumber lainnya seperti udara, air, biota, lahan,
geologi dan sumber sumber alam, sehingga pengembangan hubungan antara tata guna lahan
(land use), air dan ekologi yang mana yang penting terhadap hubungan antara bio-fisik dan
ekonomi model dari land use dalam suatu DAS sangatlah diperlukan. Faktor yang umum
dipakai dalam mengkaitkan faktor pasar (market forces), hidrologi dan ekologi adalah keadaan
lahan penutup (land cover).
4.Dampak yang terjadi terhadap parameter perairan
4.1 Fisika
Penambangan pasir sungai berdampak langsung pada perubahan fisik dasar sungai
dengan terjadinya perubahan dasar sungai tersebut akan sering menimbulkan dampak lain
secara tidak langsung dan terakumulatif sehingga menimbulkan efek ketidakseimbangan
dinamika erosi dan sedimentasi sungai (Rentier dan camerat 2022).Ketika sedimen yang
berupa pasir diambil dari dasar perairan sungai keseimbangan pasokan sedimen cenderung
bermigrasi ke hulu untuk mengimbangi kekurangan pasokan yang mengakibatkan potensi erosi
akan semakin besar pada wilayah sekitar penambangan.(De leuw et al 2010).
Mekanisme terjadinya erosi karena penambangan pasir sungai disebabkan oleh 2
mekanisme utama yaitu: head cutting dan hungry water. Penambangan pasir sungai akan
menyebabkan nick point yang merupakan titik gap antara dasar sungai sebelum ditambang dan
sesudah ditambang. Dengan adanya nick point tersbut maka akan menimbulkan head cutting
yang mana melebarnya nick point tersebut hingga ke hulu karena tergerusnya sedimen dasar
sungai oleh arus yang disebabkan oleh nick point. Sedangkan sedimen dari hulu akan tetap
mengalir tetapi mengalami pengendapan pada bagian dasar sungai yang telah ditambang
sehingga sedimen yang harusnya mengalir ke hilir akan mengendap di titik penambangan. Jika
kontinuitas angkutan sedimen terganggu oleh bendungan atau pemindahan sedimen dari
saluran oleh kerikil pertambangan, aliran dapat menjadi kekurangan sedimen. Kapasitas
transportasi aliran air ditentukan oleh volume air, kecepatan aliran dan beban sedimen.
Semakin banyak sedimen yang terbawa sungai, semakin sedikit energi tersisa untuk erosi. Jika
sungai mengendapkan (sebagian dari) sedimennya, sungai akan memiliki lebih banyak energi
yang tersisa untuk erosi. Dalam kasus penambangan sungai, sedimen diendapkan di lubang
setelah titik torehan dan air akan terkikis ke bawah (Kondolf 1997 dalam Barman et al
2019).Penambangan pasir sungai secara besar besaran akan mengakibatkan tepi sungai hancur
karena mengalami erosi seperti contohnya sungai Mekong (Hackney et al 2020)
4.2 Kimia
Dampak dari penambangan pasir sungai memang tidak secara langsung mengubah
struktur kimia pada sedimen khususnya pasir, tetapi akan berdampak signifikan terhadap
kualitas air hingga ke hilir sungai. Aktivitas penambangan dapat mengangkat senyawa organic
dan anorganik yang terkandung dalam sedimen dasar sungai. Menurut Ako et al (2014)
penilaian studi kualitatif perairan yang disekitarnya terdapat tambang pasir dan mineral di
Luku, Nigeria Utara menemukan bahwa terdapat logam berat, arsenic, nikel, dan cadmium,
sedangkan menurut Andy WR (2023) Beberapa titik sungai cimanuk sudah memasuki
pencemaran sedang hingga berat dari segi parameter fisika-kimia.
4.3 Biologi
Aktivitas penambangan akan menyebabkan sedimen dasar naik keatas permukaan air
dan teraduk dengan air permukaan sungai yang akan mengakibatkan meningkatnya kekerahan
air meningkat dan menyebabkan penetrasi cahaya matahari berkurang dan berakibat pada
terganggunya proses fotosintesis pada mikroorganisme perairan, disamping hal tersebut
peningkatan kekeruhan pada air akan mengakibatkan terganggunya organ respirasi pada ikan
dan organisme air lainnya. Menurut Bhattacharaya (2019) perairan yang mengalami aktivitas
penambangan akan mengakibatkan berkurangnya organisme perairan.
Menurut Heti H (2018) Struktur komunitas ikan hilir Sungai Cimanuk pada stasiun
I(Majalengka), II (Indramayu) dan III (Indramayu) tertekan, keanekaragaman sedang sampai
rendah (0,46 – 1,55), penyebaran populasi tidak merata, terdapat spesies yang mendominasi
dengan kategori rendah sampai tinggi (0,31-0,78), keseragaman rendah (0,11-0,31).
4.4 Antropogenik
Antropogenik merupakan lingkungan yang terdapat kebudayaan dan aktivitas manusia
didalamnya ruang lingkup antropogenik seperti infrastruktur, ekonomi, budaya dan
masyarakat. Jadi pada kajian dampak antropogenik memiliki dampak yang signifikan dan
dampaknya kumulatif dari beberapa parameter sebelumnya. Dalam kegiatan penambangan
pasir tentu akan berefek pada pendalaman dan pelebaran dasar sungai yang menyebabkan tidak
stabil baik secara vertical maupun lateral dari dasar sungai itu sendiri yang akan menyebabkan
erosi. Erosi akan merusak bangunan, jalan yang nantinya akan berakibat pada perlambatan
kegiatan ekonomi masyarakat. Di sisi lain masyarakat sudah tidak dapat bergantung lagi pada
sumber daya alam disekitarnya karena terjadi degradasi lingkungan di sekitaran DAS Cimanuk.
5. Identifikasi regulasi pengelolaan pasir sungai
Dalam hal regulasi sungai cimanuk dinaungi oleh Perda Jabar No 2 tahun 2017 terkait
izin usaha pertambangan dan UU No 4 Tahun 2009. Dalam UU no 2 Tahun 2017 usaha
pertambangan diatur berdasarkan birokrasi tetapi dalam pelaksanaan dilapangan banyak
tambang pasir sungai illegal dan kadang tidak sesuai dengan regulasi yang berlaku. Sesuai UU
no 4 tahun 2009 pasal 22 dijelaskan bahwa pengelolaan tambang disungai maksimal tidak
melebihi 25 hektare dan merupakan wilayah atau tempat kegiatan tambang rakyat yang sudah
dikerjakan sekurang-kurangnya 15 (lima belas) tahun.
6. Solusi yang dapat digunakan
Solusi yang dapat digunakan untuk mencegah penambangan tambang pasir sungai
illegal yaitu sebagai berikut
1. Menggunakan ulang limbah bangunan yang terbuang melalui proses tertentu sehingga
dapat digunakan kembali sebagai bahan penyusun bangunan
2. Penggunaan bahan alternative sebagai pengganti pasir seperti limbah dari batu bata,
limbah baja, dan bahkan teknologi terbaru seperti self healing concrete yang merupakan
produk bangunan dari mikroorganisme.
3. Peran pemerintah dalam pengetatan perihal hukum dan monitoring terkait proses
penambangan .
Daftar Pustaka

Ako, T., Onoduku, U., Oke, S., Essien, B., Idris, F., Umar, A., Ahmed, A., 2014. Environmental
effects of sand and gravel mining on land and soil in Luku, Minna, Niger State, North
Central Nigeria. J.Geosci.Geomatics 2 (2), 42–49. https://doi.org/10.12691/jgg-2-2-1
Andy,W.R., M.Widyastuti.,Slamet.S,.(2019). Evaluasi Kualitas Air Menggunakan Indeks
Pencemarandi DAS Cimanuk. Jurnal Ecotrophic 13(1):74-84.Fakultas Geografi
Universitas Gadjah Mada
Barman, B., Kumar, B., Sarma, A.K., 2019b. Impact of sand mining on alluvial channel flow
characteristics. Ecol. Eng. 135 (November 2018), 36–44. https://doi.org/10.1016/Zj.
ecoleng.2019.05.013.
De Leeuw, J., Shankman, D., Wu, G., de Boer, W.F., Burnham, J., He, Q., Yesou, J., Xiao, J.,
(2010). Strategic assessment of the magnitude and impacts of sand mining in Poyang
Lake,China. Reg. Environ. Chang. 10 (2), 95–102. https://doi.org/10.1007/s10113-
009-0096-6.
E.S,Rentier., dan L,H,Cammeraat,.(2022). The environmental impacts of river sand mining.
Science of the Total Environment,838.
Hackney, C.R., Darby, S.E., Parsons, D.R., Leyland, J., Best, J.L., Aalto, R., Nicholas, A.P.,
Houseago, R.C., (2020). River bank instability from unsustainable sand mining in the
lower Mekong River. Nat.Sustain. 3 (3), 217–225. https://doi.org/10.1038/s41893- 019-
0455-3
Kondolf, G.M., (1997). Hungry water: effects of dams and gravel mining on river channels.
Environ. Manag. 21 (4), 533–551. https://doi.org/10.1007/s002679900048
Perda Jabar No.2 Tahun 2017. Pengelolaan Pertambangan Mineral dan Batubara.
Titin,H., Rajib ,AHS., Asep Sahidin., dan Heti, H,. (2020). Struktur Komunitas Ikan di Hilir
Sungai Cimanuk Provinsi Jawa Barat pada Musim Penghujan. Jurnal Perikanan ,
22(2): 113-122.
UU No. 4 Tahun 2009. Pertambangan Mineral dan Batubara

Anda mungkin juga menyukai